BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komoditas Anggur Buah anggur merupakan komoditi yang bisa memberikan nilai tambah,
dalam artian bisa dikonsumsi sebagai buah segar maupun diolah lebih lanjut sebagai jus anggur dan bila buah masuk kedalam waktu kedaluarsa buah bisa diolah menjadi minuman (Setiadi, 2007). Anggur merupakan tanaman tahunan (perennial), berupa perdu yang merambat. Tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak 4000 SM. Sedangkan teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani, dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggur dari asalnya mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asia termasuk Indonesia, dan Australia. Penyebaran juga menjadikan anggur punya beberapa sebutan seperti grape di Eropa dan Amerika, China menyebut Putao, dan di Indonesia disebut anggur (Trubus, 1990). 2.1.1
Klasifikasi anggur Anggur termasuk tanaman marga Vitis sp. Adapun klsifikasi anggur adalah
sebagai berikut: Famili
: Vitaceae
Subgenus
: Muscadine dan Euvitis
Species
: Vitis vinivera, Vitis labrusca, Vitis candicans dan lain-lain
8
9
Jenis tanaman anggur ada sekitar 60 macam dengan ribuan varietas. Adapun jenis anggur yang dibudidayakan secara komersial adalah jenis: (1) Vitis vinifera, anggur untuk bahan minuman anggur Eropa, (2) Vitis labrusca, anggur untuk membuat jus anggur dan minuman anggur, (3) Vitis riparia, anggur liar Amerika Utara, untuk pembuatan minuman anggur, (4) Vitis rotundifolia, muscadine, digunakan untuk jelly dan minuman anggur, (5) Vitis aestivalis, varietas Norton yang digunakan untuk pembuatan minuman anggur, (6) Vitis lincecumii juga disebut Vitis aestivalis atau Vitis lincecumii, Vitis berlandieri, Vitis cinerea, Vitis rupestris digunakan untuk membuat minuman anggur hibrida dan rootstock tahan-hama (Anonim, 2010). 2.1.2 Manfaat dan kandungan gizi anggur Anggur merupakan buah yang mempunyai rasa segar, dan manis serta bermanfaat sebagai penghambat penuaan, sumber antioksidan, sumber kalium yang berguna untuk mengontrol tekanan darah serta dipercaya mencegah penyakit infeksi seperti influenza. Selain dimanfaatkan sebagai buah segar, anggur diolah menjadi produk
minuman fermentasi yang biasa disebut Wine, dikeringkan
menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli. Anggur juga memiliki nilai gizi yang sangat luar biasa. Tiap 100 g anggur paling tidak 25 komponen gizi yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya Kalsium, Kalium, Vitamin A, Vitamin C, dan Thiamin. (Anonim, 2010). Buah anggur segar yang dibuat jus mempunyai kandungan air 70% sd 80%, karbohidrat 15% sd 25%, asam organik 0,3% sd 1,5%, tannin 0,01% sd 0,10%, protein 0,0001% sd 0,01%, amino 0,017% sd 0,11%, amoniak 0,001% sd 0,012%, dan mineral 0,3% sd 0,6% (Rukmana, 1999).
10
2.1.3 Lingkungan tumbuh Tanaman anggur dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi tepi pantai, dengan musim kemarau panjang berkisar empat bulan sampai dengan tujuh bulan. Dengan curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus menerus dapat merusak premordia/ bakal perbungaan yaitu tengah berlangsung serta dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit. Suhu rata-rata maksimal siang hari 31oC dan suhu rata-rata minimal malam hari 23oC dengan kelembaban udara 75% sd 80%. Tanah yang baik untuk tanaman anggur adalah mengandung pasir, lempung berpasir, subur, dan gembur, banyak mengandung humus dan hara yang dibutuhkan. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman anggur adalah 7 (netral). Sedangkan, anggur akan tumbuh baik apabila ditanam antara 5 sd 1000 m dpl atau di daerah dataran rendah (Anonim, 2010) 2.1.4
Teknologi budidaya
2.1.4.1 Pembibitan Pada prinsipnya tanaman anggur dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (cangkok, stek
abang, stek mata, penyambungan).
Perbanyakan tanaman yang paling efektif adalah dengan menggunakan stek. Bibit stek yang baik adalah: (1) panjang stek sekitar 25 cm terdiri atas dua sampai dengan tiga ruas dan diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas satu tahun; (2) bentuknya bulat berukuran sekitar 1 cm; (3) kulitnya berwarna coklat muda dan cerah dengan bagian bawah kulit telah hijau, berair, dan bebas dari noda-noda hitam dan, (4) mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan ujungnya tampak memutih seperti kapuk (Anonim, 2010).
11
Pembibitan anggur dikerjakan dengan menyemaikan lebih dulu dalam pot /keranjang sampai kira-kira selama lima hari setelah itu dipindah ke media semai berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media semai ini berupa polybag/keranjang yang lebih besar dari tempat awal. Selama di persemaian selalu disiram dan jangan sampai tergenang. Penyemaian bibit sebaiknya di tempat teduh dan lembab selama sekitar dua bulan. Sekitar dua bulan tersebut bibit sudah tumbuh dan berakar banyak siap untuk dipindah ke lapangan dengan memilih yang segar, dan sehat kondisinya (Anonim, 2010). 2.1.4.2 Pengolahan tanah dan penanaman Lahan yang digunakan untuk bertanam anggur disiapkan dalam bentuk lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 60 cm3 atau 75 x 75 x 75 cm3. Pembuatan lubang sebaiknya dilakukan sebulan sebelum tanam. Pengapuran hanya dilakukan bila pH tanah rendah/terlalu asam. Setelah dua sampai empat minggu lubang tanam diisi pupuk kandang sebanyak 20 sd 40 kg per lubang tanam (Rukmana, 1999). Penanaman anggur terbaik pada saat musim kemarau, sekitar bulan Juni dan Juli. Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanam perlu diperhatikan, dan harus sesuai dengan larikan karena arah datangnya angin sangat besar pengaruhnya. Jarak tanam bisa diatur dengan pola: 3 x 3 m2, 4 x 4 m2, 3 x 5 m2, 3 x 4 m2, 4 x 5 m2, 4 x 5 m2, 3 x 5 m2, dan 4 x 6 m2. Jarak tanam ini mempengaruhi jumlah tanaman yang digunakan per satuan luas. 2.1.4.3 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penjarangan tanaman, penyiangan, pemupukan, perempalan, pengaturan bunga serta pengendalian hama, dan penyakit.
