BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum tentang nyamuk Aedes spp Aedes spp merupakan Spesies nyamuk yang terdiri dari Aedes aegypti dan Aedes albopiktus yang hidup di daerah tropis dan merupakan vektor utama penyakit demam berdarah yang hidup aktif di siang hari dan lebih senang mengisap darah manusia, biasanya ketahanan hidup Spesies ini tergantung pada ketinggian permukaan laut dan tidak di temukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut (djunaedy, 2006). Tempat perindukan Aedes spp adalah di dalam rumah dan diluar rumah, nyamuk Aedes aegypti biasa aktif di dalam rumah biasanya hinggap dibaju - baju yang bergantungan dan berada di tempat yang gelap seperti di bawah tempat tidur, dan mempunyai ciri pada tubuhnya tampak bercak hitam putih bila di lihat dengan kaca pembesar di sisi kanan kiri punggungnya tampak dua garis berwarna putih, suka bertelur di air yang bersih seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga segar yang berisi air dan lain nya dan menetas di dinding bejana air, telur ( jentik ) nyamuk Aedes aegypti bisa bertahan 2-3 bulan. Sedangkan nyamuk Aedes albopiktus biasanya aktif di luar rumah dan banyak terdapat di kebun ( pekarangan rumah) misalnya pada kaleng-kaleng bekas,botol plastik, ban mobil bekas, tempurung dan pelepah kelapa, bambu pagar dan lain nya yang menampung air hujan di halaman rumah. Cirinya hampir sama dengan nyamuk Aedes aegypti bila di lihat dengan kaca pembesar 30
Universitas Sumatera Utara
( mikroskop ) tampak di medium punggung nya ada garis putih, waktu menggigit nya juga sama pada pagi dan sore hari (Kesuma hadi, 2009). Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 08.00-13.00 dan antara jam 15.00-17.00. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk Aedes spp memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan, Jenis ini menyenangi area yang gelap dan lembab (Djunaedi, 2006). 2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Aedes spp Aedes spp pengebarannya sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vektor) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan di kota. Mengingat keganasan penyakit Demam Berdarah Dengue masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara – cara mengendalikan jenis nyamuk ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD) (Wikipedia, 2008). Kedudukan nyamuk Aedes spp dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut: Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Universitas Sumatera Utara
Bangsa
: Diptera
Suku
: Culicidae
Marga
: Aedes
Spesies
: Aedes spp (Gandahusada, dkk, 2000).
2.1.2 Morfologi Nyamuk Aedes spp Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan seperti gambar dibawah ini (Gambar 1. Spesies Nyamuk Aedes aegypti dan Gambar 2. Spesies Nyamuk Aedes albopictus).
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti
Gambar 2. Nyamuk Aedes albopictus
Universitas Sumatera Utara
Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000). 2.1.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Siklus hidup Nyamuk Aedes spp Sumber. www.pusdiknakes.or.id
Universitas Sumatera Utara
1.Stadium telur Telur Nyamuk Aedes spp berwarna gelap, berbentuk oval biasanya telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 2 0C420C Namun bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan ( Sembel , 2009 ). 2. Stadium Larva Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari, perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu 360C Larva Aedes spp memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikelfartikel lainnya dalam air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009). 3. Stadium Pupa Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak memerlukan makanan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2
Universitas Sumatera Utara
atau 3 hari berkisar 270C - 320C umum nya nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009). 4. Stadium dewasa Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah makanan. Nyamuk Aedes spp dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter.
