BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
3.1
KEPENDUDUKAN Perubahan penduduk baik dalam hal jumlah maupun komposisi dan
penyebarannya akan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan. Fenomena kependudukan selalu menjadi permasalahan yang pelik di berbagai wilayah di Indonesia, seperti permasalahan ketidakseimbangan penyebaran penduduk. Pulau Jawa mempunyai kepadatan paling tinggi, sedangkan di pulau-pulau lain kepadatannya masih rendah. Permasalahan seperti ini kemudian menular di beberapa wilayah yang lebih mikro seperti di tingkat kabupaten. Khususnya di Pulau Jawa pun juga terjadi permasalahan pemerataan penduduk, misalnya tingkat kepadatan penduduk di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan yang ada di Pulau Jawa. Permasalahan penduduk akan terus-menerus seperti itu, sehingga diperlukan penanganan yang serius untuk mengatasinya, khususnya dalam hubungannya dengan dampak terhadap lingkungan. Penduduk dengan segala aktivitasnya merupakan salah satu komponen penting dalam permasalahan lingkungan karena diantara penyebab kerusakan maupun kelestariannya lingkungan bergantung pada kuantitas dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar tanpa kualitas yang baik cenderung menjadi beban bagi lingkungan dan pembangunan. Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Grobogan sebesar 1.423.261 jiwa. Berdasarkan persebaran secara keruangan maka jumlah penduduk yang tersebar yaitu di Kecamatan Purwodadi luas daerah 77,65 km² dengan jumlah penduduk sebesar 132.175 jiwa (8,98%) dengan kepadatan penduduk sebesar 1.720 jiwa per km². jumlah penduduk terkecil berada di
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -1
Kecamatan Klambudenganjumlah
penduduk 35.726 jiwa (2,48%) luas daerah 46,56
km² dengan kepadatan penduduk sebesar 767 jiwa per km². Tekanan penduduk terhadap lingkungan hidup dicerminkan dari tingkat kepadatan kependudukannya. Semakin padat penduduknya maka tekanan terhadap lingkungan juga semakin besar. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan maka akan memberikan tekanan terhadap jumlah yang dihasilkan dalam setiap hari dan jumlah air bersih serta listrik yang dibutuhkan. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduknya maka di Kabupaten Grobogan yang kepadatanya lebih dari 1.000 jiwa/km², terdapat di Kecamatan Purwodadi dengan tingkat kepadatan penduduknya 1.702 jiwa/km² Kemudian Kecamatan Gubug yang mempunyai tingkat kepadatan 1.083 jiwa/km². sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Geyer yaitu sebesar 360 jiwa/km². pembagian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -2
Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Jumlah Pertumbuhan No. Kecamatan Luas (km2) Penduduk Penduduk 1 KEDUNGJATI 130,33 42.558 0,35 2 KARANGRAYUNG 140,59 100.004 1,79 3 PENAWANGAN 74,18 65.813 0,74 4 TOROH 119,31 117.985 0,65 5 GEYER 196,19 70.551 0,17 6 PULOKULON 133,65 111.438 0,85 7 KRADENAN 107,74 85.360 0,63 8 GABUS 165,38 75.794 0,28 9 NGARINGAN 116,72 68.015 0,76 10 WIROSARI 15430 91.934 0,6 11 TAWANGHARJO 83,6 52.369 0,41 12 GROBOGAN 104,56 69.131 0,25 13 PURWODADI 77,65 132.175 0,82 14 BRATI 54,9 46.482 0,37 15 KLAMBU 46,56 35.726 0,84 16 GODONG 86,78 88.696 0,58 17 GUBUG 71,11 77.006 1,06 18 TEGOWANU 51,67 51.149 0,98 19 TANGGUNGHARJO 60,64 41.075 0,39 TOTAL 1975,864 1.423.261 0,66 Sumber Tabel DE-1 Buku Data SLHD 2012
Kepadatan Penduduk 327 711 887 989 360 834 792 458 583 596 626 661 1702 847 767 1022 1083 990 677 720
