TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tearitis terhadap penelitian mengenai "Hubungan mtara Janngan Komunikasi dengan Sikap Petmi terhadap Teknologi SUTPA" meliputi; 1)
komunikasi, anrata lain; pengertian kornunikasi, jarkgan komunikasi, komunikasi dm difusi inovasi, 2) sikap, antara lain; pgertian silq, kompomn g G 4 , -or-
f&or ymg mempengaruhj sikap dan pengukuran sikap, 3) hubungan j-an
komunikasi dengan sikap, dm 4) SUTPA
-
sistem usaha &mi &&asis
pa&
berorientasi agribisnis.
Komunikasi
PengertianKomunikasi Komunlkasi didefisikan sebagai suatu p m x s penyampian informrrsi, ide, emosi, ketemmpihn, dm lain dagainya dari sumber ke penerima mehdui
penggmm simbo1, angka, g d i k dan lain sebagahya (Arih, 1988). Kmudim Zarrden (1990), memberikan definisi komufiihi seb@
*
*
suatu pmses mengrrrmkan
infbmasi, ide, sikap dim emosi oleh seseorang kepsda orang fain. Komunikasi
. wbagai
suatu p y a t a m antar manusia, baik secara perorangan maupun secara
bakelompok, bersifit umum d=gan menggmkm bda-tanda, kode: simbol atm lambang tertenku, adalah de-i
yang diemukan oieh Soekartawi (1 988).
Littlejohn (1 996), memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses yang kernbuat admya kebersamaan bagi dua individu atau lebih, yang semuladirnonopoli
:;
.Jeh satu atau
beberapa individu saja. Selanjutnya Kincaid rian Schramm (1987),
:;.lendekisikan
komunikasi sebgai proses d i n g membagi atau menggunakan
: lfomasi secara bemama dan
saling bemubungan di antam partisipan &lam proses . .-
;i;fomasi.
G o d e s &lam Jahi (1 993), menyatakan bahwa kcnnunikasi adalah sebagai
proses yang mana partisipan-partisipmyad i n g membuat dan ding bertukar t a d a infomasi dmi seseorang kepada yang l h y a &xi waktu ke waktu KO-
b:mmnikasi temhut menjehkan bahwa, proses komunikasi setenamp nmupkan proses pertukar;vl infbrmasi (sharing of infomulion) di antara i d @ .
i;.cmikiaa, Rogers dan W
D e w
d (1 98 1) dan Rogers (1 983), menjelaskanMwrr,poses
komunikasi merupakan proses pertdamn inhmasi seam $ems menerus, di mana setiap infomasi merupakan akumulasi dari hfomi-hformasi sebelunmya yang akhhya a k a menimbullrankesamaan pengedhn diaatara partisipan.
Komudmi pssda hakekatnya bukan hanya ilmu peqebhuan, tetapi juga me~upakanseni w a d . Berkenaan dengan pernyataan -but,
maka K i n d dan
Schrarnm (1 987), k q m d q a t bahwa untuk d a p t krkormmilcasi dmgm baik, setiap
partisipan dituntut tidak hanya memahami proses M o m n n i k a i ~tetapi juga harus mampu menerapkan pengetahuannya secara M seseomg @at
nmyampikan pengal-ya
pengahman t e d m
mtrtgalaminya &ri.
E MelaIui berkomunikasi.
kepada orang lain sehingga
menjadi m3ik omng bin, ianm orang him in! Kemudian Tub& dan Moss (1 996), rnengemukakan bahwx
den*
jheriramunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi atau p e m ,
pendapal, idc , konsepsi, pengetah an, perasam, sikap, dan perbutan ke@
orang
lain seem timbal balik, baik sebagai sumber (yaitu penympai pesan) maupun sebagai pmcr7ma pesan. Eiogixs clan Kincaid (198 f ) dan Rogers (1983) mengatakan bahwa, proses
sling n~::mbuatdan d i n g tukar mnukar inforrnasi d i antara jmtkipn &ah
agar
didapadcan smtu saling pengeman dan pemahamafi secara bersama mengenai suatu obyek di anma mereka Selanjutnya Gonzales dalam Jahi (1 W3),menjelaskan 5ahwa p&lpan y m g rneIakukan transhi atau d i n g tukslr menukar infomi
dengan m i y a sendiri telah memberikan kontribusi pada proses tumbuhk e m h g n j a s a b g pengertian, Ihi beberap pengertian komunikasi di atas, &pat diEarik suatu kesimpulm
tentang penkertian komunikasi sesuai dengan penelitian hi, yaitu kom-i m q a k a n i n u i sosid berupa proses d i n g tukarmenukar informi, ide, emosi, keterampilan d m lain sehagainya, dalam m e n w tujum kesamaan pengertian atau
makna dari a p y m g di-
tersebut.
Jaringan Komunikasi Salah satu cara untuk memahami tingkahlaku manusia adalah dengan mengamati dan memahami hubungan-hubungsn sosid yang tercipta b n a adanya proses komunikasi interpersonal di antara individu tersehi hgkan
memahami h&ungan-k~bungansosial tersebut, &pat
kornunikasi ymg tehentuk.
untuk
dipelajari melalui jaringm
-.
+
Secara sea l ~rhana,difinisi jaringan komunikasi adalah -'siapa berbicara
dengan siapa m u kepada siapa" (Beebe dm Masterson, 1994). Selanjutnya Gonzales dalam Jahi (19S3) mengatidcan bafiwa, hub-
siqa dcngan siapa dapat
diilustmsikan d a l m sebuah sosiogram yang berguna unak menelusuri jmhgan informasi a t a ~ ~ u :fifusi rl suatu inovasi. Kernudiam DeVito (1 997), mendefmisikan jaringan k o m e i h i sebagai suatu s a l m atau jalan tertentu yang di-n
unt&
rnenemkan p e w dari satu orang ke orang lain
Sehubungau dengan terbentuknya j
m kmunikasi, maka Rogers dan
Tiogers (1976) menjefaskan bahwa, istiiah jahgm dalam konteks ZEomunikasi mengacu pada suatu pengelompokkztn sej-
iradividu a&lu iairmya yang ber-
interaksi sab ssma lain menurut pola hubmgm tmtah dari waktu ke waktu.
Selanjutnya pengesiianjaringan komuaikasi menu& ROW dan Kincaid (I 98 1) dan Rogers (19831, midah jaringan yang tedki atas sekumpuhn individu
ding
membentuk hubungan relatif stabil melalui jaringan Wrmasi terpola pada kurun waktu~tudahmmglcamencapaitujuaaymg~secarabersama Bedas&m beberrrpa Pengertian mengenai
komunikasi di atas,
dapat d i e kesimpulan bahwa p n g a hjaingm kommhsi secm W spesifik sesuai dengan pnelitbn ini, p i t u suatu mngkah hubungsln di antara individu di
dalam suatu sistem sosial, sebagai &'bat dmi terjsdinya pmhhm irrfbnnasi di anma individu -but,
sehingga mudmtuk suatu pda jruingm komunikasi.
