BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Primigravida Muda Gravida adalah istilah yang digunakan dalam kebidanan yang artinya seorang
wanita yang sedang hamil. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Prawiroharjho, 1999). Primi berarti pertama. Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali. Kehamilan terjadi apabila ada dua pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan mani (spermatozoa) lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari atau 40 minggu kehamilan. Primigravida muda adalah suatu proses kehamilan yang sedang dialami oleh seorang wanita untuk pertama kalinya di usia yang masih muda yaitu kurang dari 20 tahun. Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru yang dapat menimbulkan stress bagi ibu dan suami, Beberapa yang dapat diduga dan yang tidak dapat diduga atau tidak teranstisipasi sehingga menimbulkan konflik persalinan. Kesiapan wanita untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan mental, emosi, psikologis kesiapan sosial dan ekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh) yaitu sekitar usia 20 tahun, sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (BKKBN, 2005). Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis normal yang dialami oleh seorang wanita dewasa. Kebiasaan makan dan status gizi ibu sebelum dan selama
8 Universitas Sumatera Utara
9
masa kehamilan sangat menentukan kesehatan bayi yang dilahirkannya. Pemenuhan kebutuhan zat gizi sangat penting karena pada masa kehamilan tersebut terbentuk seorang manusia baru. Melalui makanan yang dikonsumsi, ibu hamil menyalurkan kebutuhan gizi bagi janin tersebut sebagai awal dan keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangannya. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil sangat penting diperhatikan untuk mengurangi kasus kematian akibat kehamilan. Berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak 20-45% wanita di negara berkembang mengalami kematian akibat kehamilan (Saiffudin, 2001). Mochtar R (1998), menyatakan usia terbaik bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah pada umur 20-30 tahun. Pada usia ini keadaan kesehatan fisik dan mental wanita dalam keadaan optimal. Jika pernikahan dan kehamilan dilakukan pada usia terlalu muda (kurang dari 20 tahun) maka ini akan beresiko melemahkan kesehatan wanita, karena pada masa ini yang sering juga disebut masa remaja, masa remaja adalah masa transisi (peralihan) antara masa anak-anak dan masa dewasa. Di usia ini belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa ini cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kehamilan yang terjadi pada usia ini tidak hanya bermasalah pada kematangan fisik dan psikis yang belum sempurna tetapi juga karena pendidikan yang rendah, sosialisasi yang kurang, konflik dengan keluarga, kecemasan dan lenyapnya sumber keuangan terutama mereka yang lari dari rumah.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.1 Faktor Pendorong Terjadinya Primigravida Muda 1.
Umur Orang tua menganggap bahwa perkawinan dalam usia muda mempunyai suatu faktor pematangan. Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk segera mengawinkan anak-anaknya adalah demi melepaskan mereka dari tanggung jawab. Di daerah pedesaaan atau pinggiran perkawinan pada usia relatif muda masih sering dilakukan, para orang tua merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang melamar, sehingga banyak orang tua aktif menjodohkan anakanak mereka sebelum pantas dikawinkan. Orang tua selalu mengharapkan perkawinan anaknya segera membuahkan hasil, dikaruniai anak sebagai bukti kesuburan anak gadisnya dan kejantanan anak prianya. Kebudayaan untuk menunda lahirnya anak pertama pada usia yang lebih matang belum ada sehingga pasangan itu akan dihadapkan pada masa subur yang sangat panjang. Masyarakat pedesaan pada umumnya lebih baik dan terhormat menjadi janda muda dari pada perawan tua (Sampurno dan Azwar, 1997).
2.
Pergaulan Bebas Pergaulan bebas atau bebas melakukan apa saja, termasuk hubungan intim. Dalam penelitian Damayanti (2008) menyatakan berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seseorang remaja karena ketertarikan lawan jenis. Namun dalam perkembanganya budaya justru cenderung tidak mau tahu terhadap gaya pacaran remaja, akibatnya para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah.
Universitas Sumatera Utara
11
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu agama, iman, faktor lingkungan seperti kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga, teman, tetangga dan perkembangan iptek yang tidak didasari oleh mental yang kuat, faktor pengetahuan yang minim di tambah rasa ingin tahu yang berlebihan dan juga faktor perubahan zaman. Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota besar (Sarwono, 2011). 3.