2.1.4. Pengendalian vektor nyamuk 2.1.4.1. Pengertian pengendalian vektor Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.Pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan (Soemirat, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2. Pengendalian lingkungan ( environmental control ) Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan (environmental managemen),yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor. a. Modifikasi lingkungan yaitu : Cara ini paling aman dan tidak merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan terus menerus.misalnya : pengaturan sistem irigasi, penimbunan tempat-tempat yang dapat menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah, pengaliran air yang menggenang. b. Manipulasi lingkungan yaitu : Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yang sudah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahatan serangga. Misalnya : membuang atau mencabut tumbuhan air yang tumbuh di kolam atau rawa. 2.1.4.3. Pengendalian Vektor Secara Kimia Insekstisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Kelebihan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera,meliputi daerah yang luas,sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat.Kekurangannya cara pengendalian ini hanya bersifat sementara
Universitas Sumatera Utara
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa. Selain itu yang perlu diperhatikan mengenai Spesies serangga yang akan dikendalikan, ukuran, susunan badannya, stadium sistem pernafasan, bentuk mulut, habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya. 2.1.4.4. Secara mekanis Pengendalian secara mekanis yang bisa dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan pelengkap nyamuk baik menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M+1T menguras, mengubur, dan telungkupkan (wikipedia, 2008). yaitu : 1) Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi. 2) Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. 3) Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.5. Secara Biologi Pengendalian biologis antara lain adalah dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau hospes perantara. Beberapa jenis ikan sebagai pemangsa yang dapat mengendalikan nyamuk vektor stadium larva adalah ikan kepala timah, ikan gabus. Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites spp. Predator larva Aedes spp ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue. Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis (Gandahusada, 2000).
2.1.5. Suhu (temperatur) Nyamuk Aedes spp dewasa hidup pada suhu 60C-360C. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta populasi nyamuk di lingkungan. Suhu minimum adalah 150C, suhu optimum 250C, suhu maksimum 450C (Depkes RI, 2004).
2.1.6. Kelembaban Kelembaban udara sangat mendukung dalam kelangsungan hidup nyamuk mulai dari telur, larva, pupa hingga dewasa. Kelembaban yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk kelangsungan hidupnya adalah 60% - 80% (Depkes RI, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Umum Tentang Insektisida Nabati 2.2.1. Pengertian Insektisida Nabati Secara umum insektisida nabati di artikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.Insektisida nabati relatif mudah di buat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, oleh karena terbuat dari bahan alami nabati. Penggunaan insektisida nabati dimaksutkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan insektisida sintetis, hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada insektisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan insektisida sintetis dapat di minimalkan sehingga lingkungan yang di akibatkannya pun diharapkan dapat di kurangi pula (Kardinan, 2004). Insektisida nabati mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat di mamfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa dari tumbuhan dan jenisnya bisa lebih dari satu macam (campuran ). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit dan batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstraksi (dengan air ataupun pelarut organik). Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak karena residunya mudah hilang (Naria, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Pembuatan Insektisida Nabati Cara pembuatan insektisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat di jelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku secara umum. Pembuantan insektisida nabati dapat di lakukan secara sederhana atau secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat di lakukan dengan penggunaan ekstrak sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak di lakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya di lakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih hal tersebut menyebabkan produk insektisida nabati menjadi mahal. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat di lakukan teknik sebagai berikut: 1. Penggerusan, penumbukan atau pengepresan untuk mengahasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta. 2. Rendaman untuk produk ekstrak. 3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus. 2.2.3. Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati Penggunaan insektisida nabati memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut (Naria, 2005) :
Universitas Sumatera Utara
