BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1
Landasan Teori
1.1.1 Teori Stakeholder Definisi stakeholders menurut Freeman dan McVea (2001) adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Teori stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholders nya. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholders perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Stakeholders dapat mengendalikan kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas misalnya modal dan tenaga kerja, akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Tujuan dari manajemen stakeholders adalah untuk merancang metode untuk mengelola berbagai kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis (Freeman dan McVea, 2001). 1.1.2 Teori Sinyal Teori sinyal adalah teori yang menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal (Sari dan Zuhrotun, 2006). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan melakukan pengungkapan CSR dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010). Informasi tentang pengungkapan CSR merupakan suatu sinyal perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, karena CSR terkait dengan acceptability dan sustainability, yang artinya perusahaan diterima dan berkelanjutan untuk dijalankan di suatu tempat dalam jangka panjang. yang tidak melakukan dan mengungkapkan kegiatan CSR nya (Adisusilo, 2011). 1.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Pertanggung
jawaban
sosial
perusahaan
atau
Corporate
Social
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Moir (2001) menyatakan selain menghasilkan keuntungan, perusahan harus membantu memecahkan masalah-
masalah sosial terkait atau tidak perusahaan ikut menciptakan masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi keuntungan jangka pendek atau jangka
panjang.
dikelompokkan
Berkaitan ke
dalam
dengan pelaksanaan beberapa
CSR,
kategori.
perusahaan bisa
Meskipun
cenderung
menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat (Suharto, 2007). Penelitian Dahlsrud (2006) meneliti komponen yang terdapat dalam definisidefinisi CSR yang telah ada sebelumnya. Dahlsrud menemukan bahwa berbagai definisi CSR yang diteliti secara konsisten mengandung lima komponen, yaitu: ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan voluntarisme. 1.1.4 Pengungkapan CSR Menentukan ruang lingkup dari tanggung jawab sosial, mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan menentukan prioritasnya terhadap tanggung jawab sosial, suatu perusahaan harus dapat mengerti elemen dasar yang terdapat dalam tanggung jawab sosial. Didalam ISO 260002 dijelaskan tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu: 1. Tata kelola perusahaan Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak sebagai elemen dasar dari tanggung jawab sosial dan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menerapkan perilaku yang bertanggungjawab yang berkaitan dngan elemen dasar lainnya
2. Hak asasi manusia Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak asasi manusia terbagi menjadi dua kategori utama, kategori pertama mengenai hak-hak sipil dan politik yang mencakup hak untuk hidup dan kebebasan, kesetaraan di mata hukum dan hak untuk berpendapat. Kategori kedua mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang mencakup hak untuk bekerja, hak atas pangan, hak atas kesehatan, hak atas pendidikan dan hak atas jaminan sosial. 3. Ketenagakerjaan Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat didalam prinsip dasar deklarasi ILO 1944 dan hak-hak tenaga kerja dalam deklarasi hak asasi manusia. Sebagai contohnya yaitu pelaksanaan kondisi kerja yang baik, bermartabat, dan kondusif; pengembangan sumberdaya manusia dan lain-lain. 4. Lingkungan Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak aktivitas perusahaan, pencegahan global warming, pendayagunaan sumber alam secara efisien dan efektif, dan penggunaan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan berkelanjutan. 5. Praktik operasional yang adil Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas secara etik dan pengungkapan aktivitas perusahaan yang transparan, pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan sehat, penghormatan terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan stakeholder, serta perlawanan terhadap korupsi.
6. Konsumen Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan relevan tentang produk perusahaan kepada pelanggan, penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi pelanggan. 7. Keterlibatan dan pengembangan masyarakat Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan kesejahtraan masyarakat, aktivitas sosial kemasyarakatan (philantrophy), dan melibatkan masyarakat didalam aktivitas operasional perusahaan. 1.1.5 Ukuran Perusahaan (size) Ukuran perusahaan (size) merupakan skala yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan juga mempengaruhi pengungkapan informasi bagi laporan keuangan tahunan mereka. Perusahaan yang mempunyai skala besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan daripada perusahaan yang mempunyai skala kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan
pengungkapan
selengkap
yang dilakukan
perusahaan
besar.
Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2006), Jaggi and Low (2000), Hossain and Reaz (2007) variabel ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tidak semua penelitian berhasil menunjukan hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan., penelitian yang dilakukan Brammer and pavelin, 2004; Siregar dan Bachtiar (2010), Hossain dan Reaz (2007), Khan (2010), Reverte (2009) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara ukuran dan pengungkapan CSR. 1.1.6 Profitabilitas Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan. Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996). Penelitian yang dilakukan Grigoria (2014), Khan (2010), Arlindania (2011), dan Novrianto (2012) bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Selain itu, Sembiring (2003), Mohd Ghazali (2007), Rahman
et al. (2011), dan Reverte (2009) tidak bisa menemukan hubungan signifikansi yang kuat antara profitabilitas dengan tingkat pengungkapan CSR. 1.1.7 Leverage Leverage adalah proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Grigoris (2014), Branco and Rodrigues (2008), and Andrikopouluos and kriklani (2012) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. Di sisi lain Chow dan WongBoren (1987), Siregar dan Bachtiar (2010) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 1.1.8
Likuiditas Likuiditas merupakan indikator mengenai kemampuan entitas untuk
membayar semua liabilitas jangka pendek pada saat jatuh tempo untuk menggunakan aset lancar yang tersedia. Likuiditas merupakan salah satu kinerja yang sering dijadikan tolok ukur investor dalam menilai perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas yang lebih tinggi akan memberikan sinyal kepada perusahaan lain bahwa mereka lebih baik daripada perusahaan lain yaitu dengan melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sosial dengan cara memberikan informasi yang lebih luas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang mereka lakukan. informasi salah satunya dengan cara melakukan pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh Syahrir dan Suhendra (2010), Kamil dan Herusetya (2012) menemukan
Likuiditas berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR. Di sisi lain Ho and Taylor (2007), Sutomo (2004), Andi Kartika (2010), dan yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 1.2
Penelitian terdahulu Tabel 2.2
NO
PENELITI
VARIABEL
HASIL
dan Ukuran perusahaan,tipe 1. Heckston Milne (1996) industri,profitabilitas perusahaan
Ukuran perusahaan,tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
2. Sembiring (2005)
Ukuran perusahaan,profitabilitas,tipe industry, ukuran dewan komisaris dan leverage
Ukuran perusahaan,ukuran dewan komisaris dan tipe industri mempengaruhi pengungkapan CSR
3. Anggraini (2006)
Kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, tipe industri dan profitabilitas
Kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
4. Mohd Ghazali (2007)
Ukuran perusahaan, director Ukuran perusahaan, director ownership, government ownership, government ownership ownership berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
NO
PENELITI 5. Ho and taylor (2007)
6. Branco Rodrigues 2008)
VARIABEL
HASIL
Firm size, country, Firm size dan country profitability, liquidity, country berpengruh signifikan positif profile terhadap pengungkapan CSR. profitability, leverage, liquidity berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR
and Internal exprerience, firm size, ( industry affiliation, Media exposure, Profitability, Leverage
Firm size, Financial leverage, Media exposure, Profitability berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Internal exprerience, industry affiliation, Profitability tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
T., Size, industry, profitability, Structure, Blank, V., Ownership Broberg, P. Ownership Identity and Collin, S.O. (2009)
firm size, profitability, ownership and industry berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ownership Structure tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
7. Tagesson,
8. Kamil Herusetya (2012)
9. Sari (2012)
10. Chek et (2013)
dan Profitabilitas, solvabilitas, perusahaan
likuiditas, Ukuran perusahaan berpengaruh ukuran positif terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Profile, size, profitabilitas, leverage, growth,
al. Size, profitability, leverage,
Profile berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. leverage, growth tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, profitability, leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Size berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
NO
1.3
PENELITI
VARIABEL
HASIL
11. Swati Chauhan Size, profitability, leverage, (2014) sales
Size, profitability, dan sales berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
12. Grigoris Giannarakis (2014)
Profitabiity, company size, berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, leverge berpengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan CSR, women in board, board leverage, board composition tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Company size, financial leverage, profitability, CEO duality, board size, board meetings, board everage age, women on board, board composition.
