Tekanan Terhadap Lingkungan
BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
2.1. KEPENDUDUKAN Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan yang sangat berharga, baik secara kuantitas maupun kualitas. Berhasil dan tidaknya sebuah pembangunan bergantung dari sumber daya manusia. Di sisi lain kependudukan menimbulkan berbagai masalah akibat adanya pemenuhan kebutuhan papan, sandang, dan pangan yang memerlukan sumber daya alam dan lahan. Dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut akan mengubah keseimbangan alam. Perubahan lahan dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan dan permukiman akan menyebabkan keseimbangan alam
bergeser.
Sampah
sebagai
sisa
kegiatan
manusia
akan
menjadi
permasalahan penting apabila dalam pengelolaannya tidak tepat. Perubahan pola hidup kependudukan juga akan menimbulkan masalah tersendiri. Pada daerah perkotaan, penduduknya lebih banyak menghasilkan sampah plastik dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu, meningkatnya kesejahteraan menyebabkan semakin banyaknya penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor. Sehingga jumlah kendaraan bermotor meningkat dan akan menyebabkan polusi udara.
2.1.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2012 adalah 56.700 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2012 adalah 3,5 %. Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukamara dikatakan sangat besar karena Kabupaten Sukamara menjadi daerah tujuan transmigrasi dan sebagian besar penduduk Kabupaten Sukamara masuk dalam kategori usia produktif. Pada tahun 2012 didatangkan sebanyak 100 KK yang berasal dari Bandung, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Lampung. Sedangkan 100 KK akan di datangkan pada tahun 2013. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukamara sebesar 14,82 jiwa per
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 1
Tekanan Terhadap Lingkungan
kilometer persegi. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Sukamara dengan kepadatan 26,88 jiwa per kilometer persegi. Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan per Kecamatan No
Kecamatan
Luas 2
(km )
Jumlah
Pertumbuhan
Kepadatan
Penduduk
Penduduk
Penduduk
1
Jelai
796
5.911
0,08 %
7,43
2
Pantai Lunci
804
5.489
- 0,04 %
6,83
3
Sukamara
1.028
27.629
0,12 %
26,88
4
Balai Riam
539
8.994
0,12 %
16,69
5
Permata Kecubung
660
8.677
0,05 %
13,15
3.827
56.700
3,5 %
14,82
Total
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2012
2.1.2. Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2011 sebesar 45.706 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 24.279 jiwa masih lebih besar dari jumlah penduduk perempuan yang sebanyak 21.427 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Sukamara mencapai 56.700 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 29.956 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 26.744 jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2012 lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan dengan selisih 3.212 jiwa. Tabel 2.2.
Penduduk Laki-Laki
Menurut Golongan
Umur per Kecamatan Pada
Tahun 2012 No
Kecamatan
0-14
15-19
20-39
40-54
55-64
65+
Jumlah
1
Jelai
908
315
1.056
526
147
88
3.040
2
Pantai Lunci
936
263
1.032
387
104
98
2.820
3
Sukamara
4.031
1.135
6.078
2.492
582
330
14.648
4
Balai Riam
1.309
397
2.044
784
178
98
4.810
5
Permata Kecubung
1.211
371
2001
750
188
117
4.638
8.395
2.481
12.211
4.939
1.199
731
29.956
Total
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 2
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 2.3.
Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur per Kecamatan Pada Tahun 2012
No
Kecamatan
0-14
15-19
20-39
40-54
55-64
65+
Jumlah
1
Jelai
932
283
1.036
417
116
87
2.871
2
Pantai Lunci
845
270
940
364
109
141
2.669
3
Sukamara
3.688
1.021
5.549
1.948
462
313
12.981
4
Balai Riam
1.259
362
1.811
578
107
67
4.184
5
Permata Kecubung
1.217
312
1.757
559
110
84
4.039
7.941
2.248
11.093
3.866
904
692
26.744
Total
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2012
2.1.3. Migrasi Perubahan jumlah penduduk Kabupaten Sukamara juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk. Secara garis besar, migrasi di Kabupaten Sukamara terjadi karena adanya perkebunan sawit dan transmigrasi. Banyaknya perusahaan perkebunan menyebabkan semakin banyaknya jumlah pendatang yang ikut menjadi tenga kerja atau membuka usaha di daerah yang dekat dengan perkebunan. Selain itu, Kabupaten Sukamara menjadi daerah tujuan transmigrasi dengan transmigran sebagian besar berasal dari Jawa.
2.1.4. Status Pendidikan Angka melek huruf merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemerintah dalam pemberantasan buta huruf terutama di daerah pedesaan dimana jumlah penduduk yang tidak bersekolah/tidak tamat
SD masih cukup tinggi.
Indikator angka melek huruf juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penduduk di suatu wilayah untuk menyerap informasi dari berbagai media dan kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara yang tidak bersekolah pada tahun 2010 sekitar 1.568
jiwa terdiri dari 832 jiwa penduduk laki-laki dan 736 penduduk
perempuan . Jumlah ini terus menurun di tahun-tahun berikutnya karena adanya keseriusan pemerintah Kabupaten Sukamara dalam mengentaskan penduduknya yang masih buta huruf, seperti Kejar Paket A, B, dan C.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 3
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 2.4.
Penduduk Laki-Laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Sekolah
No
Umur
Tidak Sekolah
Masih Sekolah
1
5–6
631
389
2
7 – 12
139
2.613
3
13 – 15
12
983
4
16 – 18
17
602
5
19 – 24
33
124
832
4.711
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
Tabel 2.5. Penduduk Perempuan berusia 5 – 24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan No
Umur
Tidak Sekolah
Masih Sekolah
1
5–6
592
355
2
7 – 12
85
2.549
3
13 – 15
7
939
4
16 – 18
19
470
5
19 – 24
33
74
736
4.387
Jumlah
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
Beberapa unsur penunjang sistem pendidikan antara lain gedung sekolah, tenaga pengajar dan murid terus ditingkatkan. Tercatat jumlah sekolah, baik negeri maupun swasta pada tahun 2006/2007 sebanyak 63 buah. Jumlah ini terus meningkat pada tahun 2011/2012 sebanyak 75 sekolah dengan jumlah terbanyak pada sekolah dasar yaitu sebanyak 48 buah. Sehingga
masing-masing desa, terdapat
infrastruktur sekolah dasar (SD). Ketersediaan fasilitas pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Sukamara sudah memadai. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ sederajat sudah terdapat di masing-masing kecamatan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kini semakin populer menjadi pilihan untuk melanjutkan pendidikan setelah jenjang SMP/sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada di Kecamatan Jelai, Kecamatan Sukamara, dan Kecamatan Permata Kecubung. Guru merupakan tenaga pengajar yang paling professional. Semenjak terbentuk sebagai kabupaten sendiri, jumlah guru di Kabupaten Sukamara terus mengalami Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 4
Tekanan Terhadap Lingkungan
peningkatan. Pada tahun 2007/2008 jumlah guru adalah 707 orang, sedangkan pada tahun 2011/2012 jumlah guru adalah 1.107 orang. Tabel 2.6. Jumlah Sekolah Pada Setiap Kecamatan No
SD (Unit)
Kecamatan
SLTP (Unit)
SLTA (Unit)
1
Jelai
7
2
2
2
Pantai Lunci
9
5
1
3
Sukamara
17
5
3
4
Balai Riam
8
3
1
5
Permata Kecubung
7
3
2
48
18
9
Jumlah
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga, 2012
2.1.5. Pendidikan Tertinggi Besarnya tekanan terhadap lingkungan dari penduduk selain dipengaruhi oleh jumlah dan kepadatan penduduk, juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena sikap kepedulian terhadap lingkungan dapat diperoleh dari pembelajaran di sekolah, misalnya program Adiwiyata. Pendidikan tertinggi penduduk laki-laki di Kabupaten Sukamara adalah master atau S2 dengan jumlah 18 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki usia sekolah terbanyak pada Sekolah Dasar (SD) yaitu 7.495 jiwa. Jumlah ini relatif sama dengan jumlah penduduk
perempuan
usia
5-24
tahun.
