BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Onong Istilah komunikasi berasal dari kata latin, yaitu
Communication, yang bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Komunikasi hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.1 Menurut Eduard Depari, Ph. D memberikan pengertian komunikasi dalam organisasi adalah penyampaian gagasan, harapan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan penayampian pesan (source, communicator, atau sender) ditujukan pada penerimaan pesan (receiver, communicator, atau audience) yang dimaksud mencapai kebersamaan tersebut diusahakan melalui tukarmenukar pendapat, penyampaian informasi ataupun perubahan sikap/perilaku.2 2.2
Komunikasi Organisasi 2.2.1
Pengertian Komunikasi Organisasi
Organisasi atau organization dalam bahasa Inggris bersumber pada perkataan latin organizare, yang berarti to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi) jadi, secara harfiah organisasi berarti panduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Seperti yang dikemukakan Evert M. Rogers dan Rekha 1
Husein Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, Jakarta, 2002, hal 2 2 Widjaja, Komunikasi & hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, ED 1 Cet 5, 2008
Argawala Rogers dalam bukunya, Communication in Organization, organisasi didefinisikan sebagai”3 : ” a stable system of individuals who work together to achieve, trough a hierarchy of ranks and division of labour, common goals” (suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas.) Selain itu organisasi adalah sekelompok masyarakat yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dan komunikasi merupakan perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat tertentu secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik.4 Sedangkan unsur-unsur
dasar
organisasi
ialah
anggota
organisasi
pekerjaan dalam organisasi, praktik-praktik pengelolaan, struktur organisasi, dan pedoman organisasi.5 Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Pentingnya komunikasi yang efektif antar manusia memiliki peranan penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, organisasi tersebut dapat mencapai tujuan-tujuannya. Seperti yang dikemukakan Kohler komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.
3
Evert M. Rogers dan Rekha Argawala Rogers, Communication in Organization. New York: The Free Press, 1976. 4 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis. Erlangga, 2006, Hal 36. 5 R. Wayne Pace dan Don F Faules, Komunikasi Organisasi, PT. RosdaKarya, 2006, Hal 151.
Menurut R. Wayne Pace dan Don. F Faules, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. 6 Oleh karena itu, organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelanggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunukasi langsung dengan seluruh karyawan. 2.2.2
Komunikasi Internal
Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi internal yang berlansung di dalamnya. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina manusia di dalam organisasi, di mana masing-masing individu anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, tetapi menjadi satu kesatuan dengan adanya kepentingan bersama. Uchjana Effendy memberikan definisi mengenai komunikasi internal, yaitu “Komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer dengan komunikasi yang berbeda di dalam organisasi, yakni para pegawai, secara timbal balik”. 7 Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa dalam suatu organisasi terdapat jenjang kepangkatan yang menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam manajemen tindak saja terjadi 6
R. Wayne Pace dan Don F Faules, Komunikasi Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), PT. RosdaKarya, 2005, Hal 31. 7 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. 1993, Hal. 17
komunikasi antara pegawai yang sama status atau pangkatnya, tetapi juga antara pegawai yang memimpin dan yang dipimpin. Tujuannya adalah untuk mempererat hubungan antara pemimpin dengan bawahan karyawannya, antara atasan dengan bawahannya, antara sesama karyawannya ataupun semua yang terlibat dalam suatu organisasi sehingga iklim kerja dapat berjalan dengan baik. Dalam komunikasi internal, proses komunikasi yang berlansung berjalan melalui alur komunikasi yang terbagi menjadi tiga kegiatan, yakni komunikasi vertikal
(Vertikal
Communication),
komunikasi
horizontal
(Horizontal
Communication), dan komunikasi diagonal (Diagonal Communication). Dari keempat jenis jalur komunikasi di atas jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka bentuk komunikasi yang digunakan adalah bentuk komunikasi ke bawah (Downward Communication) dan komunikasi ke atas (Upward communication) yakni komunikasi vertikal (Vertical Communication). 2.2.3 Aliran Komunikasi Dalam Organisasi Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang tampak dengan terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Saluran-saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi atau ditujukan oleh berbagai sarana formal lainnya. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam komunikasi formal bisanya mengalir ke atas ke
bawah atau dari bawah ke atas atau dari singkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu 1. ”Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan. 2. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan. 3. ”Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal. 2.2.3.1
Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas kebawah (Downward Communication) dan dari bawah keatas (Upward Communication). Menurut Davis (1967) komunikasi kebawah (Downward Communication) dalam suatu organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Sedangkan komunikasi ke atas (Upward Communication) berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia) 8 Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain lain kepada bawahannya. Sedangkan bawahannya memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dan sebanaginya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal-balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja roda organisasi tidak dapat berjalan baik.