Dengan & m & h Jaringan komunikasi ke1ompk tani yang pernah menerapkan program teknologi SUT'PA ddah jwhgau komutdmsi antar mggota kefompok &mi
yang terbentuk kr..:.~,~ I. terjadinya komunikasi m u pertukaran informasi di antm
'petanidalam mem bicerdcan teknotogi SUTPA. Mempelajiu+ t ir~gkahlaku manusia berdasatkan proses komuniki yang
tejadi di mtara partisi pan menurut Rogers dan Kinmid (1 9811, adahh meldui pendebtan d i s i s jalxgan komunikasi. Analisis-j -
kom-i
merupakan
suatu m d e pec;:!itiar, untuk mengidentifibi s l n h r komunikasi suatu sistem, dalam maraa hubungm mengenai aliran atau jmingaa kornlmhsi dimalisis dengan menggunakan bebempa jenis hubungan iaterpemd sebagai unit andisis.
Lebih lanjut dijehskan M w a , ada beberap ha1 yang perlu d i b k a n di dahm adisis jaringan komunikasi antam lain; I) i d e n t i h i klik (clique) dan
ti@dMa komunikasi dalam
menentukan bagahma clique ini mem-
sistem, 2) identiiikasi perman k o r n m i s p i @ q x r h pantam (liaison), jembatan (bridge) dan pencilan (isolate),dan 3) mqukw beberapa indeks s t d d u r komunikasi seperti derajat koneksi iedividu, h j a t htepi, demjat diversitas,
&d, clique dm atau seluruh sistem. Sedangkan hdhtmjahgm komunW di tingkat individu terdiri atas; 1) demjat Iredindividu (ilpdivichral mlufecfedness), 2) derajat in-i
individu (individual Wgration), dan 3) demjat perbedsaanya
(individual diversity). IndiWr t e d t di atas d d a h sebagai pubah jaingan atau "netuwrk varhbles '' (Rogers dan Kin+
1981).
R q p s dm Kincaid (1 98 1) dm Rogers (I 983) mengatdmbahwa, kumindividu d i n g berhubungan melalui j@an
infbrmasi yang disebut sebagai
j e g a n komunikasi rnempunyai tingkat shddm terkmtu yang SUM stabif. SmSrtur komunilrasi den!;Km ko~pleksnyasehmgga mggota &dam sum sistem tidak dapat
memahami tentang
-i:txl-.i~rdan
bentuk kornmikasi yang mereka jalankan.
Badasarkan ha1 terse1:-.;tr-~ska Kmch, Crutchfield dan Bailachey (1 962) dm Rogers (1 983) berpendapat t i ! h ~ ikeadaan . a b u t disebabkan oleh
ada banyak xkali
kemungkhan hubwpm cx~tarindividu di dalam kelompok yang t h n t u k dan hubungan tersebut yar;; d.zn memkntuk jaringan hempjaringan kornunikasi.
Krech g t
(i W2) lcbih Ianjut mengataksln bahwa, sbuktw komunikasi ya!ag
terbmtuk di &lam suatu kelompk, d
i
m oleh status hirarkhi
Wtu
pehdaan status atau tingkatan status dari yang paling bawah sampai paling atas), di
mana ar-ggota kelompok y m g be*
(ras ataujabatam-ya) bi1a k d a ddam suatu
situasi yang krpaksa akan ~nelakukankontak atau Womunikasi pertama dengau
sesama anggota lain c h i kelompoknya dm dengsrn adanya status hirarkhi demikian akan mempengadi efisiemi perneeahan d a b yang muncul dahn astern sosial
tersebut.
Semen-
itu Rogers (1983), mengatakan bahwa strulctur k o m ~ yang i
e n t u k pa& suatu sistem, d h m a k m
~~ besar d u i individu di d a b
sistem tersebut Ixrsiht homofili. Mereka rnehhkm ptoses komunikasi kngm sesama
mereka yang mempunyai kesamaan dengan m y 4 sehingga m b e n t u k
kelompok kezil bmqa clique. Selanjutup dijelaskan bahwa, metode d i s k
jaringan dilIakukan dengan cara mengelompkhn para individu dalam clique tertentu bedadcan kepada kedekatan hubungan an&r
m g g o t a clique-nya. QZeh
sebab itu individu yang hubungamya lebi dekat dikelompokkan d a h n satu clique yang smm Hal sen& juga diperlihsrtkan oleh hasil peneliiian yang bil&&an
Kelley ahlam j h x h g g Z !962). menyatakm bahwa adanya kecenderungm dari
orang yang bmtatmIebih rendah u n d tidak membicarakan atau mengkritik tugas
dari orang yang bmtatw Iebih tinggi dari mereka atau sebaliknya. Selanjutnya hasiI studi yang dilakukan oleh Heinicke dm Bales t a h h p kestabilan status dan ekktivitas kelompk menyimpulkan b a h ~ a"ketompok , yang status M i n y a stabil, terbukti Lebih efektiif dalam Mubungan atau
bedcomunikasi bila dibandingkan -lump&
di mana hubungan status di
Ekntuk m u m dari struktur jarhgan komunikasi yang tehentuk pada suatu sistem, menurut k e c h et a1 (1962) dan DeVi (1997) mtara lain k k n t u k ;
Melakukan anedisis j a r i r e kmmikssi ti&
hanya mmgidentiiikasi
stnrZrtur komunhinya, tetapi juga dapt memahami gambaan in-i,
kkwrrsi komi~nikasiyang terjadi serta
Pensro spesifik iEtdividu tersebut mtara lslin
srrah dm
spesifik individu dalam sistem wsial, bintang (scar),pemntara(Iiaison),
jemhatan (brddge), daln pencilan (id&) Perlunya . identi-i
individu yang
mmpunyai penman spesiiik, b n a fungsi dari peranan spesifik tcmebut dapat
memperlancar atau menghambat penyebaran suatu inovasi (Rogers dan Kincaid. 1 98 1 ). Selain peranan individu yang terdapat di &lam struktur jaringan komunikasi
tersebut, juga t d a p a t clique yaitu kelompok kecil di &lam sistem.
Lebi lanjut Rogers dm iCincaid (1 98 1), menjelaskan bahwa clique addah
bagian dari sistem alau sub-sistem berupa kelompok kecil, dimana para anggotanya relatif :ebih scrhg berinteraksi satti sama lain dibandhgkan dengan anggota lamnya di dalam sistem. Bridge adalah anggota kelompok clalam suatu organisasi yang
menghubungkan kelompok tersebut dengan kelompok lainnya. Individu ini
membantu untuk ding xiernbexi informasi di antam kelospok dm mengkoodinasi-
kan kelompok. Liaison, addah sama perannya dengan bridge, tetapi individu itu sendie b
~ 3nggc)ta h A
d
salah satu kelomp~k.kdividu ini juga m e m h t u d a l m
membagihgikan informasi yang reievan di antara anggota kelompok d a h u sistem. Isolate, adalah anggota kelompok yang mempunyai kontak minimal
Sedan*
dengan wamg lain di dalam kelompok atau hanya dengan satu orang saja atau tidak sama sekali. Orang ini menyembunyikan diri dalsm kelompok ahu diasingkan oleh rehya
Sefanjutnya Rogers dan Kincaid (1 981) menjelaskan bahwa, derajat koneksi
individu ( i n d i v i b l comctedness)atau h j a t keterhubungan iadividu atautingkat keterkaitan individu, yang didemsib sebagai jurnlah hubungankomunikasi secara
lmgsmg ymg d i 1 i k i oleh seorang individu dengan i~diVi.d~ laifl Mam suatu sistem di-
dengan jumlah kemungkinan hubungan sejenis di dalam suatu sistem,
yaitu N-I, dimma N addah jumlah individu di dalam jaringan. r)erajzt
Jndividu (if-ividual intepation) atau tingkat kekompakan hdividu, adalah jumlah
hubungan komunikasi tidak langsung diantara individu-individu auggota jaringan icomunikasi pribadi dibagi dengan jurnlah hubungan yang mugkin diantara anggota
i aringan tersebut. sedangkan derajat diversitas atau derajat pefkdam individu (individualdiversip) disebutjuga tingkd keragaman individu, didefisikan sebagai
proporsi hubungan yang menyimpang yang dimiliki individu dari sumbw-sumber
i n f o m i di dalarn sistem. Adapun cara pengumpub data jaringan komunikasi adalah h g a n metode
sosiometri, yaitu meto& penyelidikan yang didasarkan p d a "siapa b t e r a k s i d e w siapa" atau "dari siapa -ran&
mendapatkan informasi tertentu, sesering
q a k a h mereka m e n d i s k w h topik tersebut". Data sosiomesi yang dituang dalan
bentuk skema atau gambar miometri disebut d e w sosiopm. p-bar
sosiogrer=
clapat memperlihatkan, opinion leacder lpemimpin opini yaug disebut juga pemuka penclapat), bridge, liaison, isdate, jumlah clique yang ada dalm suatuj-m, jaringan informasi, struldur j a k g q k e p h h n atau frekuensi -h
arah
('Rogers
dm Kincaid 198 1;G o d e s &Earn Jahi 1993).
