BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Sintasan 2.1.1. Pengertian Analisis Sintasan Analisis sintasan adalah kumpulan dari proses statistik untuk menganalisis data yang mana peubah yang diteliti adalah waktu hingga kejadian terjadi (Kleinbaum dan Klein, 2005). Persson (2002) mengatakan data sintasan adalah suatu istilah yang telah digunakan dalam arti luas untuk data yang melibatkan waktu terjadinya suatu peristiwa tertentu, peristiwa itu bisa saja kematian, munculnya sebuah tumor, perkembangan suatu penyakit, kambuhnya lagi suatu penyakit, penghentian merokok, dan lain-lain. Menurut
Lee dan Wang (2003) Waktu
sintasan dapat didefinisikan sebagai waktu dari awal observasi hingga terjadinya peristiwa, dapat dalam hari, bulan, maupun tahun. Peristiwa tersebut dapat berupa perkembangan suatu penyakit, respon terhadap perawatan, kambuhnya suatu penyakit, kematian atau peristiwa lain yang dipilih sesuai dengan kepentingan penelitian. Oleh karena itu waktu sintasan dapat berupa waktu sembuhnya dari penyakit, waktu dari memulai perawatan hingga terjadi respon, dan waktu hingga terjadi kematian. Analisis sintasan, biasanya mengacu pada peubah waktu yang merupakan waktu sintasan, karena peubah waktu akan memberikan waktu pada saat seseorang โbertahanโ atas beberapa kasus. Pada analisis sintasan secara khusus mengacu pada
5
6
kejadian sebagai kegagalan, karena kejadian biasanya berhubungan dengan kematian, terjadinya penyakit, atau suatu pengalaman negatif individu. Namun waktu sintasan bisa saja โwaktu kembali bekerja setelah melakukan operasi bedah elektifโ, yang mana dalam beberapa kasus kegagalan adalah kejadian yang positif (Kleinbaum dan Klein, 2005). Menurut Le (2003) dalam menentukan waktu sintasan ๐, terdapat tiga elemen dasar yang diperlukan yaitu: 1. Waktu awal (time origin). 2. Peristiwa akhir/waktu akhir (failure event). 3. Skala waktu sebagai satuan pengukuran waktu.
T(Lama Waktu) Waktu Awal
Waktu Akhir Gambar 2.1. Ilustrasi Skala Waktu
Diberikan ๐ adalah lama dari waktu awal (time origin) misalnya dari lahir hingga terjadi peristiwa tertentu misalnya kematian dalam tahun (skala waktu). Waktu awal harus didefinisikan dengan jelas, misalnya waktu awal mulai mencari kerja (untuk kasus lama mencari kerja). Begitu juga waktu akhir harus didefinisikan secara jelas, misalnya waktu suatu individu mendapatkan pekerjaan. 2.1.2. Data Tersensor Cencored merupakan ciri dari analisis sintasan yang membedakannya dengan analisis statistika lainnya, cencored terjadi bila tidak semua individu mengalami kejadian, data tersensor terdiri dari individu yang tidak mengalami kejadian dan individu yang hilang dari penelitian. Menurut Kleinbaum dan Klein
7
(2005) sebagian besar analisis sintasan harus mempertimbangkan kunci analisis masalah yaitu cencored. Di sini ada tiga alasan utama, penyebab cencored muncul: 1. Individu tidak mengalami kejadian hingga waktu penelitian berakhir. 2. Individu hilang dari penelitian dalam periode penelitian. 3. Individu mengundurkan diri dari penelitian karena kematian (jika kematian bukan kejadian yang diharapkan) ataupun oleh alasan yang lain.
2
A
4
waktu 6
8
10
12
X
B
C
Penelitian berakhir
Sensor kanan
Mengundurkan diri
D
E
Penelitian berakhir
Hilang
F
X
Gambar 2.2. Grafik Data Tersensor (Kleinbaun dan Klein, 2005)
Gambar 2.2. menggambarkan pengalaman beberapa individu dari waktu ke waktu. Peubah X menandakan individu mengalami kejadian, dijelaskan sebagai berikut : 1. Individu A, individu A mengikuti penelitian dari awal dan mengalami kejadian sebelum penelitian berakhir, ini berarti individu A tidak tersensor.
