4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)
Gambar 2.1. Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)
1. Klasifikasi Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.) Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divis
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Labiatae
Genus
: Leucas
Spesies
: Leucas lavandulifolia Sm. (Depkes RI, 2001)
a. Deskripsi Tanaman Deskripsi tanaman: Tumbuh liar di tanah kering sepanjang tepi jalan, tanah terlantar dan kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian kurang dari 1.500 m dpi. Terna semusim, tegak,
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
5
tinggi 20-60 cm. Batang berkayu, berbuku-buku, bentuknya segi empat, bercabang, berambut halus, warnanya hijau. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai. Helaian daun bentuknya lanset, ujung dan pangkainya runcing, tepi bergerigi, panjang 1,5-10 cm, lebar 2-10 mm, warnanya hijau muda. Bunga kecil-kecil, warnanya putih berbentuk lidah, tumbuh tersusun dalam karangan semu yang padat. Buahnya buah batu, warnanya coklat. Biji bulat, kecil, warnanya hitam. Herba ini mempunyai khasiat yang sama dengan Leucas zeylanica (L.) R.Br. Perbanyakan dengan biji. Habitat: Tumbuh di tegalan, di pinggir jalan yang kering pada ketinggian 1500 m dpl Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh bagian tumbuhan (Balittro, 2008). b. Nama Daerah Nama daerah: Paci-paci (Sunda), sarap nornor (Madura). daun setan, ; Lenglengan, lingko-lingkoan, nienglengan, plengan (Jawa); Gofu hairan (Ternate), laranga (Tidore) (Hariana, 2005). c. Kandungan Kimia Lenglengan memiliki rasa pahit, pedas, dan bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam akar lenglengan di antaranya saponin, flavonoid, dan tanin. Selain itu, daun lenglengan mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan minyak atsiri. Efek farmakologis lenglengan diantaranya mengobati sukar tidur, gelisah, sakit kepala, influenza, batuk, batuk rejan, difteri, jantung berdebar, tidak datang haid, pencernaan terganggu, cacingan, kencing manis (diabetes melitus), kejang, dan ayan (epilepsi). (Hariana, 2005). B. Epilepsi a. Tinjauan umum Epilepsi adalah gangguan otak kronis yang ditandai dengan kejang yang berulang dari sistem saraf karena adanya kelainan pada bagian neuron otak, akibat adanya disfungsi sementara sebagian atau
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
6
seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada populasi neuron peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat (WHO, 2012). b. Patofisiologi Serangan epilepsi disebabkan oleh transmisi impuls pada otak yang
tidak
normal
karena
tidak
adanya
sinkronisasi
pada
neurotransmiter. Perubahan saluran ion yang diatur voltase pada membran neuron mengakibatkan depolarisasi yang berlebih sehingga dapat berpotensi kejang. Saluran ion yang dapat berpotensi kejang meliputi saluran kalium, kalsium, atau natrium yang sensitif terhadap voltase (Brasher, 2007). Epilepsi terjadi karena kandungan GABA yang berkurang, karena GABA berfungsi sebagai penghambat (neurotransmiter inhibitori) untuk mencegah pelepasan listrik yang berlebihan serta meningkatnya rangsangan pada neurotransmiter glutamat. c. Etiologi Penyebab tersering terjadinya kejang antara lain : 1) Kejang demam 2) Infeksi: meningitis, ensefalitis 3) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin. 4) Trauma kepala 5) Keracunan: alkohol, teofilin 6) Bahan kimia induksi kejang 7) Penghentian obat anti epilepsi 8) Lain-lain: tumor otak (Tjay and Rahardja, 2007).
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
7
d. Jenis kejang Dikenal beberapa jenis epilepsi dan yang paling lazim adalah bentuk serangan luas (grand mal, petit mal, abscence) dimana sebagian besar otak terlibat dan serangan parsial (sebagian) dimana pelepasan muatan listrik hanya terbatas sampai sebagian otak. Terdapat pula beberapa bentuk campurannya. 1) Petit mal atau absence Bercirikan serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai setengah detik dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Gejalanya berupa keadaan termangumangu (pikiran kosong, kehilangan respons sesaat), muka pucat, mendadak berhenti bergerak, terutama pada anak-anak. Serangan petit mal pada anak-anak dapat berkembang menjadi grand mal pada masa pertumbuhan (Tjay and Rahardja, 2007). 2) Grand mal atau serangan tonik klonik umum Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya kesadaran untuk sementara dan tonus. Hilangnya tonus menyebabkan penderita terjatuh, kejang hebat dan otot-ototnya menjadi kaku (Tjay and Rahardja, 2007). e. Antikonvulsan Antikonvulsan adalah obat yang bisa meredakan konvulsi. Senyawa yang diharapkan untuk anti kejang dapat bekerja melalui mekanisme : 1) Peningkatan transmisi inhibisi (biasanya GABAergik). 2) Pengurangan transmisi eksitasi (biasanya glutamergik) (Price and Wilson, 2007). 2. Fenobarbital Fenobarbital (asam 5,5-fenil-etil-barbiturat) merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi, dan merupakan obat pilihan utama untuk terapi kejang dan kejang demam pada
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
8
anak. Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah 2x100 mg sehari. Dosis anak ialah 30-100 mg sehari.