I. Keunggulan 1. Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan bahan makanan sehingga dianggap lebih aman dari pada insektisida sintetis/kimia. 2. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran. 3. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana. 4. Bahan membuat insektisida nabati dapat disediakan di sekitar rumah. 5. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida. II. Kelemahan Selain keunggulan insektisida nabati, tentunya kita tidak dapat mengesampingkan beberapa kelemahan pemakaian insektisida nabati tersebut kelemahanya antara lain : 1. Frekuensi penggunaan inssektisida nabati lebih tinggi di banding kan dengan insektisida sintesis. Tingginya frekuensi penggunaan insektisida nabati adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering di aplikasikan. 2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple activeingredient ) dan kadang kala tidak dapat di deteksi. 3. Tanaman insektisida nabati
yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang
berbeda. Iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur tanaman berbeda, dan
Universitas Sumatera Utara
waktu panen yang berbeda mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi. 2.2.4. Cara masuk insektisida Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut ( Gandahusada, 2000) : 1. Racun lambung (racun perut/stomach poison) Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk melalui mulut ke organ pencernaan melalui makanan yang di makan serangga dan menggigit mengisap diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida misalkan manuju ke pusat syaraf serangga menuju ke organ-organ resppirasi meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh, karena itu serangga harus memakan tanaman yang sudah di semprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh. 2. Racun kontak ( contact poisons ) Racun kontak adalah insektisida yang masuk dalam tubuh seraangga melalui kulit atau langsung mangenai mulut serangga, serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
Universitas Sumatera Utara
3. Racun pernafasan ( fumigants ) Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui sistem pernafasan serangga sasaran akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair. 2.2.5. Toksisitas Insektisida Dalam mengukur Toksisitas Insektisida dikenal istilah LD50, LC50, ED50, RL50, EC50, dan TLM dengan penjelasan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Daftar Istilah Toksisitas
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Tinjauan umum tentang durian (Durio zibethinus Murr) Durian memiliki nama latin (Durio zibethinus Murr), tanaman Durian pada
mulanya diperkirakan sebagai tumbuhan liar dan merupakan tanaman yang serbaguna, batang nya bisa jadi bahan bangunan dan kayu bakar, buahnya memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi, aroma buah durian sangat khas dan harum, rasanya sangat enak dan lezat. Watak pohon durian tidak mau mengalah dengan pohon-pohon di sekitarnya, pohon durian memiliki kemampuan mengejar matahari, karena tidak berhenti meninggi, ketinggian pohon durian bisa mencapai 50 meter, mempunyai bunga berbentuk mangkok bermahkota 5 helai, dan mempunyai benang sari berkisar 3-12 buah. Pada dasar bunga terdapat bakal buah yang berbentuk oval yang terdiri dari 5 kelopak, bagian luarnya berbulu halus, rapat dan berwarna putih perak. Sedangkan buahnya ada yang berbentuk agak bulat, ada juga yang lonjong. Garis tengah tengah buah antara 10-25 cm. Kulit buahnya berduri, ada yang berduri runcing panjang dan rapat, ada pula yang runcing pendek renggang. Jika buah Durian di belah maka di dalamnya terdapat ruang-ruang atau rongga yang jumlahnya rata-rata 5, setiap ruangnya berisi daging buah yang berbiji jumlahnya beragam antara 2-5 buah. Warna daging buah durian bermacam-macam, tergantung jenisnya; ada yang putih, kuning mudah, krem, agak kemerahan, dan beberapa lagi lainnya, Durian sangat banyak jenisnya, yang cukup popular kira-kira ada 6 jenis yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Durian biasa ( Durio zibethinus murr ). 2. Durian Lai ( Durio Kutejensis ) 3. Durian kerantongan ( Durio Exlevanus ). 4. Durian Tabelak ( Durio Graveolens ). 5. Durian Lahong ( Durio Duleis ). 6. Durian Monyet ( Durio Grandiflorus ). Dari ke enam Durian itu yang paling banyak di budidayakan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan adalah Durian Biasa (Durio Zibethinus murr). Jenis ini juga menyebar di berbagai wilayah baik di Indonesia maupan luar negeri. (Suhaeni,2007). Daun dan akar durian digunakan sebagai antipiretik dan daun durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi dianjurkan agar menghindari buah durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit durian dapat digunakan sebagi penolak nyamuk (Widarto2007). Di Indonesia tanaman Durian memiliki beberapa nama antara lain nama daerah durian yaitu : Aceh
: deureuyan
Batak
: drotong
Sunda
: kadu
Jawa
: duren
Madura
: dhurin
Universitas Sumatera Utara
Dayak
: dahuyan
Bali
: dure
Gorontalo
: duria
Makasar
: durian (Anonimous, 2007).
2.3.1. Data botani Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr) Berdasarkan tanaman Durian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Malvales
Suku
: Bombacaceae
Marga
: Durio
Spesies
: Durio zibethinus Murr (Widya, 2008).
