BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Dengan kata lain kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2003). 2.1.2
Pola Penggunaan Kontrasepsi Rasional Untuk dapat memberikan obat/alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan calon peserta dapat dipergunakan pedoman pola penggunaan kontrasepsi rasional sebagai berikut :
17
Universitas Sumatera Utara
2. Atas dasar umur calon peserta dan tujuan penggunaan obat atau alat kontrasepsi tersebut. Untuk ini dipergunakan matriks sebagai berikut : Masa Mengakhiri Masa Menunda Kehamilan
Masa Mengatur Kesuburan
(kesuburan)
(Menjarangkan Kelahiran)
Kesuburan (Tidak Hamil Lagi) 20 thn
30 thn
a. Pil
a. AKDR
a. Kontap
b. AKDR
b. Suntik
b. AKDR
c.
c. Mini Pil
c. Norplant
a). Pil
a). Suntikan
b). Cara Sederhana
b). Mini Pil
c). Norplant (AKBK)
c). Cara Sederhana
d). Kontap
d). Pil
Cara Sederhana : Kondom, Sepermisid
Keterangan : a. Pola ini untuk istri dari Pasangan Usia Subur (PUS). b. Prioritas metode adalah dari atas ke bawah.
(Budiningsih, dkk, 1994). A. Masa Menunda Kehamilan Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai berumur 20 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai : a. Kembalinya kesuburan yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat dijamin 100%. Ini penting karena akseptor belum mempunyai anak. b. Efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena kegagalan akan menyebabkan tujuan KB tidak tercapai. Prioritas kontrasepsi yang sesuai : (a). Pil
(b). AKDR
(c). Cara Sederhana
17
Universitas Sumatera Utara
B. Masa Mengatur Kesuburan Umur melahirkan terbaik bagi istri adalah umur 20-30 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai : a. Kembalinya kesuburan (reversibilitas) cukup b. Efektifitas cukup tinggi c. Dapat dipakai 3-4 tahun, sesuai dengan jarak kelahiran yang aman untuk kesehatan ibu dan anak. d. Tidak menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI). Ini penting karena ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai umur 2 tahun. Penggunaan ASI mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi/anak. Prioritas kontrasepsi yang sesuai : (a). AKDR
(e). Cara Sederhana
(b). Suntikan
(f). Norplant (AKBK)
(c). Mini Pil
(g). Kontap (bila umur sekitar 30 tahun).
(d). Pil C. Masa Mengakhiri Kesuburan Pada umunya setelah keluarga mempunyai anak dua dan umur istri telah melebihi 30 tahun, sebaiknya tidak hamil lagi. Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai : a. Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadi kehamilan dengan resiko tinggi bagi anak. Selain itu akseptor sudah tidak ingin mempunyai anak lagi. b. Dapat dipakai untuk jangka panjang.
17
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak menambah kelainan/penyakit yang sudah ada. Pada masa umur tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan metabolik meningkat. Oleh karena itu sebaiknya tidak memberikan obat/kontrasepsi yang menambah kelainan penyakit tersebut. Prioritas kontrasepsi yang sesuai : (a). Kontap
(b). AKDR
(c). Norplan (AKBK)
(d). Suntikan
(e). Mini Pil
(f). Cara Sederhana
(g). Pil
2. Atas dasar keterangan tentang paritas dan umur calon peserta. Untuk ini dipergunakan matriks paritas umur sebagai berikut : Umur Jlh -Anak
0
20 thn a). Pil
a). Pil
b). AKDR
b). AKDR
c).Cara
c).Cara
sederhana
1
a). AKDR
b). Pil
b). Pil
c). Suntikan
c). Suntikan
d).Cara
d).Cara sederahan
a). AKDR
a). AKDR
b). Suntikan
b). Suntikan
c). Implant
c). Implant
d). Pil
d). Pil
e).Cara
e).Cara
sederhana
3
sederhana
a). AKDR
sederhana
2
20-24 thn
sederhana
25-29 thn
30 thn
Tanpa
Tanpa
kontrasepsi
kontrasepsi
a). AKDR
a). AKDR
b).Suntikan
b).Suntikan
c). Implant
c). Implant
d). Pil
d). Pil
e).Cara
e).Cara
sederhana
35 thn
Resiko tinggi
Resiko Tinggi
sederhana
a). Kontap
a). Kontap
b). Implant
b). Implant
c). AKDR
c). AKDR
d). Suntukan
d).Suntukan
e). Pil
e). Pil
a). Kontap b). AKDR c). Implant d).Cara sederhana
a). Kontap
a). Kontap
a). Kontap
a). Kontap
a). Kontap
b). Implant
b). Implant
b). AKDR
b). AKDR
b). AKDR
c). AKDR
c). AKDR
c). Implant
c). Implant
c). Implant
d). Suntukan
d). Suntukan
d). Suntikan
d). Suntikan
d). Suntikan
e). Pil
e). Pil
e).Cara
e).Cara
e).Cara
f).Cara
f).Cara
sederhana
sederhana
sederhana f). Pil
sederhana f). Pil
sederhana f). Pil
(Budiningsih, dkk, 1994).