8
2. Individu B, individu B mengikuti penelitian dari awal hingga akhir tanpa mengalami kejadian, ini berarti individu B tersensor. 3. Individu C, individu C masuk ke penelitian di tengah penelitian berlangsung dan sebelum penelitian berakhir individu C mengundurkan diri, ini berarti individu C tersensor. 4. Individu D, individu D masuk ke penelitian di tengah penelitian berlangsung dan hingga penelitian berakhir individu tidak mengalami kejadian, ini berarti individu D tersensor. 5. Individu E, individu E masuk ke penelitian di tengah penelitian berlangsung dan sebelum penelitian berakhir individu E menghilang, ini berarti individu E tersensor. 6. Individu F, individu F masuk ke penelitian di tengah penelitian berlangsung dan sebelum penelitian berakhir individu F mengalami kejadian, ini berarti individu F tidak tersensor. Crowder et al (1991) mengatakan bahwa ada tiga jenis cencored, yaitu: 1. Sensor kiri (Left-censored), observasi dikatakan sensor kiri jika objek yang diobservasi mengalami kejadian di bawah waktu yang telah ditetapkan atau ketika masa observasi belum selesai. 2. Sensor kanan (Right-censored), observasi dikatakan sensor kanan jika objek masih hidup atau masih beroperasi ketika masa observasi telah selesai dalam Gambar 2.2. yang menggambarkan sensor kanan adalah individu B, C, D, dan E.
9
3. Sensor interval (Interval-censored), ketika objek mengalami peristiwa di antara interval waktu tertentu maka observasi dikatakan sensor interval. Pada penelitian ini jenis data tersensor yang digunakan adalah sensor kanan, yaitu ketika waktu sintasan individu tidak lengkap di sisi kanan, individu tidak mengalami kejadian hingga penelitian berakhir atau individu baru mengalami kejadian setelah penelitian berakhir. 2.1.3. Fungsi Waktu Sintasan Waktu sintasan digunakan untuk mengukur data waktu suatu peristiwa tertentu seperti kegagalan, kematian, respon, kambuh, mengembangkan masa percobaan, pembebasan bersyarat, atau perceraian (Lee dan Wang, 2003). Misalkan T merupakan peubah random kontinu non negatif yang menunjukkan tahan hidup individu-individu dari suatu populasi. Pada model kontinu, fungsi-fungsi seperti fungsi densitas peluang, fungsi distribusi kumulatif, fungsi hazard dan fungsi survivor didefinisikan dalam interval [0, โ) (Lawless, 1982). Distribusi waktu sintasan biasanya digambarkan atau dicirikan dengan tiga fungsi yaitu fungsi sintasan, fungsi densitas probabilitas, dan fungsi hazard. 1. Fungsi Sintasan Fungsi sintasan merupakan probabilitas bahwa suatu individu tidak mengalami kejadian lebih dari ๐ก (Lee dan Wang, 2003). Secara teori, fungsi sintasan dapat digambarkan dengan kurva mulus dan memiliki karakteristik sebagai berikut (Kleinbaum dan Klein, 2005): a. Tidak meningkat, kurva cenderung menurun ketika ๐ก meningkat.
10
b. Untuk ๐ก = 0, ๐(๐ก) = ๐(0) = 1 adalah awal dari penelitian, karena tidak ada objek yang mengalami kejadian, probabilitas waktu sintasan 0 adalah 1. c. Untuk ๐ก = โ, ๐(๐ก) = ๐(โ) = 0; secara teori, jika periode penelitian meningkat tanpa limit maka tidak ada satu pun yang bertahan sehingga kurva sintasan mendekati nol. Untuk menggambar arah atau aliran sintasan, seorang ahli bernama Berkson membuat grafik ๐(๐ก). Grafik ๐(๐ก) disebut kurva sintasan (survival curve). Fungsi sintasan atau kurva sintasan digunakan untuk mencari median (persentil ke-50) dan persentil-persentil lain dari waktu sintasan dan untuk membandingkan data sintasan dari dua kelompok atau lebih. Dalam distribusi sintasan, yang digunakan untuk menggambarkan kecenderungan sentral (central tendency) dari suatu distribusi bukan rata-rata (mean), melainkan median, karena adanya satu atau dua individu dengan lama hidup yang terlalu lama atau terlalu pendek akan menyebabkan rata-rata waktu sintasan menjadi tidak proportional yaitu terlalu besar atau kecil (Lee dan Wang, 2003). S(0)=1 1
S(t)
S( )=0 0
t Gambar 2.3. Fungsi Waktu Sintasan
X
11
Fungsi sintasan ๐(๐ก), yaitu probabilitas bahwa suatu individu tidak mengalami kejadian lebih dari ๐ก (Lee dan Wang, 2003). ๐(๐ก) = ๐ (๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ > ๐ก) ๐(๐ก) = ๐ (๐ > ๐ก)
(2.1)
Dari definisi fungsi distribusi kumulatif ๐น(๐ก) dari ๐ : ๐ก
๐น(๐ก) = ๐(๐ < ๐ก) = โซ0 ๐(๐ข)๐๐ข
(2.2)
maka ๐(๐ก) = 1 โ ๐ (๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ < ๐ก) โ
๐(๐ก) = 1 โ ๐น(๐ก) = โซ๐ก ๐(๐ข)๐๐ข.