Migrasi penduduk perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya dan biasanya perpindahan tersebut cenderung terjadi di daerah terpencil menuju ke kota besar. Kecenderungan seperti ini juga terlihat di Kabupaten Grobogan, karena secara administrasi Kabupaten Grobogan relative dekat dengan Kota Semarang dan Kota Surakarta. Faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi bervariasi,mulai dari faktor ekonomi sampai faktor pendidikan. Untuk faktor pendidikan yang lebih terlihat adalah pada tingkat perguruan tinggi, karena di Kabupaten Grobogan belum terdapat perguruan tinggi nasional, jadi penduduk yang baru lulus dari SMA lebih memilih keluar dari Kabupaten Grobogan menuju Kota Semarang ataupun Kota Surakarta. Migrasi penduduk di Kabupaten Grobogan terjadi di setiap kecamatan. Penduduk pendatang dan yang pindah ke luar daerah sangat beragam di setiap kecamatan. Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2011, penduduk laki-laki lebih banyak yang pindah ke daerah lain dengan jumlah 7131 orang dibandingkan
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -3
dengan penduduk laki-laki yang datang ke Kabupaten Grobogan yaitu hanya sebesar 6675 orang. Demikian juga terjadi pada penduduk perempuan dimana penduduk lebih banyak yang pindah ke daerah lain yaitu 6257 orang daripada yang datang ke Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 4996 orang. Laju surkulasi perpindahan
baik laki-laki atau
perempuan banyak terjadi di Kecamatan
Purwodadi.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -4
Data tentang Sirkulasikulasi penduduk yang datang dan pindah dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut Tabel 3.2 Migrasi Selama Hidup Menurut Jenis Kelamin Kabupaten : Grobogan Tahun data : 2011 No
Kecamatan
Datang
Pindah
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
Laki-LaKi
Perempuan
Jumlah
3
4
5
6
7
8
1 Kedungjati
70
64
134
162
172
334
2 Karangrayung
455
374
829
509
530
1039
3 Penawangan
272
290
562
288
270
558
4 Toroh
467
381
848
365
290
655
5 Geyer
94
99
193
345
262
607
6 Pulokulon
512
389
901
628
526
1154
7 Kradenan
430
308
738
438
319
757
8 Gabus
281
141
422
350
202
552
9 Ngaringan
334
292
626
382
312
694
1113
342
1455
800
811
1611
11 Tawangharjo
58
48
106
71
78
149
12 Grobogan
151
128
279
180
116
296
13 Purwodadi
934
852
1786
1008
905
1913
14 Brati
86
63
149
111
96
207
15 Klambu
113
84
197
69
81
150
16 Godong
406
389
795
428
399
827
17 Gubug
553
477
1030
531
469
1000
18 Tegowanu
209
221
430
332
273
605
19 Tanggunharjo
137
118
255
134
146
280
11735
7131
6257
13388
1
2
10 Wirosari
Jumlah 6675 4996 Sumber : Tabel DE-4 Buku Data SLHD 2012
:
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -5
Pada tahun 2011 jumlah warga kabupaten Grobogan yang melakukan migrasi, dapat dilihat dari gambar 3.1 Gambar 3.1 Diagram Migrasi Penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2011
Data Migrasi Kependudukan Kab Grobogan tahun 2011 7131
Datang
6257
Perempuan
Series1
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
8000 7000 6675 6000 4996 5000 Jumlah 4000 (jiwa) 3000 2000 1000 0
Pindah
Kategori
Kabupaten Grobogan mempunyai fasilitas sekolah diantaranya 852 Sekolah Dasar, 126 SLTP dan 67 SLTA. Kecamatan Purwodadi mempunyai fasilitas sekolah yang lebih banyak karena mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi pula yaitu sebesar 1702 jiwa/km². Kecamatan Kedungjati mempunyai kepadatan penduduk hanya sebesar 329,95 jiwa/km² dan mempunyai fasilitas sekolah lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan Brati yang mempunyai kepadatan penduduk sebesar 828,96 jiwa/km². Data lebih jelas tentang hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -6
Tabel 3.3 . Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan jumlah Sekolah menurut Kabupaten/kota dan Tingkat pendidikan Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 Jumlah penduduk 1 KEDUNGJATI 42.558 2 KARANGRAYUNG 100.004 3 PENAWANGAN 65.813 4 TOROH 117.985 5 GEYER 70.551 6 PULOKULON 111.438 7 KRADENAN 85.360 8 GABUS 75.794 9 NGARINGAN 68.015 10 WIROSARI 91.934 11 TAWANGHARJO 52.369 12 GROBOGAN 69.131 13 PURWODADI 132.175 14 BRATI 46.482 15 KLAMBU 35.726 16 GODONG 88.696 17 GUBUG 77.006 18 TEGOWANU 51.149 19 TANGGUNGHARJO 41.075 Jumlah 1.423.261 Sumber : Tabel DS-5Buku Data SLHD 2012 No.