8
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Ibid, 189
2.2.3.2
Komunikasi ke bawah (Downward Communication)
Menurut Davis komunikasi ke bawah (Downward Communication) dalam suatu organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan ke bawahan menurut Katz dan Kahn yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don. F Faules dalam buku organisasi, yaitu 9 : 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan. 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi. 4. Informasi mengenai kinerja karyawan. 5. Informasi untuk mengembangkan rasa tugas (Sense of Mission). Adapun fungsi Downward Communication dalam suatu organisasi seperti yang diuraikan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication sebagi berikut10 : 1. Pemberian atau penyampaian instruksi (Job Instruction). 2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (Job Rationale). 3. penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (Procedures and Practices). 4. Pemberian motvasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
9
R. Wayne & Don F. faules, Op.cit, Hal.184 Djuarsa Sendjaja, dkk, Teori Komunikasi. 1998, Hal. 133
10
Lebih lanjut, Neni Yulianita dalam bukunya menguraikan bahwa transformasi informasi dari pimpinan ke bawahan merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan yang umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. Untuk itu berikut adalah contoh-contoh fungsi komunikasi dari atas ke bawah (Downward Communicaton) yang antara lain dapat di ekspresikan melalui kegiatan komunikasi 11 : 1. Instruksi (Perintah) Dalam iklim kerja, instruksi dapat dilaksanakan baik secara lisan yakni dapat dilakukan dalam pertemuan-pertemuan rapat dan dapat pula menggunakan media misalnya telepon, maupun secara tertulis dapat berupa pemberian pengajaran sesuatu yang baru atau menyebarluaskan pada karyawan bagaimana melakukan suatu tugas khusus. 2. Briefing (Pengarahan) Sesuai
dengan
pengertiannya
penjelasan-penjelasan
secara
“briefing” singkat
adalah
atau
memberikan
pertemuan
untuk
memberikan penerangan secara ringkas mengenai suatu hal, situasi atau peraturan-peraturan tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan organisasi. 3. Pemberian
informasi
tentang
kebijakan-kebijakan
perusahaan.
Pemberian informasi tentang aturan-aturan organisasi, aplikasi organisasi, prosedur, sejarah organisasi, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang perlu diketahui Publiknya. 4. Melakukan Penilaian Penilaian pemimpin terhadap pelaksanaan kerja bawahan yang dilakukan atas dasar evaluasi atau penilaian supervisor terhadap 11
Neni Yualianita, Dasar-Dasar Public Relations. 2003, Hal. 94-97
pelaksanaan kerja karyawan, dimana pada tahap selanjutnya penilaian ini harus dapat di ekspresikan pada seluruh karyawan sehingga karyawan dapat mengetahui kemampuan dirinya di mata pimpinan, jika bagus tentu harus dipertahankan dan jika jelek maka harus dapat diperbaiki. 5. Penanaman Ideologi Penanaman ideologi pimpinan perusahaan terhadap bawahannya tentunya yang sesuai dan telah disepakati pihak perusahaan sebagai upaya pimpinan untuk menyampaikan dan menanamkannya dalam diri karyawan, sehingga akan menumbuhkan adanya tingkat semangat kerja, pengabdian, rasa memiliki atau mendukung terhadap organisasi. 6. Pemberian Penghargaan Pemberian penghargaan dapat dilakukan pada peristiwa-peristiwa penting perusahaan, misalnya ulang tahun perusahaan. Dalam hal ini penting pimpinan perusahaan memberikan penghargaan bagi karyawan berprestasi
yang
dimaksudkan
untuk
memberikan
insentif,
motivasi/dorongan-dorongan agar karyawan dapat bekerja dengan giat sesuai dengan instruksi. 7.