(2.3)
Dalam praktiknya, jika tidak terdapat individu yang tersensor, fungsi sintasan diestimasikan sebagai proporsi individu yang tidak mengalami kejadian lebih dari ๐ก: โ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข โ๐๐๐ข๐ ๐ฆ๐๐๐>๐ก ๐ฬ(๐ก) = . โ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข
(2.4)
2. Fungsi Densitas Probabilitas Seperti peubah acak kontinu yang lain, waktu sintasan ๐ mempunyai fungsi densitas probabilitas yang didefinisikan sebagai batas probabilitas bahwa suatu individu mengalami kejadian pada interval waktu yang pendek dari ๐ก hingga ๐ก + โ๐ก tiap satuan lebar โ๐ก atau secara sederhana probabilitas kejadian dalam interval yang pendek untuk tiap satuan waktu. Definisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: lim ๐[๐ ๐ข๐๐ก๐ข ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐๐๐ก๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ฃ๐๐(๐ก,๐ก+โ๐ก)]
๐(๐ก) = โ๐กโ0
โ๐ก
.
(2.5)
12
Dalam praktiknya, jika tidak terdapat individu yang tersensor, fungsi densitas probabilitas (๐(๐ก)) diestimasi sebagai proporsi dari individu yang mengalami kejadian dalam selang waktu per satuan lebar: ๐ฬ(๐ก) =
๐๐ข๐๐๐โ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐ข๐๐๐ ๐ค๐๐๐ก๐ข ๐ก (๐ก๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข) ๐ฅ (๐๐๐ก๐๐๐ฃ๐๐ ๐๐๐๐๐)
Proporsi individu yang mengalami kejadian pada setiap interval waktu dalam puncak-puncak frekuensi kejadian dapat diperoleh dari fungsi densitas (Lee dan Wang, 2003). 3. Fungsi Hazard Berbeda dengan fungsi sintasan yang fokus pada tidak terjadinya kejadian, fungsi hazard fokus pada terjadinya kejadian. Oleh karena itu fungsi hazard dapat dipandang sebagai pemberi informasi yang berlawanan dengan fungsi sintasan. Sama halnya dengan kurva fungsi sintasan, kurva fungsi hazard juga memiliki karakteristik yaitu : 1.
Selalu nonnegatif, yaitu sama atau lebih besar dari nol.
2.
Tidak memiliki batas atas.
Selain itu fungsi hazard juga digunakan untuk alasan: 1.
Memberi gambaran tentang keadaan failure rate.
2.
Mengidentifikasi bentuk model yang spesifik.
3.
Membuat model matematika untuk Analisis Sintasan biasa (Kleinbaum dan Klein, 2005).
13
Fungsi hazard โ(๐ก) dari suatu waktu sintasan T menunjukkan conditional failure rate. Fungsi hazard ini didefinisikan sebagai probabilitas kejadian selama interval waktu yang sangat pendek, dengan asumsi individu-individu tidak mengalami kejadian pada awal interval waktu tersebut, atau limit probabilitas bahwa suatu individu mengalami kejadian dalam interval waktu yang sangat pendek dari t hingga ๐ก + โ๐ก, yang menunjukkan bahwa individu tidak mengalami kejadian hingga waktu t. lim ๐[๐๐ข๐๐ก๐ข ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐ข๐๐ข๐ ๐ก ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ฃ๐๐ ๐ค๐๐๐ก๐ข (๐ก,๐ก+โ๐ก)]
โ(๐ก) = โ๐กโ0
โ๐ก
(2.6)
Fungsi hazard dapat juga didefinisikan dengan menggunakan fungsi distribusi kumulatif ๐น(๐ก) dan fungsi densitas peluang ๐(๐ก): ๐(๐ก)
โ(๐ก) = 1โ๐น(๐ก)
(2.7)
Pada praktiknya, saat tidak ada pengamatan tersensor, fungsi hazard diestimasi sebagai proporsi dari individu yang mengalami kejadian dalam interval per satuan waktu, mengingat individu tidak mengalami kejadian sampai awal interval waktu tersebut. ๐ฝ๐ข๐๐๐โ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ฃ๐๐ ๐ค๐๐๐ก๐ข ๐๐ข๐๐๐ โฬ(๐ก) = ๐๐ข๐๐๐โ ๐๐๐๐๐ฃ๐๐๐ข ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ก ๐ก
(2.8)
Ketiga fungsi sintasan tersebut ekuivalen secara matematis. Jika salah satu diketahui, maka dua lainnya dapat dihitung (Lee dan Wang, 2003). a. Dari (2.3) dan (2.7), diperoleh โ(๐ก) =
๐(๐ก) ๐(๐ก)
(2.9)
Hubungan ini juga dapat timbul dari persamaan (2.6) dengan menggunakan definisi dasar probabilitas bersyarat.