Komumikasi dan Difusi imvasi %bagaimam yang d h h h u i , bahw masyarakat petani dipdesaan, krinteraksi dengan dam, dengan cara bekej a atau kTkasya dari w a b ke waktu. M w k a hidup bersma s e w mggota rnasyarakat yang mempunyai padmgan dm
penilaian temadap dam, k ~ a waktu , dm huS e h u b g a n dengan pen-
dengan alam (Levis, 1%).
di atas Rogers dan Shoemaker dalom (HmAf 987)
nrenyatakan bahwa, suatu paket inovasi atau teknologi baru tidak akan ada
msnfjnt-lya atau tidak berarti apa-apa bsgi petani, apabila inovasi tersebut tidak
dikcm ~4kasikanke ddam alam m a s m a t pedesaan tersebut. Lebi h Ianjut dikata-
krtl : bal;.wa suatu
inovasi yang telah teruji, perlu disebarluaskan agar rnasyarakat
&pat n:rmgenal, mengetahui, dan menentukan akankah mengadopsi atau menolak
teImo1n::i tersebut.
Kehubungan dengan difisi inovasi, menurut Rogers (1983), Zahapan yang umum dilakukan
proses pengambilan keputusan inovasi meliputi; a) tahap
pengemian, b) tahq persuasi, c ) tahap p e n g m b i h kepuiusaa, d) tahap
implemmntasi, dan e) tahap k o n h m i . Tahap pengenalan, adalah tahap memperkenalkan keberadaan suatu hovasi
kepada o~.anglain dan mereka memperoleh bekapa pmgertk tentang bagahma
kegunm~
madkt
inovasi tersebut Tabp p u a s i , a & M b b p yang
rnenunjukkm gejda di mana individu mulai membentuk sikap sdca atau tidak-suka t d a p iaovasi, Tahq keputusan, merupakan tahap individu melakukan aktivitas
yang akanay-
u t u k membuat suatu pilihan mewxima atau menolak.
Tahap implementasi, aid& tahap individu melakukan a p yang flldah mefupakau
keputusannya, yaitu menerapkan inovasi atau tidak m e n e q b n Tahap konhmsi, yaitu tahap individu mencari pguatan atau pngukuhm terhadap keputusrrn yang te1ah dibuatnya, Pada tahap ini mungkin irmdividu y m g
keputusan yang telafi dibuat sebelumnya, jika dia d
akan menolak i pada i n f o m i yang
krtenmngan dengan inovasi yang telah diterapkan atau yang pemah ditolahya atau sebdiknya seseorang itu akan kbih yakin &an inovasi k m e b clan melanjuthnya
.A~'d!>ilaseseorang akan melakukan pengambilan keputusan t e h d a p suatu
inova+. hiisanya melakukan usaha pencarian informasi lebih banyak, baik dari
media ~nassaataupun dari orang yang Serada di sekitar m e ~ k aMeialui infonnasi yang iiiyraleh, seseorang akan melakukan saling t u k menukar infomasi yang
merek:i pil-~yai,sehingga ha1 ini akan menambah pnguatan pada diri media rnengnai ir~formasitersebut.
+
Prore pertdamn informasi rnefllpkm inti dari aktivitas komunikasi, hd ini memungkH:kan fllatu inovasi dapat terdihi dan diadopsi oleh peiani rnelalui
hubuflganjltringan komur_ik~?~i yang terjadi. Behempa penelitian mengenai jaringan komunikasi diiakukan antam lain
oleh; S v d i (19721, mengenai penyeharm inowi dan' lapisan atas ke lapisan bawah di sebuah desa di J a w Barat menyimpkm bahwa, jengan komunikasi
yang h-kntuk pada suatu kelompok sqpt k m a n b dalarn proses adopsi inovasi atau penyetapan inovasi p e h a n . D e m W juga Wmya dengan h i 1 penelitian
Angelina (1992) di Kabupaten Bogor menyhnpubn Wwa, jaringan kornunikasi sangat bemanfaat dalam pengabpsian unsur-mur p s a usahatani. ~
Selanjutnya penelitian Setyanto (19931 mengenai hubungau karakteristik
petani d m keterlibatannyadalamjaringan k o m m i h i dengan adopsi paket tehlogi Supra Insus, rnembuktikan bahwa keikutsertaan pedani dalam k e g h pelatihan
perta~ianMuhungan positif dengan pe~ananirmdividu, derajat k~neksiindividu,
clan derajat perbedaaan individu.
Sikap m e 1uli~4 kan konsep yang paling penting dalam psikologi sosial, karena
sikap adahh sa;;th 5 - tu unsur kepribadian yang mempunyai pengsruh besar dalarn Ciri -rang.
Sehagai suatu gejala psikologis, slLap memilii -defhisi
yang dikemukakan dcngan berbagai tinjauan oleh para sthli.
Menurut Rakhmat (I 999), sikq hanydab sejenis motif sosiogenis yang
dipernleh melaliii proses belajar, sedangkm h x b & 4 (1 %2) menyatakan bahwa, sikap &ah kecendYmganseseorang untuk mengetahui, rnemakm dan bertifidak
tehxhp obyek yang disikapi dm terorganisir di Mam suatu s i s m yang berlaugsung s c a m rerus menerus. Sehjutnya dijehskan bahwa sikap merupakan
&i
yang tertutup dan mmya mencerminkan opini atau p d q m t sewrang
seam impEsit, t e q i sebdiknya a p yang
seseorang belum tentu
menggambadm sikap atau atti&& yang sebenamya
Fishbein dan Ajzen ( 1 975) berpeadapat bclhwa,sikap merupakanpredisposisi (keadaan yaag mudah terpenganrh) emosional yang dipeIajari untuk menanggapi atau h d c s i seem konsisten k r h l a p s u m obyek, bdc ddam h t u k tanggapan
positif maupun tanggapan negatif. Kemudian Allport (1%1) dolnm Triadis (1 97 1) menyatakan S&wa, s i b p merupakan k a b n dm kesiapan mm*A yang temwni-
mi meIalui -pengalaman s e a m Iangsung dm dinsmis m e f n w i respons seseorang terhadap obyek dan situasi yang mempunyai hubtmgm dcngan dirinya
Fazio dan Roskos-Ewoidser! (I 3'34) dalam Baron dm Byrne (1 997) menekankan
bahwa sikap merupakan m s i s i di antam obyek sikap dan evaluasi dari obyek sikap tersebut.