Kecamatan
Luas (km2) 130,33 140,59 74,18 119,31 196,19 133,65 107,74 165,38 116,72 15430 83,6 104,56 77,65 54,9 46,56 86,78 71,11 51,67 60,64 1975,86
SD (unit) 31 63 38 65 48 60 46 47 38 50 32 42 76 32 26 49 49 33 27 852
SLTP (unit) 6 12 4 6 7 9 9 6 6 9 3 5 14 2 2 7 9 6 4 126
SLTA (unit) 3 3 3 3 1 3 4 1 10 1 2 15 4 10 1 3 67
.
Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Grobogan dari jenjang SD sampai dengan SMP hampir merata, namun jika dilihat dari jumlah SMA pada tiap Kabupaten akan ditemui angka yang timpang. Bahkan di beberapa Kecamatan belum terdapat SMA separti di Kecamatan Ngaringan,Brati, dan Klambu. Jumlah SMA paling banyak terdapat di Kecamatan Purwodadi dengan jumlah SMA sebanyak 15 unit dan di Kecamatan Gubug dengan 10 unit. Jika diamati banyaknya jumlah unit SMA di Kecamatan Purwodadi dan Gubug juga berhubungan dengan kepadatan penduduk. Kepadatan pendudukan di dua kecamatan ini lebih dari 1000 jiwa/Km². Angka kepadatan penduduk yang tinggi menandakan kecamatan tersebut mempunyai faktor penarik yang lebih tinggi dari wilayah kecamatan yang lain. Besarnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat kepadatan membutuhkan tingkat pelayanan yang tinggi pula termasuk pelayanan dalam bidang pendidikan. Pemerataan tingkat pendidikan kiranya harus dilakukan khususnya pada jenjang SMA, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -7
pemahaman dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kesadaran tersebut memang tidak bisa serta merta langsung terbentuk begitu saja, namun diperlukan proses yang panjang dan konsisten. Oleh sebab itu diperlukan konsistensi dan dukungan dari berbagai stakeholder agar tercipta suatu pemerataan pendidikan yang secara langsung akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kepedulian lingkungan. Melihat distribusi penduduk Kabupaten Grobogan yang tidak merata antara kawasan pedesaan akan mempunyai tekanan terhadap lingkungan hidup yang berbeda. Pada kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi maka tekanan penduduk terhadap lingkungan mengarah kesanitasi yang buruk. Persoalan yang sering dijumpai adalah: pembuangan sampah sembarangan, pembuangan limbah rumah tangga langsung ke badan air atau tanah, terjadinya pemukiman kumuh dan terbatasnya lahan untuk melakukan penghijauan. Disamping itu pada kawasan perkotaan merupakan penyumbang banjir lokal yang terbesar karena tingkat infiltasi sangat rendah akibat banyaknya lahan terbangun. Dalam rangka peningkatan pengelolaan lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan maka upaya yang perlu dilakukan adalah: a.
Menciptakan lapangan kerja baru di kawasan pedesaan yang berbasis pada potensi unggulan wilayah yang berbasis kelingkungan. Misalnya industri kecil mlinjo, industri kecil kripik pisang dan industri kecil sirup mangga atau kripik mangga.
b.
Menigkatkan dan melakukan agribisnis pada lahan pertanian khususnya pada lahan pertanian irigasi.
c.
Meningkatkan kualitas dan pembuatan sekolah Kejuruan berbasis pada pertanian dan perkebunan.
d.