2.3.2.Morfologi tanaman Durian Durian merupakan pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi pada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing). Durian dapat tumbuh mencapai ketinggian 50 meter. Daun berbentuk lanset, berwarna hijau dengan sentuhan kuning, sisi bawah lebih pucat. Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun dalam budidaya dapat dipercepat karena menggunakan perbanyakan vegetatif. Daun durian berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Warna hijau daun di sebabkan oleh kandungan kloroflas di dalam sel-sel disebabkan oleh kandungan klorofil. Durian hanya memiliki satu daun pada tangkainya, sehingga durian disebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki daun tunggal. Daun durian berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transppirasi, dan sebagai alat pernapasan (Widya, 2008). Bunga durian muncul dari kuncup dorman, berkelompok, mekar pada sore hari dan bertahan beberapa hari. Bunganya menyebarkan aroma wangi untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya. Buah durian berkembang setelah pembuahan dan memerlukan waktu 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antar buah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, sisanya gugur. Pada umumnya berat buah durian Durio zibethinus dapat mencapai 1,5 hingga 5 kg (Suhaeni,2007). 2.3.3.Komposisi kimia buah Durian Daging buah durian mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Tiap 100 gram daging buah mengandung 65 gram air, 134 energi, 2,5 gram protein, 3 gram lemak, 28 gram karbohidrat, 7,4 mg kalsium, 44 mg fosfor, 1,3 mg besi, 175 mg vitamin A,dan 53 mg vitamin C, selain mempunyai kandungan gizi tinggi daging buah durian juga mengandung kadar alcohol yang tinggi (Suhaeni, 2007). Kulit durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin, serta 11 kandungan pati. Daunnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung tannin. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada buah durian dan merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari oleh serangga termasuk nyamuk, sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan pengendali nyamuk (Widarto, 2007 ).
Universitas Sumatera Utara
2.4.Tinjauan Umum Tentang Minyak Atsiri Salah satu bentuk insektisida adalah berupa minyak atsiri yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri yang terdapat dalam tumbuhan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan bila diteteskan pada kertas saring tidak meninggalkan bekas. Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati. Ketersediaan ini merupakan potensi besar. Tentunya sangat diperlukan berbagai penelitian dan penggunaan teknologi sederhana untuk mengembangkan penggunaan insektisida nabati (Naria, 2005). 2.4.1. Pengertian Minyak Atsiri Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujut cairan kental pada suhu ruang. Namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Minyak atsiri dapat diproduksi melalui beberapa metode. Namun sebagian besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan. Cara lain yang perlu diketahui yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Lutony, 2000). 2.4.2. Ciri-ciri Minyak Atsiri Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. selain itu susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di
Universitas Sumatera Utara
hidung) sehingga, seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat menghasilkan bau yang berbeda. Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni. Secara kimiawi minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit dari berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas aroma tertentu (Wikipedia, 2008). 2.4.3. Beberapa Minyak Atsiri penting Minyak atsiri terdapat pada bagian tertentu tanaman yang mengandung minyak atsiri. Bagian itu antara lain akar, biji, bunga, daun, kulit kayu, ranting, dan rimpang atau akar tinggal. Bahkan ada tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri. Meskipun kandungan minyaknya tidak selalu sama antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun (lutony, 2000). Ada beberapa minyak atsiri yang penting untuk diketahui, yaitu : 1. Minyak adas atau fennel /foenicoli oil 2. Minyak cendana atau sandalwood oil 3. Minyak cengkih atau uganoel oil 4. Daun cengkih atau leaf clove oil 5. Minyak kayuputih 6. Minyak kenanga atau ylang-ylang oil 7. Minyak lawang 8. Minyak mawar
Universitas Sumatera Utara
9. Minyak nilam 10. Minyak serai 11. Minyak jeringau 12. Minyak durian (Wikipedia, 2008). Pada penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa ekstrak air kulit durian efektif sebagai obat nyamuk elektrik. Hal ini disebabkan karena kulit durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin serta kandungan pati . Kulit durian mempunyai bau yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh nyamuk, sebab efek kandungan tersebut bisa mempengaruhi syaraf pada nyamuk dan akibat yang ditimbulkannya adalah nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati (Oktavianingrum, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka konsep
Konsentrasi ekstrak kulit Durian yaitu : 0 %, 25%, 50% dan 75 % diamati selama 30 menit dengan interval waktu selama 5 menit.
Jumlah Nyamuk Aedes spp
Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati
Suhu Kelembaban
Universitas Sumatera Utara