Kemudian M m a t E 1999) mengatakan bahwa, sikap bukadah tingkahhku, tetapi merupakan kecenderugga:~-mtuk merasa, berpikir, berpersepsi, krtindak dm
be&igkahlaku dengan cara-zsn tertentu terhadap d q e k sikap, baik berupa benda, orang, kekmpok, ternpat. situasi ataupun gag-,
Lebih Ianjut dijelaskan bahwa,
sikap mempunyai daya p d o m n g atau motivasi bukan sekedar &aman masa lalu, tetsrpi menenPakan apakah weorang harus setuju atau tidak setuju temadap sesuatu,
menentukan apa yang disuh, diharapkan dan diingkbn serta mengesrunpingkan apa yang ti&
dEngidm dm harus dihindmi. Shp ~ 1 a t ilebib f menetap, timbul
dari pengalaman dan mengandung aspek evduatif, 6 y a mengatdung nilai
menyenangkan atau tidak rnenyenangkan. Fishkin dm Ajzen (1975) berpendapat bahwa, sikap tidak identik den-
#pons dalm bentuk thgkahlaku yang dapsrt
diamati. Sikap tidak dapat diamd secara hgsung, tehpi dapat disimpuhn dari konsisbensi tingkahlaku yang dapt diamati. l k r i kbetapa definisi di atas dapat disimpdkm b a h w sikap berkenaan dengan k-nan
p i h , perasaan dan kecendenmgan untuk beltindak atau
kecenchingan untuk bedngkahlaku seseorang dalam merespons obyek sikap yang krsifat permanen dm dhyatakan den*
pemyataan setuju atau ketidak-setuiuan
orang tersebut terfiaadap obyek sikap yang dihadaphya.
Komponen Sikap Sikapjuga dibzfinisikan sebssai siltern atau organkasi ymg bersifht mtnetap dari komponen kognisi, afeksi dm kor,asi. Komponen kognisi rnenunjuk kepada
pengetahuan mengenai obyek; mencamp hh, pengetahw dan kepercayaan (beliej) tenbng suatu obyek. Kompnt:~:akksi menunjuk kepada yrasaan ymg -7-
mempakan fungsi evaluatif terhadap obyek mengenai, baik - b u d , mendukung tidak mendukung, Sementara komponm konasi menlmjuk kepada kesiapan merespons obyek atau 'hiat'' atau kecendenmgan bahdak sehubungan dengarz obyek srkap (Krech a aJ ;1962). Azwar (1 988) menjelaskan bahwa, komponen kognisi berisikan persepsi,
kepnxyaan dm s w t i p y n g dirniliki individu mengeaai sesuatu obyek sikap. Kepercaym datang dari apa yang telafl d i l W atau apa yrtng telah d i k d u i , Komponen kognisi sering disamakan d e n p padagan
(0-1,
rnenyangkut masalah issu kontroversial. Kompnm afeksi m m p a b
tenrtaEa peperrrsaan
individu terhadap obyek sikap. Secm umum komponen ini d k a m a h dengan
p e w yang dimiliki terhadap sesuatu, namun peugeaiaa perasaan prihdi seringMi sangat hbeda perwujudamya bila dikaitkan dengan sikap. Komponen konasi menunjukkan bagaimam Mingkahlaku atau k d m q p n khgkahlaku yang
ada &lam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya Kecend-gan pasam
bertingkdhiaku
konskten se1a.a~dengan kepercayaan dm
mrnbtuk sika?. 31eh shah it.d ddah Marmtuk mngharapkan bahwa,
sikap seseomng akan dicerminhnya dala,n hcntuk tingkahlaku telhadap obyek yang disikapi.
Fishbein dan Azjen (1 975) menyatakm hFlhwa, komponen afeksi mempakan bagian esensial dari sikap. Hal ini b e d bahamsesuatu yang menjadi pikiran seseorang tidak akan lepas dari perasaamya yang menyerbi apa yang menjadi
pikirannya t e r s e b ~ c hmemungkinkan i
mxdomngnya untuk bertingkddaku.
Sehjutnya dijelaskan bahwa sikap sebagai suatu sistem yang menekankan pada keterkaitan antara ketiga komponen yang terkait, yaitu pengduan individu tentang
obyek mempengmhi p m a n dan kecendmmgm k r h d a k terhadap obyek tersebut. Peiubahan dalam pengetahan tentang obyek akan m e n i m b u h perubahan dalam perasam tentang obyek dan selanjutnya a h n mempengaruhi kecenderungannya unruk bettindak sehubungan b g a n obyek yang disikapinya.
Fabr-faktor yang MempengaruhiSWp Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap bukan bwaan dari labit
melainkan sesuatu yang dipelajari, artinya bahwa kesiapan untuk merespons secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu obyek melalui
pengalaman clan pengaruh lingkungm. Sikap terbentuk melalui interaksi sosial yang diaiami oleh individu dalarn hubungannya dengan individu lain dm dengan lingkungan sekitar, hi& Gsik maupun
psikologis. Ddam hubungan timbal baW saling pengaruh mempengamhi, individu bereaksi mernhtuk pola sikap teaentu tefiadap berbagai abyek yang dihadapi.
Sikap terbentuk oleh pengalaman individu dalmn hi:bungannya dengan obyek sikap.
Pengalaman mengarahkan pa& pembentuka? keyrkinan yang knmriasi tentang obyek, tindakan dm atau peristiwa tertentu ('Fishbci!~dan Ajzen 1975). Azwar (1988) menjelaskan bahm hkz01~-hktorekstemal yang dianggap sangat berpengruvh dalam mengarahkan sikap kl:~ada b e n d yaug dikehendaki,
-
mtara lain: peran komwrikator, ethitivitas kornw'kasi, dan organisasi komunikasi, serta pendekatan komunikasi persuasif Dalam kaifan tersebut, Krech
g Z (1%2)
menyatakan bahm & empat fhktor pembentuk sikap, yaitu; a) keingiuan individu, b) informasi, c ) keterlibatan individu dalam kelompok, dan d) k e p r i b d h . Lebih
lanjut dijelaskan, bahwa; a). Keinghan individu. Slkap dapat terbmtuk dalam proses pencapaim keinginan
dan kepuasan individu, artinya sikap dipandang memiliki nilai i-tal
yang
dapat mempermudah atau merighambat proses pencapah tujuan, pemenuhan keinginan dan pencapah kep-
individu. Seseorang akan mengemkmgkan
sikap positif k h d q suatu obyek tertentu, apabila dengan sikapnya yang psitif
stkan men*
pada p m a p h tujuaa, pemenuhan keinginan dm akhirnya
dapat mencapai kepuasan. Tetapi sebalhya orang akan rnengembangh s h p
negatif t e b h p suatu obyek tertentu apabila deagan sikap negatiftddap suatu o b ~ tertmtu k akan menghamhat pencapaim tujuaa, pemenuhan keinginan, dan pencapaim kepuasan. b). Infomasi. Sikap t e m t u k deh perkembangan pengetahurn subyek tenkqg
obyek sehubungan dengan infbmzasi tentang obyek yang s e m h ktambah. Sikap terbentuk oleh i n f o m i yang M i f $ t b&uka dan terus berkemhlg
.