12
Penyulaman hanya dilakukan apabila terdapat tanaman yang tidak sehat atau mati. Penjarangan buah sangat penting dilakukan karena buah yang terlalu rapat dapat merusak perkembangan buah dan menurunkan kualitas buah. Dalam penjarangan yang perlu dibuang adalah: (1) yang bertangkai panjang; (2) tidak sempurna bentuknya;
(3) buah yang ada di sebelah dalam; (4) buah yang
terbentuk tanpa adanya persarian. Penjarangan dilakukan dua tahap, yaitu saat umur satu bulan setelah pembungaan dan buah masih pentil, dan dilakukan dua minggu setelah penjarangan pertama. Untuk menjaga kualitas buah, juga perlu dilakukan pembrongsongan (pembungkusan) buah. Bahan yang umum dipakai bungkus adal kertas semen dan kertas koran (Anonim, 2010). Penyiangan dilakukan bila terdapat tanaman pengganggu sekitar tanaman anggur. Perempalan bertujuan untuk mendapat pertumbuhan yang baik, dengan cara membuang tunas yang tidak perlu dan membiarkan satu tunas yang baik sebagai batang pokok. Perempalan untuk pembuahan dilakukan setelah anggur berumur satu tahun. Sebelum perempalan diperiksa dahulu dengan memotong ujung salah satu cabang, bila meneteskan air perempalan dilaksanakan, tetapi bila tidak harus ditunda. Perempalan dilakukan dengan memotong ranting-ranting, dengan meninggalkan dua sampai empat mata tunas dan semua daun dibuang sehingga tanaman jadi gundul. Dalam 1 tahun dilakukan 3 kali perempasan yaitu: (1) tahap I : Maret sd April, 90 s.d 110 hari; (2) tahap II : Juli sd Agustus, 90 sd 110 hari; (3) tahap III : November sd Desember, tahap ini sering gagal, tidak memperoleh hasil karena tujuannya hanya untuk memelihara tingkat kesuburan tanaman sampai musim hujan berakhir dan tanaman tidak rusak (anonim, 2010). . Pemupukan dibedakan untuk tanaman muda dan dewasa. Pemupukan tanaman muda (0-1 tahun), yaitu : (1) umur 0 sd 3 bulan, 10 g urea, interval 10
13
hari; (2) umur 3 sd 6 bulan, 15 g urea, interval 15 hari dan (3) umur 6 sd 12 bulan, 50 g urea. Adapun cara pemberian dengan membuat larikan melingkar sekeliling tanaman berdiameter 10 sd 20 cm dan sedalam 5 cm. Sedangkan pemupukan tanaman dewasa adalah : (1) umur 21 hari sebelum perempasan, 5 kaleng pupuk kandang; (2) umur 11 hari sebelum perempasan, 80 g TSP dan 100 g ZK; (3) umur tujuh hari sebelum perempasan, 100 g urea. Pupuk kandang diberikan sekali setahun, tahun kedua dosis dinaikkan jadi 10 kaleng. Pupuk buatan dinaikkan dosisnya urea 600 g, TSP 300 g, ZK 450 g. Cara pemberian dengan pembuatan larikan sekitar tanaman dengan diameter 1,5 m (Anonim, 2010). . Pada saat pengairan dan penyiraman yang perlu diperhatikan adalah bahwa tanaman anggur tidak tahan pada air yang tergenang, tanaman anggur butuh pengairan yang harus dilakukan mulai tanam sampai pemangkasan. Menjelang pemangkasan, 3 sd 4 minggu sebelumnya pemberian air harus dihentikan. Setelah masa pemangkasan, 2 sd 3 hari sebelumnya diberi air kembali sampai ujung ranting mengeluarkan air. Pemberian dilakukan sampai buahnya hampir masak, setelah mulai tua pemberian air dihentikan supaya buah tidak pecah dan busuk. Pengendalian hama dan penyakit berupa penyemprotan insektisida yang bertujuan sebagai pencegahan terhadap hama yang mengganggu pada anggur. Penyemprotan harus dihentikan 15 hari sebelum panen. Khusus untuk hama Phyiloxera Vitifolia digunakan insektisida Furadan 3G. Adapun hama yang menyerang tanaman anggur diantaranya adalah Phylloxera vitifolia, kumbang Apogonia destructor, wereng daun, kutu putih, ulat daun, rayap, kalong, burung dan musang. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman anggur adalah jamur, penyakit busuk hitam dan peronospora yang menyebabkan penyakit mildev.
14
Pengaturan
bunga
dilakukan
setelah
dua
minggu
pemangkasan
pembuahan, cabang tersier yang baru tumbuh akan mengeluarkan sulur-sulur. Apabila ada cabang tersier yang tidak mengeluarkan sulur dapat dilakukan pemotongan dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan sulur. Cabang tersier yang baru muncul disisakan satu sulur saja, agar menghasilkan dompol bunga yang besar dan buahnya bisa bermutu tinggi (Anonim, 2010). . 2.1.3.4 Pemanenan Umur panen anggur tergantung jenis yang ditanam, iklim dan tinggi tempat. Untuk daerah rendah umur buah 90 sd 100 hari setelah pangkas, daerah dataran tinggi umur buah antara 105 sd 110 hari. Tingkat kemasakan buah yang baik untuk dipanen adalah warna dalam satu tandan telah rata, butir buah mudah lepas dari tandan dan keadaan buah kenyal serta lunak. Cara panen dilakukan dalam cuaca yang cerah dan di pagi hari dengan pemetikan yang hati-hati (jangan sampai bedak hilang). Hasil pemetikan dimasukkan keranjang/dos karton diusahakan penempatannya tidak menumpuk, agar buah yang terletak di bawah tidak rusak dan pecah. Tanaman anggur dalam satu tahun mengalami dua kali panen. Prakiraan produksi dari areal tanaman anggur 1 ha dengan rasio jarak tanam 4 x 5, jumlah tanaman 500 batang dengan hasil panen per tahun rata-rata 7.500 kg anggur (Anonim, 2010). 2.1.3.5 Penanganan pasca panen Tahapan dalam penangan pasca panen anggur
adalah pengumpulan,
penyortiran, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Pada pengumpulan anggur tidak boleh ditumpuk karena dapat merusak buah dibawahnya. Hal yang penting bedak yang terdapat pada anggur dijaga agar tidak hilang. Penyortiran
15
dilakukan dengan menyingkirkan buah yang rusak dan buah yang masih terlalu muda dalam satu dompolan. Kemudian anggur digolongkan menurut ukuran dompolan dan keseragaman besar buah. Setelah penyortiran
dilakukan penyimpanan, cara terbaik dalam
penyimpanan adalah dengan memasukkan dalam ruang pendingin untuk mengurangi penguapan, tetapi cara yang mudah, ringkas dan kapasitas penyimpanan besar adalah dengan menggantung anggur untuk diangin-anginkan dalam ruang yang sejuk. Sedangkan pengemasan dan pengangkutan cara nya menggunakan keranjang bambu dilapisi kertas koran. cara ini kurang baik karena banyak buah yang rusak. Cara terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisi dengan serbuk gergaji sehingga kerusakan buah dapat ditekan saat pengangkutan. Penggunaan buah anggur selain dikonsumsi segar sebagai buah meja, diolah menjadi minuman (wine), kismis, buah dalam kaleng dan sari buah (Rukmana, 1998). 2.2
Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan
penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan
hukum
pertukaran
(Boyd
dkk,
2000).