Pendudukan
perempuan
yang
menyelesaikan pendidikan master sebanyak 8 jiwa. Tabel 2.7. Penduduk Laki-Laki Berumur 5 tahun Keatas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi
Umur 5-6 7-12 13-15 16-18 19-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59
Tidak/Be lum Pernah Sekolah 631 139 12 17 33 28 27 39 40 52 65 38
Pendidikan Tertinggi Tidak Tamat SD
SD/MI/Se SLTP/MTs/ SLTA/MA/ Diploma derajat Sederajat Sederajat I/II/III
389 2.513 228 100 166 141 133 149 170 174 150 118
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
0 158 724 395 904 938 850 950 742 602 493 289
0 0 194 603 677 647 449 398 232 131 66 30
0 0 0 120 803 698 535 398 282 151 52 27
0 0 0 0 69 145 80 59 65 36 24 8
Diplom a IV/S1 0 0 0 0 44 161 162 141 108 51 26 4
S2/ S3 0 0 0 0 0 2 7 4 1 1 1 1
Halaman II - 5
Tekanan Terhadap Lingkungan
60-64 65-69 70-74 >75 Jumlah
58 33 45 40 1.297
127 72 47 62 4.739
189 112 79 70 7.495
23 10 3 1 3.464
14 7 2 1 3.090
4 2 0 0 492
0 0 1 0 698
1 0 0 0 18
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
Tabel 2.8.
Penduduk Perempuan Berumur 5 tahun Keatas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi
Umur (2) 5-6 7-12 13-15 16-18 19-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 Jumlah
Tidak/Be lum Pernah Sekolah (3) 592 85 7 19 33 42 42 66 85 67 97 72 98 48 55 92 1.500
Pendidikan Tertinggi Tidak Tamat SD (4) 356 2.421 184 57 153 166 176 180 226 213 178 130 103 64 38 68 4.713
SD/MI/Se SLTP/MTs/ SLTA/MA/ Diploma derajat Sederajat Sederajat I/II/III (5)
(6)
(7)
0 180 694 302 909 1.034 1.004 922 728 527 333 188 138 75 42 42 7.118
0 0 212 525 616 502 352 212 111 45 21 15 3 2 1 0 2.617
0 0 0 135 624 407 258 211 107 37 12 5 2 3 0 0 1.801
(8) 0 0 0 0 119 157 100 46 35 4 3 0 0 0 0 0 464
Diploma IV/S1 (9) 0 0 0 0 41 165 126 65 25 6 3 0 0 1 0 0 432
S2/ S3 (10) 0 0 0 0 0 1 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
2.2. PERMUKIMAN Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman dapat dikatakan sehat apabila dalam penataannya memperhatikan sanitasi, seperti adanya gorong-gorong, tempat sampah sementara, dan MCK. Dengan memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan maka kesehatan penduduk akan terjaga. Beberapa permukiman penduduk di Kabupaten Sukamara masih menggunakan air sungai sebagai MCK. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 6
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.2.1. Rumah Tangga di Kabupaten Sukamara Sesuai konsep pendataan, di Kabupaten Sukamara tidak terdapat daerah pemukiman kumuh. Hal ini dikarenakan tidak adanya pemukiman yang dapat dikategorikan kumuh seperti pemukiman yang memakai kardus-kardus bekas sebagai dinding rumah. Rumah-rumah di Kabupaten Sukamara sebagian menggunakan papan-papan kayu sebagai bahan bangunannya. Namun, saat ini kebanyakan penduduk menggunakan bata merah atau bata semen, semen, pasir dan material lain sebagai bahan bangunan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran penduduk terhadap akibat dari penebangan hutan. Rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai mencapai 1.463 buah. Dengan banyaknya rumah tangga di bantaran sungai, secara tidak langsung akan memengaruhi kondisi sungai, antara lain jumlah jamban di sungai yang digunakan sebagai tempat buang air besar.
2.2.2. Sumber Air Minum Air merupakan sumber kehidupan yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Sumber air minum warga masyarakat Kabupaten Sukamara kebanyakan menggunakan air sumur. Terdapat 1.385 rumah tangga yang menggunakan air sumur, sedangkan sisanya menggunakan air ledeng dan air isi ulang sebagai sumber air minum. Kecamatan Sukamara sebagai ibukota Kabupaten Sukamara merupakan daerah perkotaan. Tingkat kesadaran penduduk akan kebersihan air minum tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.8., rumah tangga di Kecamatan Sukamara kebanyakan menggunakan air ledeng, air sumur, dan air isi ulang sebagai sumber air minum. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Balai Riam paling banyak menggunakan air isi ulang yaitu 131. Sedangkan Kecamatan Sukamara hanya 10 rumah tangga yang menggunakan air isi ulang. Beberapa desa di Kabupaten Sukamara dilalui oleh Sungai Jelai dan Sungai Mapam. Penduduk di sekitar sungai memanfaatkan air sungai tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Hampir semua desa yang dilalui Sungai Jelai dan Sungai
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 7
Tekanan Terhadap Lingkungan
Mapam menggunakan air sungai untuk mandi dan beberapa desa menggunakan air sungai tersebut sebagai air minum, irigasi, dan transportasi. Tabel 2.8. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum No
Kecamatan
Ledeng
0 Jelai 0 Pantai Lunci 491 Sukamara 0 Balai Riam 0 Permata Kecubung 491 Total Keterangan: * = Air isi ulang Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Sukamara
1 2 3 4 5
Sumur
Sungai
Hujan
Kemasan
Lainnya*)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
974
0
0
0
10
411
0
0
0
131
0
0
0
0
0
1.385
0
0
0
141
2.2.3. Persampahan Besarnya timbulan sampah terkait erat dengan jumlah populasi penduduk, tingkat kesejahteraan penduduk, pola konsumsi, dan jenis mata pencaharian. Dengan demikian, jumlah penduduk yang cenderung meningkat berpotensi meningkatkan besarnya timbulan sampah.