Melakukan pelatihan kepada masyarakat yang berkaitan dengan sistem pertanian terpadu. Misalnya padi-ternak, padi-ikan, dan kebun-lebah madu.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -8
3.2
PEMUKIMAN Pemukiman adalah suatu kawasan yang merupakan kota/desa atau bagian kota/desa yang mempunyai fungsi utama sebagai lingkungan tempat tinggal, tempat penduduk bermukim, berkiprah dalam kegiatan kerja dan usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Keberadaan pemukiman erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan. Pola hidup penghuni pemukiman secara langsung berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Contohnya adalah munculnya pemukiman-pemukiman dengan lingkungan kumuh yang disebabkan oleh banyak hal seperti kondisi ekonomi, kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kebersihan lingkungan dan lainlain. Kondisi ini akan memberikan tekanan terhadap lingkungan yang sangat besar sehingga mengakibatkan daya dukung lingkungan menjadi menurun. Perbandingan jumlah antara rumah tangga dengan rumah tangga miskin di wilayah Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada gambar 3.2 Gambar 3.2 .Diagram Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dengan Rumah Tangga Miskin Kabupaten Grobogan Tahun 2011
Mayoritas rumah tangga di Kabupaten Grobogan memanfaatkan sumber air minum yang berasal dari sumur. Sedangkan untuk fasilitas buang air besar untuk kehidupan sehari hari di Kabupaten Grobogan mayoritas sudah mempunyai Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -9
tempat sendiri. Hal ini dapat dilihat dari gambar 3.3. Untuk jumlah rumah tangga dan tempat pembuangan akhir tanpa tanki septik pada tahun 2011 mengalami penurunan bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.4 Gambar 3.3 .Diagram Jumlah Sarana Buang Air Besar Kabupaten Grobogan Tahun 2011
Gambar 3.4 .Diagram Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik Kabupaten Grobogan Tahun 2008 – 2011
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -10
Tabel 3.4. Jumlah Keluarga Tanpa Tangki septik di Kab Grobogan Tahun 2011
Tahun 2008 2009 2010 2011 Rataan Maksimum Minimum
Jumlah Keluarga 93640 89110 190643 160850 133560,75 190643 89110
Sumber: BPS Kab Grobogan (2012) Tingginya rumah tangga miskin tersebut di atas akan memberikan dampak negatif terhadap kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan bencana sosial yang berakibat ke bencana alam khususnya di wilayah perkotaan di Kabupaten Grobogan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah : a.
Penertiban pemukiman yang tidak sesuai dengan RUTRK
b.
Melakukan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam menyediakan rumah sehat dan murah di kawasan perkotaan (rusunawa)
c.
Pembuatan IPAL terpadu untuk limbah rumah tangga di perkotaan
d.
Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan
e.
Sosialisasi terhadap warga yang berkaitan dengan hidup sederhana tanpa menimbulkan bencana.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -11
3.3 KESEHATAN Kesehatan merupakan faktor penunjang kehidupan yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila suatu lingkungan mempunyai kualitas yang baik maka kemungkinan besar tingkat kesehatan penduduknya juga akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya, jika kondisi lingkungan kualitasnya buruk maka tingkat kesehatannya akan menjadi buruk. Terdapat 5 macam penyakit utama atau penyakit yang sering dijumpai di wilayah Kabupaten Grobogan, diantaranya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini Tabel 3.5. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Diare ( Termasuk tersangka Kolera ) Disentri Penyakit Infeksi Lain pada usus Penyakit Bakteri Lain TB Paru BTA (+) TB Paru Klinis (Suspek) Pneumonia Peny. Lain pd Sal. Pernafasan Bag. Bawah Peny. Pd Saluran Pernafasan Bag. Atas DHF ( DBD ) Penyakit Virus Lain Penyakit Cardiovasculer Diabetis melitus Penyakit Degeneratis Lain Anemia Penyakit Defisiansi Gizi Lain
Jumlah Sumber : tabel DS-8 Buku Data SLHD 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