Hormon Perubahan kadar hormon pada usia yang masih muda meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran aktifitas seksual.
4.
Pubertas Semakin cepatnya usia pubertas, sehingga anak usia remaja tampilanya seperti anak dewasa (Sarwono, 2011).
5.
Menarche Menstruasi yang lebih cepat dianggap sebagai tanda bahwa seorang wanita sudah layak untuk hamil namun itu adalah anggapan yang salah karena dengan menstruasi yang lebih dini bukan berarti seorang wanita sudah layak untuk hamil karena proses pertumbuhan masih berlanjut (Manuaba, 1998).
6.
Pendidikan Kesempatan belajar yang kurang dan putus sekolah akan mendorong anak gadis menikah pada usia muda. Menurut Azwar yang di kutip oleh sekar ningrum bahwa pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah bagi yang perempuan dapat mendorong untuk segera menikah. Permasalahan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
12
karena mereka tidak mengetahui seluk beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat berkeluarga dan melahirkan anak. Suatu masyarakat yang tingkat pendidikanya rendah akan cenderung untuk mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda. 8.
Adat Adat dapat mendorong perkawinan wanita diusia muda, karena jika terlambat menikah akan membuat malu pada pihak keluarga (Sampurno dan Azwar, 1997).
9.
Agama Dalam agama islam nikah itu disyariatkan, maka oleh beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
9.
Pekerjaan Umumnya pasangan yang menikah pada usia muda belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga sukar mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, penghasilan yang rendah akan berpengaruh di dalam kebutuhan dan keutuhan rumah tangga.
10. Orang Tua dan Ekonomi Apabila anak gadis telah menikah berarti secara ekonomis mengurangi beban orang tua. Dari segi lain orang tua akan memperoleh bantuan ekonomi apabila menantu pria berada atau mendapat tenaga kerja untuk kegiatan lain seperti mengolah kebun ataupun kegiatan lain yang menghasilkan (Sampurno dan Azwar, 1997).
Universitas Sumatera Utara
13
11. Peran di Hari Depan Ada anggapan suku tertentu, tidak adanya harapan mengenai peran diri individu di hari depan kecuali sebagai ibu rumah tangga, akan mendorong anak wanita menikah pada usia muda. Ada yang mengatakan kepada anak gadisnya: ”untuk apa sekolah tinggi-tinggi, umur habis dan akhirnya kembali ke dapur juga dan mengurus anak-anak”. 12. Undang-Undang Undang-undang perkawinan dan peraturan pelaksananya membolehkan wanita menikah pada usia 16 tahun. Dari segi lain, makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak perkawinan muda dalam komunitas tersebut (Sampurno dan Azwar, 1997). 13. Perubahan Nilai Pada daerah perkotaan, sebagai akibat dari pengaruh modernisasi telah terjadi perubahan nilai berupa makin longgarnya hubungan antara pria dan wanita. Hubungan yang longgar ini dapat menjadi penyabab terjadinya hubungan kelamin diluar pernikahan, yang pada akhirnya karena pengaruh keluarga ataupun masyarakat sekitarnya, yang antara lain untuk mencegah rasa malu atau menutup aib keluarga, mendorong terjadinya pernikahan dini (Gusvita H, 2009). 2.1.2. Resiko Primigravida Muda Dalam sebuah pernikahan salah satu tujuannya yaitu menghasilkan keturunan, pernikahan yang di langsungkan diusia kurang dari 20 tahun akan menyebabkan penyulit di dalam kehamilan:
Universitas Sumatera Utara
14
a.
Risiko Fisik 1. Keguguran Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak sengaja misalnya: karena terkejut, cemas, stress, tetapi ada juga yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian ibu dan infeksi alat reproduksi yang akhirnya menyebabkan kemandulan (Manuaba, 1998). 2. Persalinan Prematur, BBLR, dan Kelainan Bawaan Kekurangan berbagai zat pada saat pertumbuhan mengakibatkan tingginya prematuritas, BBLR, cacat bawaan, berat badan lahir rendah dan kelainan bawaan. Hal ini dapat terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan. Berat badan lahir rendah juga dipengaruhi gizi ibu disaat hamil kurang dan ibu juga belum menginjak umur 20 tahun (Manuaba, 1998). 3. Mudah Terjadi Infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stres memudahkan terjadi infeksi saat hamil. 4. Anemia Kehamilan disebabkan kurangnya zat besi dan mall nutrisi. Penyebab anemia pada saat hamil diusia muda disebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil diusia muda.