Melakukan Teguran Untuk berhasilnya suatu organisasi, maka seorang pimpinan berhak dan harus mampu untuk melaksanakan teguran-teguran pada tingkatan yang lebih rendah dan bawahan yang lalai dalam menjalankan instruksi, baik secara lisan maupun tertulis
8. Pemberian Insentif atau Tunjangan Pimpinan perlu dapat menpertimbangkan untuk pemberian bagi karyawan yang telah dapat mencapai target tertentu yang dirasa dapat menguntungkan pihak perusahaan. Pemberian isentif atau tunjungan dapat memberikan isyarat adanya perhatian, kepedulian, dan kesadaran seorang atasan akan pentingnya peran bawahan bagi perusahaan atau organisasi.
Meskipun Downward Communication memiliki peranan yang sangat penting dalam aktivitas organisasi, namun pada kenyataannya Downward Communication dalam sutau organisasi tidaklah selalu berjalan lancar dengan lancar . Joseph A. Devito menjelaskan bahwa terdapat masalah dalam organisasi ke bawah (Downward Communication) yang terjadi antara manajemen dan karyawan seringkali berbicara dengan bahasa yang berbeda. Banyak manajer yang tidak mengetahui bagaimana agar pesan dapat dipahami oleh karyawannya. Misalnya saja, kebanyakan manajer memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan banyak bahasa teknis mengenai bisnis yang diketahui dari pada para karyawannya. 12 Selain itu, Arni Muhammad menyimpulkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi ke bawah, sebagai berikut : 1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan. 2. Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektrronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatapan muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal-mahal, buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara atasan dengan bawahan. 3. Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebankan dengan memo-memo, bulletin, surat12
Joseph A. Devito Alih Bahasa Agus Maulana, Komunikasi Antar Manusia. Edisi ke 5, 1997, Hal. 347
surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. 4.
Timing Timing atau ketetapan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
5. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.13 2.2.3.3
Komunikasi ke atas (Upward Communication)
Sedangkan komunikasi keatas (Upward Communication) berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia) 14 Dari pernyataan di atas dapatlah dideskripsikan bahwa aliran komunikasi dalam Upward Communication adalah kebalikan dari Downward Communication, ketika pimpinan atau manajemen organisasi meminta informasi dari bawahan atau pada saat pimpinan mendapatkan feedback dari bawahan berkaitan segala hal yang menyangkut organisasinya, atau jika para karyawan menyatakan sesuatu pada atasannya mengenai permasalahan mereka yang berkaitan dengan tugas dan metode-metode yang harus dilakukan, serta menyatakan persepsi mereka tentang organisasi, maka semua itu merupakan komunikasi yang mengalir dari pihak bawahan kepada atasan yang disebut sebagai Upward Communication.
13 14
Arni Muhammad, Komunikasi Organsiasi. 1995, Hal. 110-112 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Ibid, 189
Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas menyatakan bahwa penyelia manjer harus menerima informasi dari bawahan mereka yang 15 : 1. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan mengenai pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang. 2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. 3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-untit mereka atau dalam oraganisasi sebagai suatu keseluruhan. 4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi. Adapun fungsi dari Upward Communication dalam suatu organisasi, seperti yang diuraikan seperti oleh Ronald Adler dan George Rodman yaitu 16 : 1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun yang sudah dilaksanakan. 2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. 3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. 4. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. Umumnya pernyataan seorang bawahan adalah berkaitan dengan apa yang dipikirkan dan diinginkan atasannya untuk selalu di dengar bawahan. Berikut contoh-contoh komunikasi dari bawahan ke atas meliputi misalnya 17 : 1.
Permohonan Bantuan Biasanya permohonan bantuan adalah dalam bentuk materil. Misalnya, jika karyawan mengalami kecelakaan, sakit, melahirkan,
15
R. Wayne & Don F. Faules, Op.cit, Hal. 90 Djuarsa Sedjaja, dkk, Op.cit, Hal. 133 17 Neni Yulianita, Op.cit, Hal 100-101 16
Kebutuhan keluarga, dll. 2.
Laporan Prestasi Kerja Laporan prestasi kerja dapat disampaikan oleh sebagian pada bagian tertentu kepada atasanya yang berwewenang. Laporan tentang prestasi kerja ini biasanya dapat dilaksanakan dalam bentuk tulisan misalnya laporan yang disampaikan dalam bentuk catatan-catatan, memo atau surat-surat biasa maupun secara lisan misalnya laporan yang dilakukan melalui tatap muka lansung melalui rapat-rapat atau pertemuan yang direncanakan secara formal.