4.861 955 4.561 1.428 271 393 403 7.685 38.999 145 1.627 4.801 2.709 3.969 2.756 1.471 77.034
III -12
% terhadap Total 6,31 1,24 5,92 1,85 5,35 0,51 0,52 9,98 50,63 0,19 2,11 6,23 3,52 5,15 3,58 1,91 100,00
Gambar 3.5 Diagram Jumlah Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2011
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -13
Pada tahun 2011, jenis penyakit yang paling banyak dijumpai adalah penyakit infeksi saluran pernafasan. Hal ini sama dengan kasus yang terjadi pada tahun sebelumnya yang juga didominasi penyakit saluran pernafasan. Akan tetapi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan yang sangat tajam. Salah satu sumber dari penyakit yang muncul berasal dari limbah rumah sakit. Pada tahun 2011, rumah sakit penghasil limbah yang terbesar di Kabupaten Grobogan adalah Rumah Sakit Dr. R. Soedjati yang terdiri dari limbah padat sebesar 7,6 m3/ hari dan 100 m3/ hari limbah cair. Limbah Rumah sakit ini harus dikelola dengan cermat, karena dapat menjadi media penularan penyakit dan limbahnya berbahaya bagi lingkungan. Berkaitan dengan kenyataan tersebut di atas khususnya yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah Kabupaten Grobogan adalah : a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk berbudaya hidup sehat b. Peningkatan perlindungan dari pemerintah terhadap masyarakat yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit c. Melakukan pendataan
dan identifikasi
dari
kegiatan medis
yang
menimbulkan cemaran d. Melakukan sosialisasi pengolahan limbah cair dan padat pada kegiatan medis baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta e. Penetapan dan melakukan pengelolaan dan pemantauan limbah medis pada setiap kegiatan f. Menetapkan adanya persyaratan pengelolaan limbah bagi kegiatan yang baru
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -14
3.4
PERTANIAN Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam dan memelihara ternak merupakan kebudayaan manusia paling tua. Tetapi dibandingkan dengan sejarah keberadaan manusia, kegiatan bertani ini termasuk masih baru. Sebelumnya manusia hanya berburu hewan dan mengumpulkan bahan pangan untuk dikonsumsi. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanian pun berkembang menjadi berbagai sistem mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih dan padat modal. Berbagai teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan. Tabel 3.6 Penggunaan Lahan di Kab Grobogan Tahun 2011
Penggunaan 1. Tanah Sawah 1.1. Irigasi Teknis 1.2. Irigasi Setengah Teknis 1.3.Irigasi Sederhana 1.4 Tadah Hujan
Luas (Ha) 65.182,220 18.221,290 1.487,000 10.332,770 35.144,160
% 32,98972 9,222074 0,752594 5,229573 17,787
2. Tanah Bukan Sawah 2.1 Bangunan dan Halaman 2.2.Tegalan/Kebun 2.3.Padang gembala 2.4. Tambak/Kolam 2.5.Rawa 2.6.Hutan Negara 2.7.Hutan Rakyat 2.8.Perkebunan Negara 2.9. Lainnya Jumlah Maksimum Minimum
132.401,200 23.440,554 28.514,860 0,000 24,000 0,000 68.632,320 4.399,000 0,000 7.390,446 197.583,420 68.632,320 0,000
67,01028 11,86362 14,43181 0 0,012147 0 34,73587 2,226401 0 3,740418 100
Sumber: Tabel SD-1 dan SD-1A Buku Data SLHD 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -15
Dari data yang diperoleh dari Daerah Dalam Angka Kabupaten Grobogan tahun 2012 dapat diketahui fluktuasi jumlah luas lahan di wilayah Kabupaten Grobogan baik yang digunakan sebagai lahan persawahan maupun lahan non persawahan dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Data tersebut dapat dilihat dari gambar 3.6 dan gambar 3.7 di bawah ini. Gambar 3.6. Diagram Jumlah Luas Lahan Persawahan Kabupaten Grobogan Tahun 2007 – 2011
Gambar 3.7 Diagram Jumlah Lahan non-Persawahan Kabupaten Grobogan Tahun 2007 – 2011
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -16
3.4.1 Padi Tanaman padi merupakan komoditas sektor pertanian terbesar yang dihasilkan kabupaten Grobogan. Untuk mengetahui jumlah hasil produksi panen padi Kabupaten Grobogan selama periode 2007 sampai dengan periode 2011 dapat dilihat pada gambar 3.8 dan 3.9 Tabel 3.7. Jumlah Produksi Padi Sawah di Kab Grobogan Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Rataan Maksimum Minimum