Pada tahun 2012, perkiraan besarnya timbulan
sampah per hari di Sukamara adalah sebanyak 1,1 m3/hari yang terdiri sampah organik maupun sampah non organik. Pada tahun sebelumnya, timbulan sampah lebih rendah diperkirakan 0,95 m3/hari. Sampah yang tidak terkelola dapat menjadi sumber pencemar udara baik secara langsung maupun tidak langsung, proses pembusukan sampah berpotensi menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pembakaran sampah kadang dianggap sebagai solusi karena pelayanan sampah belum mencukupi, padahal sesungguhnya dapat menumbulkan emisi gas-gas NOx, SOx, senyawa karbon (CO, COx) yang berbahaya bagi kesehatan dan juga penyebab gas rumah kaca. Untuk pembuangan sampah dari rumah tangga dapat dikelompokkan dalam beberapa cara yaitu ada yang mengangkut ke TPS sendiri, kendaraan sampah roda tiga, ditimbun, dibakar dan dengan cara lainnya yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan cara 3 R seperti daur ulang sampah serta melalui pengomposan sampah. Pada tabel 2.9.
dapat diketahui bahwa masyarakat di Kabupaten Sukamara
menggunakan cara timbun untuk membuang sampah rumah tangga mereka. Pada Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 8
Tekanan Terhadap Lingkungan
masyarakat daerah perkotaan, yaitu masyarakat membuang
sampah
ke
sungai.
Sebagaian
Kecamatan Sukamara tidak kecil
masyarakat
Sukamara
memanfaatkan sampah organik untuk dikomposkan yang kemudian digunakan sebagai pupuk pertanian. Masih rendahnya tingkat kesadaran sebagian kecil masyarakat Sukamara terhadap pemanasan global, sehingga pembuangan sampah masih dilakukan dengan pembakaran.
Selain
itu,
terdapat
dua
kecamatan,
yang
sebagian
kecil
masyarakatnya membuang sampah rumah tangga ke sungai, yaitu Kecamatan Jelai dan Kecamatan Balai Riam. Tabel 2.9 Cara Pembuangan Sampah Di Setiap Kecamatan No
Kecamatan
Jumlah Rumah
Cara Pembuangan Angkut
Timbun
Bakar
Ke Kali √
Lainnya
Tangga 1
Jelai
√
√
2
Pantai Lunci
√
√
3
Sukamara
√
√
4
Balai Riam
√
√
5
Permata Kecubung
√
√
√
√ √
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2011
Pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) membutuhkan sarana berupa alat angkut. Alat angkut sampah dari TPS ke TPA dilakukan dengan dump-truck. Pengangkutan sampah dilakukan pada pagi hari. Sedangkan, alat angkut sampah ke TPS menggunakan gerobak sampah dan gerobak motor sampah. Hal ini dikarenakan lebar jalan pada pemukiman padat tidak dapat dilalui oleh dump-truck. Setiap kendaraan pengangkut sampah memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Dump truck memiliki kapasitas 6 m3, sedangkan gerobak sampah dan gerobak motor sampah dengan kapasitas masing-masing adalah 0,5 m3 dan 0,4 m3.
Jumlah dump truck adalah 4 buah.
Jumlah gerobak sampah dan gerobak motor sampah masing-masing adalah 15 dan 10 buah.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 9
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.2.4. Sanitasi Semua bentuk permukiman tersebut menghasilkan air limbah (black water dan grey water) dan limbah padat berupa sampah. Grey water merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur (tempat cuci piring), air bekas cuci pakaian (air dari saluran pembuangan mesin cuci misalnya), dan air mandi (bukan dari toilet). Sementara itu, blackwater adalah istilah yang digunakan untuk air limbah yang mengandung kotoran manusia. Untuk air limbah khususnya grey water akan masuk ke saluran drainase dan akhirnya ke air badan air. Sehingga akan meningkatkan kandungan bakteri E-Coli pada sungai. Dalam penyediaan sarana buang air besar, masyarakat pada umumnya menggunakan jamban umum, jamban bersama, dan jamban pribadi. Sekitar 57 % masyarakat Kabupaten Sukamara menggunakan jamban pribadi untuk buang air besar. Sekitar 16 % menggunakan jamban bersama, dan 10 % menggunakan jamban umum. Sekitar 17 % tidak menggunakan jamban untuk buang air besar. Semua kecamatan di Kabupaten Sukamara, sebagian kecil masyarakatnya tidak menggunakan jamban. Terbanyak di Kecamatan Permata Kecubung. Gambar 2.1.
Persentase
Jumlah
Rumah
Tangga
dan
Fasilitas
Tempat
Buang Air Besar
17% 10% 16.00%
Jamban Sendiri 57%
Jamban Bersama Jamban Umum Tidak Ada
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 10
Tekanan Terhadap Lingkungan
Meskipun masyarakat Kecamatan Permata Kecubung terbanyak tidak memiliki jamban, namun di Kecamatan Balai Riam penduduknya terbanyak tidak mempunyai septic tank dibanding dengan Kecamatan Permata Kecubung. Ini menggambarkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan rumah mereka. Tabel 2.10. Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tanki Septik No
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
1
Jelai
520
2
Pantai Lunci
21
3
Sukamara
179
4
Balai Riam
842
5
Permata Kecubung
657
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sukamara, 2010
2.3. KESEHATAN Perkembangan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan serta ketersediaan obat. Upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan pustu (puskesmas pembantu) terus mengalami peningkatan. Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dapat menjadi jaminan semakin membaiknya taraf kesehatan masyarakat. Kabupaten Sukamara memiliki rumah sakit umum daerah, puskesmas, pustu di masing-masing desa dan poskesdes (pos kesehatan desa) sebagai tambahan. Berbeda dengan pustu yang diisi oleh tenaga perawat, poskesdes diisi oleh tenaga bidan yang membantu persalinan. Seluruh kecamatan di Kabupaten Sukamara sudah memiliki puskesmas. Pustu atau puskesmas pembantu terdapat di tingkat desa atau kelurahan. Jumlah pustu terbanyak terdapat di Kecamatan Sukamara, sedangkan jumlah pustu paling sedikit terdapat di Kecamatan Jelai dan Kecamatan Pantai Lunci. Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan tempat ideal untuk memeriksa kesehatan balita termasuk imunisasi. Dengan banyaknya posyandu, angka harapan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 11
Tekanan Terhadap Lingkungan
hidup balita meningkat.
Kecamatan Sukamara mempunyai jumlah posyandu
terbanyak yaitu 15 buah. Hal ini dikarenakan Kecamatan Sukamara memiliki jumlah kelahiran bayi hidup tertinggi dibanding kecamatan-kecamatan lainnya. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukamara saat ini masih termasuk tipe D. RSUD Sukamara mengalami peningkatan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat Sukamara. RSUD Sukamara dinyatakan lulus uji akreditasi selama 3 tahun. Dengan demikian pelayanan di rumah sakit sudah sesuai dengan standarisasi.
