14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ovitrap yang terbuat dari gelas plastik bervolume 250 ml, gelas plastik kecil bervolume 50 ml, kertas saring, kandang nyamuk ukuran 40 x 40 x 40 cm3, kantong plastik ukuran 10x7 cm, kapas, botol kecil, nampan, kaca pembesar dan hand counter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur Aedes aegypti, nyamuk Aedes aegypti, pelet sebagai pakan larva, air gula dan marmut.
Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti (Rearing) Pemeliharaan nyamuk diawali dengan memelihara telur yang didapat dari nyamuk Aedes aegypti di Insektarium Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan - IPB. Telur yang telah diperoleh, disimpan dan ditetaskan di nampan yang telah berisi air. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 2-3 hari. Larva diberi pakan berupa pelet sekali sehari sebanyak 5 sampai 6 butir. Pergantian air dilakukan apabila nampan telah terlihat kotor karena sisa-sisa pakan. Nampan yang berisi larva ditutup dengan menggunakan kain kasa untuk menghindari larva dari predator lain dan mencegah nyamuk lain bertelur di nampan. Perubahan larva menjadi pupa membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari. Pupa dipisahkan satu persatu dan dimasukkan ke dalam gelas plastik kecil bervolume 50 ml. Gelas tersebut kemudian ditutup dengan penutup yang telah diberi lubang agar
udara
masuk.
Pupa
dipisahkan
satu
persatu
dengan
tujuan
15 mengidentifikasikan jenis kelamin nyamuk dan mencegah terjadinya proses perkawinan sebelum dilakukan perlakuan. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa pada hari ke 7. Nyamuk dewasa inilah yang akan digunakan dalam penelitian.
Perkawinan Pupa yang telah dipisahkan dimasukkan ke dalam gelas plastik kecil bervolume 50 ml, dan setelah menetas menjadi nyamuk dewasa kemudian diseleksi dan dipilih 20 betina dan 10 jantan untuk dimasukkan ke dalam kandang. Penelitian ini menggunakan 5 buah kandang, masing-masing kandang dianggap sebagai satu ulangan (Gambar 9). Setelah semua pupa berubah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk tersebut dilepaskan di dalam kandang.
Gambar 9 Kandang nyamuk dewasa
Kertas saring yang telah diberi garis-garis kotak diletakkan di dalam kandang sebagai tempat penyimpanan telur. Kertas saring tersebut direkatkan pada gelas plastik bervolume 250 ml yang telah diisi seperempat bagian air dari gelas tersebut. Selain itu, di dalam kandang diletakkan pula botol kecil yang berisi air gula dan ditutup dengan kapas karena kapas mampu menyerap air yang digunakan sebagai pakan untuk nyamuk jantan. Pakan nyamuk jantan dan betina berbeda. Pakan nyamuk jantan berupa air gula, sedangkan untuk nyamuk betina diberikan darah marmut. Pemberian darah
16 marmut tersebut dilakukan dengan cara memasukkan marmut ke dalam kandang jepit dan diletakkan di dalam kandang nyamuk. Bagian belakang tubuh marmut dicukur untuk mempermudah nyamuk menghisap darah. Pemberian pakan tersebut berlangsung selama 30 menit atau hingga nyamuk tidak menghisap darah marmut lagi. Pemberian darah ini dilakukan 4 hari sekali disesuaikan dengan siklus gonotrofik.
Pengamatan Telur Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada kertas saring yang berada di dalam kandang. Telur yang berada dikertas saring diambil dan dikeringkan, kemudian dilakukan penghitungan di bawah kaca pembesar untuk mempermudah dan agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan. Setelah dilakukan penghitungan, telur-telur ini disimpan di dalam plastik ukuran 10x7 cm, dan diberi catatan berupa tanggal atau waktu menurut lama penyimpanan. Telur yang dihasilkan pada siklus gonotrofik 1 disimpan untuk jangka waktu terlama yaitu 180 hari atau 6 bulan, sedangkan telur yang berasal dari siklus gonotrofik terakhir yang memiliki lama penyimpanan paling singkat yaitu 0 hari ditetaskan pada akhir penetasan. Pengulangan dilakukan sebanyak lima kali. Waktu simpan telur tersebut yaitu :
17 Sumber indukan
Siklus gonotrofik
Lama penyimpanan (hari)
1
180
2
150
3
120
4
90
5
60
20 Betina
6
30
dan
7
21
10 Jantan
8
14
9
7
10
6
11
5
12
4
13
3
14
2
15
1
16
0
Penetasan telur Penetasan telur dilakukan sesuai dengan lama penyimpanan telur, telur yang dikehendaki ditetaskan di dalam gelas plastik bervolume 250 ml. Gelas tersebut diisi air sebanyak 200 ml dan ditutup dengan kain kasa agar nyamuk lain tidak bertelur di dalamnya. Telur dibiarkan selama 7 hari dengan maksud agar telur dapat menetas secara maksimal karena telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 hari pada suhu 30 oC atau 7 hari pada suhu 16 oC (Soegijanto 2006). Penetasan telur nyamuk dilakukan pada kisaran suhu ± 28-30,7 oC dengan rata-rata suhu adalah 28,4 oC, sedangkan kelembaban berkisar antara ± 55-72% dengan rata-rata kelembaban 69% (Lampiran 4). Penetasan telur hanya sampai telur berkembang menjadi larva. Telur yang telah menetas menjadi larva dihitung untuk menentukan daya tetas telur.
18 Analisis Data Data yang diperoleh dari jumlah telur dan daya tetas telur dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu uji ANOVA one way dan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan secara signifikan atau nyata. Selain menggunakan uji tersebut dilakukan pula uji regresi untuk melihat hubungan antara jumlah telur dengan umur nyamuk terhadap daya tetas.