14
b. Karena fungsi densitas probabilitas ๐(๐ก) merupakan turunan dari fungsi distribusi kumulatif ๐น(๐ก), dari persamaan (2.3) didapatkan : ๐น(๐ก) = 1 โ ๐(๐ก) maka ๐
๐(๐ก) = ๐๐ก ๐น(๐ก) ๐
๐(๐ก) = ๐๐ก [1 โ ๐(๐ก)] = โ๐ โฒ (๐ก).
(2.10)
c. Subsitusikan (2.10) ke dalam (2.9) menghasilkan โ(๐ก) = โ
๐ โฒ (๐ก) ๐(๐ก)
๐
= โ ๐๐ก log๐(๐ก).
(2.11)
d. Integralkan (2.11) dari 0 sampai t dan gunakan S(0) = 1, didapat fungsi hazard kumulatif H(t) ๐ก
โ โซ0 โ(๐ฅ)๐๐ฅ = log๐(๐ก) atau ๐ป(๐ก) = โ log ๐(๐ก) atau ๐ก
๐(๐ก) = exp[โ๐ป(๐ก)] = exp [โ โซ0 โ(๐ฅ)๐๐ฅ].
(2.12)
e. Dari persamaan (2.9) dan (2.12) diperoleh, ๐(๐ก) = โ(๐ก)exp[โ๐ป(๐ก)].
(2.13)
2.4. Metode Kaplan Meier Salah
satu
tujuan
dari
analisis
sintasan
ialah
mengestimasi
dan
menginterpretasi fungsi sintasan dan fungsi hazard. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi fungsi sintasan, di antaranya Nelson-Aalen estimator, metode life-table (actuarial), metode Kaplan-Meier, AFT, Bayesian,
15
counting process dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Kaplan-Meier. Kaplan Meier mengintegrasikan informasi dari semua pengamatan yang tersedia, baik data berupa data tersensor maupun data tak tersensor, dengan mempertimbangkan setiap titik dalam waktu sebagai serangkaian langkah yang ditetapkan oleh waktu sintasan dan waktu tersensor. Bila tidak ada data tersensor, parameter dugaanya hanyalah proporsi sampel pengamatan dengan waktu kejadian lebih besar dari ๐ก. Kaplan Meier digunakan untuk menduga fungsi sintasan, fungsi hazard dan median waktu sintasan dari data sintasan tersensor (Collet, 2003). a. Penduga Fungsi Sintasan Misalkan terdapat ๐ individu dengan waktu sintasan teramati yaitu ๐ก1 , ๐ก2 , โฆ , ๐ก๐ , beberapa observasi ini tersensor dan ada kemungkinan lebih dari satu individu memiliki waktu sintasan yang sama. Jika terdapat ๐ waktu kejadian di antara ๐ objek, dengan ๐ โค ๐, maka waktu kejadian ๐๐ โ ๐ ditunjukkan sebagai ๐ก(๐) , untuk ๐ = 1,2, โฆ , ๐ dan susunan r waktu kejadian adalah ๐ก(1) < ๐ก(2) < โฏ ๐ก(๐) . Dugaan waktu sintasan yang terjadi pada waktu ke-๐ dalam interval waktu ๐ก(๐) sampai dengan ๐ก(๐+1) untuk ๐ = 1,2, โฆ , ๐ adalah ๐ โ๐ ๐ฬ(๐ก) = โ๐๐=1 ( ๐๐ ๐ ) ๐
(2.14)
dengan ๐๐ menyatakan jumlah individu yang berisiko mengalami kejadian pada waktu ๐ก(๐) , ๐ = 1,2, โฆ , ๐, dan dj merupakan jumlah individu yang mengalami kejadian pada urutan waktu sintasan ๐ก(๐) .