3.
Saran-saran Untuk suksesnya suatu perusahaan, maka saran-saran diajukan pihak bawahan juga harus menjadi pertimbangan seorang pimpinan, khususnya bagi perusahaan kebijakan organisasi yang akan dilaksanakan. Saran-saran dapat diajukan dalam bentuk lisan melalui rapat atau pertemuan maupun secara tertulis surat-surat lansung atau yang dimuat di media organisasi.
4. Opini Pendapat publik karyawan atau bawahan baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif harus disampaikan dari bawahan ke atas, walaupun pendapat tersebut negatif seorang pimpinan seyogyanya perusahaan dengan baik dan menjadi pemikiran untuk suatu kebijakan perusahaan pada tahap berikutnya. 5.
Usulan Anggaran Usulan anggaran yang dibuat bawahan umumnya adalah anggaran yang minta guna terlaksanakannya suatu suatu pekerjaan yang memerlukan anggaran, biasanya dilakaukan secara tertulis dalam bentuk proposal kegiatan misalnya proposal berupa usulan anggaran untuk kegiatan promosi.
Keberadaan Upward Communication dalam sebuah organisasi sangatlah penting, karena tanpa adanya komunikasi ke atas manajemen dalam hal ini atasan tidak pernah akan mengetahui bagaimana pesan disampaikan kepada bawahan apakah telah diterima dengan baik atau tidak, oleh karena umpan balik (feedback) dari bawahan baik secara berupa pengajuan pertanyaan, usulan maupun kritik kepada atasan sangatlah dibutuhkan dalam hal pengambilan keputusan. Meskipun jelas penting, tetapi komunikasi ke atas lebih jarang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena ada hambatan psikologis antara atasan dan bawahan. Dalam menyimpulkan literatur berkenaan dengan hal ini, Gemmil menyatakan tiga hambatan psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke atas 18 : 1. Jika bawahan percaya bahwa penyikapan perasaan, opini atau kesukaran akan mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian tujuan pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau memblokkannya. 2. Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan, opini dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan mengungkapkannya. 3. Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini, dan kesukaran kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula kemungkinan keterbukaan dari pihak bawahan. Dengan demikian hal ini tentu saja perlu menjadi perhatian bagi para pemimpin guna merangsang timbulnya komunikasi dari bawahan.
18
Dedy Mulyana, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi. 2001, Hal . 183
2.4
Public Relations 2.4.1
Pengertian Public Relations
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publiknya yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan oragnisasi tersebut. Public Relations fungsi mmanajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang mempunyai kepentingan publik serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik. Public Relations fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi dan publiknya. Public relations melibatkan manajemen problem atau manajemen isu peublic relations membantu manajemen agar tetap resposif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik. Public Relations mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepetingan publik, Public Relations membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends) dan Public Relations menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya.19 2.4.2 a.
Fungsi Public Relations
Hubungan internal adalah bagian khusus dari Public Relations yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara
manajemen
dan
karyawan
tempat
organisasi
mengantungkan
kesuksesannya. Tentu saja, aspek yang amat penting bagi kesuksesan organisasi adalah karyawan. Sebelum ada hubungan dengan konsumen, pelanggan, 19
Rex.F.Harlow,”Building a Public Relatins Defenition,”Public Relatios Review 2, No 4(Winter,1976):36
lingkungan, investor dan pihak lain di luar organisasi, manajemen harus lebih dahulu memperhatikan orang-orang yang bekerja kepada mereka di dalam perusahaan. b.
Publisitas, seorang Public Relations dapat menyediakan informasi
yang mereka anggap pantas diberikan untuk diberitakan, yang disebut publisitas. Mereka mungkin menggunakan informasi tersebut sebagaimana adanya, atau mengubah informasi asli, atau mengubah cara penyampaian informasi, biasanya tanpa menyebutkan spesialis publisitas sebagai sumbernya. c.
Advertising adalah
seorang Public Relations menggunakan
advertising untuk menjangkau audience yang lebih luas, bukan untuk konsumen yang menjadi sasaran marketing d.
