12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Cunningham, 2005). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar, 1998, hlm. 91). Persalinan adalah proses alamiah ketika terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uetrus ibu (Maimunah, 2005, hlm. 138). Persalinan adalah perjuangan yang membutuhkan dukungan suami (Musbikin, 2005, hlm. 48). 2. Tanda-tanda Persalinan Kebanyakan orang berpikir tanda-tanda persalinan akan terlihat sangat jelas, yaitu munculnya rasa nyeri, timbul kontraksi, dan dapat dirasakan ibu dengan sendirinya. Akan tetapi, itu semua tidak terlihat dengan jelas. Ada tiga hal yang menunjukkan tanda-tanda akan dimulainya persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah yang banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks dan mengalami dilatasi dan pendataran serviks, ketuban pecah dengan sendirinya, dan adanya kontraksi secara terus-meneruh. (Stoppard, 2004, hlm. 272).
Universitas Sumatera Utara
13
3. Pembagian kala I-Kala IV dengan Standar Asuhan Persalinan Normal Proses persalinan dibagi atas 4 tahapan atau fase yaitu pada kala I persalinan terdiri dari fase laten dengan pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan fase aktif dimulainya persalinan dengan pembukaan servik dari 4 sampai 10 cm. Kala II dimulai ketika pembukaan lengkap (10 cm) dan berakhir sampai kelahiran bayi. Pada saat ini, dibutuhkan kehadiran pendamping ibu selama proses persalinan. Kala III disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala IV yang disebut juga kala pengawasan atau pemantauan keadaan umum ibu dan bayi selama dua jam pasca persalinan (Prawirohardjo, 2004, hlm. N-13). 4. Perubahan Psikologis Ibu Pada Kala I -Kala IV Pada kala I persalinan, terjadi kontraksi uterus dengan frekuensi dan intensitas lama sehingga terjadi penipisan dan pembukaan dari serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm. Perubahan psikologis pada ibu sewaktu fase laten, dimana ibu merasa khawatir, sedikit cemas, tetapi masih bisa diajak komunikasi dan diberikan arahan sebelum persalinan berlangsung. Pada kala II persalinan, ibu sudah dapat mengontrol dirinya kembali, merasakan tekanan-tekanan nyeri selama kontraksi, merasa lelah, dan gelisah. Pada kala III persalinan, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan plasenta ibu merasa gelisah, lelah, dan ingin segera melihat bayinya. Pada kala IV persalinan, setelah kelahiran bayi dan plasenta dengan segera ibu akan meluapkan perasaan untuk melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dimana ibu mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah dilahirkannya (Cunningham, 2005, hlm. 360).
Universitas Sumatera Utara
14
B. Nyeri saat Persalinan 1. Definisi nyeri Nyeri merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang terhadap stimulus tertentu dan tidak dapat dibagi kepada oranglain. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Henderson, 2005, hlm. 362). Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. rasa nyeri timbul, bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Varney, 2001, hlm. 216). Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Pokok penting yang harus selalu diingat adalah apa yang dikataka seseorang yang sedang mengalami nyeri adalah tidak ada pernyataan verbal (Suddarth, 2002, hlm. 135). 2. Proses terjadinya nyeri Rasa nyeri pada persalinan terjadi karena kontraksi rahim dalam pengeluaran janin. Dalam persalinan normal, saat awal persalinan sampai pembukaan lengkap akan berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala pengeluaran janin sampai pengeluaran plasenta. Rasa nyeri ini dipengaruhi oleh kelelahan, keletihan, kecemasan, dan rasa takut yang akan menyebabkan peningkatan rasa nyeri (Westheimer, 2000, hlm. 182). Situasi dan kondisi dalam menghadapi nyeri ini sangat individual, sehingga menyebabkan pengalaman rasa nyeri berbeda antara satu wanita dengan yang lain,
Universitas Sumatera Utara
15
demikian pula antara persalinan pertama dengan persalinan berikutnya pada wanita yang sama (Stoppard, 2008, hlm. 252). Rasa nyeri selama proses persalinan mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa oksaigen ke rahim dan mengakibatkan penurunan kontraksi uterus yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan, sehingga menghilangkan rasa takut dan nyeri selama proses persalinan menjadi cukup penting (Stoppard, 2008, hlm. 250). 3. Teori-teori tentang nyeri Ada beberapa teori tentang nyeri yaitu specificity theory, pattern theory, dan gate control theory. Teori dasar yang banyak digunakan adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzack&Wall tahun 1965. Teori ini didefenisikan sebagai pengalaman perseptual yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan psikologis yang unik dan bersifat individual. Teori gate control menggambarkan ada mekanisme pintu gerbang pada ujung saraf tulang belakang yang dapat meningkatkan atau menurunkan aliran implus saraf dari serat perifer menuju sistem saraf pusat (Marie, 2002). Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak. Selain itu, teori ini menekankan pengembangan mekanisme kendali nyeri dalam tubuh dan memberikan penjelasan yang dapat diterima untuk pendekatan kendali nyeri non-interventif atau teknologi rendah yang mencakup metode psikologis, masase punggung, dan stimulasi saraf elektrik transkutaneus (Mander, 2003).