16
b. Penduga Fungsi Hazard Menduga fungsi hazard untuk data sintasan, dapat dilakukan menggunakan rasio dari jumlah kejadian terhadap jumlah individu yang berada pada risiko mengalami kejadian. Apabila ๐๐ merupakan jumlah individu yang mengalami kejadian pada urutan waktu sintasan ๐ก(๐), ๐ = 1,2, โฆ ,10, dan ๐๐ adalah individu yang beresiko mengalami kejadian pada waktu ๐ก(๐) sampai ๐ก(๐+1) dapat diduga dengan ๐ โฬ = ๐ ๐๐
(2.15)
๐ ๐
dengan ๐ก(๐) โค ๐ก โค ๐ก(๐+1), dengan ๐(๐+1)= ๐ก(๐+1) โ ๐ก(๐) . c. Penduga Median Waktu Sintasan Median digunakan untuk menyimpulkan pengukuran lokasi dari sebaran data karena sebaran waktu sintasan yang cenderung positif menceng ke kanan. Median ini merupakan waktu observasi dengan 50% individu di dalam populasi diharapkan dapat bertahan, yaitu pada ๐ก(50) dan (๐ก(50) ) = 0,5. Karena dugaan nonparametrik dari ๐(๐ก) merupakan fungsi tangga, biasanya jarang diperoleh nilai fungsi sintasan yang tepat sama dengan 0,5 sehingga nilai penduga median waktu sintasan adalah ๐กฬ(50) = ๐๐๐{๐ก๐ |๐ฬ(๐ก๐ ) โค 0,5} dengan ti adalah waktu sintasan yang diamati pada individu ke-i
(2.16)
17
2.5. Uji Log Rank Uji Log Rank merupakan uji signifikansi nonparametrik yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan fungsi sintasan dua kelompok atau lebih (Collet, 2003). Berikut ini pengujian hipotesis pada uji Log Rank. H0: tidak ada perbedaan fungsi sintasan antara dua atau lebih kelompok yang diamati. H1: ada perbedaan fungsi sintasan antara dua atau lebih kelompok yang diamati. Statistik uji : ๐๐ฟ = โ๐๐=1(๐1๐ โ ๐1๐ ) , ๐ = 1,2, โฆ , ๐
(2.17)
๐ฃ๐๐ (๐๐ฟ ) = ๐๐ฟ = โ๐๐=1 ๐1๐
(2.18)
๐๐ฟ =
๐๐ฟ2 ๐๐ฟ
~ ๐12
(2.19) ๐
dengan: ๐1๐ = ๐1๐ ๐๐ ; ๐๐ = ๐1๐ + ๐2๐ ๐
๐1๐ =
๐1๐ ๐2๐ ๐๐ (๐๐ โ๐๐ ) ๐๐2 (๐๐ โ1)
,
(2.20)
๐๐ menyatakan jumlah total kejadian dari kelompok 1 dan 2, ๐1๐ menyatakan nilai ekspektasi kejadian pada waktu ke ๐ก(๐) pada kelompok 1, ๐1๐ menyatakan jumlah kejadian dari kelompok 1, ๐1๐ menyatakan varians dari ๐1๐ , dan daerah penolakan yaitu tolak ๐ป0 jika ๐๐ฟ > ๐12 . 2.6. Model Regresi Cox Proportional Hazard Alasan yang menyebabkan populernya model Cox adalah rasio hazard bisa ditentukan tanpa mengetahui baseline hazard, estimasi koefisien regresinya baik, kurva sintasan dapat diperoleh untuk berbagai macam data (Kleinbaum dan Klein,
18
2005). Dengan kata lain, pada saat menggunakan regresi Cox maka tidak ada suatu keharusan data pada peubah respon mengikuti sebaran tertentu. Persamaan model untuk Cox proportional hazard adalah sebagai berikut : โ(๐ก, ๐) = โ0 (๐ก) exp(โ๐๐=1 ๐ฝ๐ ๐ฅ๐ )
(2.21)
dengan โ0 (๐ก) adalah baseline hazard yang tidak perlu diketahui, ๐ฅ๐ adalah peubahpeubah bebas terdiri dari ๐ฅ, ๐ฅ2 , ๐ฅ3 โฆ,๐ฅ๐ , dan ๐ฝ๐ adalah parameter dari peubahpeubah bebas terdiri dari ๐ฝ1, ๐ฝ2, ๐ฝ3,โฆ , ๐ฝ๐ . Nilai-nilai dugaan ฮฒ diperoleh dengan memaksimumkan fungsi parsial likelihood. Misal terdapat sebanyak n sampel, di antaranya terdapat r kali waktu kejadian yang berbeda dan ๐ โ ๐ merupakan waktu sintasan yang tersensor, ๐ melambangkan waktu kejadian yang dinotasikan dengan ๐ก1 , ๐ก2 , โฆ , ๐ก๐ , sehingga ๐ก๐ merupakan waktu kejadian ke-j. Kumpulan individu yang mungkin mengalami kejadian ketika waktu ๐ก๐ akan dinotasikan dengan ๐