Produksi (ton) 603422 646074 719495 663758 574671 641484 719495 603422
Sumber: Buku Grobogan dalam Angka Kabupaten Grobogan 2012 Tabel 3.8. Jumlah Produksi Padi Gogo di Kab Grobogan Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Rataan Maksimum Minimum
Produksi (ton) 15485 8240 17983 26054 28016 19155,6 28016 8240
Sumber: Buku Grobogan dalam Angka Kabupaten Grobogan 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -17
Gambar 3.8 Diagram Produksi Padi Sawah Kabupaten Grobogan Tahun 2007 - 2012 Produksi Padi sawah Kab Grobogan tahun 2007-2012 800000 719495
700000 603422
Produksi (Ton)
600000
663758
646074
574671
500000 400000
Series1
300000 200000 100000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Sumber: Buku Grobogan Dalam Angka 2012
Gambar 3.9 Produksi Padi Gogo Kabupaten Grobogan Tahun 2007 – 2011
Produksi Padi Gogo kab grobogan tahun 2007-2011 30000 28016 26054
Produksi (Ton)
25000 20000 17983 15000
15485
Series1
10000 8240 5000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Sumber : Buku Grobogan Dalam Angka 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -18
Tabel 3.9
Urea SP36 ZA Organik NPK
Jumlah Penggunaan Pupuk 2007 73795 0 4084 0 8759
2008 73795 0 4084 0 8759
2009 83485 11047 7191 5675 17119
2010 73603 11064 4510 5494 21605
2011 Rata Maksimum Minimum 78062 76548 83485 73603 11460 6714,2 11460 0 5368,5 5047,5 5368,5 4084 6625,7 3558,94 6625,7 0 24991 16246,6 24991 8759
Gambar 3.10 Diagram Jumlah Penggunaan Pupuk Untuk Tanaman Perkebunan (ton) Kabupaten GroboganTahun 2011
3.5
INDUSTRI Kegiatan industri merupakan salah satu penggerak roda ekonomi di dalam suatu daerah. Penduduk melakukan usaha di bidang ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan melalui industri, baik skala kecil atau sedang yang dikelola di sekitar tempat tinggalnya. Kabupaten Grobogan memilki potensi
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -19
yang besar di sektor industri. Hal ini terbukti dengan banyaknya industri kecil yang tumbuh. Terdapat 18.640 buah industri yang terbagi dalam 29 jenis industri yang masing-masing menghasilkan barang jadi maupun barang setengah jadi untuk pemenuhan kebutuhan. Industri tersebut di atas sebagian besar merupakan industri rumah tangga atau home industry, sehingga dapat diperkirakan belum menggunakan teknologi ramah lingkungan dan melakukan pengolahan limbah secara baik. Kenyataan ini akan mengakibatkan beban pencemaran terhadap lingkungan semakin besar. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah Kabupaten Grobogan untuk mengurangi tekanan industri terhadap lingkungan hidup adalah : a. Melakukan identifikasi kesesuaian lokasi industri terhadap RUTRK b. Melakukan penetapan wajib AMDAL atau UKL/UPL bagi rencana kegiatan industri c. Melakukan pemantauan secara rutin terhadap pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa industri d. Pembimbingan teknis dan bantuan modal pembuatan IPAL terpadu bagi industri kecil e. Pembimbingan pemakaian bahan bakar yang berasal dari energi alternatif
3.6
PERTAMBANGAN Potensi pertambangan Kabupaten Grobogan mempunyai beraneka ragam jenis bahan galian mineral. Namun sebagian besar bahan tambang mineral tersebut masih belum dieksploitasi. Sebagai salah satu contoh sampai saat ini potensi phospat yang terdapat di Kecamatan Karangrayung belum ditambang, padahal potensi yang dimiliki sangat besar dan memiliki harga jual tinggi. Potensi pertambangan yang dimiliki Kabupaten Grobogan dan luas pertambangannya dapat dilihat pada tabel 3.10 , tabel 3.11.dan tabel 3.12
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -20
Tabel 3.10. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 No.
Nama Perusahaan
1.
SUADI
2.
ENY ENDARWATI
Jenis Bahan Galian Tanah liat
Batugamping Jumlah Sumber : Tabel SE 14 Buku Data SLHD 2012
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton/Tahun)
0,9
294
0,9
628 922
Tabel 3.11. Luas Areal dan Produksi Pertambangan menurut Jenis Bahan Galian Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2012 No.