Kerangka pemikiran Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disusun kerangka
konseptual penelitian sebagai berikut : Gambar 2.1 UKURAN PERUSAHAAN (+)
H1
H2 PROFITABILITAS (+)
H3
PENGUNGKAPAN CSR
LEVERAGE (-)
H4 LIKUIDITAS (+)
H4
1.4
Hipotesis
1.4.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR Perusahaan dengan ukuran lebih besar cenderung memiliki hubungan yang lebih kompleks dengan para pemangku kepentingan. Sesuai dengan teori stakeholders yang menyatakan bahwa setiap keputusan kepentingan dan aktivitas bisnis perusahaan dipengaruhi sekaligus mempengaruhi pemangku kepentingan, maka perusahaan yang memiliki hubungan lebih kompleks akan mempunyai tuntutan yang lebih besar. Menurut teori sinyal semakin besar ukuran perusahaan maka semakin bnyak informasi yang terkandung di dalam perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada tekanan untuk mengolah informasi yang semakin besar, sehingga pihak manajemen memiliki kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi dalam mempertahankan kelangsungan usaha entitas. Penelitian yang dilakukan oleh sembiring (2005), Anggraeni (2006), Jaggi and Low (2000), Hossain and Reaz (2007) variabel ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. H1a: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia H1b: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan di Malaysia 1.4.2 Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR Menurut Heinze (1976) profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapakan pertanggung
jawaban sosial kepada pemegang saham. Profitabilitas merupakan indikator pengelolaan manajemen yang baik, sehingga manajemen akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi tambahan (sukarela) ketika ada peningkatan profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan melakukan pengungkapan secara sukarela lebih banyak untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Berdasarkan teori stakeholders, pengungkapan CSR dilakukan untuk menyeimbangkan konflik atas stakeholders. Dengan adanya pengungkapan CSR, stakeholders dapat mengevaluasi dalam melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan stakeholders. Sedangkan berdasakan teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang unggul dan mempunyai laba yang baik akan mengungkapkan informasi yang lebih rinci, termasuk kebebasan dan keleluasaan untuk menunjukkan dan mempertanggungjawabkan seluruh program sosialnya. Penelitian yang dilakukan Grigoria (2014), Khan (2010), Arlindania (2011), dan Novrianto (2012) bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. H2a: tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia H2b: tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR di Malaysia 1.4.3
Pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR Tingkat leverage mencerminkan ketergantungan perusahaan terhadap
hutang untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Tingkat leverage juga
menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Menurut teori stakeholders semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para debtholders. Teori sinyal memprediksi bahwa terdapat hubungan negatif antara leverage terhadap pengungkapan CSR, yaitu manajemen dengan tingkat leverage yang tinggi akan membuat perusahaan mengurangi pengungkapan CSRnya agar tidak menjadi sorotan debtholders. Menurut Belkaoui dan Karpik (1989), keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang dapat menurunkan pendapatan. Hasil penelitiannya menunjukkan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Grigoris (2014), Branco and Rodrigues (2008), and Andrikopouluos and kriklani (2012) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR H3a: tingkat leverage perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR di Indonesia H3b: tingkat leverage perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR di Malaysia 1.4.4
Pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan CSR Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rahardjo (2006) mengungkapkan rasio likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen pembayaran keuangannya. Menurut teori
Stakeholders semakin tinggi angka ratio likuiditas, akan semakin baik bagi investor. Perusahaan yang diminati investor adalah perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang cukup tinggi untuk standar perusahaan sejenisnya. Sesuai dengan teori sinyal, diduga bahwa perusahaan dengan likuiditas yang tinggi, cenderung akan lebih banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sosial, sehingga akan memberi sinyal kepada perusahaan lain bahwa perusahaan mereka lebih baik daripada perusahaan lain. Sinyal tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan pengungkapan CSR secara lebih luas. Penelitian yang dilakukan oleh Hussainey (2011) mengemukakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. H4a: tingkat likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia H4b: tingkat likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR di Malaysia 1.4.5 Perbedaan antara hubungan karakteristik perusahaan dengan CSR di Indonesia dan Malaysia Rock (2002) menyatakan bahwa negara-negara ASIA memiliki kepedulian yang sama tentang pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial, tetapi setiap negara memiliki prioritas yang berbeda seperti norma-norma dan nilai-nilai di berbagai tahap pembangunan ekonomi. Chambers, et al (2003) menyatakan bahwa dengan meninjau perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Thailand, Singapore, Malaysia, dan Indonesia mereka menemukan faktor utama mengenai
CSR di Asia yaitu sistem nasional yang berbeda dari bisnis hubungan masyarakat sehingga tidak ada keseragaman antara negara-negara Asia serta pengungkapan CSR di Asia ini ditingkatkan oleh globalisasi. H5: terdapat perbedaan antara pengungkapan di Indonesia dan Malaysia