dalam diri individu. Sikap terhadap obyek berkembang ke arah yang lehih
positif-mendukung obyek atau ke arah yang lebih negatif-tidak mendukung
obyek, tergantung pada perkembafigan infor.nasi yang &pat diterima individu. Apabila informasi y m g diterima memperkuat keyakinan tentang obyek, maka
akan mengarah pada terbentuknya sikap yang semakin positif terhadap obyek. Sebaliknya apabila infomasi yang diterima mernperiemah keyakinan &an
obyek, akan mengarahkan pada pernbentdan slkap yang semakin negatif techadap obyek. Lebih lanjut Littlejohn (1 996) menambatikan bahwa, terjadinya
petubahan sikap seseomng discbahkan h n a terakumulasinya informasi rnengenai suatu obyek sikap.
c). Kcter!ihetm hdividu. Sikap jvga drtn,net tertKntuk o!eh keter-tcaitan individu dengan individu lain atau dengan kelompok. Sikap i d ~ r i d ukrkaitan dengan ketedibatan individu dalam kelompk. Sikap individu dipengaruhhi oleh
keyakinan, nilai, dm norma kelompok. Sikap individu sebagian terbentuk oleh dukmgan dari kelompok di mana hdividu terlibert di dalamnya, dm sikap individu sering merupakan refleksi atau cerminan dari sikap kelompok,
keyakinan, nilai dm norma keiompok tmkmtu.
d). Kepribadian. Sikap merupakan refleksi dari kepribadian seseorang. Sebagai akibat dari pengaruh kelompok terhadap yrkembangan sikap addah terbentukn)*akeseragmm (uniformiras)sikap di antara anggota kelompok. Tetapi diantara uniformitas sikap j uga diketahui adanya perbedaan antar individu. Falaor utama penye'bab perbedm dala- sikap attar individu adalah perkh
kepribadian
&A. Setiap individu cenderung menmima sikap $i;inj-a se.wp.i d~ngar.k d t e r
kepribadiannya, seperti Wlihat pada sikap kesukuan,sikap ~k.lig: t .s, sikap poli tik dm sebagainya yang menek&.
pada aspek pribadi.
Menurut EfFendi (1983), untuk mmgukur sikap beberapa ha I jxrlu dipertim..-
bangkan t&ap
-.-
cirisiri umum sikap, antam lain; I) sikap bukan pmbawaan sejak
lahir, tetapi krkntuk dari interaksi dengan lingktmgamya; 2) sikap dapat bmbah,
kmna s h p sebagai hasil belajar, 3) sikap ti&
b e d i mdiri, senantiasa
befgantung pada obyek; 4) sikap berhubungan dengan waktu, b e d pada wk-h
sudah terpeauhi, 6 ) sikap magandung f&ktor-f&or motivasi dan emasi, ha1 inilah yang membdakan m n y adengan pengetah~~anya. Salah soltu teknik pengulruran sikap yang disebut "me Method of Sumared
Rating" (popder dengan sicah model Liiert) rneqmkm mwe pcmyataan sikap yang menggunakan respon subyek s e w dasar penen-
nilai shhnya. $Ma
Likert krisikan qemngkat pmyatsan (statement) yang merupakan pendapat seseorang tentang suatu obyek sikap dan metmempathnnya pada suatu skala
kontinum (Likert, 1967). Selanjutnya dijelaskan b a h w m a g d w sikap seseorang, individu diminta memberikan persetujuan atau ketidak-setujuan terhadap obyek arsebtlt. Dari psisi seseomg @a skdz kontimuq & dapai diteahkm sikap orang tersebut.
Metode Likert biasanya digunakan untuk pernyataan &lam jumldr ksar dan
dalam memberikan respon subyek diizinkan memilih dalarn lima kategcri, yaitu; sangat sstuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju t Azwdr, 1 988).
Lekih lanjut dikatakan bahwa, subyek yang sangat sehju terhadap obyek tertentu,
akan memilih pertimbangan yang tertinggi, yaitu sangat setuju dan ~ M i i . . i ~ yJadi a "statemerzl jmorable" yang direspon sangat setuju, d i b i nilai pertknkngn = 4,
setuju = 3, ragu-ragu = 2, tidak setuju = 1 dan sangat tidak setuju = 0. Menurut tikert (1 %7), untuk memenuhi mutu kese1uruba.n skaia sikap, prlu
dipehatikan kriteria operasional sebagai berikut; a). Setiap pemyataan harus rnerupakan gambmm sikap terhadap satu aspk dari
obyek sikap. bj. Keseiuruhan perangkat pernyataan hams mewakili semua aspek dari ob4-eksikap. c). Setiap pemyatam harus memiliki s
U 4-3-2-14 unaJr pernyahan yang positif,
dan skala 0- 1-2-3-4 untuk pernyataat~yang negatX d). Setiap prnyataan hams mampu mem-
subjek yang mempuuyai sikap
yang positif atau sikap negatifterhadap suatu objek.
e). Setiap pemyataan secara terpisah hemMaya
seluruh perangkat
pernyahan tersebut.
Defisi jaringan komunikasi yang dikemukakan okh Rogers h n Kincaid ( i 98 1); Rogers (1983) di atas, adalah jaringan yarrg terdiri atas sekumpulan individu
saling berhubmgan rnelalui jaringan in formasi yang terpola dm mempunyai Gngl;;;.t stmktur tertentu yang s&
stabil.
Berkenaan dengan pendapt K m h
g Z (1962) bahwa, terbentuknyz ~ i k a p
disebabkan oleh perkembangan pengetahurn sehubungan dmgan semakin bs,tambahnya infbrmasi mengenai suatu obyek, maka hal senada juga dikemtikak~~~1
oleh IittleJohn (1996) Gahwa, apabila dihubangkan dengan suatu infonnasi, z d a sikap &pat dip&&
sebagai suatu akumulasi dari inhmsi mengenai suatu obyek,
seseorang, situasi atau pengalaman, di mana &p
keping infbmasi tersebut
dievaluasi bedasarkan sistem kognisi yang Mah terbentuk mbelumny~Dengan
demikian &pat M a n h%wa, informasi h u yang mssuk ke dakm sistern kognisi seseomg akan m e m p p e n g rian ~ a h mequbab sikap orang tersebut dm perubahan yang tg'adi terhadap sikap ini pada gilirannya akan mengamh pa& perubah tin-
orang tersebut
Rogers dan Kincaid (198 1) mengatahu bahwa, dari sudut ilmu hmunikatsi
sikap memberi
~~tinpkahblnl komunikan (sebgai penerima) sebe1um dan
sesudah menaha informasi. Wmgd blok ukur dari bdmgsmgnya komunikasi tejadi pubahan sikap dan pendapat komunikan sesuai kehendak korounikator (sebagai sumber). Bebemp h i 1 penelitian mengenai jaringm komunikasi tertiladap perubahan
sikap baib tiqgkahlaku) individu, meqerlihakm adanya pengamh m mjaringan komunikasi dengan pmbahan tin@hIaku. S e w contoh penelitian mengenai
adopsi kelwga W c a n a di b
e
e desa Korea Selatan menunjukkan bahw
dengan adanya kelompok ibu-ibu dalam bentuk jaringan komunikw: dapd
m e m h t u mempe&ncar proses adopsi program keluarga be~ncana(Qnzde:. dalam Jahi, 1993). Selain itu hasil penelitian lain rnengtrngkapkan M w a Iaki-Jaka
penderita m g a n jantung di Arnerika lebih cepat sembuh dan dapat kembali
bekeja scper~i sediakah, dimana para isti m e ~ k amemperoleh lebih bmyd dukungan dari -got.
jaringan wsial
di w a n mereka (Rogers dm Kincaid
1981).