Nama Perusahaan
Jenis Bahan Galian
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton/Tahun)
1 Fajar Debyantoro
Batu gamping untuk urugan
3,04
183600
2 H . Markani
Batu gamping untuk urugan
0,377
38700
Batu gamping untuk urugan
0,458
36000
3 Kasroni 4 Umar
Batu gamping untuk urugan Batu gamping untuk urugan
0,40 0,46
18000 62100
5 Supartono 6 Suadi
Batu gamping untuk urugan Batu gamping untuk urugan
0,47 0,45
28800 90000
7 Imam Mukhayat Yusuf
Batu gamping untuk urugan
0,20
10800
Batu gamping untuk urugan
0,27
12150
Batu gamping untuk urugan
1,93
87300
Batu gamping untuk urugan
0,48
47700
8 Partono 9 Suprihono
Batu gamping untuk urugan
0,277
7200
10 Taufiq Romandhoni
Batu gamping untuk urugan
0,18
28800
Jumlah
683550
Sumber : Tabel SE 14 .A .Buku Data SLHD 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -21
Tabel 3.12. Luas Areal pertambangan Rakyat menurut Jenis Tambang Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 No. I
II
Jenis Bahan Galian
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton/Tahun)
20
9.916
5 18 9 6
1.784 10.810 5.996 2.405
8 25 6 7
5.110 20.910 14.864 28.100
BATU GAMPING Tanggungharjo Wirosari Grobogan Brati Klambu TANAH LIAT Nagaringan Wirosari Brati Toroh
Sumber : Tabel SE -15 Buku Data 2012
Dari data yang terdapat pada tabel di atas dapat diketahui bahan tambang mineral yang tersebar di wilayah Kabupaten Grobogan antara lain adalah : a. Batu gamping. Batu gamping yang terdapat di wilayah Kabupaten Grobogan terdiri atas 4 jenis batu gamping yaitu : batu gamping klastik, batu gamping non klastik, batu gamping pasieran, dan batu lempung gampingan. b. Tanah liat c. Sebagian besar daerah potensi tanah liat ini adalah areal persawahan, tegalan dan pemukiman. Potensi bahan galian ini paling banyak ditemui di Kecamatan Wirosari. Bahan galian ini merupakan bahan baku utama pembuatan batu bata, genteng, dan keramik. Untuk potensi bahan galian sirtu berasal dari endapan sungai Tuntang dan Sungai Bancak di Kecamatan Kedungjati, Sungai Lusi, serta di perbatasan Kecamatan Wirosari, Kradenan dan Ngaringan
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -22
Eksploitasi
lingkungan akan menyebabkan dampak terhadap kualitas
lingkungan hidup yaitu menurunnya daya dukung lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan 3 macam krisis yang sangat serius dan berdampak luas dan mendalam bagi kehidupan, yaitu krisis air, pangan dan energi. Oleh sebab itu apabila tidak ditangani secara bijaksana, situasi ini akan membawa konsekuensi pada perilaku eksploitasi atas SDA yang semakin tak terkendali. Upaya yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam upaya mengurangi tekanan kegiatan pertambangan terhadap kerusakan lingkungan adalah : a. Program Jangka pendek 1. Menentukan zonasi lahan yang boleh ditambang tanpa syarat, boleh ditimbang dengan syarat, ataupun tidak boleh ditambang 2. Melakukan sosilalisasi zonasi lahan penambangan kepada masyarakat sekitar lokasi penambangan 3. Mengidentifikasi penambangan berdasarkan zonasi tersebut b. Program Jangka Menengah 1. Mewajibkan penambangan yang berada pada zonasi tidak dilarang penambangan untuk mempunyai Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) yang dilengkapi dengan keterangan biaya jaminan reklamasi, batas kedalaman penggalian, desain bentuk akhir lahan dan rencana reklamasi yang akan dilaksanakan 2. Dalam penerbitan SIPD oleh pejabat yang berwenang, penambang harus dapat menunjukkan dokumen UKL/UPL/Amdal yang ditandatangani oleh pengusaha atau pemrakarsa 3. Melakukan komitmen bersama tentang hak dan kewajiban untuk pengelolaan lahan galian golongan C dari pemrakarsa penambang masyarakat pemilik lahan, masyarakat di sekitar lokasi penambangan dan pemerintah dalam rangka untuk menghadapi konflik-konflik yang mungkin terjadi 4. Melaksanakan reklamasi lahan yang dilakukan oleh pengusaha penambangan.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -23