Universitas Sumatera Utara
15
5. Keracunan Kehamilan Kombinasi
alat
reproduksi
yang
belum
matang
dan
anemia
meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk pre eklamsi dan eklamsi. 6.
Kematian Ibu yang tinggi Akibat dari stres karena belum siap hamil diusia muda, perdarahan, sepsis dan komplikasi lainnya (Prawiroharjo, 1999).
b.
Resiko psikologis Ada kemungkinan pihak perempuan akan menjadi orang tua tunggal, karena
pasangan
tidak
mau
menikahinya
atau
tidak
mempertanggungjawabkan
perbuatannya, kalau mereka menikah hal ini juga mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah, berdosa, depresi atau tertekan, pesimis, bila tidak ditangani bisa berlanjut kepada gangguan kejiwaan (Sarwono, 2011). c.
Resiko Sosial Berhenti atau putus sekolah di karenakan rasa malu atau cuti melahirkan,
kemungkinan lain di keluarkan dari sekolah, resiko sosial lain menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yang seharusnya di nikmati (Sampurno dan Azwar, 1997). d.
Resiko Ekonomi Merawat kehamilan, melahirkan membutuhklan biaya besar (BKKBN, 2005).
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.3. Kebutuhan Gizi Primigravida Muda Gizi adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan. Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang di kandungnya, kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya akan digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya kehamilan. Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang di makan. Dalam hal ini jumlah makanan yang dikonsumsi bukan sebanyak dua porsi melainkan hanya ditambah sebagian kecil dari jumlah makanan yang biasa dikonsumsi untuk menghindari berat badan yang berlebihan (Huliana, 2007). Kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang janin sangat dipengaruhi oleh zatzat gizi yang dikonsumsi ibu, zat gizi yang diperlukan ibu hamil yaitu:
Universitas Sumatera Utara
17
1.
Karbohidrat Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori per hari atau 15% lebih banyak dari jumlah normalnya yaitu sekitar 2800 sampai 3000 kalori dalam satu hari. Karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, tepung terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber karbohidrat baik maka ibu hamil harus bisa memilih bahan pangan yang tepat (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012).
2.
Protein Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan protein yang dianjurkan 80 gram/hari. Trimester pertama kurang dari 6 gram per hari sampai trimester dua. Trimester terahir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram per hari. Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram per kg berat badan. Dari jumlah tersebut 70% di pakai untuk kebutuhan janin dalam kandungan. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani antara lain: ikan, udang, kerang, kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju. Sumber protein nabati antara lain: kacang-kacangan, tahu, tempe.
3.
Lemak Akumulasi lemak pada jaringan ibu terutama diperlukan sebagai cadangan energi ibu. Lemak dapat juga berfungsi lain, sebagai pembawa vitamin yang larut dalam lemak, serta fungsi-fungsi lainnya. Khusus mengenai konsumsi lemak, harus dipilih lemak yang banyak mengandung asam lemak esensial yang sangat diperlukan oleh tubuh selama kehamilan (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012).
Universitas Sumatera Utara
18
Lemak digunakan tubuh untuk membentuk energi dan juga membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang di konsumsi sehari. Lemak biasa di dapat dari asam lemak jenuh yang umumnya berasal dari hewani dan asam tak jenuh yang berasal dari nabati. Sumber lemak hewani yaitu daging sapi, kambing, ayam, susu, dan produk olahan seperti mentega butter, keju dan rim sedangkan sumber lemak nabati yaitu minyak zaitun, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak jagung (Almatsier, 2011). 4.