Kemudian penelitian Rogers dan Kincaid (1981) di Chiia menyimpukm bahwa, dengan mernmfdan kekmpk dalam b e n d jaringan komunikasi dalam
membentuk tingkahlafiu individu ymg dlehendaki menunj-
h i 1 yang smgat
nyata terhadap p e m w daim diri mereka masingmasing. Melalui dinamika
kelompok =ponden dimin@rnengkritik tinglkahlaku mereka dm tingkahlaku orang lain urrtuk rnemotivasi perubahan di d a m diri mereb sendiri.
Penelitian Harmonis (1 997) menyhpdcm Wwa, peubah komunikasi
kelompok menjadi pub& yang sangat dominan dalarn membentuk kesenjangan mtara pengetahuan dan tingkhhku, s d m g h n antam pengetah-
dan s h p ; sikap
dan tingkatilaku tidak tdapat kesenjanpan yang signifikan. Hasil penelitian Shobaruddin (1 992)mengenai3tdihubunganpolam j a n
kommikasi dengm iklim dm budaya kaja" menyhpulkan bahwa, pola j-an komunikasi ~u~
signifikan terhadap usaha tern& sapi perah. Dengan kata
lain bahw~tsikap peternak terhadap t&mlc@ Widaya sapi perah banyak ditentukan
okh kecukupan informasi dan dukungan sosid meldui hub-
komunikasi antar
prib;sdi. Hubungan k o m u n b i yang tejadi lebih Mfat patemalistis, yaitu
kecenderungan yang kuat dari para mspoden untuk menjalin hubungan kornudksi
hanya denyan pernuka pendapat (opinion leader) saja Sedangkan dengan sesrtma peternak jarang sekali menjalin hubungan komunikasi kendatipun di antara m e ~ k a
terdapat scjumhh ol;mg yang Iayak untuk diminta pertimbangan atau infomasi mengenai uspek budidaya sapi perah.
S U W A (%tern Usaha Tani Berbasis Padi Berorkntasi Agribisais) SU'IPA (sistem usaha tani berbasis padi berorientasi agtr'bisnis),adalah paket
kknologi dari pernerintah n~elaluiBadan Penelitian dan Pengembangan Perkah Dep-rncn
Pertanian, merupakan Met tekndogi mutakhir yaitu salah satu sistem
pe~nim m a s i s m r n pll sbagai k
~
d
t
d
i
&
pada daeruh yang mempunyai agroekosiskm lahan sawah beririgasi teknis (Ahyma, 1997). Menurut Hemanto (1 999), SUTPA dapat diartikan seb@ suatu pen*
multidisiplin yang W y a m e q k a n ilmu
teknologi, dan rekayasa
kelembagaan yang berkaitan dengan sistem usdm pertsnian padi s a d Usaha hi dilakukan di tingIrat usaha tani suatu wilayah atau hamparan sedemikian rupa
sews nwncapai skda ekonomi tertentu yang dapt mendukungtumbuhnya sudu bisnis penmian yang krkelanjutan. Ah211 penerapan model program SUTPA melipti
w d tan=
d u a s 500
Setyqai unit hamparan pengkajian (UHF) yang dibagi atas dua bagian yaitu;
50 hektar tiigunakan sebagai unit pengkajian khusus (WK)dengan meIaksanakan
i
irzr:lociuksi teknologi barn. sedangkan 450 hektar lainnya digunakan untuk teknologi y lag diperbaiki. Perkembangan selanjutnya program SUTPA dkahkan untuk
cicngkaji model pengembangan sistem usaha pertanian di d
d berekosisem
si;*.& irigasi, Oleh sebab itu keterlibatan petani dalam kdompok hamparan Sangat di5utuhkan dalam menunjang keberhasilanpenerapan teknologi SUTPA selanjutnya
Tujuan program SUTPA addah; I) p e w t a n penyebum varietas unggul barn (padi, palawija, s a p m dan ikan) gum mmgatasi kejenuhan p r o d h i pangan seam nasional, 2) pahglaian daya
saing kcmoditas yang diusahakan ddam
perspektif agribisnis, 3) pemanfaa&n sistem usah tani spesifik lokasi yang efisien
&lam mernadaatkan sumber daya yaug ada, dm 4) @@atan +&,
dengan mewbah
s h p p e e dari subsisten menjadi progresif bemrientasi
agibisnis, serta 5 ) usaha pemnggdangan ked.1999). Jadi &pat
pendapatan usaha
tenaga kerja di desa @imyati
dikatakan bhwa jmda bakekatnya tujuan program SUTPA
d a h untuk meningkatkan kesejahtaam nunah tangga petani melalui peni-
pduktivitas usafia tani dalam rangka m m q g u h @ kelmgban tenaga kerja (Hermanb, 1999). h a r a n yang hen& d i m dalam program SUTPA adalah tenrmuskannya suatu altematif kebijskan
dalam mengembangkan pusat p r b m b b agcibisnis.
Kegiatan di d a m sistem agribisnis tersebut memperhatikan berbagai aspek, antara
lain; 1) sifat usaha tani, 2) sumberdaya manusia, 3) skala usahet,4) sxana dm prasarana, 5 ) kemitraan dan hub-ungansinergis antar sub-sistem, 6) orientasi usaha, dan 7)kelestsrim sumkdaya a
h
dan linskungan ( h s a d m m dan Adnyma, 1W5).
Sehjcmya h y a t i g g2 (19991, rnengatakm bahw
sasatan jangka
panjang dari
pengemban g n sistem usaha tani sctafiun adakh: I ) menindarkan p e n d m petani
melatui sistcrn usaha tani behasis padi, 2) membangun dan mengembangkan sistem
rumah tangga tani dan masyarakat pedesaan yring tangguh dm mandiri, dm
3) inembmgun ekonomi pedesaan yang kokoh dm k s a i n g sebagai basis pertwnhiim ckonomi nasional.
F~agcm SUTPA merupakan upaya untuk mehkukan dih kkologi ~~~ltakhir
ddam rang7kameningkatkan produktivitas usaha b, meningkatkan nilai tamkh, dan wningkatkan efisiensi penggunaan sumkdaya p e w a n , dengan demikian
SUTPA dapat dipandang sebrlgai media wtuk mempercepat proses dih kknologi pertanian auhkhir yang d i h a s i h oleh Balai Peaelitian kepada p e t 4 ~~, 1999). Selmjutnya Sumamo dan WOW] (1999) mengatakan bahwa rakitrtn
kknologi yang diuji pada program SUTPA p h dasamya merupakan p&&m dari palet tebologi yang selama ini dianj&
Rakitan teknologi d&un SUTPA
ditujukan untuk optimasi iceragaan hasil panen padi pada wilayah agro+kologi spesilik, sehingga @et
telmologinyajuga d i u p a y a b bersifat spesifik lokasi.