Tabel 2.11. No
Banyaknya Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan 2011
Kecamatan
Rumah
Puskesmas
Pustu
Posyandu
Klinik
Sakit
Praktek
Ap
Dokter/Bidan
otik
1
Jelai
0
1
4
6
0
4
0
2
Pantai
0
1
4
8
0
4
0
Lunci 3
Sukamara
1
1
7
15
0
30
2
4
Balai Riam
0
1
5
9
0
10
0
5
Permata
0
1
6
8
0
3
0
1
5
26
46
0
51
2
Kecubung Jumlah
Sumber Data: Sukamara Dalam Angka, 2012
Dokter merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Dengan bantuan dokter maka banyak kemungkinan penyakit dapat disembuhkan. Tanpa harus mengurangi tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan. Jumlah dokter umum di Kabupaten Sukamara sebanyak 18 orang dan 1 dokter gigi. Jumlah ini lebih besar dibandingkan pada tahun 2007, jumlah dokter umum sebanyak 13 orang. Sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk paling padat, Kecamatan Sukamara memiliki jumlah dokter umum paling banyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, yaitu 11 orang. Keberadaan bidan sangat penting dalam membantu persalinan ibu hamil. Jumlah bidan tahun ini bertambah jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya pertumbuhan penduduk.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 12
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 2.12. Banyaknya Tenaga Kesehatan/Medis menurut Kecamatan No
Kecamatan
Dokter Umum 2
Dokter Gigi 0
1
Jelai
2
Pantai Lunci
2
3
Sukamara
11
4
Balai Riam
5
Permata Kecubung
Jumlah
Apoteker
Bidan
Perawat
Dukun
10
8
Lainny a 0
1
8
0
2
10
9
19
0
1
10
25
73
18
0
3
0
0
8
14
7
0
1
0
1
8
12
13
0
19
1
14
59
118
65
0
Sumber Data: Sukamara Dalam Angka, 2012
2.3.1. Kelahiran dan Kematian Dalam melihat tingkat kesehatan masyarakat di Kabupaten Sukamara dapat digunakan indikator antara lain kelahiran bayi hidup dan status gizi masyarakat. Mortalitas atau kematian penduduk dapat digunakan untuk menilai pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Kelahiran bayi pada tahun 2011 sebanyak 1.092 jiwa atau meningkat sebesar 72,6 % dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 kelahiran mati bayi sebanyak 1,76 % dan kelahiran bayi mati pada tahun 2011 sebanyak 1,83 %. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan dalam kelahiran bayi belum mengalami perubahan. Selain itu, tidak ada penurunan jumlah bayi lahir mati dapat memperlihatkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya dalam masa kehamilan seorang ibu. Kelahiran bayi terbanyak di Kecamatan Sukamara dengan jumlah 515 jiwa dengan kelahiran bayi mati sebanyak 10 jiwa. Kelahiran bayi paling sedikit terjadi di Kecamatan Jelai dengan jumlah 117 jiwa . Sedangkan Kecamatan Permata Kecubung, tidak terjadi kelahiran bayi mati. Tabel 2.13. Banyaknya Bayi Lahir Hidup dan Lahir Mati menurut Kecamatan No
Kecamatan
Kelahiran Hidup
Jumlah Total Mati
1
Jelai
115
2
117
2
Pantai Lunci
119
3
122
3
Sukamara
505
10
515
4
Balai Riam
171
5
176
5
Permata Kecubung
162
0
162
1.072
20
1.092
Jumlah Total
Sumber : Sukamara Dalam Angka, 2012 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 13
Tekanan Terhadap Lingkungan
Pada tahun 2010 tercatat jumlah usia subur pada usia 15 tahun sampai dengan 44 tahun sebanyak 12.340 jiwa. Sehingga akan terjadi banyak kelahiran di masamasa mendatang. Karena itu untuk menekan ledakan jumlah pendudukan diperlukan sosialisasi tentang KB kepada masyarakat.
2.3.2. Penyakit Di Kabupaten Sukamara terdapat beberapa jenis penyakit yang mewabah pada tahun 2010, yaitu muntaber/diare, campak, ISPA, malaria, dan TBC. Penyakit muntaber/diare, ISPA dan malaria banyak diderita oleh penduduk yang bermukim di Kecamatan Pantai Lunci. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakitpenyakit tersebut. Beberapa wilayah di Kabupaten Sukamara merupakan daerah yang berawa-rawa. Daerah rawa-rawa sangat disenangi oleh nyamuk malaria sebagai tempat tinggal. Keberadaan nyamuk-nyamuk harus diwaspadai oleh penduduk yang tinggal di daerah sekitar rawa-rawa. Selain harus menjaga kebersihan lingkungan, penduduk yang tinggal di sekitar daerah berawa-rawa sebaiknya menggunakan kelambu atau alat pencegah lainnya agar tidak mudah terjangkiti penyakit malaria. Pada tahun 2011 penderita penyakit malaria terbanyak ada di Kecamatan Sukamara, sedangkan Kecamatan Balai Riam memiliki penderita malaria paling sedikit. Pada musim kering, kebakaran hutan dan lahan meningkat. Hal ini menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan saluran pernafasan meningkat pula. Penyakit ISPA akibat kebakaran hutan dan lahan terutama menyerang pada anak-anak dan manula.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 14
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 2.2. Persentase Jumlah Penderita Malaria Kabupaten Sukamara
1.03%
17.73% 0.33%
Jelai 35.80%
Pantai Lunci Sukamara Balai Riam Permata Kecubung
45.15%
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Beberapa penyebab yang mendukung meningkatnya penyakit antara lain: mobilitas penduduk yang sangat tinggi, banyaknya industri/perusahaan yang berdiri di wilayah kota sehingga meningkatkan polusi udara, padatnya lalu lintas kendaraan serta rendahnya kualitas lingkungan. Jenis penyakit utama yang diderita oleh penduduk Sukamara ada 5 yaitu infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas, penyakit pada sistem jaringan otot dan jaringan pengikat, hipertensi, alergi kulit, serta diare. Penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas diderita oleh 5.569 orang atau sekitar 42 % dari jumlah total penderita penyakit utama. Sedangkan jumlah penderita paling sedikit adalah penyakit diare, yaitu 1.080 jiwa atau 8,16 % dari jumlah total seluruh penderita penyakit utama. Penyakit diare dapat disebabkan oleh lalat. Lalat identik dengan lingkungan yang kurang bersih. Selain lalat, diare juga dapat disebabkan air minum yang kurang steril, dimana air mengandung bakteri E. coli. Ada beberapa kemungkinan masuknya E. coli ke dalam sumber air minum, seperti jarak antara septic tank dengan sumber air minum yang terlalu dekat. Dengan adanya pengaturan jarak antara septic tank sanitasi yang baik dalam lingkungan tempat tinggal dapat mencegah masuknya bakteri E. coli pada sumber air minum. Perubahan gaya hidup dengan tidak memperhatikan kesehatan dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit Hipertensi. Hipertensi terjadi karena penderita
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 15
Tekanan Terhadap Lingkungan