Vitamin Vitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan, selama hamil, vitamin penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang di perlukan oleh ibu hamil sebagai berikut: a)
Vitamin A Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel gigi dan tulang. Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning terutama wortel, tomat dan nangka (Almatsier, 2011).
b) Vitamin B6 Vitamin B6 gunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah, kesehatan gigi dan gusi. Sumber makanan yang mengandung vitamin B6
Universitas Sumatera Utara
19
antara lain gandum, jagung, hati dan daging (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012). c) Vitamin C Vitamin C dibutuhkan untuk mendukung pembentukan jaringan ikat dan pembuluh darah. Sumber makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, tomat, melon, brokoli, dan sayuran berwarna hijau (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012). d) Vitamin D Vitamin D di butuhkan untuk mendukung proses penyerapan kalsium dan fosfor, serat, proses mineralisasi tulang dan gigi. Sumber makanan yang mengandung vitamin D antara lain minyak ikan laut, susu dan margarin. e)
Vitamin K Vitamin K di butuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses pembekuan darah berlangsung normal.
f)
Asam folat Zat ini berperan dalam perkembangan sistem saraf dan sel darah karena mencegah terjadinya cacat bawaan seperti spina bifida dan cacat pada langit-langit mulut, kegagalan pembentukan kanal otak pada janin. Asupan asam folat yang dianjurkan meningkat dari 180 mikro gram pada wanita tidak hamil menjadi 400 mikro gram pada kehamilan, ada beberapa cara mendapatkan kecukupan vitamin yaitu makan sayuran, buah dan biji-bijian, suplemen dan vitamin atau makanan yang di tambahkan zat gizi tertentu (Almatsier, 2011).
Universitas Sumatera Utara
20
g) Zink Zink berperan pada pembentukan retinol biding protein sehingga Vitamin A tidak dapat ditransfer ke fetus (Adriani M dan Wirjatmadi, 2011). h) Magnesium Magnesium berperan sebagai pembentukan tulang (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012). 5.
Mineral Mineral sangat penting bagi tubuh ibu dan tumbuh kembang janin. Peningkatan kebutuhan mineral bergantung pada fungsi masing masing jenis mineral dan membantu proses metabolisme tubuh, berbagai jenis mineral yang di butuhkan oleh ibu hamil sebagai berikut: a) Zat kapur Selama kehamilan kebutuhan zat kapur bertambah sebesar 400 mg. Zat kapur dibutuhkan untuk mendukung pembentukan tulang dan gigi janin. Sumber makanan yang mengandung zat kapur antara lain susu, keju, aneka kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau. b) Fosfor Selama kehamilan kebutuhan fosfor bertambah besar 400 mg. Fosfor dibutuhkan untuk mendukung pembentukan tulang dan gigi janin. Sumber makanan yang mengandung fosfor adalah susu, keju dan daging. c) Zat besi Jumlah sel darah merah bertambah sampai 30%. Oleh karena itu, dibutuhkan tambahan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang baru.
Universitas Sumatera Utara
21
Sel darah merah ini dibutuhkan untuk peningkatan sirkulasi darah ibu dan pembentukan haemoglobin. Dengan demikian, daya angkut oksigen selama kehamilan dapat mencukupi kebutuhan. Sumber makanan yang mengandung zat besi adalah telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang kacangan dan sayur sayuran berwarna hijau, zat besi sangat penting untuk mencegah anemia. d) Yodium Yodium sangat penting untuk mencegah timbulnya keterlambatan mental (mental terbelakang) dan kelainan fisik yang cukup serius (kerdil). Sumber makanan yang mengandung yodium antara lain minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium. e) Kalsium Kalsium dibutuhkan untuk mendukung pembentukan tulang dan gigi janin, sumber makanan yang mengandung kalsium antara lain susu dan keju. 6.
Serat Bahan makanan kaya serat adalah buah-buahan, sayuran, serelia atau padipadian, kacang-kacangan, biji-bijian, gandum, beras dan olahannya. Ibu hamil membutuhkan asupan serat setiap hari sekitar 25-30 gram. Serat membantu sistem pencernaan, sehingga mencegah terjadinya sembelit.
7.
Air Asupan air penting untuk menjaga kesehatan secara umum. Selain untuk meningkatkan fungsi ginjal dan mencegah sembelit dan penyerapan makanan di dalam tubuh. Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari (Almatsier. S, 2011).