Teknologi yang diintroduksi rlan diiembangh di cialam program SUTPA antam lain; I ) penggunaan benih krlabel varietas unggul b a seperti &mberamo,
Cibodas, Mms; 2) sistem tanam b e d lanpng/Takla; 3) pengenah alat
TabelalAtabela; 4) pemupukan spesifik l o h i l x d a s d a n anaiisis tm&, 5 ) @a usaha tani setahun (indeks pertanamanm)) > 300, dan 6 ) pengenddian h a n d
penyakit secara terpadu yang disesuaikan d e n p kebutuhan dm kondisi setempat
(Supiiadi, I 596; ridnyng?,1 999).
P r o p i 81: TPA sebagai salah
sa'u
h t u k rakitan t e h l o g i mernpunyai
beberapa kmaLte3stik yang mernbedakannya dengan program fain (Hermanto, 1999); 1. Pendekatan r-~dtidisiplh:SUTPA merupakan program pengkajian untuk
rnemeahkan oermasalahan @roblem .w,lving oriented research) yang dihadapi petani d&?n mmjalankan usaha
mi dan tanaman Idinnya. Oleh karena :'iu
dilaksanakan o!eh suatu team kerja I t r w n work) yang anggotanya terdiri dari bebrapa bidaug k W a n seperti ilmu tanah, agroklimat, pemuliaan, budidaya
tananmi, prder,dalim bema h penyakit, pasca panen, mekanissi -ian, sosial ekonomi teknik irigasi dan ~ebagain~a. 2. PeIldekatan ekoregSonal: Sifat produksi per&nian pads hakekahpz =em%-
kan sumberdap darn untuk menghavilkan produk pmtaman meldui proses
biologis, maka aspek lokalita menjadi pertanian. Sehubungan dengan hal -but,
pethdcm as@
dalrun menen*
produksi
sangatIah penting untuk mem-
agrodcosistern sebgrli Wtor dominan dalam proses Prpduksi
ptanhn dalam ranglra memeahkan rnasalah pmmian yang bersifat spesifik
lokal. Dengan nmqmtbbangkm htil tersebut, pengkajian SUTPA dilakukan pa& suatu lokalita p g telah dideliniasi menurut kondisi agmekosistemnya 3. Pendekatan agribisnis:
Pda hakeb:atnya SUTPA mengkaji tiga dimensi
diversifihi pertmian, yaitu diversifihmi vertikai, diversi-i
hoiiwntd dan
diversifikasi r e g i d . Diversifikasi Veni kd, yaitu mengembmgkan keferkaitan antam usaha tani dengm produksi drut pengadaan s a m a produksi, penerapan
teknolc$ v i m ~ d e dm m pernar~hatan Asintan (alat dan mesin pertanianj
dalarn proses ;:roi.;t.ksi, pengembangan usaha pengolahan hasil pertanian, pengembangan pasin dm perdagangan intemasional. Diversifikasi Horimntal,
yaitu rnengemb;;rl@:an usaha tani komoditas unggulan (pa8i) sebgai care of business serta mengmtrangkan usaha tani komoditas lainnya sebagai usaha
p~lengkapmtuk mengoptimalkan peman-
sumberdaya alam, m d , dan
teraga kerja keItrarga setta memperkecil texjadinya miko kegagalan us&.
Divemsifikasi regional, yaitu mengembangkm komoditas pertanian unmlan spesifik lokasi dalarn kawasan yang Iuas menuaut kesesuaian kondisi agm-
prtanian di bebgai wilayah serta mendomg pengembangan pedaganganantsr v.i!z;&. 4. Peinanhtan tekaobgi mutakhir: Prognm SUTPA merupakan upaya untuk
usaha tani, m e n i n g h h n nibtambah, dan menhgkatkan efisiensi pengguman
tergabung dalam satu atau !&map kelompok eani ystng lahan sawahnya terletak pada satu hamparan yang c d q Iw untuk menumbuhkan bisnis k d t a s padi
sebagai komoditas utama Karena program SUTPA suahl upya untuk
mengmbangkan model sistem usaha pertanian yang menggunakan p e d e h h n wilayah, maka dukungan dan kejasama dengan Pemehtah I)aerah dan Dinas
pedu diperluas k e m i t w srltara Penef iti-Penyuiuh-Petugas Lapangm dengan
rnenyertakan pihak BUMN, Swasta dan Koperasi yang terkait dalam playanan penyediaan faktor produksi, pelayanan jasa permodalan, jasa angkilhi dm
6. Partisipasi petani: h l a m program SUTPA petani adalah subyek dari pengkajian, sehingga menerapkan prinsip dilaksamkan oleh phi dan hasilnya untuk kesejahteraan petani .
Lebih lanjut Hermanto (1999) menjeiaskan bahwa, pelaksanaan pmSUTPA dilakukan melalui empat tahap, antara lain; tahap identifikasi, &hap
pecsiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring dan evaluasi. Tahap identifkasi, meliputi identifikasi dan karakterisasi agro-ekosistem mtulr m e n e n r h . keses&z.
M m b q i pgembimgm krbagai komditas
pertank, i d e n t i h i kebutuhan dan ketersed-
tekrmlogi spesifik lokasi,
identifikasi paket teknologi yang siap dikembangkan melalui Mai penelitian terkait.
Tahap persiapan, meliputi; konsubi dengan instansi terkait di tingkat Rovinsi seperti Kanwil Deptan, Dinas Pertanian Tananmu Pangan clan HortikuItura,
Bappeda, Biro Perekunomian Pemda dm Satpem Bimas, Kooxdinasi d m konsolidasi di tingkat Pusat melibatkan pihak pen+
saprotan s e p d PT. Sang Hyang Seri,
PT. Pertani, PT. Pusri dan B M sebagai pihak pelayanan KUT, Apresiasi pagram SUTPA di Kabupaten dan lapangan dengan rnengundang Bupati KDH, Asisten 11
Setwilda, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hor&iku1tura,Satpel Bimas, BPP, serta dinas dan instansi terkait Iiinnya, Pelatihan techadap petugas pelaksana dan
bagi petani peserta bersifht partisipatif menyanghi aspek teknis, organisasi dm
managemen. perslapan lapang yaitu menetapkan dan mempersiapitar? kel~mpnk
sasaran, penyusunan RDKK untuk 171er; l-7ero1ehKUT, koordi nasi dengan phak yang
terkait ddam p e n y a l m saprodi d a ! pc-.:i+:airttn ~ KUT.
Tahap pelaksarwm, dilakukm a:ieh s M u tim multidisiplin yang terdiri dari peneliti, penyuluh clan petugas ;:ipan;!.. Pel-
kegiatan ditandai dengm
pendistribusian benih, pupuk dm -~;tpmj i lainnya, pengolahan tanah, pengaturan air
irigasi, p e n e ' m benih dengan ;+,tatzla,dibenhik posko di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat.
Tahap monitoring dm evaluasi, rneiiputi pengumpulan data dm informasi, analisis data dm pzlaporan mtuk rnmghti kemajm pelaksanaan program, mengidenti-i
dan mengantisipasi s t x m dini pernasalahan yang timbuI di
lapan-pan.