kurang mengonsumsi sayuran, dan terlalu banyak mengonsumsi makanan yang berlemak jenuh. Alergi kulit dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan antara lain kurang bersihnya lingkungan di dalam rumah. Akibat kurang bersihnya lingkungan di dalam rumah dapat meyebabkan adanya kutu debu. Jumlah penderita alergi kulit mencapai 1.610 jiwa atau 12,17% dari total penderita penyakit utama di Kabupaten Sukamara. Kebersihan lingkungan harus dijaga agar kutu debu tidak dapat merangsang timbulnya alergi kulit. Tabel 2.14. Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk Sukamara No
1
2
Jenis Penyakit
Jumlah
% terhadap Total
Penderita
Penderita
Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
5.569
42,08
3.175
23,99
3
Hipertensi
1.800
13,60
4
Alergi Kulit
1.610
12,17
5
Diare
1.080
8,16
13.234
100
Total Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Sukamara, 2012
2.4. PERTANIAN Pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menunjang sumber pendapatan asli daerah maupun sebagai penyerap tenaga kerja. Oleh karenanya sebagian besar masyarakat
Kabupaten Sukamara
mengandalkan pertanian sebagai sumber penghasilan utama. Dibalik manfaat itu pertanian juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan akibat pemakaian bahan kimia yang merupakan bahan berbahaya dan beracun. Bahan kimia yang sering dipakai dalam pertanian antara lain: insektisida, herbisida, dan pupuk anorganik. Selain itu, pertanian juga menyumbang gas rumah kaca ke atmosfer berupa CO2 dan CH4 terutama dari lahan sawah, kegiatan peternakan, dan aplikasi pupuk urea. Gas rumah kaca tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 16
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.4.1. Padi dan Palawija Sawah di kabupaten Sukamara terbagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan sawah non irigasi. Sawah irigasi banyak diubah menjadi sawah non irigasi. Luas lahan sawah terbesar berada di Kecamatan Sukamara dan Kecamatan Jelai, yaitu 474 Ha. Meskipun memiliki luas lahan sawah yang sama besar, produksi padi per hektar Kecamatan Sukamara lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan Jelai yang memiliki produksi padi 3,75 ton per hektar. Luas lahan sawah terkecil adalah Kecamatan Permata Kecubung, dengan luas lahan sawah 26 hektar dan produksi padi per hektarnya adalah 2,93 ton per hektar. Tabel 2.15. Luas Lahan Sawah dan Produksi Per Hektar No
Kecamatan
Luas Lahan
Produksi per Hektar
(Ha)
(Ton)
1
Jelai
474,00
3,75
2
Pantai Lunci
153,00
3,72
3
Sukamara
474,00
3,45
4
Balai Riam
53,00
3,56
5
Permata Kecubung
26,00
2,93
Total
1.180
17,41
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Gambar 2.3. Perbandingan Perkiraan Gas Metana (Ton/Tahun) Pada Lahan Sawah Menurut Kecamatan
25.079,60
12.303,20
224.296,80
Jelai
Pantai Lunci
224.296,80
Sukamara 72.399,60
Balai Riam Permata Kecubung
Sumber: Hasil Olah Data Kantor Lingkungan Hidup, 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 17
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tanaman palawija termasuk dalam tanaman pangan. Selain padi, produksi palawija terbanyak berada pada Kecamatan Sukamara yaitu 1.352,8 ton.
Sedangkan,
produksi palawija terendah adalah Kecamatan Jelai, yaitu 86,4 ton. Hal ini dikarenakan tanaman palawija jenis kedelai dan ubi jalar tidak dibudidayakan di Kecamatan Jelai. Sama seperti Kecamatan Jelai, di Kecamatan Pantai Lunci para petani juga tidak menanam kedelai. Hal ini diperkirakan karena kondisi geografis kedua kecamatan tersebut yang berpasir, sehingga para petani mengalami kesulitan untuk membudidayakan kedelai. Gamabr 2.4. Produksi Tanaman Palawija 1600 1.352,8
1400 1200
1.064,1 906
1000 800
655,7
600 400 200
86,4
0 Jelai
Pantai Lunci
Sukamara
Balai Riam
Permata Kecubung
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Pada tahun 2010 produksi padi mengalami penurunan, yaitu 5.694,10 ton, dibandingkan pada tahun 2009 yang mencapai 6.277,33 ton. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya luas panen akibat gagal panen. Sebaliknya, tanaman pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, dan ubi jalar mengalami peningkatan produksi yang signifikan. Tabel 2.16. Produksi Tanaman Pangan Tahun 2007 – 2011 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Tanaman Padi Jagung Kacang Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Satuan Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton
2007 3.748,00 77,70 5,60 29,70 6,75 143,82 103,29
2008 1.172,99 159,84 5,60 159,84 8,25 295,80 441,33
Tahun 2009 6.277,33 167,35 0,00 39,62 9,00 183,60 195,47
2010 5.694,10 1.733,10 0,00 22,20 0,00 1575,10 704,70
2011 3.846,62 396,10 378,40 51,70 2,40 2.438,00 801,00
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 18
Tekanan Terhadap Lingkungan
Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman pangan, pada umumnya para petani menggunakan pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk kimia lebih diminati oleh para petani karena pemakaiannya lebih efektif dibandingkan pupuk organik. Pemakaian pupuk kimia sebaiknya tidak melebihi dosis yang dianjurkan karena pemakaian yang berlebihan akan meyebabkan tanaman mati dan pencemaran lingkungan. Berbeda dengan pupuk kimia, pupuk organik bersifat ramah lingkungan dan tidak akan menyebabkan kematian pada tanaman pangan meskipun dosisnya berlebih. Pupuk organik dapat berasal dari tumbuhan dan kotoran hewan. Para petani sebaiknya menggunakan pupuk organik yang merupakan hasil pengomposan sampah rumah tangga. Disamping tidak mengeluarkan biaya yang banyak, pembuatan kompos yang berasal dari rumah tangga juga akan mengurangi jumlah sampah yang dibawa ke TPA. Seperti diketahui, bahwa penumpukan sampah di TPA akan menimbulkan gas CH4 (metana) yang merupakan gas rumah kaca. Menyadari hal tersebut, Kantor Lingkungan Hidup Sukamara mendorong para petani untuk memanfatkan sampah rumah tangga untuk dimanfat menjadi pupuk kompos. Selain itu, Kantor Lingkungan Hidup mensosialisasikan proses pengomposan dan pemakaian mesin pencacah sampah organik kepada masyarakat petani. Dalam pencacahan sampah organik, tidak semua bagian sampah organik digunakan sebagai kompos. Hanya daun dari sampah organik yang dicacah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa mesin pencacah sampah organik berfungsi untuk memperlebar permukaan sampah daun yang akan dikompos. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sukamara memiliki peranan yang besar dalam mendukung pertanian di Kabupaten Sukamara. PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) merupakan staf Dinas Pertanian dan Peternakan yang bertugas memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat
petani.