Pemasaran
merupakansalah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para penguasa dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian pengusaha dibidang pemasaran produksi, keuangan dan bidang lain. Selain itu tergantung pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar usaha perusahaan dapat
16
berjalan dengan lancar. Dalam hal ini pemasaran yang dimaksud adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisinis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli yang berpotensi. Menurut Kotler dan Nancy (dalam Bambang 2007) menyatakan bahwa pemasaran menjadi alat perencanaan yang tepat bagi instansi publik yang ingin memenuhi kebutuhan masyarakat dan memeberikan nilai yang sesungguhnya. Dengan demikian yang menjadi perhatian utama dalam pemasaran adalah menghasilkan keluaran yang memenuhi nilai pangsa pasar. Tetapi di sisi lain Kotler dan Nancy (dalam Bambang 2007), menyatakan bahwa pemasaran tidaklah sekedar periklanan, penjualan, atau komonikasi dan tidak harus merasa manipulasi. Melainkan pemasaran melibatkan pendekatan terhadap pelanggan (terutama masyarakat) yang akan membantu menentukan keluhan masyarakat, mengubah persepsi mereka, dan mengenbang kinerja produsen.
Pemasaran
merupakan pendekatan disiplin ilmu, yang mengharuskan produsen untuk merancang rencana formal dengan melakukan analisa situasi, menetapkan sasaran, menentukan segmen pasar, melakukan risert pemasaran memposisikan merk, memilih startegi yang merupakan campuran alat-alat pemasaran dan membuat rencana evaluasi anggaran dan implementasi. Pemasaran adalah sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga dengan promosi dan komunikasi yang tepat pula, atau dengan kata yang lebih luah luas pemasaran di definisika sebagai usaha untuk menciptakan
17
dan menyerahkan suatu standar kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya (Sofjan, 2009). Selanjutnya, menurut Anindita (2004) pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Sedangkan, menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) pemasaran didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan bergeraknya barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Menurut Anindita (2004) paling tidak ada lima macam pendekatan untuk menganalisis permasalahan dalam pemasaran hasil pertanian yaitu pendekatan komoditi, pendekatan institusi/kelembagaan, pendekatan fungsional, pendekatan analitis atau efisiensi pemasaran dan pendekatan struktur tingkah laku dan kinerja pasar. Anindita (2004) juga menyebutkan sistem tataniaga untuk hasil pertanian adalah sesuatu yang komplek sistem dalam berbagai sub-sistem yang berinteraksi satu dengan lainnya dan dengan berbagai lingkungan tataniaga. Lebih lanjut disampaikan bahwa elemen sistem tataniaga pertanian mempunyai enam komponen atau enam sub-sistem yaitu : (1) produsen, (2) aliran/flow, (3) fungsional, (4) saluran/chanel, (5) konsumen, dan (6) sub-sistem lingkungan. Sub-sistem produsen yang terdiri dari berbagai produsen, baik petani kecil maupun perkebunan, dimana produk yang dihasilkan akan dibawa ke konsumen melalui sub-sistem saluran. Pelaku pasar atau perantara yang merupakan bagian dari sub-sistem saluran ini, bertanggung-jawab terhadap produk yang dihasilkan petani dapat tersedia bagi konsumen (yang memerlukan) sesuai dengan tempat, waktu dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen. Para pelaku pasar tersebut, yang merupakan aktor mempunyai peranan yang sangat penting, dalam menjalankan roda perputaran arus barang (produksi)
18
yang mengalir dari produsen ke konsumen. Kadangkala untuk mencapai tujuantujuan tertentu, tidak jarang mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak produsen, konsumen maupun pemerintah yang disebut necessary evil. Untuk lebih jelasnya, maka dapat digambarkan sistem pemasaran hasil pertanian adalah sepert pada Gambar 2.1.
Iklim / kondisi Fisik
Sosio Kultural Aliran Sistem Informasi: Trend produk, grading dan Standardisasi harga
Aliran Produk: Transport, Handling Strorage, Processing
Biaya Input
SEKTOR PRODUKSI
Produk harga/ biaya
SALURAN PEMASARAN
Produk harga/ biaya
Ekonomi/ Teknologi
SEKTOR KONSUMSI
User Utility
Legal/ Politik
Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Hasil Pertanian
Konsep untuk mengetahui bagaimana pasar berjalan secara fair dan efisien dalam pemasaran dilakukan melalui pendekatan struktrur, tingkah laku dan kinerja pasar (structure, conduct and performance approach). Menurut Bain dalam Anindita (2004), pendekatan didasarkan atas tiga hal yang saling berkaitan yaitu Struktur pasar mempengaruhi bagaimana perusahaan bertingkah laku di pasar (market conduct), tingkah laku dari perusahaan akan mempengaruhi kinerja
19
pasar (market performance) dari suatu industri. Hal ini dapat diperhatikan pada Gambar 2.2.
Struktur Pasar
Market Tingkah Laku Pasar
Kinerja Pasar
Conduct
1. Tk. konsentrasi pembeli dan penjual 2. Tk. differensiasi produk 3. Hambatan masuk pasar 4. Tingkat pengetahuan pasar 5. Tk integrasi dan diversifikasi
1. 2. 3. 4. 5.
Aliran produk Kelembagaan Fungsi pertukaran Fungsi fisik Standarisasi
1. Efisiensi harga 2. Biaya pemasaran, margins net profits 3. Progresiveness
Gambar 2.2 Model Struktur, Tingkah Laku, dan Kinerja Pasar Pendekatan SCP ini dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara perusahaan di berbagai pasar. Bagaimana perusahaan melakukan tindakan akibat struktur pasar yang ada dan lebih lanjut terhadap kinerja pasar. Apabila pasar berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak terhadap fairness dan efisiensi dari sistem pemasaran. Menurut Soekartawi (1995), konsep (S–C–P) merupakan salah satu konsep untuk mengukur efisiensi pemasaran di mana konsep ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran dengan konsep struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar. Pendekatan ini dikembangkan di Amerika Serikat sebagai suatu cara menganalisis organisasi pasar dalam sektor industri, tetapi kemudian dipraktekkan juga dalam sektor pertanian. 2.3 Struktur Pasar Struktur pasar merupakan dimensi yang menjelaskan tentang jumlah penjualan dan distribusinya dalam berbagai ukuran, jumlah pembeli dan distribusinya dengan berbagai bentuk, differensiasi produk dan hambatan untuk
20
keluar masuk pasar (Azzaino, 1981).