(๐ก๐ ), banyaknya ๐
(๐ก๐ ) disebut kumpulan risiko (Collet, 2003). Cox (1972) menunjukan relevansi fungsi likelihood untuk model proportional hazards sebagai berikut: exp(๐ฝโฒ๐ฅ๐ )
๐ฟ(๐ฝ) = โ๐๐=1 (โ
๐โ๐
(๐ก๐ ) ๐ฝโฒ๐ฅ๐
)
(2.22)
dengan ๐ฅ๐ adalah vektor peubah bebas dari individu yang mengalami kejadian pada saat ke-j selama waktu kejadian (๐ก๐ ). Hasil dari rumus (2.22) tersebut hanya diambil dari individu yang mengalami kejadian saja. Sedangkan individu yang waktu sintasannya tersensor tidak dilibatkan dalam perhitungan fungsi log-likelihood tetapi dimasukan ke penjumlahan seluruh kumpulan risiko ketika waktu kejadian
19
belum tersensor. Akibatnya, kesimpulan tentang pengaruh peubah bebas pada fungsi hazards hanya tergantung pada urutan peringkat dari waktu sintasan. Selanjutnya misalkan data sintasan yang dianalisis berukuran n, yakni ๐ก1 1, ๐ก2 , โฆ , ๐ก๐ dan ๐ฟ๐ adalah indikator sensor maka persamaan (2.22) dapat dinyatakan sebagai berikut ๐ฟ(๐ฝ) = โ๐๐=1 (
๐ฟ๐
exp(๐ฝโฒ๐ฅ๐ ) โ๐โ๐
(๐ก ) ๐ฝโฒ๐ฅ๐ ๐
)
(2.23)
dengan R(tj) sebagai kemungkinan pada waktu t. Untuk mempermudah mencari penduga maximum likelihood ๐ฟ(๐ฝ) maka digunakan ln ๐ฟ(๐ฝ) sebagai berikut ln ๐ฟ(๐ฝ) = โ๐๐=1 ๐ฟ๐ [๐ฝโฒ๐ฅ๐ โ log โ๐โ๐
(๐ก๐ ) ๐ฝโฒ๐ฅ๐ ]
(2.24)
nilai ln ๐ฟ(๐ฝ) dimaksimumkan dengan menurunkannya terhadap ฮฒ, yaitu ๐ ๐๐ฝ
ln ๐ฟ(๐ฝ) = 0
(2.25)
akan diturunkan ln ๐ฟ(๐ฝ) terhadap ๐ฝ1 , ๐ฝ2, โฆ , ๐ฝ๐ yaitu: ๐
โ๐๐๐
(๐ก๐) ๐ฅ๐1 exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐ ln ๐ฟ(๐ฝ) = โ [๐ฅ๐1 โ ] โ๐๐๐
(๐ก๐) exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐๐ฝ1 ๐=1
๐
โ๐๐๐
(๐ก๐) ๐ฅ๐2 exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐ ln ๐ฟ(๐ฝ) = โ [๐ฅ๐2 โ ] โ๐๐๐
(๐ก๐) exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐๐ฝ2 ๐=1
โฎ
20
๐
โ๐๐๐
(๐ก๐) ๐ฅ๐๐ exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐ ln ๐ฟ(๐ฝ) = โ [๐ฅ๐๐ โ ] โ๐๐๐
(๐ก๐) exp(๐ฝ โฒ ๐ฅ๐ ) ๐๐ฝ๐ ๐=1
Karena persamaan diatas sulit diselesaikan, maka pendugaan parameter ฮฒ dilakukan dengan metode Newton โ Raphson, yaitu: 1. Tentukan nilai ๐ฝ (0) 2. Hitung (๐ฝ (๐+1) โ ๐ฝ (๐) ) =
U(๐ฝ (๐) ) I(๐ฝ (๐) )
U(๐ฝ (๐) ) = (
๐๐ฟ(๐ฝ) ๐๐ฟ(๐ฝ) ๐๐ฟ(๐ฝ) , ,โฆ, ) ๐๐ฝ1 ๐๐ฝ2 ๐๐ฝ๐
๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐๐ฝ1 2 ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) (๐) I(๐ฝ ) = โ ๐ ๐ฝ1 ๐๐ฝ2 โฎ ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) (๐ ๐ฝ1 ๐๐ฝ๐
๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐ ๐ฝ1 ๐๐ฝ2 ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐๐ฝ2 2 โฎ ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐ ๐ฝ2 ๐๐ฝ๐
๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐ ๐ฝ๐ ๐๐ฝ1 โฆ ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) โฆ โฑ ๐ ๐ฝ๐ ๐๐ฝ2 โฆ โฎ ๐ 2 ๐ฟ(๐ฝ) ๐๐ฝ๐ 2 )
hitung ๐ฝ (๐+1) untuk j = 1,2,... sampai ๐ฝ (๐+1) konvergen, ๐ฝ (๐+1) โ ๐ฝ (๐) (Collet, 2003). 2.7. Konsep Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (UU No.13 Tahun 2003). Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah the labor force concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) dapat dijelaskan dalam Gambar 2.4.