Sebagian
besar
desa/kelurahan telah memiliki PPL. Keberadaan PPL sangat membantu petani dalam meningkatkan potensi dan produksi pertanian. Diharapkan PPL juga mendorong para petani untuk mengolah lahan pertanian secara ramah lingkungan, yaitu dengan pengurangan pemakaian herbisida, pupuk kimia dan produk-produk kimia lainnya. Hama merupakan salah satu penghambat produksi pertanian. Para petani menggunakan racun tikus dan insektisida serta bahan kimia lainnya untuk menanggulangi serangan hama tersebut. Hama tikus merupakan hama yang Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 19
Tekanan Terhadap Lingkungan
dominan di Kabupaten Sukamara. Hanya Kecamatan Balai Riam yang tidak terdapat hama tikus. Wabah hama belalang paling banyak menyerang di Kecamatan Sukamara. Kasus hama Wereng dan ulat hanya terjadi di beberapa desa. Tabel 2.17.
Jenis Serangan Hama Yang Pernah Mewabah Selama Satu Tahun Terakhir Menurut Desa/Kelurahan Di Kabupaten Sukamara.
No
Kecamatan
Tikus
Wereng
Belalang
Penggerek Batang
CVPD
Ulat
Jamur
- Kuala Jelai
√
-
-
-
-
-
-
- Sungai Baru
√
-
-
-
-
-
-
- Sungai Bundung
√
-
-
-
-
-
-
- Sungai Raja
√
-
-
-
-
√
-
- Pulau Nibung
√
√
-
-
-
-
-
- Sungai Damar
-
-
√
-
-
√
-
- Sungai Tabuk
-
-
-
-
-
-
-
- Sungai Cabang Barat
-
-
-
-
-
√
-
- Sungai Pasir
√
-
-
-
-
-
√
Desa/Kelurahan 1
2
3
4
5
Jelai
Pantai Lunci
Sukamara - Mendawai
-
-
√
-
-
√
√
- Natai Sedawak
√
√
√
-
-
-
-
- Pudu
√
-
√
-
-
-
-
- Padang
√
√
√
√
-
√
√
- Kartamulia
√
-
√
-
-
-
-
- Sukaraja
√
-
√
-
-
√
-
- Pangkalan Muntai
√
-
√
-
-
√
-
- Petarikan
-
-
-
-
-
-
-
- Jihing
-
-
-
-
-
-
-
- Air Dua
-
-
-
-
-
-
-
- Bukit Sungkai
-
-
-
-
-
-
-
- Lupu Peruca
-
-
-
-
-
-
-
- Sekuningan Baru
-
-
-
-
-
-
-
- Balai Riam
-
-
-
-
-
-
-
- Bangun Jaya
-
-
-
-
-
-
-
- Pempaning
-
-
-
-
-
-
-
- Natai Kondang
√
-
-
√
-
-
-
- Ajang
√
-
√
-
-
-
-
- Laman Baru
√
√
-
-
-
-
-
- Kenawan
√
√
-
-
-
√
√
- Semantun
√
-
√
-
-
-
-
- Sembikuan
-
-
-
-
-
-
√
- Nibung Terjun
√
-
-
-
-
-
-
Balai Riam
Permata Kecubung
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 20
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.4.2. Perkebunan Kelapa sawit menjadi tanaman perkebunan andalan di Kabupaten Sukamara, selain kopi, karet, dan lada. Kelapa sawit tidak hanya dikelola oleh perusahaan besar, tetapi juga masyarakat Sukamara. Kelapa sawit memiliki tingkat produksi tertinggi dibanding komoditas perkebunan lainnya. Pada tahun 2011, perkebunan sawit dari seluruh perusahaan sawit di Kabupaten Sukamara menghasilkan 1.049.018 ton buah segar. Kelapa sawit tidak hanya dibudidayakan oleh perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga dibudidayakan oleh para petani sawit. Luas tanaman kelapa sawit yang dikelola masyarakat tidak sama di tiap kecamatan. Perkebunan kelapa sawit paling luas terdapat di Kecamatan Balai Riam, yaitu 8.878 Ha. Sedangkan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat yang paling kecil terdapat di Kecamatan Pantai Lunci. Namun, perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pantai Lunci belum berkembang, sehingga pada tahun ini belum berproduksi. Berbeda dengan Kecamatan Pantai Lunci, Kecamatan Jelai tidak memiliki kebun sawit. Produksi kelapa sawit
paling besar dibanding tanaman perkebunan lainnya.
Produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat sebanyak 173.580 ton, sedangkan produksi karet 2.894,33 ton. Produksi kelapa adalah 958,14 ton. Produksi tanaman kopi dan lada tidak jauh berbeda, yaitu 35,53 ton dan 47,77 ton. Gambar 2.5. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat (ton) 200,000.00 180,000.00
173,580.00
160,000.00 140,000.00 120,000.00 100,000.00 80,000.00 60,000.00 40,000.00 20,000.00 0.00
2,894.33 karet
958.14 kelapa
35.53 kelapa sawit
kopi
47.77 lada
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 21
Tekanan Terhadap Lingkungan
Luas perkebunan rakyat pada tanaman kelapa sawit pada tahun 2011 adalah 11.366 Ha atau bertambah 3,38% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, luas perkebunan rakyat untuk tanaman kelapa sawit mencapai 38.321,1 Ha. Namun, luas perkebunan tidak berbanding lurus dengan produksi tanaman kelapa sawit. Produksi tanaman kelapa sawit fluktuatif setiap tahunnya.
Gambar 2.6. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2007 – 2011
45,000.00
40.101,10
40,000.00 35,000.00 30,000.00 25,000.00 17.803,90
20,000.00
19,426.70
19,674.90
19,159.60
2009
2010
2011
15,000.00 10,000.00 5,000.00 2007
2008
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012 Gambar 2.7. Produksi Tanaman Kelapa Sawit Tahun 2007 - 2011
300,000.00
285,214.20
250,000.00 200,000.00
173,580.00
150,000.00
123,710.10
100,000.00 42,149.90
50,000.00
27,082.00
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 22
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.4.3. Perubahan Lahan Pertanian Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat disebabkan karena adanya penambahan luas area permukiman, pembangunan industri, perkebunan, dan lain-lain. Di Kabupaten Sukamara perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian belum ada. Dikarenakan jumlah penduduk sedikit dan tidak adanya industri besar. Namun, tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang terjadi perubahan lahan pertanian. Area perkebunan di Kabupaten Sukamara merupakan hasil pembukaan hutan.