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 2.1 Kecukupan Energi Yang Dianjurkan Untuk Primigravida Muda Berdasarkan Usia Ibu Dan Usia Kehamilan No
Umur
Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia*
1 2
13 – 15 Tahun 16 – 19 Tahun
2350 2200
Ibu Hamil (Tambahan)** TM TM TM II II III Energi Energi Energi 180 300 300 180 300 300
Kecukupan Kalori (kkal/hari)*** TM I
TM II
TM III
2530 2380
2650 2500
2650 2500
* : Kebutuhan Kalori Nyata ** : TambahanKalori Ibu Hamil *** : Kecukupan Kalori Yang Di Anjurkan
Sumber : Widiya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 dalam Almatsier. S Tahun 2011
Tabel 2.2 Kecukupan Protein Yang Dianjurkan Untuk Primigravida Muda Berdasarkan Usia Ibu Dan Usia Kehamilan No
Umur
Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia*
1 2
13 – 15 Tahun 16 – 19 Tahun
57 57
Ibu Hamil (Tambahan)** TM TM TM II II III Protein Protein Protein 17 17 17 17 17 17
Kecukupan Protein (kkal/hari)*** TM I
TM II
TM III
74 72
74 72
74 72
* : Kebutuhan Protein Nyata ** : Tambahan Protein bu Hamil *** : Kecukupan Protein Yang Di Anjurkan Sumber : Widiya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 dalam Almatsier. S Tahun 2011
2.1.4. Dampak Kekurangan Gizi Bagi Ibu Hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun pada janin. 1.
Ibu Gizi kurang pada ibu akan menyebabkan resiko komplikasi sperti anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah dan terkena infeksi (Pudiastuti, 2011).
Universitas Sumatera Utara
23
2.
Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, perdarahan setelah persalinan, persalinan macet (Pudiastuti, 2011).
3.
Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, dapat menyebakan abortus, bayi lahir mati, kematian janin dalam kandungan, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra uterin, lahir dengan berat badan lahir rendah asupan zat gizi selama kehamilan (Pudiastuti, 2011). Berdasarkan hasil penelitian nining kejadian hiperemesis gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida dari pada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Hiperemesis gravidarum terjadi 60% pada primigravida dan 40% pada multigravida. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan konisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila menderita anemia (Adriani M dan Wirjatmadi, 2012).
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.5. Pola Makan Sehat Bagi Ibu Hamil Jadwal makan makanan bergizi seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Untuk makan utama makanan yang dikonsumsi tetap harus mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta air. Porsi Sedikit Tetapi Sering untuk mencegah gangguan pencernaan pada ibu hamil dengan mengatur porsi makan dalam jumlah kecil namun sering (5 atau 6 kali sehari). Mengurangi konsumsi kandungan kafein terdapat dalam minuman seperti kopi, coklat dan minuman ringan lainya, kafein dan tanin yang ada didalam minuman tersebut dapat menghambat penyerapan beberapa zat gizi terutama makanan yang mengandung kalsium (Varney. dkk, 2002). 2.2.
Perilaku Gizi
2.2.1. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah apa yang diketahui seseorang tentang gizi yang didapat baik secara formal maupun secara non formal. Pengetahuan merupakan hasil tahu ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu melalui panca indera, selanjutnya dikatakan bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih permanaen dianut oleh seseorang bila dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan atau perilaku yang ikut-ikutan tanpa mengetahui apa tujuan. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
25
Pengetahuan tentang gizi sebaiknya mendapat bimbingan dan pengawasan dari orang yang lebih mengerti tentang masalah tersebut, sehingga ibu primigravida muda semakin tahu dan mengerti tentang gizi dan dapat melaksanakannya dengan baik. Pengetahuan ibu primigravida muda yang baik akan mendukung konsumsi makanan yang baik juga sehingga tercapai gizi seimbang selama kehamilannya untuk mengoptimalkan derajat kesehatan. Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi makanan yang dikosumsinya. Makanan yang bergizi bukannya selalu makanan yang mahal dan enak rasanya. Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang di konsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang di butuhkan oleh tubuh atau sering di sebut gizi seimbang (Notoadmotjo, 2007). Tingkat pengetahuan gizi menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satu melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan perbaikan kebiasaan konsumsi pangan yang umumnya dipandang baik diberikan sedini mungkin. Selain itu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan perilaku individu dalam penerapan konsumsi pangan untuk mempertahankan gizi yang baik. Selain itu akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Mulyaningrum S, 2009). Salah satu faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya selama kehamilan. Zat gizi yang sangat penting bagi ibu hamil adalah zat besi jika asupan ibu kurang maka akan