Melalui struktur pasar akan diketahui
apakau suatu pasar akan mengarah pada persaingan sempurna (perfect market) atau persaingan tidak sempurna (imperfect market). Menurut Bain, 1968 (dikutip dari Tibayan, 1981), bahwa struktur pasar adalah karakteristik organisasional yang berdasarkan hubungan antara penjual dengan penjual lainnya, antara pembeli dengan pembeli lainnya, antara penjual dengan pembeli, dan antara pedagang dengan suplier yang potensial bisa masuk pasar. Karakteristik organisasi pasar bisa mempengaruhi struktur persaingan alami dan pembentukan harga di pasar, hal ini dpaat dilihat dari indikator-indikator antara lain : (1) derajat konsentrasi pembeli dan penjual, (2) derajat diferensiasi produk, (3) hambatan masuk pasar, (4) tingkat pengetahuan pasar, dan (5) tingkat integrasi dan diferensiasi. 2.3.1
Derajat konsentrasi pembeli dan penjual Derajat konsentrasi menggambarkan tentang jumlah dan ukuran distribusi
dari pembeli dan penjual yang turut ambil bagian di pasar, ukuran pasar dapat diukur dengan berdasarkan proporsi jumlah yang terlibat didalamnya. Tipe-tipe dari pasar dapat dibedakan berdasarkan derajat persaingan yang ditentukan oleh banyaknya jumlah pembeli dan penjual dalam suatu pasar (Mallen, 1964). Konsentrasi pasar dapat dilihat dari kombinasi pangsa pasar empat perusahaan terbesar (CR4). Setiap pasar mempunyai pangsa pasar sendiri, dan besarnya berkisar antara 0 sd 100% dari total penjualan seluruh pasar. Perusahaan yang mempunyai pangsa pasar lebih akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya (Kirana, 1993). Berdasarkan jumlah pembelinya, pasar dibedakan atas : (1) Jika hanya terdapat satu pembeli, pasar bersifat monopsoni, (2) Jika terdapat beberapa
21
pembeli, pasar bersifat oligopsoni, dan (3) Jika banyak pembeli, pasar bersifat atomistik. Derajat konsentrasi dapat diukur berdasarkan jumlah dari keseluruhan penjual dan pembeli yang menguasai pasar + 40% atau berdasarkan jumlah penjualan empat terbesar dari penjualan atau pembeli. Rasio konsentrasi dari jumlah penjualan untuk monopsoni bisa mencapai 100%, sedangkan ratio konsentrasi dan pasar bersaing 4 perusahan terbesar akan menjadi sangat kecil kurang dari 33%, dan ratio untuk oligopsoni terletak diantaranya (Caves, 1964). Para oligopolis dapat melakukan koordinasi secara ketat seakan-akan mereka monopolistis sejati, padahal persaingan hebat dapat terjadi diantara mereka. 2.3.2
Derajat diferensiasi produk Dalam teori marketing differensiasi produk sangatlah penting. Diferensiasi
berarti bahwa suatu produk atau jasa memiliki tidak saja keberbedaan dengan produk atau jasa yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan dibandingkan yang lainnya itu. Tetapi, diferensiasi tidak berarti „asal berbeda‟, sehingga kalau sudah berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang dimaksud. Berbeda dapat diartikan dalam konteks dan sudut pandang yang berbeda-beda pula. Berbeda dalam artian fisik atau proses dapat dikenali dengan mudah, karena perbedaan itu bisa saja dalam bentuk, tampilan, ukuran, dan fungsi. Tetapi perbedaan dalam konteks ini tidak, pada saat yang sama, akan bermakna sekuat apa yang dimaksud dengan diferensiasi di atas (Anindita,2004). Dalam konteks diferensiasi, tanpa perbedaan fisik pun sebenarnya dapat memiliki titik keunggulan, misalnya saja suatu produk yang sama bentuknya, sama tampilannya, tetapi sangat mungkin memiliki perbedaan kualitas. Ketika perbedaan kualitas itu begitu nyata, maka hal itu dapat memunculkan diferensiasi
22
yang jelas, sehingga penerimaan konsumen pun akan mampu membedakannya. Sehingga muncul sebutan produk yang berkualitas dan tidak berkualitas. Produk dipandang dapat didiferensiasi apabila terdapat perbedaan fisik atau tanda yang nyata atau yang terlihat oleh pembeli sehingga produk tersebut lebih disukai dari pada produk pesaingnya. produk dideferensiasikan oleh para pelaku usahanya dalam upaya mendapatkan harga yang lebih tinggi dan atau meningkatkan penjualan. Pengukuran
ini
dimaksudkan
untuk
membedakan
pembeli
dan
memberikan pilihan spesifik diantara persaingan output dari beberapa penjual dalam suatu industri. Hal ini menunjukkan kondisi dan perbedaan kualitas suatu produk diantara produk yang kadang sulit untuk dikualifikasikan. Diferensiasi produk merupakan hal yang paling mendasar untuk posisi pasar yang kuat, terutama untuk industri pertanian sehingga bisa lebih dominan. Pengukuran ini kelihatannya tidak berlaku untuk produk yang bersifat homogen, karena pengukuran
ini
hanya
berlaku
untuk
produk
berdiferensiasi
tinggi
(Anindita,2004). 2.3.3
Hambatan masuk pasar (barriers to entry) Hambatan masuk (barriers to entry) pasar adalah faktor yang menghambat
atau mencegah pelaku usaha baru masuk ke dalam suatu industri apabila pelaku usaha yang ada (incumbent) memperoleh keuntungan berlebih. Terdapat dua jenis hambatan secara luas, yaitu hambatan struktur (structural atau innocent) dan hambatan strategic (strategic) Hambatan masuk struktur timbul dari karakteristik industri dasar, seperti teknologi, biaya dan permintaan. hambatan masuk dapat timbul akibat product differentiation, keuntungan akibat biaya mutlak yang dimiliki pelaku usaha yang
23
ada karena pelaku usaha baru harus melawan kuatnya kesetiaan (loyalitas) merek produk yang telah ada. Keuntungan adanya biaya mutlak mengakibatkan pelaku usaha baru akan masuk pasar dengan biaya per unit yang lebih tinggi untuk setiap jenis produk. Skala ekonomi menghambat jumlah pelaku usaha yang akan beroperasi pada biaya minimum dalam pasar yang ada. Sedangkan, hambatan masuk strategik menimbulkan semacam pre-emptive behaviour oleh pelaku usaha yang telah ada. Misalnya pre-emption facilities yang dilakukan oleh pelaku usaha yang telah ada dengan melakukan investasi yang berlebih dalam upaya mengancam perang harga apabila pelaku usaha baru masuk ke dalam pasar, contoh lain dengan menciptakan merek dan produk baru yang palsu dalam upaya membatasi kemungkinan produk tiruan Hubungan antara kemudahan atau kesulitan bagi pembeli atau penjual untuk masuk pasar pada umumnya ditentukan berdasarkan manfaatnya, tetapi kenyataannya penjual atau pembeli mempunyai kekuatan masuk pasar yang lebih potensial. Berbeda dengan konsentrasi pasar yang menunjukkan kondisi persaingan pasar aktual sebuah perusahaan, kondisi untuk masuk dan keluar pasar menggambarkan tentang kondisi persaingan perusahaan yang potensial. Pesaing potensial
adalah
perusahaan-perusahaan
diluar
pasar
yang
mempunyai
kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya (Kirana, 1993) Secara struktural, barriers to entry dapat dibedakan menjadi : (1) mudah masuk atau bebas untuk masuk pasar disebut persaingan sempurna, (2) tertutup untuk pasar disebut monopsoni, (3) jika sulit untuk masuk pasar disebut oligopsoni. Halangan lain untuk dapat masuk pasar biasa disebabkan oleh peraturan pemerintah yang terlalu keras dan ketidakmampuan masuk penjual untuk memperoleh pelayanan pengelolaan, tenaga kerja, peralatan dan lain-lain.