17
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Kontrasepsi Efektif Terpilih Kontrasepsi efektif terpilih ialah alat kontrasepsi dengan keberhasilan
95% (kegagalan kecil) apabila dipakai dengan baik dan teratur, yang termasuk dalam golongan ini adalah IUD, susuk KB (implant) dan MOW. Metode kontrasepsi efektif terpilih merupakan pengunaan alat atau cara mencegah kehamilan untuk jangka panjang, atau terutama dianjurkan bagi pasangan yang tidak menginginkan anak lagi (Manuaba, 1998). 2.2
Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
2.2.1
Inta Uterine Device (IUD) IUD adalah salah satu alat KB/kontrasepsi yang dipasang oleh dokter
atau bidan terlatih didalam rahim wanita pasangan usia subur. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (BKKBN, 2000). Menurut jenisnya IUD, dibagi 3 type, yaitu : a. terbuat dari plastik (Lippes Loop atau baja anti karat). b. Mengandung tembaga, yaitu CuT 380 A, CuT 200C, Multiload, dan NOVA T. c. Mengandung hormon Steroid seperti Progestaset yang mengandung Progesteron dan Levonoval yang mengandung Levonogestrel. BKKBN menggunakan CuT 380 A sebagai standar yang dibuat oleh PT Kimia Farma (Manuaba, 1998). Cara kerja : Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
17
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan IUD : Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi, IUD dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT 380 A dan tidak perlu ganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi kualitas dan volume Air Susu Ibu (BKKBN, 2003). Kerugian IUD : Menimbulkan efek samping (perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, secret vagina lebih banyak), tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, pemasangan dan pencabutan IUD harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih (Prawirohardjo, 2002). 2.2.2 Implant (susuk KB) Implant adalah kontrasepsi berupa kapsul kecil terbuat dari karet silikon, berisi cover gestrel yang dipasang dibawah kulit lengan atas wanita, oleh karena itu disebut juga alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Menurut jenisnya, Norplant terdiri dari enam batang dengan lama kerjanya lima tahun, Implanon terdiri dari satu batang dengan lama kerjanya tiga tahun, Jadena dan Indoplant terdiri dari dua batang dengan lama kerja tiga tahun. Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr Levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesterone yang dapat menghalangi pengeluaran Luteinizing Hormone (LH) sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lender servik dan menghalangi migrasi spermatozoa, serta menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 1998).
17
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan : Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai lima tahun), tidak mengganggu ASI, tidak mengganggu kegiatan senggama, penyulit
medis
tidak
terlalu
tinggi,
mengurangi
jumlah
darah
haid,
mengurangi/memperbaiki anemia, kontrol medis ringan, biaya ringan. Kerugian : Menimbulkan gangguan menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur, ketegangan payudara, peningkatan/penurunan berat badan, membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, membutuhkan tenaga kesehatan untuk pemasangan dan pencabutan (BKKBN, 2003). 2.2.3 Metode Operasi Wanita (MOW) MOW adalah suatu tindakan prosedur bedah secara sukarela (atas permintaan pasangan suami dan istri) untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) atau membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas dengan cara penutupan kedua saluran telur. Metode operasi wanita ini biasanya dikenal dengan Tubektomi, yaitu pemotongan/pengikatan saluran telur kanan dan kiri, sehingga sel telur tidak dapat melewati saluran tersebut. Menurut jenisnya, MOW bisa dilakukan dengan cara Minilaparatomi dan Laparoskopi. Minilaparatomi merupakan penyederhanaan dari laparatomi hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar tiga cm) pada daerah perut bawah atau pada lingkar pusat bawah. Sedangkan Laparoskopi membuat lubang melalui dinding abdomen di bawah pusat dan di atas simpisis. Mekanisme kerja dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
17
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan MOW : penyakit dan keluhan lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, pada umumnya tidak menimbulkan efek negatif terhadap kehidupan seksual, lebih ekonomis jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain karena merupakan tindakan sekali saja, permanen, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Kerugian MOW : harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi Rekanalisasi, klien dapat menyesal dikemudian hari, resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum), rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis) (BKKBN, 2003). 2.3 Persepsi 2.3.1
Defenisi Persepsi Menurut Mudhofir (2001) persepsi adalah : Pengetahuan atau evaluasi
intuitif langsung tentang ide, situasi atau kemampuan memiliki pengetahuan atau penilaian semacam itu. Bertalian dengan konsep pemahaman (insight). Persepsi biasanya dianggap sebagai peraturan dan interpretasi data indera yang masih kasar. Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan pemahaman atau ide, konsep pengetahuan yang spesifik. Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsangan melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu
17
Universitas Sumatera Utara
mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu (Sunaryo, 2004). 2.3.2
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang Pesepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu. Secara umum, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu : a. Diri orang yang bersangkutan sendiri Apabila seseorang melihat atau berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapanya. b. Sasaran persepsi tersebut Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Misalnya
kehadiran
orang
yang
sangat
cantik
atau
sebaliknya
yang
penampilannya sangat “mencolok” akan lebih menarik perhatian dibandingkan orang yang “biasa-biasa” saja. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindaktanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. c. Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya seorang
17
Universitas Sumatera Utara
anak akan menunjukkan suatu pola prilaku tertentu bila berhadapan dengan orang tua seperti sopan, tertib dan sejenisnya. Berbeda dengan prilakunya apabila berada ditengah-tengah rekannya yang sebaya. Faktor-faktor lain yang menjadi persepsi seseorang yang masuk ke pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi (menjarangkan atau menghentikan kehamilan), frekuensi hubungan kelamin, hubungan dengan pasangan, pengaruh orang lain, pentingnya kenyamanan metode dan system reproduksi mereka sendiri (Wulansari, 2007).
17
Universitas Sumatera Utara