Universitas Sumatera Utara
16
4. Pengukuran intensitas nyeri Menurut perry & potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif, namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya atau berpatokan pada ucapan dan perilaku pasien. Pasien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya sebagai verbal yaitu nyeri ringan, sedang, atau berat (Mander, 2003). Ada beberapa cara untuk mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan antara lain: a. Visual Analog Scale (VAS) Skala ini dapat diketahui dengan kata-kata kunci pada keadaan yang ekstrem yaitu ’tidak nyeri’ dan ’nyeri senyeri-nyerinya’. Skala ini tidak memiliki tingkatan yang tepat tanpa angka dan tidak memberikan pasien kebebasan untuk memilih dengan apa yang dialami, hal ini menyebabkan kesulitan (Mander, 2003). b. Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) Skala ini memiliki nilai numeris dan hubungan antara berbagai tingkat nyeri. Skala nyeri ini terdiri dari garis 0-10 cm yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan daerah yang paling nyeri kemudian diberi skalanya. Walaupun demikian, pasien masih mengalami kesulitan dalam menentukan angka pada pengalaman nyeri yang manusiawi dan membutuhkan perhitungan yang matematis (Mander, 2003). c. McGill Pain Questioner (MPQ)
Universitas Sumatera Utara
17
Skala ini kombinasi antara verbal dan nilai numerik yang melekat dan gambar
tubuh.
Instrumen
ini
mengubah
pengenalan
sifat
yang
multidimensional pengalaman nyeri dengan menentukan intensitas, kualitas, dan durasi seseorang. Aplikasi MPQ memberikan informasi kuantitatif dalam bentuk rangkaian skor yang menunjukkan dimensi sensorik, afektif, dan evaluatif nyeri, sehingga MPQ bersifat valid, reliabel, konsisten, dan berguna. Apabila digunakan dalam penelitian, deskripsi metode sudah memberikan informasi yang maksimum. Cara mengkaji nyeri dengan skala intensitas nyeri yaitu ibu berhak memilih 12 kata-kata numeris yang telah ditentukan oleh peneliti dan dinilai berdasarkan nilai terendah skor 0 dan nilai tertinggi skor 3 dan dinilai berdasarkan tingkatan nyeri yaitu jumlah skor 1-6 untuk nyeri ringan, jumlah skor 7-12 untuk nyeri sedang, dan jumlah skor 13-18 untuk nyeri berat. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri selama persalinan. Faktor tersebut terdiri dari faktor fisik, sosial, dan psikososial yang meliputi paritas, prosedur medik, kecemasan, kelelahan, ketakutan, dan mekanisme koping (Bobak, 2005). a.
Paritas Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena primipara mempunyai proses persalinan yang lebih lama dan lebih melelahkan dibandingkan dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada
Universitas Sumatera Utara
18
klien primipara memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami peregangan karena pengaruh intensitas kontraksi lebih besar selama kala I persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukkan peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri selama persalinan b.
Prosedur medik Prosedur medik seperti induksi dan augmentasi pada persalinan mempengaruhi respon klien terhadap nyeri selama persalinan. Oksitosin salahsatu obat yang sering digunakan untuk induksi dan augmentasi selama persalinan yang menyebabkan kontraksi lebih kuat dan tidak nyaman. Prosedur lain yang dapat membuat ketidaknyamanan adalah posisi suspine, yaitu
penggunaan
sabuk
abdomen
untuk
monitor
keamanan
fetal,pembatasan perubahan posisi atau berjalan dan penggunaan prosedur yang dapat menyebabkan kontraksi usus dan uterus. c.
Kecemasan dan ketakutan Kecemasan telah dibuktikan berpengaruh terhadap respon nyeri melalui penemuan laboratorium dan klinik selama 3 tahun terakhir bahwa takut dan kecemasan yang paling tinggi dalam meningkatkan penggunaan analgesia. Cemas dan takut yang berlebihan akan memperbesar sensitifitas terhadap nyeri dan menurunkan kemampuan ibu untuk mentoleransi nyeri (Mc Kinney, 2000).
d.
Kelelahan
Universitas Sumatera Utara
19
Kelelahan dapat memperbesar persepsi pasien terhadap nyeri selama persalinan melalui perubahan pola tidur. Pasien akan lebih tegang dan cemas jika tidak diberikan pembelajaran terhadap metode penurunan nyeri. Anemia yang terjadi selama kehamilan menyebabkan kelelahan yang berlebihan akibat kurang tidur dapat mempengaruhi respon terhadap nyeri yang mengakibatkan kehilangan energi (Mc Kinney, 2000). e.