24
2.4.4
Tingkat pengetahuan pasar Sangat penting bagi penjual dan pembeli untuk mengetahui/mempelajari
situasi pasar, hal ini terkait dengan keberhasilan usahanya. Sistem pemasaran yang efisien mengharuskan kita mampu untuk menguasai informasi pasar untuk menetapkan keputusan-keputusan pada tingkat petani dan pasar. Jumlah produksi, persediaan, faktor permintaan dan penawaran, informasi harga, pasar, kwalitas dan lokasi produk, serta peramalan pasar. Semua faktor tersebut sangat penting dalam informasi pasar untuk petani sebagai produsen, serta penjual dan pembeli sebagai pelaku pasar, agar mereka tahu kapan dan dimana memasuki pasar, utamanya untuk pasar yang bersaing sempurna. Struktur pasar dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, kompetisi monopolistik dan pasar oligopoli (Miller dan Maines, 1993). Sedangkan Hendeerson dan Quandt (1980) menambahkan dengan pasar monopsoni dan oligopsoni. Pada struktur pasar yang berbeda akan memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri pasar yang berbeda pula. Pada struktur pasar persaingan sempurna ciri-ciri yang dimiliknya adalah sebagai berikut : (1) apabila ada banyak penjual dan pembeli dalam pasar, (2) perusahaan yang ada dalam pasar tidak dapat menentukan atau merubah harga (price taker), (3) setiap perusahaan mudah untuk keluar dan masuk pasar, (4) barang atau produk yang dihasilkan adalah sama (identical), dan (5) pembeli memiliki pengetahuan yang sempurna tentang pasar. Sedangkan pada struktur pasar monopoli memiliki ciri-ciri sebaliknya, yaitu : (1) hanya ada satu perusahaan dalam pasar, (2) produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang mirip (close substitute), (3) tidak ada kemungkinan perusahaan lain untuk masuk ke dalam pasar, (4) perusahaan menguasai dan menentukan harga (price
25
setter), dan (5) usaha promosi dengan menggunakan iklan kurang diperlukan. Arti dari price setter pada pasar monopoli, produsen atau pedagang secara leluasa dapat menentukan harga (menaikkan atau menurunkan harga) barang di pasar. Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan munculnya perusahaan monopoli, yaitu: (1) perusahaan monopoli memiliki sumberdaya yang unik dan tidak dapat dimiliki oleh perusahaan lain, (2) perusahaan monopoli dapat menikmati skala ekonomis dalam kegiatan yang dilakukannya, dan (3) pemerintah melalui undang-undang memberikan hak monopoli kepada perusahaan tertentu (Sukirno, 1994). Selanjutnya, Sukirno (1994) menyebutkan ciri-ciri pasar oligopoli sebagai berikut : (1) hanya ada beberapa perusahaan (minimal dua) di dalam pasar, (2) barang-barang yang diproduksi bisa barang standar atau berbeda corak, (3) kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat kuat, hal ini tergantung dari ada tidaknya kolusi di antara mereka, dan (4) pada umumnya perusahaan yang bergerak padap asar oligopoli perlu melakukan promosi iklan. Pada pasar monopsoni terjadi sebaliknya, yaitu hanya terdapat satu pembeli dengan banyak penjual, kompetitif atau competitive sellers (Henderson dan Quandt, 1980). Sedangkan bila ada dua pembeli disebut duopsoni, bila ada beberapa pembeli (lebih dari dua) disebut dengan istilah oligopsoni. Struktur pasar sonopsoni, duopsoni dan oligopsoni ini dilihar dari sisi pembeli.