Gambar 2.2. Struktur Fenobarbital
Mekanisme Kerja Fenobarbital merupakan obat antiepilepsi dengan broad spektrum, digunakan pada terapi serangan parsial dan serangan umum sekunder. Fenobarbital memacu proses penghambatan dan mengurangi transmisi listrik di otak. Data menunjukkan bahwa Fenobarbital dapat menekan saraf abnormal secara selektif, menghambat penyebaran dan menekan pelepasan listrik dari fokus. Dengan kadar terapi yang relevan, fenobarbital meningkatan penghambatan melalui GABA dan reduksi eksitasi melalui glutamat (Katzung, 1997). Indikasi dan Kontraindikasi Fenobarbital digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus, eklamsia, status epilepsi, dan keracunan konvulsan. Fenobarbital juga digunakan sebagai obat sedasi pada siang hari. Fenobarbital tidak boleh pada pasien yang alergi pada fenobarbital, penyakit hati atau ginjal, dan penyakit Parkinson. Farmakokinetika Fenobarbital diabsorbsi cepat dan beredar luas diseluruh tubuh. Ikatan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak begitu tinggi. Fenobarbital mencapai kadar puncak dalam waktu 60 menit dengan durasi kerja 10 hingga 12 jam. Fenobarbital dimetabolisme di hati dan dieksresikan ke urin. Kira-kira 25% fenobarbital diekskresi di urin dalam bentuk utuh (Wibowo & Gofir, 2006).
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
9
Efek terapi dan non terapi Fenobarbital merupakan agen yang efektif untuk kejang umum tonik klonik dan partial seizure. Kemanjuran, toksisitas yang rendah dan biaya yang murah menjadikan obat ini penting untuk beberapa jenis epilepsi. Akan tetapi penggunaan fenobarbital sebagai agen primer sebaiknya dikurangi, mengingat efek sedasi dan kecenderungan pengaruh obat dalam mengganggu perilaku pada anak. Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia, terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam keadaan nyeri dapat menimbulkan gelisah, eksitasi, bahkan delirium. Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa dermatosis, erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati. Alasan Penggunaan Fenobarbital dalam Penelitian Fenobarbital sering digunakan oleh para penderita penyakit epilepsi. Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini sebagai pereda kejang atau antikonvulsi adalah fenobarbital. Fenobarbital salah satu obat yang dipilih untuk terapi antikonvulsi karena obat ini memilki beberapa kelebihan yaitu harganya murah, mudah didapat, dosis efektif yang rendah, dan sering atau banyak digunakan untuk terapi antikonvulsi. 3. Phentylenetetrazol (PTZ) PTZ disebut pula pentamethylenetetrazole dan leptazol. PTZ memiliki nama kimia 6, 7, 8, 9-tetrahidro 5-H tetrazolo (1, 5-a) azepin yang merupakan preparat stimulan SSP. C6H10N4 ini terdapat sebagai kristal berwarna putih, digunakan terutama untuk melawan kerja depresan, dengan pemberian per oral, intra vena dan sub cutan. PTZ adalah bahan kimia konvulsan sering digunakan dalam model eksperimental untuk induksi kejang. PTZ menimbulkan efek kejang dengan mekanisme antagonis non-kompetitif GABAergik yang tidak berinteraksi dengan reseptor GABA, tapi memblok GABA dengan cara menghambat pemasukan ion Cl-. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa efek farmakologis dari PTZ adalah melalui interaksi dengan saluran
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
10
ion dari reseptor GABAA. Pemberian suntikan PTZ secara intraperitoneal pada tikusdapat menyebabkan kejang tonik-klonik umum (Brunton, et al.,2006).
Gambar 2.3. Struktur Phentylenetetrazole
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014
11
C. Kerangka Teori Ekstrak Lenglengan (Leucas lavandulifolia) Reseptor GABA
Kanal Klorida terbuka
Meningkatnya Potensial elektrik sepanjang membran sel Sel sukar tereksitasi
Efek antikonvulsi
Waktu Onset Konvulsi meningkat dan Jumlah Kejang menurun
Gambar 2.4. Bagan Kerangka Teori
Efek Antikonvulsi Ekstrak Etanol..., Bangkit Herlambang, Fakultas Farmasi UMP, 2014