2.5. PETERNAKAN Potensi produk peternakan yang ada di Sukamara antara lain sapi potong, kambing, babi, ayam, dan itik. Populasi sapi sekitar 2.044 ekor, kerbau 29 ekor, kambing 765 ekor, babi 24.010 ekor, ayam 76.420 ekor, dan itik 4.648 ekor. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani bagi masyarakat. Dengan tercukupinya kebutuhan produk peternakan ini diharapkan kebutuhan gizi masyarakat pun tercukupi. Sebaran peternakan yang merata di semua kecamatan di Kabupaten Sukamara adalah sapi potong, kambing, ayam kampong, ayam pedaging, dan itik. Sebaran wilayah yang memiliki hewan sapi potong adalah Kecamatan Jelai dan Kecamatan Sukamara dengan jumlah masing-masing 836 ekor dan 638 ekor. Wilayah yang memiliki hewan sapi potong terkecil adalah Kecamatan Permata Kecubung. Namun, Kecamatan Permata Kecubung memiliki hewan ternak babi terbanyak dibanding Kecamatan Balai Riam dan Kecamatan Sukamara. Sebaran wilayah yang memiliki hewan ternak terbanyak adalah Kecamatan Permata Kecubung, Kecamatan Balai Riam, dan Kecamatan Sukamara dengan jumlah hewan ternak masing-masing 9.481 ekor, 8.194 ekor, dan 7.857 ekor. Namun, untuk emisi gas CH4 terbanyak di Kecamatan Jelai yang diikuti oleh Kecamatan Sukamara. Hal ini dikarenakan kedua kecamatan tersebut memiliki hewan ternak sapi yang jumlahnya terbanyak, dimana hewan ternak sapi memiliki faktor emisi yang paling tinggi dibanding hewan ternak lainnya. Produksi hewan unggas pada Kabupaten Sukamara cukup tinggi yaitu 81.068 ekor. Jumlah hewan ayam terbanyak di Kecamatan Sukamara, yaitu 26.675 ekor,
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 23
Tekanan Terhadap Lingkungan
sedangkan jumlah hewan ayam terkecil terdapat di Kecamatan Pantai Lunci, yaitu 7.883 ekor. Sebaran wilayah yang memiliki hewan itik terbanyak adalah Kecamatan Sukamara dan Kecamatan Balai Riam dengan jumlah rata-rata lebih dari 1000 ekor.
Gambar 2.8. Jumlah Hewan Ternak Di Setiap Kecamatan (ekor)
941
375
9.481
7,857
Jelai
Pantai Lunci Sukamara Balai Riam
8.194
Permata Kecubung
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Gambar 2.9. Perbandingan Jumlah Unggas Di Setiap kecamatan
15.754
9.044
8.649
Jelai Pantai Lunci
19.699
Sukamara 27.925
Balai Riam Permata Kecubung
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 24
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 2.10. Perkiraan Gas Metana dari Hewan Ternak Di Setiap Kecamatan
12,63% 15,83%
30,66%
31,59%
Jelai Pantai Lunci
9,28%
Sukamara Balai Riam Permata Kecubung
Sumber: Hasil Olah Data Kantor Lingkungan Hidup, 2012
2.6. INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi alam yang baik dan iklim yang bersahabat akan membantu industri memperlancar kegiatan usahanya. Indonesia memiliki iklim tropis tanpa banyak cuaca yang ekstrim sehingga kegiatan industri rata-rata dapat berjalan dengan baik sepanjang tahun. Keadaan perindustrian di Kabupaten Sukamara ada dua jenis, yaitu industri rumah tangga dan industri kecil. Jenis industri yang berkembang di Kabupaten Sukamara adalah industri pengolahan makanan, dikarenakan adanya dukungan potensi dari laut dan sungai. Industri yang berpotensi mencemari air, udara, dan tanah adalah industri pengolahan ikan asin dan industri tahu. Sebaran industri di Kabupaten Sukamara terpusat pada Kecamatan Sukamara sebesar 32,94 %.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 25
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 2.19. Banyaknya Industri Pada Tingkat Kecamatan No
1 2 3 4 5
Kecamatan
Kelompok Industri Logam Mesin Hasil Pertanian dan dan Aneka Kehutanan 5 32 7 83 17 121 14 68 15 57 58 361
Jelai Pantai Lunci Sukamara Balai Riam Permata Kecubung Jumlah
Jumlah
37 90 138 82 72 419
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Gambar 2.11. Jumlah Industri Pada Tingkat Kecamatan
72
37 90
Jelai
Pantai Lunci
82
Sukamara
138
Balai Riam Permata Kecubung
Jumlah industri setiap tahunnya bertambah. Pada tahun 2006, jumlah industri di Kabupaten Sukamara mencapai 208, sedangkan di tahun 2009 mencapai 348. Jumlah ini terus bertambah, tahun 2011 jumlah industri di Kabupaten Sukamara adalah 419. Pertambahan jumlah industri menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang terserap.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 26
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 2.12. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Golongan Industri
807
900 800 700 600 500
jumlah usaha
335
400
jumlah tenaga kerja
300 200
87 16
100 0 Industri Rumah Tangga
Industri Kecil
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Gambar 2.13. Pertumbuhan Industri Di Kabupaten Sukamara
419
450 400
348 308
350 300
370
249
250 200 150 100 50 0 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 27
Tekanan Terhadap Lingkungan
Sepanjang tahun 2012 belum ada kasus pencemaran lingkungan di bidang industri rumah tangga dan industri kecil. Namun, tetap dilakukan pengecekan lapangan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kasus pencemaran lingkungan, perlu dilakukan penegakan hukum. 2.7. PERTAMBANGAN Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Kegiatan pertambangan di Kabupaten Sukamara masih dalam tahap pencarian (survey). Komoditas pertambangan adalah bauksit dan bijih besi. Pertambangan di Kabupaten Sukamara telah memiliki ijin dengan total luas 60.184 ha.
Perijinan yang dikantongi perusahaan sampai tahun 2012 masih berlaku.
Lokasi yang direncanakan untuk kegiatan pertambangan terdapat di dua kecamatan yang semuanya terletak di daerah hulu Sungai Jelai. Pada saat ini, pertambangan belum beroperasi. Perusahaan pertambangan tersebut masih melakukan eksplorasi untuk mengetahui lokasi yang tepat. Untuk kedepannya, pihak perusahaan harus wajib mengantongi ijin lingkungan yang berupa AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sebelum melakukan eksploitasi. Sehingga diharapkan kegiatan penambangan tidak mengganggu atau merusak lingkungan sekitar. Selain itu, dilihat dari lokasi penambangan yang terletak di hulu Sungai Jelai, apabila terjadi pencemaran air, maka akan berdampak pada penduduk Sukamara yang banyak tinggal di wilayah hilir dan muara Sungai Jelai. Gambar 2.14. Persentase Luasan Izin Lokasi Pertambangan
38.12% bijih besi 61.88%
bauksit
Sumber: Disperindagkoptamben 2012 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 28
Tekanan Terhadap Lingkungan
Kegiatan pertambangan rakyat sebagian berupa galian C. Kegiatan ini perlu mendapat pengawasan karena di beberapa lokasi telah terjadi longsor akibat kegiatan ini meskipun tidak adanya korban jiwa. Lokasi penambangan galian C terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Sukamara.