Press Agentry adalah agen pers berusaha menarik perhatian publik
dari sekedar membangun pemahaman publik. Publisitas adalah stategi utama mereka. Mereka mendasarkan pendekatannya pada teori penentuan agenda, yang menyatakan bahwa banyaknya liputan media massa yang akan menentukan persepsi publik terhadap arti penting relatif dari topik dan orang. Mereka menarik perhatian melalui praktik press agentry. e.
Public Affairs adalah dalam perusahaan Public Affairs biasanya
mengacu pada usaha Public Relations yang berkaitan dengan kebijakan public dan Corporate Citizenship. Spesialis Public Relations mendeskripsikan hubungan antara Public Relations dengan Public Affairs adalah kegiatan Public Relations yang menangani kebijakan public dan public mempengaruhi kebijakan tersebut.
f.
Lobbying adalah bagian yang lebih spesifik dan banyak dikritik dari
aktivitas Public Relations adalah sebuah kegiatan yang berusaha untuk mempengaruhi keputusan legislatif dan peraturan pemerintah. g.
Manajemen isu adalah manajemen isu pertama kali dikemukakan oleh
konsultan Public Relations, W. Howard Chase menurutnya manajemen isu mencakup identifikasi isu, menentukan prioritas, memilih program strategi, mengimplementasikan
program
aksi
komunikasi,
serta
mengevaluasi
efektifitasnya.20 h.
Hubungan Investor adalah hubungan financial adalah bagian lain dari
Public Relations dalam perusahaan. Hubungan investor bertugas menambah nilai stok (saham) perusahaan. Biaya modal dikurangi dengan cara menaikan tingkat kepercayaan pemegang saham dengan membuat saham menjadi menarik bagi investor perorangan, analisa finansial, dan investor institusional sukarela. i.
Pengembangan adalah bagian khusus dari Public Relations dalam
organisasi nirlaba yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukung.
20
W.Howard Chase,”Public Issue Management:The New Science,”Public Relation Journal 33, No.10 (Oktober 1977): hal 25-26
2.5
Kinerja Karyawan 2.5.1
Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan maju atau tidaknya suatu perusahaan dapat terlihat dari kinerja yang ada pada perusahaan tersebut. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yang berarti penampilan kerja, pencapaian kerja, prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Banyak batasan yang diberikan oleh para ahli mengenai istilah kinerja : berikut ini penulis akan menyajikan beberapa definisi tersebut untuk menarik pengertian yang umum dari kinerja . Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara yaitu : “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang diacapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.21 Sedangkan Malayu Hasibuan mendefinisikan istilah “Kinerja” sebagai berikut : “Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. 22 Lebih lanjut menurut Suyadi Prawirosentosa, kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi. sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
21
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. 2001, Hal.67 22 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya manusia. 2002, Hal 94
rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal. tidak melangggar hukum sesuai moral maupun etika. 23 Berdasarkan uraian definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu proses dalam rangka pencapaian hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sebagi sumber daya manusia (SDM) dalm suatu perusahaan dan organisasi. karyawan diharapkan dapat memanfaatkan kemampuan (skill) yang ada pada dirinya guna meningkatkan kinerja yang baik. 2.5.2
Penilaian Kinerja Karyawan
Setelah karyawan diterima, ditempatkan dan dipekerjakan maka tugas suatu perusahaan selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan yang biasanya diwakilkan kepada pihak Human Resource Departement maupun kepada pihak manager. Istilah penilaian kinerja karyawan dalam bahasa inggris disebut Performance Appraisal atau Performance Evalution. Dalam hal ini, Roger Belows dalam Psychology of Personnal Bussines Industry (1961) menyatakan bahwa : “A Periodical evalution on the value of an individual emplotee for his/her organization conducted by his/her supervisor or by someone in a position to evaluate his/her performance”, yaitu suatu penilaian periodik atas nilai seseorang individu karyawan bagi organisasinya, dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam posisi untuk mengamati/menilai kinerjanya. 24
23
Suyadi Prawirosentoso, Manajemen SDM Kebijakan Kinerja Karyawan : Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia. 1999, Hal. 2
24
Achmad S. Ruky. Sistem Manajemen Kinerja : Panduan Praktisi Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. 2006, Hal.12
Penilaian kinerja karyawan harus dilakukan secara periodik untuk dapat mengetahui kualitas maupun hasil yang dicapai oleh karyawan tersebut dalam waktu tertentu. Penilaian kerja penting bagi setiap karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya. Unsur-unsur penilaian kinerja menurut Malayu Hasibuan adalah : 1. Kesetian Penilai mengukur kesetian karyawan terhadap pekerjaanya, jabatannya, dan organisasi. Kesetian ini dicerminkan oleh kesedian karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab. 2. Prestasi Kerja Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tesebut dari uraian pekerjaanya. 3. Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya. 4. Kedisiplinan Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. 5. Kerja sama