26
Ciri-ciri Jumlah perusahaan
Tabel 2.1 Rekapitulasi Mengenai Ciri-ciri Berbagai Pasar Bentuk pasar Persaingan Persaingan Oligopoli sempurna monopolistis Sangat Banyak Sedikit banyak
Monopoli Satu
Jenis produksi
Barang standart
Barang berbeda corak
Barang Unik, tidak standart atau ada berbeda corak penggantinya
Kekuasaan menentukan
Tidak ada
Sedikti
Tanpa kerja Sangat besar sama, sedikit, dng kerjasama sangat besar
Kemungkinan keluar/masuk pasar
Sangat mudah
Cukup mudah
Hambatan cukup tangguh/kuat
Tidak mungkin
Persaingan diluar harga
Tidak ada
Sangat besar, terutama dibidang iklan, nama perusahaan
Sangat besar bila menghasilkan berang berbeda corak
Iklan, yang bertujuan memelihara hubungan baik
Sumber : Sukirno (1995) 2.4
Perilaku Pasar (Market Conduct) Perilaku pasar adalah pola tingkah laku produsen atau lembaga-Iembaga
pemasaran lainnya dengan struktur pasar. Perilaku pasar dapat berupa praktek penentuan harga komoditi. praktek persaingan bukan harga advertensi. dan perubahan pangsa pasar. Martin (1989), menyatakan bahwa untuk mengetahui perilaku pemasaran dilihat dari (1) ada tidaknya praktek-praktek kolusi diantara produsen dalam menentukan harga, (2) perilaku strategis (strategis behavior) yang dilakukan produsen dalam menghadapi pesaing/kompetitor yang ada atau pesaing yang baru muncul di pasar, (3) ada tidaknya peranan advertensi dan lembaga-lembaga pengembangan. Perilaku pasar menurut Anindita (2004) yaitu cara perusahaan untuk
27
menyesuaikan diri dengan situasi di pasar, dimana perusahaan tersebut ikut sebagai pembeli atau penjual. Ada lima dimensi dari tingkah laku dalam pasar , yaitu : (1) metode yang digunakan oleh perusahaan dan kelompoknya dalam menentukan harga
dan
tingkat
output, (2) kebijakan
harga perusahaan,
(3) promosi penjualan perusahaan, (4) alat koordinasi dan saling penyesuaian dari harga, produk dan promosi penjualan dalam persaingan diantara penjual (kolusi harga, produk, promosi penjualan; kolusi tersembunyi/tacit collution dalam pengendalian harga/price leadership; pembalan persetujuan kolusi melalui pemotongan harga secara rahasia mengarah pada imperfect competition), dan (5) ada tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Anindita (2004) menyatakan ada beberapa indikator perilaku pasar yang sering digunakan, antara lain: penetapan harga, jumlah produk yang dijual, investasi, iklan, reaksi terhadap inisiatif pesaing, penerapan teknologi baru dan inovasi. Dimana semakin tingginya persaingan karena semakin banyaknya pelaku usaha seperti dalam agribisnis
mengakibatkan fluktuasi
harga yang
sangat bervariasi. Perilaku pasar juga dapat dilihat dengan melakukan analisis integrasi pasar. Analisa ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu integrasi pasar secara horisontal dan integrasi pasar secara vertikal. Analisa secara horisontal digunakan urltuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkatan pasar yang sama (horisontal) berjalan serentak atau tidak, dimana alat yang digunakan adalah korelasi harga antar harga pasar yang satu dengan harga pasar yang lainnya. Sedangkan analisis secara vertikal digunakan untuk melihat keadaan harga antar pasar dalam tingkatan lokal, kecamatan, kabupaten, bahkan propinsi, atau harga antar pasar produsen dan pasar konsumen. Selain itu, analisa
28
ini juga bisa digunakan untuk melihat kekuatan tawar-menawar antar petani dengan lembaga perantara atau antara lembaga perantara dengan lembaga perantara lainnya (Anindita, 2004). 2.5 Kinerja Pasar (Market Performance) Kinerja pasar tidak dapat berdiri sendiri, namun munculnya merupakan interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar.Kinerja pasar kadang disebut juga sebagai kinerja pasar adalah rangkaian dari analisis
SCP (Structure Conduc
Performance). Munculnya kinerja pasar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi pemunculannya merupakan interaksi antara struktur dan perilaku pasar (Martin, 1989). Jadi dapat dikatakan bahwa kinerja pasar sangat dipengaruhi oleh struktur dan perilaku pasar yang ada. Menurut Tibayan dan Romero (1983), kinerja pasar merupakan suatu kriteria untuk mengetahui seberapa jauh proses pemasaran berjalan dan sampai sejauh mana tujuan pemasarannya tercapai dengan baik. Untuk mengetahui kinerja pasar ada beberapa kriteria yang digunakan, antara lain: (1) menghitung margin pemasaran, share harga, share biaya dan share keuntungan antara lembaga pemasaran, (2) menghitung tingkat pengembalian modal pada berbagai tingkat lembaga pemasaran. Kinerja pasar atau kinerja pasar adalah penilaian terhadap sumberdaya ekonomi yaitu sampai seberapa jauh tindakan atau tingkah laku industri dipasar menyimpang dari kemungkinan sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan sosial ekonomi masyarakat yang relevan (Anindita, 2004). Kinerja pasar dapat dilihat dari tingkat harga, keuntungan investasi dan pengembangan produk. Kinerja atau kinerja tataniaga ini juga dapat diukur dari bagian harga yang diterima petani, margin pemasaran dan susutnya produksi
29
(Anonim, 1997). Sedangkan, menurut Saefuddin (1983) kinerja pasar dapat diukur dari: (1) kemajuan teknologi yang digunakan, (2) efisiensi penggunaan sumber, (3) perbaikan produk dan, (4) maksimisasi jasa. Selanjutnya, menurut Sudiyono (2004 dikutip Sadguna 2010), mengatakan bahwa kinerja pasar adalah hubungan struktur pasar dengan prilaku pasar dalam kebijaksanaan harga dan suatu produk dan untuk memaksimumkan efisiensi pemasaran produk pertanian di Negara yang sedang berkembang harus terpenuhi beberapa kriteria yaitu: harus terdapat kemajuan teknologi, adanya orientasi untuk perkembangan lembaga-lembaga pemasaran, adanyan peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya, adanya perbaikan kualitas produk dan maksimalisasi jasa pemasaran dengan biaya serendah mungkin. Keberadaan pasar (market performance) produk pertanian menurut Anindita (2004) difasilitasi oleh sub-sistem lingkungan sesuai dengan empat faktor daerah yang mempengaruhi kerja dari sistem tataniaga yaitu iklim, sosial budaya, ekonomi atau tehnologi dan legal atau politik. Seluruh sub-sistem berinteraksi dan saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam suatu lingkungan yang mereka jalankan. 2.6 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan alur yang dilakui oleh barang dan jasa dari produsen lewat lembaga pemasaran sampai barang dan jasa tersebut sampai kepada konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditi tergantung dari : (1) jarak antara produsen konsumen, (2) cepat tidaknya produk rusak, (3) skala, (4) posisi keuangan produsen, (5) tingkat keuntungan dan, (6) jumlah pembeli dari konsumen (Nitisemito, 1981).