Mekanisme koping Secara normal, ibu dapat belajar mengatasi nyerinya secara teratur. Ibu yang sebelumnya mengalami persalinan yang lama dan sulit akan mengalami cemas yang berlebihan terhadap persalinan berikutnya. Akan tetapi, pengalaman melahirkan sebelumnya tidak selalu berpengaruh buruk terhadap kemampuannya untuk mengatasi nyeri. Lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi persepsi ibu terhadap nyeri. Dukungan selama persalinan membantu menurunkan cemas dan meningkatkan kemampuan ibu untuk menangani ketidaknyamanan dan keefektifan metode pengurangan nyeri yang lain (Mc Kinney, 2000).
6. Cara mengatasi nyeri Tugas penting penolong persalinan adalah membantu ibu mengatasi nyeri persalinan. Ada beberapa metode untuk mengurangi nyeri persalinan yaitu mengatur posisi nyaman yang diinginkan ibu, khususnya kala I persalinan. Selain itu, sentuhan dan pijatan suami sangat membantu rasa nyeri, mengatur pola pernafasan yang baik dengan bimbingan dari bidan yang dilakukan dengan teratur.
Universitas Sumatera Utara
20
Selain itu, metode psikosomatik membantu mengatasi nyeri seperti terapi musik, akupuntur, terapi aroma dengan minyak harum, jamu-jamuan, berendam dalam air, dan penggunaan kompres panas dan dingin. Semua metode tersebut dapat diterapkan dan tidak memiliki efek samping bagi ibu dan janin, apabila metode tersebut membuat ibu merasakan kenyamanan dan mengalami peredaan nyeri persalinan (Burhan, 2003, hlm. 20). C. Pendamping Persalinan 1. Definisi pendamping Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau terlibat langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas, agar proses persalinan yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan memberi kenyamanan bagi ibu bersalin (Curtis, 1999, hlm. 269). 2. Tujuan pendamping Dalam proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan, yang mana pendamping persalinan dibutuhkan ibu memberikan dukungan dan bantuan kepada ibu saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses persalinan (Danuatmaja, 2004, hlm. 23).
Universitas Sumatera Utara
21
3. Siapa yang mendampingi Dalam proses persalinan, ada beberapa orang yang dapat dijadikan ibu sebagai pendamping persalinan, tetapi akan lebih baik apabila pendamping persalinan bagi ibu bersalin adalah suami atau keluarga terdekat. Kehadiran suami ini sangat berpengaruh bagi kelancaran proses persalinan. Banyak hal yang dapat dilakukan suami seperti halnya memijat, menenangkan, dan menolong segala sesuatu yang ibu inginkan sampai proses kelahiran (Musbikin, 2006, hlm. 254 ). Kehadiran seorang pendamping persalinan sangat besar artinya dalam proses persalinan, karena pendamping persalinan dapat berbuat banyak hal untuk membantu ibu saat persalinan. Hal yang wajar jika pendamping persalinan gugup dan sangat sulit menyaksikan orang yang dikasihi menderita kesakitan saat bersalin dan diberi kesempatan untuk mendampigi ibu yang bersalin yang dapat mempererat hubungan karena sudah bersama-sama melalui sebuah peristiwa khusus (Danuatmaja, 2004, hlm. 22 ). 4. Peran pendamping Suami memiliki peran yang sangat besar untuk memberikan dukungan kepada ibu selama persalinan. Salah satu peran penting adalah memastikan ibu sampai di rumah sakit dan memberi semangat kepada istrinya, menemani istri selama proses persalinan secara tidak langsung mengajarkan suami untuk bisa lebih menghargai dan perhatian pada ibu nantinya karena suami adalah oang paling dekat dengan sang ibu (Curtis, 1999, hlm. 270).
Universitas Sumatera Utara
22
Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih efektif dalam membantu seorang calon ibu untuk menghadapi persalinannya daripada dukungan yang baik dari bidan dan teman yang dipilih untuk menemaninya. Dukungan yang penuh kasih mengurangi kebutuhan ibu terhadap obat pereda nyeri dan campur tangan medis dalam persalinannya, dan ini akan meningkatkan
kepuasan
terhadap
pengalamannya
dalam
melahirkan
(Nolan, 2003, hlm. 143). 5. Manfaat pendamping Ada beberapa manfaat apabila pendamping menemani istri saat persalinan yaitu memberikan rasa ketenangan dan penguat psikis pada ibu saat kontraksi, suami siap siaga dan selalu ada bila dibutuhkan, kedekatan emosi suami dan istri bertambah, suami akan lebih menghargai istri. Melihat pengorbanan istri saat persalinan akan dapat lebih menghargai istrinya dan menjaga perilakunya (Hall, 2002, hlm. 125).
Universitas Sumatera Utara