Penilai menilai kesedian karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertikal maupun horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik. 6. Prakarsa Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri
untuk
menganalisis,
menilai,
menciptakan,
memberikan
alasan,
mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya. 7. Kecakapan Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan didalam situasi manajemen. 8. Tanggung jawab Penilai
menilai
kesedian
karyawan
dalam
mempertanggung
jawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan, hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. 25 Dari unsur-unsur penilaian kinerja yang baik di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kerja dapat di ukur dengan melihat kesetian yang dimiliki karyawan. Karena dengan setia organisasi akan aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan; kejujuran karyawan dalam dalam melaksanakan tugasnya; kedisipinan karyawan dalam bekerja; kreativitas karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya; kerjasama yang
25
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed Revisi, Opcit, Hal 95-96
dilakukan karyawan di internal organisasi yang diukur dalam penilaian kerja; kepemimpinan; kepribadian yang baik dan prakarsa juga menjadi bagaian dalam penilaian kerja; selain itu kecakapan dan tanggung jawab juga menjadi suatu yang penting dalam penilaian kerja. Bisa dikatakan, jika semua unsur penilaian kerja tersebut telah dilakukan dengan baik, berarti kinerja karyawan tersebut telah maksimal. Begitu pula sebaliknya, jika ada unsur penilaian kinerja yang tidak dilakukan, maka ada kemungkinan kinerja karyawan tersebut kurang baik atau tidak maksimal.
2.6
Peran Komunikasi Vertikal Terhadap Kinerja Karyawan Komunikasi di dalam suatu organisasi sangatlah penting dan terjadi baik
secara vertikal, horizontal, maupun diagonal. Salah satu bentuk komunikasi yang penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi atau perusahaan yaitu bentuk komunikasi vertikal (Vertical Communication). Pentingnya komunikasi vertikal bagi suatu perusahaan atau organisasi ditekankan oleh survei terhadap riset yang dilaksanakan oleh Lyman W. Porter dan Karlene H. Robert, yang menemukan bahwa dua pertiga dari komunikasi manajer terjadi dengan atasan dan bawahannya.26 Komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (Downward Communication) dan dari bawah ke atas (Upward Communication). Komunikasi ke bawah (Downward Communication), yaitu: Pesan yang 26
James A.F. Stoner, Manajemen, Jilid kedua, Edisi kedua, 1986, Hal.164
mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Pesan tersebuat biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum. Menurut Lewis komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan
kecurigaan
yang
timbul
karena
salah
informasi,
mencegah
kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke atas (Upward Communication), yaitu: Pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Suatu perusahaan hanya akan dapat mewujudkan tujuannya jika setiap orang yang bekerja pada perusahaan tersebut melakukan kerjasama yang baik antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya hubungan yang baik diantara sesama pekerja dalam suatu perusahaan melalui komunikasi internal yang bersifat dua arah. Jalinan komunikasi tersebut akan menciptakan dan meningkatkan kinerja dalam melaksanakan segala kewajiban dan tugas yang diemban oleh masing-masing karyawan. Berdasarkan hal itu berbagai bentuk komunikasi termasuk komunikasi vertikal dikembangkan, baik komunikasi dari atasan kepada bawahan dan sebaliknya yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan. Dengan adanya berbagai bentuk
komunikasi tersebut dalam organisasi maka memungkinkan kebutuhan manusia dalam organisasi terpenuhi. 2.6.1 Karyawan Kelangsungan hidup seuatu perusahaan, sangat dipenagruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah karyawan. Karyawan adalah mereka yang bekerja dengan menerima upah atau gaji berupa uang maupun barang. Archilbald William mengemukakan bahwa: 27 ”Employee relation down in the day-by –day are built or torn down established at the bench machine of office desk” Hal ini bisa diterjemahkan bahwa hubungan dengan karyawan merupakan suatu kekuatan yang hidup dan dinamis yang dibangun atau diruntuhkan dengan hubungan perseorangan sehari-hari terbina di belakang kerja, mesin, dan meja tulis. Malayu Hasibuan berpendapat pegawai adalah penjual saja, baik pikiran maupun tenaga dan pendapat kompesasi dari perusahaan yang besar telah ditetapkan terlebih dahulu. 28 Komunikasi
pegawai,
juga
disebut
komunikasi
internal
atau
hubungan dengan karyawan (Employee Relations) menciptakan dan memelihara system komunikasi internal di dalam organsiasi. Hubungan Komunikasi adalah dua arah, sehingga semua pegawai berpeartisipasi bebas 27
Onong Uchjana, Human Relation dan Public Relations. mandar maju, Bandung, 1993, Hal 1142. 28 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. PT.Gunung Agung, Jakarta, 2000, Hal. 12
dengan pertukaran informasi. Karyawan yang well-informed biasanya karyawan yang puas. Mereka adaah pekerja yang lebih baik bagi organisasi. Karyawan akan memiliki pengaruh positif yang signifikan pada hubungan dengan
konsumen,
masyarakat,
investor,
media.