21
Penduduk
Bukan Usia Kerja
Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bekerja
Sedang Bekerja
Bukan Angkatan kerja
Pengangguran
Sementara Tidak Bekerja
Mencari Pekerjaan
Mempersiapk an Usaha
Putus Asa: Merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
Gambar 2.4. Konsep Angkatan Kerja Indonesia (BPS, 2012)
Penduduk dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas sedangkan penduduk bukan usia kerja adalah penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Menurut kegiatannya, penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja dan penduduk bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sedangkan penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang pada periode rujukan tidak mempunyai atau melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya
22
seperti olahraga, kursus, piknik dan kegiatan sosial (misalnya berorganisasi dan kerja bakti). Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi juga termasuk dalam kategori bekerja. Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja (BPS,2012). 2.8. Pengangguran dan Setengah Pengangguran Menurut Mulyadi (2003) pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan yang dimaksud mencari kerja menurut BPS adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan pada suatu periode rujukan. Tingkat pengangguran di suatu negara terutama ditentukan oleh kondisi-kondisi ekonomi, tren-tren demografis pun dapat memengaruhi ukuran dan komposisi angkatan kerja, tingkat pengangguran dapat digunakan untuk melihat tingkat pendayagunaan tenaga kerja suatu negara. Tinggi rendahnya
tingkat
pengangguran
terbuka
(TPT)
diakibatkan
oleh
ketidakseimbangan antara penyediaan tenaga kerja dan tingkat kesempatan kerja. Hal ini menyebabkan adanya suatu kelebihan tenaga kerja atau labour surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan setengah pengangguran merupakan jumlah penduduk yang bekerja kurang dari jumlah jam kerja normal (35 jam per minggu). Setengah pengangguran yang masih mencari pekerjaan atau
23
masih bersedia menerima pekerjaan disebut sebagai setengah pengangguran terpaksa, dan penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal (35 jam per minggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan merupakan setengah penganggguran sukarela (BPS, 2012). Tingginya angka pengangguran mengakibatkan berbagai permasalahan sosial. Penanganan masalah pengangguran menjadi semakin penting mengingat para ahli demografi di Indonesia memproyeksikan pada tahun 2019โ2024, Indonesia akan mengalami kondisi dengan rasio ketergantungan yang akan mengecil, ini dikarenakan penduduk Indonesia akan masuk ke dalam kelompok penduduk usia produktif (15โ64 tahun) yang dikenal dengan istilah bonus demografi. Pada saat bonus demografi terjadi, perlu adanya kesiapan penciptaan lapangan kerja. Apabila lapangan kerja yang tersedia dapat menampung angkatan kerja untuk bekerja maka kondisi perekonomian akan meningkat tajam. Namun sebaliknya, jika lapangan kerja yang ada tidak memadai maka angka pengangguran akan sangat besar yang menyebabkan terpuruknya kondisi perekonomian negara. Salah satu indikator tingginya angka pengangguran dapat dilihat dari semakin lamanya waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. 2.9. Faktor Waktu Sintasan Mencari Kerja Mencari kerja merupakan kegiatan yang memerlukan pengeluaran dan akan memberikan penghasilan ketika sudah mendapatkan kerja. Manusia dalam menentukan pilihan tempat kerja akan memikirkan banyak hal untuk pertimbangan. Lama mencari kerja setiap orang berbeda-beda, ini dikarenakan adanya faktorfaktor yang memengaruhi lamanya seseorang mendapatkan pekerjaan. Job Search
24