2.8. ENERGI 2.8.1. Penggunaan Bahan Bakar Berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan emisi ke atmosfer ibaratnya adalah tekanan bagi lingkungan atmosfer. Di daerah perkotaan, transportasi kendaraan bermotor merupakan tekanan utama, di samping industri dan rumah tangga. Kegiatan pertanian dan peternakan juga menghasilkan gas pencemar dan gas rumah kaca. Semua kegiatan tersebut berkaitan dengan populasi manusia. Dengan meningkatkan populasi manusia, konsumsi energi juga semakin meningkat. Diprediksikan untuk masa yang akan datang, tekanan terhadap lingkungan atmosfer juga akan meningkat. Penggunaan energi untuk berbagai keperluan, didominasi oleh bahan bakar fosil, khususnya minyak untuk sektor transportasi dan batu bara untuk sektor industri. Diperkirakan konsumsi bahan bakar fosil akan terus meningkat. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil secara langsung meningkatkan emisi gas rumah kaca khususnya CO2. Kebutuhan bahan bakar minyak di Kabupaten Sukamara dipengaruhi oleh jumlah kendaraan bermotor, jumlah industri, dan jumlah rumah tangga. Jumlah kendaraan bermotor yang mengonsumsi bensin diperkirakan mencapai 6.816 buah dan jumlah kendaraan bermotor yang mengonsumsi solar diperkirakan mencapai 236 buah.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 29
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 2.15. Perbandingan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sukamara
Beban Penumpang Pribadi
Bus Kecil Pribadi Truk Kecil Roda Tiga Roda Dua
Sumber: Samsat Kabupaten Sukamara, 2012
Kabupaten Sukamara belum memiliki SPBU yang aktif mendistribusikan bahan bakar minyak, sehingga pola distribusi bahan bakar minyak dalam laporan ini mengikut dengan SPBU Pangkalan Bun. Berdasarkan data laporan SPBU Pangkalan Bun, sepanjang tahun 2012, konsumsi bahan bakar minyak
di
Kabupaten Sukamara mencapai 150 kiloliter/bulan untuk bensin dan 35 kiloliter/bulan untuk solar. Gambar 2.16. Perbandingan konsumsi bahan bakar minyak dan solar (kiloliter/bulan)
solar bensin
Sumber: Disperindagkoptamben 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 30
Tekanan Terhadap Lingkungan
2.8.2. Emisi dan Karbondioksida Dari konsumsi bahan bakar di atas dapat diperkirakan emisi gas CO2 yang timbul, yaitu sekitar 155 juta ton per tahun. Konsumsi bahan bakar tersebut berkontribusi pada pencemaran udara, dalam tingkat lokal dapat menimbulkan masalah kesehatan. Data penyakit utama yang diderita oleh penduduk Kabupaten Sukamara menunjukkan penderita Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas menduduki peringkat pertama, yaitu 5.569 jiwa. Dalam tingkat regional dapat menimbulkan hujan asam, sedangkan dalam tingkat global akan menyebabkan peningkatan gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan naiknya pemanasan global. Gambar 2.17. Persentase Beban Emisi CO2 menurut Bahan Bakar
20%
Bensin Solar 80%
Sumber: Hasil Olah Data dari Kantor Lingkungan Hidup
2.9. TRANSPORTASI Transportasi
merupakan
sektor
yang
penting
dalam
menunjang
kegiatan
perekonomian suatu daerah. Selain untuk distribusi barang, proses komunikasi antar
daerah juga memerlukan sarana transportasi.
Ketersediaan
sarana
transportasi, komunikasi dan akomodasi yang memadai sangat menunjang kemajuan daerah. Selain itu, perkembangan sektor-sektor ekonomi sangat bergantung pada transportasi, karena merupakan sarana penghubung yang sangat vital.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 31
Tekanan Terhadap Lingkungan
Transportasi di Kabupaten Sukamara ada dua macam, yaitu transportasi darat dan tranportasi air. Sarana dan prasarana transportasi darat dapat dikatakan belum memadai karena sebagian besar jalan belum diaspal. Umumnya berupa jalan tanah yang diperkeras. Namun, semua jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Panjang jalan provinsi adalah 91,20 km. Panjang jalan kabupaten adalah 359,54 km. Untuk bepergian jauh, sebagian besar masyarakat lebih senang menggunakan transportasi air karena lebih cepat daripada menggunakan transportasi darat. Oleh karena itu, ada beberapa armada angkutan penumpang di tepian sungai. Tabel 2.20. Prasana Transportasi Menurut Desa/Kelurahan Di Kabupaten Sukamara No 1
2
3
4
5
Kecamatan Desa/Kelurahan Jelai - Kuala Jelai - Sungai Baru - Sungai Bundung - Sungai Raja - Pulau Nibung Pantai Lunci - Sungai Damar - Sungai Tabuk - Sungai Cabang Barat - Sungai Pasir Sukamara - Mendawai - Natai Sedawak - Pudu - Padang - Kartamulia - Sukaraja - Pangkalan Muntai - Petarikan Balai Riam - Jihing - Air Dua - Bukit Sungkai - Lupu Peruca - Sekuningan Baru - Balai Riam - Bangun Jaya - Pempaning Permata Kecubung - Natai Kondang - Ajang - Laman Baru
Aspal
Diperkeras
Tanah
√ -
-
√ √ √ -
√
√ -
√ √
√ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √
-
√ -
√ √ √ √ √ √
√ -
√
√ √ -
-
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 32
Tekanan Terhadap Lingkungan
- Kenawan - Semantun - Sembikuan - Nibung Terjun
√ -
√ √ √
-
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012
2.10. PARIWISATA Kabupaten Sukamara memiliki banyak tempat wisata bahari maupun wisata alam. Kawasan wisata bahari meliputi Pantai Kuala Jelai, Pantai Tanjung Nipah, Pantai Selaka, Pantai Sungai Remis, Pantai Kampung Baru, Bukit Patung, dan Danau Burung. Perkiraan volume limbah padat dari obyek wisata dan perkiraan beban limbah cair dan limbah padat dari hotel belum dapat dihitung.
2.11. LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun atau lebih dikenal dengan singkatan B3 umumnya digunakan pada sektor industri, pertanian, dan pertambangan. Penggunaan B3 pada sektor-sektor tersebut akan menghasilkan limbah B3 yang memerlukan pengelolaan lebih lanjut. Pembangunan di bidang industri, pertanian dan pertambangan di satu sisi berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk, namun disisi lain akan menghasilkan berbagai macam limbah diantaranya berbentuk limbah B3. Limbah B3 yang dibuang langsung ke lingkungan akan berbahaya bagi lingkungan, kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Bahan kimia yang merupakan limbah B3 dapat menyebabkan kanker, alergi, dan kerusakan pada susunan saraf serta kerusakan pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan. Limbah B3 di Kabupaten Sukamara cukup besar, yaitu sekitar 1.100.088 ton/tahun. Limbah B3 tersebut dihasilkan oleh 4 perusahaan sawit. Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan sesuai peraturan yang berlaku serta mempunyai perijinan. Sebanyak 2 perusahaan penghasil limbah B3 telah memperoleh perijinan.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 33
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 2.21. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 No 1
Nama Perusahaan PT. Sungai Rangit
Jenis Izin*) Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS LB3)
2
PT. Kalimantan Sawit Kusuma
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS B3)
Nomor Izin Keputusan Bupati Sukamara No. 660/70/KLH/2011 tanggal April 2011 Keputusan Bupati Sukamara No. 660/221/KLH/XII/2011 tanggal 30 Desember 2011
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Gambar 2.18. Penyimpanan Limbah B3 di Salah Satu Perusahaan Sawit
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman II - 34