Singkatnya
ketika
hubungan komunikasi terbiasa antara majikan dan karyawan, tujuan organisasi lebih mungkin untuk dicapai. Komunikasi perusahaan yang membantu dalam membangun sebuah tim, menguatkan kebanggan dalam bekerja bagi perusahaan dan mendorong orang untuk bekerja yang sedikit lebih keras agar dapat memenangkan kompetisi. Komunikasi pegawai tidak terbatas pada jurnal internal. Pada awalnya komunikasi dengan pegawai dianggap sebagai komunikasi ke bawah saja atau berkomunikasi satu arah bukannya komunikasi dua arah. Karena kebutuhan hukum yang mengharuskan pihak manajemen untuk lebih terbuka dan informative kepada semua pegawainya sehingga tidak akan terjadi pemogokan atau unjuk rasa yang bersumber dari desas-desus yang berkembang sebagai akibat dari ketutupan pihak manajemen. 29 Karyawan setiap organisasi sudah tentu terdapat perbedaan, hal ini disebabkan
beda
dalam
lingkungan
hidupnya,
pengalamannya,
pendidikannya. tetapi di antara mereka semua terdapat hal-hal yang sama. Karyawan sama-sama menghendaki : 30
29 30
Frank Jefkins, Public Relations, Penerbit Erlangga Edisi keempat, Jakarta, Hal. 178 Onong Uchjana. Ibid, Hal 145.
1. Upah yang cukup Upah yang cukup adalah cita-cita semua karyawan untuk mencapai itu, ada diantara para karyawan yang menggiatkan diri dalam pekerjaannya dengan rajin. 2. Perlakuan adil Perlakuan yang adil adalah hasrat semua karyawan-karyawan, tidak saja berhubungan dengan gaji, tetapi juga dengan perusahaan lain-lain. Hanya dengan berkomunikasi dengan mereka, kesalahpahaman akan dapat dihilangkan dan kepercayaan kepada pimpinan kembali di bina. 3. Ketenangan kerja Para karyawan akan tetap giat bekerja, apabila mengetahui bahwa bagi mereka terdapat : a. Jaminan, jika mereka dengan keluarganya terjadi musibah. b. Jaminan keamanan kerja. c. Jaminan hari tua. 4. Perusahaan diakui Pada setiap karyawan terdapat perasaan ingin diakui (Sense of Belonging) sebagai karyawan yang berharga. 5. Penghargaan atas hasil kerja. Para karyawan menginginkan agar hasil kerjanya dihargai meskipun sebenarnya adalah kewajiban mereka untuk segiat-giatnya. 6. Penyalur perasaan Karyawan butuh media untuk menyalurkan keluh kesah, penadapat, saran, ide, dll.
2.7
Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : - Ho (Hipotesis Nol) = Tidak terdapat pengaruh terhadap komunikasi vertikal dengan kinerja karyawan di PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia Jakarta Barat - Ha (Hipotesis Kerja) = Terdapat pengaruh terhadap komunikasi vertikal kinerja karyawan di PT. Rajawali Citra Televisi Jakarta Barat.