Theory (JST) menjelaskan bahwa aktivitas mencari kerja merupakan pilih memilih dari sejumlah tawaran kerja yang dihadapi oleh pencari kerja (McCall, 1970). Agar mendapatkan sejumlah tawaran seseorang perlu masuk ke pasar kerja. Di dalam pasar kerja informasi yang didapatkan tidak sempurna baik itu mengenai informasi tentang upah maupun balas jasa yang ditawarkan sehingga perlu adanya kegiatan mencari agar diperoleh tawaran kerja yang diinginkan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lama mencari kerja adalah : 1. Daerah Tempat Tinggal Ketersediaan dan jenis tawaran kerja yang berbeda antara perkotaan dan pedesaan memberikan pengaruh terhadap lama mencari kerja. Sodikin (2004) mengatakan sebagaian besar pengangguran terbuka di negara berkembang ada di perkotaan dengan rata-rata pendidikan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena di pedesaan lebih mudah mendapat pekerjaan karena tawaran kerja yang ada tidak menuntut tingkat pendidikan yang tinggi dan upah di pedesaan jauh lebih rendah dari pada perkotaan. Ini sesuai dengan konsep job search theory yaitu pencari kerja akan mencari kerja sesuai ratio wage yang diharapkan. 2. Pendidikan Pendidikan merupakan hal penting yang menentukan seseorang untuk memilih pekerjaan. Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan jenis dan upah kerja sesuai dengan pendidikan yang ditamatkan. Biasanya seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mengharapkan upah yang lebih tinggi. Hal ini berarti akan semakin sulit untuk menemukan
25
pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan upah yang diharapkan. Ini dikarenakan tawaran kerja dengan upah yang tinggi terbatas. 3. Jenis Kelamin Kondisi sosial budaya yang ada di Bali menempatkan perempuan sebagai individu yang mengurus rumah tangga. Kebudayaan yang ada di Provinsi Bali memberikan peran yang lebih banyak kepada perempuan. Hal ini memengaruhi lama mencari kerja perempuan Bali. Peran laki-laki sebagai pencari nafkah juga berlaku di Bali maka akan ada perbedaan lama mencari kerja antara lakilaki dan perempuan yang kemungkinan laki-laki akan lebih singkat mencari kerja. 4. Status Dalam Rumah Tangga Lama mencari kerja juga dapat dipengaruhi oleh status dalam rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab yang dipikul, seorang yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga akan mencari kerja lebih intensif karena tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga. Konsekuensi dari hal ini maka akan singkatnya masa mencari kerja. Sedangkan anggota rumah tangga lain, akan merasa kebutuhannya sudah dapat dipenuhi oleh kepala rumah tangga. Anggota rumah tangga yang bukan kepala rumah tangga tidak terlalu intensif mencari pekerjaan. Sehingga dapat dibedakan status dalam rumah tangga menjadi dua yaitu kepala rumah tangga dan bukan kepala rumah tangga. 5. Status Perkawinan
26
Beban ekonomi seseorang dapat dilihat dari faktor status kawinnya. Orang yang sudah kawin akan memiliki beban ekonomi yang lebih besar dibanding dengan orang yang belum kawin. Beban ekonomi yang besar akan menyebabkan seseorang lebih intensif mencari kerja sehingga akan cepat medapatkan pekerjaan. Sedangkan orang yang belum kawin biasanya masih ditanggung oleh orang tuanya. Begitu juga dengan orang yang sudah bercerai akan memiliki beban ekonomi yang berbeda-beda. Maka di sini peneliti akan mengkategorikan status perkawinan menjadi tiga yaitu sudah kawin, belum kawin, dan cerai. 6. Pengalaman Pencari kerja yang tidak berpengalaman mengalami masa yang lebih singkat dalam memperoleh pekerjaan (Salim, 2002). Ini disebabkan karena pencari kerja yang berpengalaman akan lebih selektif memilih pekerjaan dan akan menginginkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya dengan upah yang lebih tinggi. Sehingga dalam penelitian ini dimasukan faktor pengalaman dengan peubah memiliki pengalaman dan tidak memiliki pengalaman. 7. Umur Peubah umur memberikan pengaruh yang jelas terhadap lama mencari kerja seseorang. Semakin bertambah umurnya seseorang maka akan semakin bertambah keinginan orang tersebut untuk mendapatkan pekerjaan. Apalagi orang tersebut masuk dalam usia produktif, dalam masa ini seseorang berada pada kondisi yang paling baik untuk bekerja.