Budidaya tanam benih hgsang ('I'abela), merupakan sdah situ dari teknologi intduksi SUTPA, yaitu cam penanaman tanaman padi dengau menyebar-
kan benih sec-wra b g s m g ke tempat tanam -en, A h k l a ataupun d q m w a n , pada sawah
bajk m e n g g m a h dat
mi,tadsb hujan, raW8/1eb&
dsn
Iahan kering. Secara timum, pehdaan teknologi budidaya Tabela dengm tanam piodah
(Tapin), terutama terletak pad.aspek benibhibit, pengolahan tanah, persiapan Iahan, cara tanam, pengendalian gulma dm tikus, serta pengaturan air irigasi. Aspek-aspek tasebut merupakari faktor penentu d a h n ke-ilan
SUTPA (terutama Tabla).
BenihBibit krasal dari varietas unggul baru, yaitu; Membramo, Cirata, Maros, dan vzuietas ldcal lainnya yang kdabel biru. Benih memiliki mutu yang baii, yaitu days tumbuh (vigor) 4 nng ting;$ rlengan kemumi m y a 9849%(Supridi
dan Malian, 1995). Benih dikecambahban terlcbih. ciahulu, dengan cars direndam
selama 24 jam di air lnengalir atau air rendaman lligailti setiap 12 jam,yang dimulai sore hari. Sore hari berikutnya benih diangkat da;~ditiriskan semaiam.
Pengolahan tanah lebih sempuma, agar d idapat hasi olahan tanah rnelumpur
lebih baik. Pemukaan tanah rata, ada duran air ;ita:~caren di setiap p e w sawah.
--" Supriadi dm Malian (1995) mengatah, gem~Liraantanah
r& d q t
mengontrol tinggi air dengan mudah, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, dapat
mencegah rusahya perkscambahan dan pertumbuhaxt akar. Penulaman sistem Tabela d i k e d 5ga cara, yaitu; 1) cara tanam denganjarak
bemturan ke b a n dm ke khi atau lebih popuia disebut deogan nama %gel enclok", 3 ) .amtanam Tabela pa& la,nLt-en
dm 3) cara Tab& kgowo
-1d1,
(Supriadi dan Malian, 1995). Pa& saat tanam k d a m sawah mad-macak dan
tidak boieh ada perm-
sawah tergamg air. Penanaman dilrtkukan dmgm cam
manual dan cara mekanis atau m e -
Atabeh
Pengendalian gulnaa merupakan M pen-
pada pe-
s&em Tabeh
Pzngendalian guima dilakukan dengan mengunakan M i s i d a pra-tumbuh. PengemMian hama-penyakit diiakukan secara terpadu clan inteasif, yaitu dengan
cam menggunakan @sicla
yang sudah direkmedasikan gmnerintah adau dengan
cam mekmis atau kombinasi beberapa cam (Untun& 19%).
Pelkgabdhigasi dilakukan secara intensic karena pengatwanair irigasi pada
Takla memiliki perm yang sangat penting, terutama pada saat tanamau masib muda pengawasan pengatuzm air irigasi =gat
dipedukan agar tamman ti&
Saat benih disebar lahan hams dalam k&-GII
rn-k-.n.acak
terendam.
supaya h i h dapat
37 -
melekat ke tanah dan akar tanaman dapat menyebar dengat1 k& oh. Setelah tanaman turnbuh kira-kira 5 cm, air dimasukkan ke sawah dew11kl5inggian 2-3 cm dari pemukaan tanah, ha1 ini untuk mengendalikan pertumbuhm p:~lma.Pengaturan air sehjutnya mengikuti perkembangan tanaman.
Pernupukan menggunakan pupuk Urea, KCL dat: TS!-JSP36. Dosis pup&
diseslaaikan dengan rekomendasi wilayah seyempat. PmFmi4z pupuk TSPISP-36,
KCL dan sepertiga bagian Urea diberikan sebelum tanam, pupuk Uma
s u s h
diberikan umur tanaman 6-7minggu seteiah tanam sebanyak scpertiga bagian yang be~samaandengan penyiangan g um dan +ga
bag&
IaIj pada saat tanaman
berumur 50-60 hari setelah tanam.
-%il p g h j i a n p m w S W A di lspangrtn menujukkar. bahwa, sistem Tabla pda tahun 199511996 dengan mmggumkan benih .:wietas Mernberamo rnernberikm pruduksi 16,16 - 20,19 % lebih thggi dibandiean varietas Cibodas. Varie&s Cisokan dan Ciliung mampu krpduksi atau nilai perdqatamya baturut-
tunrt; 15,03 - 17,05 aku 27,66 - 2921% ;14,50 - 15,12 atau 63,58 - 9 4 3 % dan 2,74 - 19,97%atau 2,93 - 19,49% lebii tbggi dibaadingkan sistem Tapin varietas
IR64 (Ahyam dkk, 1997). Selanjuhya d i h p h n M w a p l a tanam usaha tani padi Tabekpadi Tatwkkacmg tanah atau padi Tabekjdi Tdxla-kedelai, m m bedcan pendapabn bersih 4,s 7 atau 4,44 juh rupiahlhdtahun. Sedangkan pada areal yang memungkinh m r a p k a n pola tanam padi TatKbs+i
Tabela-padi Tabela
atau padi Tapin-pdi Tapin-padi Tapin, nilai tersebut 537 atau 4,61 juta rupiah/
mtahun. Tingkat pendapatan b s i h dari usaha tani padi Tabela pzling stabil
terhdap terjadinya perubahan tingkat p d u k s i , i,angkm
pad2 usiiatani Tapin di
lw unit usaha pengkajian (LUHP) paling labil tdmdap peruWia9 ~.ersebut. klanjutnya hasi l penelitian Mudjisihono a d (1 W) rnc:nyialpulkcln b&m,
kendala yang diternui pada reknologi SUTPA Ltlltana teknologi Tiikla, umurnnya menyangkut masalah teknis dan sosial. Masalah teknis antara Iabt; 1) pengolahan
tanah harus lebih sempuma melumpur, rata dm diupayakan lid& acla genangan air
di bagian tengah. Hal ini dimaksudkan untuk r n r n d a b n penggunaan Atabela, dm mendapatkan pertumbuhan benih atau bibit yang seragam dan Mih bik; 2) kebutuh-
an knih untuk Tabeh sekitar 40-50 kg lebih b~tyakdari sistem Tapin yarg k y a sekitar 3040 kg; 3) ti&
dqat dihhkan penananrrrn pada m u s h hujan atau saat-
saat h i hujm, karPna dapat menyebabkan b n i h
mjd bemdum dm hanyxt
bahkan menurnpuk pada Iubmg drahase; 4) membutuhkar- lebih banyak
p e r b h n dalam ha1 pengaturan air irigasi. Keterlambtm & i p i
air =lama satu
minggu setelah tanam r n e n y e b a b gulma ~ b u lebih h bmpk; 5 ) pada umunya komunikasi antma petani den-
%gas maupun
pngawal Tslbela kumg
lamar, sehingga ada teknis peraaraaman yang k d a n g - h h g tidak muai dengan ahuan teknologi Tabela yang benar, d m 6 )j d a h Atabela w i h e t a s .
M d a h ~ o s i d yang utama adaM menyangkut sikap- perilaku dm keterampilan petani. Kebiasaau petmi memeiihara tafiamrtn Tapin berurnur lebii 15
hari setelah -am, bergeser ke sistem Takla dengan pmmgam lebih a w l membutuhkan perubahan sikap petani h b d a p penrbahan tersebut. Keadaan ini
membutaJhkan pnyuluhan, pelatihaa dan d o r o w secara Welanjutan.