30
Saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen. Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk diantara meraka. Dimana saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang taercakup dalam proses yang membuat produk maupun jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat ini yang menjadi alur lintas produk dari konsumen untuk menuju ke konsumen tepat pada waktunya (Anindita, 2004). Menurut Kottler (2006), ada dua strategi yang sering digunakan dalam mengelola saluran pemasaran terutama pada penciptaan saluran pemasaran baru, yaitu ada strategi dorong dan strategi tarik. Pemakaian strategi ini tergantung keputusan perusahaan atau pebisnis terutama yang tergantung pada popularitas produk dari suatu produsen. 2.7 Margin Pemasaran Salah satu analisis yang paling sering dipakai pada studi pemasaran adalah analisis marjin pemasaran. Hal ini disebabkan karena marjin pemasaran dapat dipakai untuk lihat efisiensi pemasaran, dapat juga dipakai untuk melihat besarnya perbedaan harga antara produsen dan konsumen. Atau dipakai juga untuk melihat besarnya biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran ketika mentransfer barang dari produsen sampai barang tersebut dapat diterima oleh konsumen. Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail). Margin pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat pengecer dengan harga produsen
31
Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan. Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Menurut Tomek dan Robinson (1977), marjin pemasaran adalah perbedaan harga antara harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Di dalam marjin pemasaran terdapat dua komponen. yakni : 1. Marketing cost, yaitu imbalan terhadap faktor yang dipakai di dalam proses pemasaran yang terdiri dari upah, sewa, bunga dan laba. 2. Marketing charge, yaitu imbalan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga pemasaran mulai dari pedagang pengumpul, pedagang besar, prosesor, maupun pengecer. Dalam proses pengaliran barang dari produsen ke konsumen, masingmasing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan menarik keuntungan sebagai balas jasa, maka jika petani produsen komoditi pertanian mengharapkan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi, dapat ditempuh cara, yaitu : 1. Menaikkan harga eceran di tingkat konsumen dengan syarat biaya pemasaran dan keuntungan adalah tetap.
32
2. Menurunkan biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pelaku pemasaran dipungut oleh masing-masing lembaga pemasaran, dengan syarat harga eceran pada tingkat konsumen adalah tetap. 3. Harga di tingkat konsumen dan biaya pemasaran tetap, tetapi keuntungan lembaga pelaku pemasaran diturunkan. 4. Harga di tingkat konsumen dan keuntungan lembaga pelaku pemasaran tetap, tetapi biaya pemasaran diturunkan. Tingginya marjin pemasaran bukanlah ukuran yang pasti bahwa kinerja pasar adalah inefisien. Bila marjin pemasaran cukup besar, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Digunakannya teknologi baru yang menyebabkan rendahnya biaya produksi, sehingga marjin pemasaran yang telah tertentu nampak amat tinggi jika dibandingkan dengan biaya produksi. 2. Sebagai akibat spesialisasi geografis dalam berproduksi menyebabkan bertambah tingginya biaya pengangkutan (place utility), dan akibatnya marjin pemasaran bertambah besar. 3. Meningkatnya kegunaan waktu (time utility) dalam produk pertanian yang mengakibatkan adanya tambahan biaya untuk penyimpangan dan pengolahan. 4. Adanya kecenderungan konsumen, terutama di negara-negara maju untuk mengkonsumsi komoditas dalam bentuk yang lebih siap atau instant (form utility), sehingga mengakibatkan marjin pemasaran bertambah besar. 5. Tingginya
upah
buruh
terutama
dalam
perdagangan
eceran,
dapat
jugameningkatkan nilai marjin pemasaran. Dari yang telah diuraikan, temyata tingginya nilai marjin pemasaran adalah sebagai akibat dari ditingkatkannya atau diperbaikinya kegunaan tempat, kegunaan waktu dan bentuk dalam kegiatan pemasaran. Hal ini mencerminkan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen dan itu konsumen bersedia membayarnya.
33
2.8
Penelitian-penelitian yang Relevan Penelitian mengenai sistem pemasaran mencakup beberapa aspek dan
semakin kompleks dengan menggunakan SCP. Dalam kajian terhadap masingmasing indikator dari struktur, perilaku dan kinerja pasar. Penelitian mengenai SCP (Structure, Conduct, Performance) masih terbatas, tetapi yang berorientasi kepada penelitian ini sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Struktur pasar berpengaruh terhadap tingkah laku pasar, yang pada gilirannya juga akan berpengaruh terhadap kinerja pasar. Suharyanto, dkk (2005) melakukan analisis pemasaran dan tataniaga anggur di Bali dimana dari hasil analisis finansial usahatani anggur di Kecamatan Grogak memiliki prospek yang cukup baik dan cenderung meningkat setiap tahun. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani anggur adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Derajad integrasi pasar di tingkat petani dan pasar rendah. Struktur pasar mengarah pada pasar monopsoni. Pola pemasaran anggur di Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng ada empat pola, yaitu: 1. Pola 1 : petani – tengkulak – pedagang pengumpul –pengecer – konsumen 2. Pola 2 : petani –pedagang pengumpul – pengecer – konsumen 3. Pola 3 : petani –pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen 4. Pola 4 : petani – pengecer – konsumen. Arisena (2008) melakukan penelitian efisiensi pemasaran komoditas cengkeh di Desa Busung biu, yang hasilnya terdapat tiga jenis saluran pemasaran yaitu saluran satu (petani – pedagang penyotek – pedagang antar pulau), Saluran dua (petani – pedagang penyotek – pedagang pengumpul - pedagang antar pulau) dan saluran tiga (petani – pedagang pengumpul – pedagang antar pulau).