Universitas Sumatera Utara
26
menyebabkan ibu hamil mengalami anemia yang berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Untuk itu pengetahuan ibu hamil tentang zat besi sangat diperlukan untuk mencegah ibu mengalami anemia. Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satu melalui pendidikan gizi (Mulyaningrum S, 2009). Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan perbaikan kebiasaan konsumsi pangan yang umumnya dipandang baik diberikan sedini mungkin. Selain itu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan perilaku individu dalam penerapan konsumsi pangan untuk mempertahankan gizi yang baik. Selain itu akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Hasanah, 2012). 2.2.2. Sikap Tentang Gizi Sikap tentang gizi merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek yang berhubungan dengan gizi. Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk mengingini atau tidak objek tersebut. Sikap ini tergantung dari segi positif atau negatifnya, makin tinggi pengetahuan maka makin banyak segi positifnya (Notoadmodjo, 2007). Hasil penelitian Ervina Sari (2006), menunjukan bahwa ibu rumah tangga yang masih muda cendrung menutup diri terhadap lingkungan termasuk didalam kegiatan-kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
27
2.2.3. Konsumsi Gizi Ibu Hamil Konsumsi gizi ibu hamil adalah susunan dan jumlah pangan yang di konsumsi ibu yang sedang hamil, konsumsi gizi dimaksud untuk memenuhi kebutuhan gizi didalam kehamilan, konsumsi seseorang terhadap pangan menunjukkan tingkat keberagaman pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh aspek sosial, pengetahuan, ekonomi, dan budaya. Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan dan mengurangi resiko lahirnya bayi cacat. Selain itu makanan yang baik akan membantu system pertahanan tubuh ibu hamil terhadap terjadinya infeksi. Makanan yang baik akan melindungi ibu hamil dari akibat buruk zat-zat yang mungkin ditemui seperti obatobatan, toksin dan polutan (Mulyaningrum S, 2009). Hasil penelitian Surasih (2005) menyatakan salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian
yang dilakukan Khaidar di Puskesmas Seyegan (2005),
menyebutkan bahwa kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil didaerah penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi asupan protein, sedangkan konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan status kekurangan energi kronik. Remaja-remaja yang hamil dianggap rawan dalam segala
Universitas Sumatera Utara
28
hal termasuk pendidikan, kesehatan, sosial dan gizi. Dari aspek gizi ibu hamil usia remaja tergolong rawan karena tubuh masih dalam pertumbuhan dan janin yang dikandungnya memerlukan masukan gizi yang tinggi.Tanpa didukung oleh tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan tingkat sosial ekonomi yang memadai ibu hamil usia remaja akan mudah mengalami mallnutrisi (Khomsan, 2002). Usia seorang ibu berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya, kehamilan kurang dari 20 tahun secara biologi belum matang emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan (Manuaba, 1998). Hasil penelitian Gustian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan atau tabu pada ibu hamil sehingga ada bahan makanan tertentu yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil seperti larangan mengkonsumsi udang yang merupakan pelancar absorpsi zat besi. Larangan ini akan berakibat pada terhambatnya absorpsi zat besi pada ibu hamil yang akan menyebabkan terjadinya anemia. Selain itu juga terkait dengan konsumsi makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang mengandung zat besi rendah dan kaya akan phytat dimana zat ini menurunkan bioavailibilitas zat besi. Penelitian Nina Herlina di wilayah kerja Puskesmas Bogor tahun 2005 yang mendapati adanya kecenderungan bahwa semakin kurang baik pola konsumsi maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia gizi pada ibu hamil.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.
Kerangka konsep
Pengetahuan tentang gizi
Sikap tentang gizi
Konsumsi gizi ibu primigravida muda meliputi: − Jenis makanan − Frekuensi makan − jumlah zat gizi (energi dan protein)
Gambar 2.1 Kerangka konsep Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwa yang akan diteliti perilaku gizi ibu yaitu pengetahuan gizi, sikap tentang gizi dan bagaimana gambaran pola konsumsi gizi ibu primigravida muda yang dapat dilihat dari jenis, jumlah dan frekuensi makan.
Universitas Sumatera Utara