34
Widyantara (1994), melakukan analisis pasar panili di Bali. Hasilnya bahwa pasar panili di Bali tidak terintegrasi baik secara vertikal maupun secara horisontal. Struktur pasar panili di Bali mengarah pada pasar monopsoni. Penetapan harga di tingkat petani tergantung paad pembeli atau dalam hal ini adalah para pedagang mengumpul, dasar pedagang pengumpul dalam menetapkan harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh eksportir panili. Selanjutnya,
Setiawan (1997) menyatakan bahwa pasar rumput laut
mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna (imperpect market) yaitu pasar oligopsoni. Elastisitas harga transmisi besarnya 0,958 ini berarti terjadi perubahan. Harga jual di tingkat eksportir satu persen mengakibatkan, perubahan harga jual di tingkat petani sebesar 0,958%. Hasil analisis harga jual di tingkat petani memiliki keeratan hubungan, yaitu dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,89 yang berarti pasar rumput laut belum terintegrasi secara sempurna. Hal ini berakibat pada share yang diterima petani menjadi lebih kecil. Hal serupa dilakukan juga oleh Nazari (1996) yang menganalisis efisiensi pemasaran karet di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan, dengan secara deskriptif. Hasilnya adalah struktur pasar tidak bersaing sempurna dan cenderung mengarah pada bentuk pasar monopsoni. Perilaku pasar kurang mendukung efisiensi pemasaran, karena: (1) proses penentuan harga karet tidak transparan, sistem penilaian kadar karet kurang objektif, (2) kebijaksanaan harga tidak mendorong adanya perbaikan mutu atau grading dan standarisasi komoditas dan (3) adanya kolusi antar pedagang dan kolusi antar pedagang dengan jasar angkutan. Sedangkan kinerja pasar sebagai konsekuensi dari struktur dan perilaku pasar yang terjadi tercermin dari : (1) penerapan kemajuan teknologi masih rendah baik di tingkat petani maupun di tingkat pedagang, pola produksi tidak
35
berorientasi kepada konsumen, (2) orientasi untuk pengembangan lembaga pemasaran masih rendah, (3) efisiensi penggunaan sumberdaya di tingkat petani maupun di tingkat pedagang masih rendah, dan (4) usaha perbaikan produk dan maksimalisasi jasa baik tingkat petani maupun di tingkat pedagang masih rendah. Tukon, dkk (2000) yang melakukan penelitian tentang pemasaran kayu dari lahan petani di Propinsi Lampung jalur pemasaran kayu yang dilakukan petani ada enam jalur, yaitu : jalur 1 (petani – konsumen akhir); jalur 2 (petani – penebang – rumah tangga); jalur 3 (petani – penebang – pedagang pembuat perabotan); jalur 4 (petani – penggergajian – pedagang kayu- konsumen akhir dan pedagang pembuat perabotan); jalur 5 (petani – penebang – pedagang kayu konsumen akhir dan pedagang pembuat perabotan); jalur 6 (petani – pedagang kayu di Jakarta). Sedangkan jalur pemasaran kayu dari jalur HTI (Hutan Tanaman Industri) adalah produsen (HTI) – pedagang pengolahan kayu. Analisis penyebaran margin menunjukkan penerimaan petani pada jalur 1(petani – konsumen akhir) yang paling besar. Bila dilihat dari sisi sosial, Uhenri Haris, dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Ekonomi Kelembagaan Tataniaga Bahan Olah Karet Rakyat” (1998) dengan pokok bahasan tentang “Peranan Karakteristik Petani Karet dalam Penentuan Pilihan Kelembagaan” menyatakan hal yang berbeda, bahwasanya besarnya petani memilih kelembagaan lelang dibandingkan dengan kelembagaan tradisional dipengaruhi secara nyata dengan arah negatif oleh pengalaman usaha tani karet dan jumlah anggota keluarga petani. Peubah jumlah anggota keluarga petani memiliki elastisitas respon yang bersifat elastis. Sementara perbandingan peluang pilihan kelembagaan kemitraan terhadap kelembagaan tradisional
36
dipengaruhi secara nyata dengan arah negatif oleh Peubah pendapatan total dalam keluarga memiliki elastisitas yang bersifat elastis. Bila dilihat dari kinerja pasar (saluran pemasaran), maka Tibayan dan Romero (1983) menyatakan bahwasanya kinerja pasar adalah sebuah penilaian tentang seberapa baik proses pemasaran berjalan dan apakah tujuan pemasaran dalam proses tersebut tercapai. Hasil penelitiannya yang berjudul “Market Structure, Conduct and Performance of Copra Marketing System in Selected Towns of Bicol Region” mengungkapkan hal sebagai berikut: 1. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang kecil sebesar 34%, pedagang pengumpul sebesar 34% dan pedagang besar 32% dari total biaya pemasaran. 2. Beberapa macam saluran pemasaran didaerah tersebut, yaitu : (1)Produsen → pedagang kecil → pedagang pengumpul → pedagang besar → industri minyak. (2)Produsen → pedagang pengumpul → pedagang besar → industri minyak. (3)Produsen → pedagang kecil → pedagang besar → industri minyak. (4)Produsen → pedagang kecil → industri minyak (5)Produsen → pedagang pengumpul → industri minyak 3. Marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran terpanjang yaitu sebesar 90,4 pesos/100kgs. Pendapatan tertinggi diterima oleh pedagang besar yaitu 42% dari total pendapatan lembaga perantara. 4. Biaya pemasaran pada tingkat pedagang kecil berkisar antara 3% sampai 33% dari total biaya yang dikeluarkan, sedangkan pedagang pengumpul 3% sampai 29%, dan pedagang besar berkisar 2% sampai 31%.
37
5. Tingkat pengembalian modal tertinggi diterima oleh pedagang pengumpul yaitu sebesar 18,6%, pedagang kecil 2,8% dan pedagang besar 3,6%. Penelitian Isdjo dkk (1999) tentang usahatani, kelembagaan dan pemasaran anggur Madura menyatakan bahwa : (1) dalam pelaksanaan pemasaran produknya, petani berhadapan dengan tengkulak “bandol”, pengepul dan gudang pembelian yang merupakan perwakilan dari pabrik wine tertentu, (2) harga anggur Madura ditentukan secara sepihak oleh pembeli karena standar mutu yang diadakan oleh Lembaga Anggur tidak beroperasi secara efektif, (3) karena skala usahatani yang sempit, sehingga produk yang dihasilkan sedikit dan ditambah dengan kondisi ekonomi yang lemah dapat mengakibatkan “bargaining position” petani menjadi lemah, (4) faktor ekonomi dan tidak adanya informasi pasar yang pasti membuat posisi tawar ditingkat petani menjadi lemah, (5) pasarnya mengarah pada oligopsoni. Ditunjang oleh hasil penelitian terdahulu, maka pada umumnya struktur pasar untuk produk-produk pertanian mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Market) dan umumnya bersifat oligopsoni. Secara ekonomis, sistem pemasaran yang dilakukan petani kurang menguntungkan di pihak petani, karena harga yang diterima petani masih rendah akibat panjangnya saluran pemasaran, kurangnya informasi pasar, tidak ada standar kualitas produk dan perlindungan harga, serta kondisi sosial ekonomi petani yang masih rendah. Saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan bagian harga dan margin pemasaran yang berbeda pula. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka akan semakin kecil bagian harga yang diterima petani. Faktorfaktor yang mempengaruhi harga komoditi di tingkat petani pada umumnya tidak
38
banyak dipengaruhi oleh biaya produksi dimana hal ini mencerminkan posisi bergaining power petani lemah. Anggur sebagai bahan baku industri wine
dalam pelaksanaan
pemasarannya terutama dalam hal harga dan kualitasnya banyak ditentukan oleh sepihak oleh konsumennya (pabrik wine) yang mempunyai posisi lebih kuat posisinya. Jumlah pembeli anggur lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan petani yang menghasilkan anggur, hal ini juga menjadi penyebab petani anggur tidak memiliki daya tawar yang kuat. Banyaknya masalah yang dihadapi petani anggur, membuat penelitian pemasaran anggur ini penting untuk dilakukan.