c. Program Jangka Panjang 1. Melakukan perubahan Perda DATI I Jawa Tengah no 6 tahun 1995 tentang usaha pertambangan bahan galian golongan C di Propinsi Jawa Tengah yang disesuaikan dengan pelaksanaan otonomi daerah. 2. Penyusunan Perda Kabupaten Grobogan tentang Pertambangan Bahan Galian Golongan C, yang disesuaikan dengan UU RI no 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
3.7
ENERGI Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia pada saat ini adalah bahan bakar fosil. Selain dapat merusak lingkungan kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini juga tidak dapat terbarukan dan juga tidak berkelanjutan keberadaannya. Pemakaian kendaraan bermotor yang menggunakan BBM yang berada di wilayah Kabupaten Grobogan dapat diketahui dari tabel 3.13 dan gambar 3.11 berikut ini : Tabel 3.13 Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Grobogan Tahun 2007-2011
Jenis Kendaraan Bus Truk Angkutan Barang Kendaraan penumpang Mobil Dinas Mobil Pribadi Sepeda Motor
2007 409 2598
2008 409 2598
2009 439 2340
2010 439 2340
2011 Rata Maksimum Minimum 439 423,4 439 409 2340 2487 2598 2340
2535
2535
2500
2500
2500
2517,2
2535
2500
3849 186 1157
3849 186 1157
502 247 1185
502 247 1185
502 247 1185
2468,4 210,2 1144,4
3849 247 1185
502 185 1038
128455
128455
166426
166426
166426
141588,8
166426
118182
Sumber: Buku Grobogan dalam Angka 2012
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -24
Gambar 3.11 Diagram Jumlah Kendaraan Bermotor Kabupaten Grobogan Tahun 2007 – 2011
Tabel 3.14 Jumlah Kendaraan Menurut Jenis BBM yang Digunakan Kabupaten Grobogan Tahun 2011 No
Jenis Kendaraan
1 2
Beban (Tronton/Trailer) Penumpang Pribadi Penumpang Pribadi yang diuji Penumpang Umum/Angkot Bus Besar Pribadi Bus Besar Umum Bus Kecil Pribadi (Sedang) Bus Kecil Umum Truk Besar Truk Kecil (Sedang/Pick Up) Roda Tiga Roda Dua Total
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah Kendaraan Premium Solar 66 5 58 178 108 351 50 9 79 419 2.745 1.202 5.080 156.990 165.344 7.427
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -25
Gambar 3.12 Diagram Jumlah Konsumsi BBM Untuk Kendaraan Bermotor (Liter/tahun) Kabupaten GroboganTahun 2010-2011
Bahan bakar yang dipakai dan jumlah kendaraan yang eksisting lebih besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Grobogan merupakan
jalur
antara Solo – Kudus atau Solo – Semarang dan Kabupaten Ngawi – Semarang. Besarnya penggunaan bahan bakar fosil akan menambah beban tekanan terhadap lingkungan terutama untuk unsur Pb, CO, SO2 dan NO2. Upaya yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan antara lain : 1. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kendaraan bermotor terutama yang berkaitan dengan gas buang. 2. Melaksanakan perbaikan jalan sehingga transportasi dapat lancar 3. Melakukan efisiensi penggunaan kendaraan pribadi 4. Melakukan pembuatan hutan kota yang berfungsi menangkap cemaran kendaraan bermotor 5. Pembuatan jalur alternatif luar kota, sehingga beban cemaran udara di kota dapat dikurangi
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -26
3.8
TRANSPORTASI Jalan merupakan sarana menunjang transportasi yang paling utama. Kabupaten Grobogan adalah kabupaten yang dilewati jalur menuju ke Kota Semarang. Untuk itu Kabupaten Grobogan memiliki jalan propinsi sepanjang 190,740 km , jalan kabupaten sepanjang 829 ,71 km. Dan Jaln kota 53,29 km . seperti yang tercantum dalam tabel 3.15 Tabel3.15. Panjang Jalan Menurut Kewenangan Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 No.
Jenis Kewenangan
Panjang Jalan (Km)
1.
Jalan Nasional
Tidak ada
2.
Jalan Provinsi
Tidak Berwenang
3.
Jalan Kabupaten
4.
Jalan Kota
Sumber
(190,740 ) 829,71 53,39
: Tabel SE -20 Buku Data SLHD 2012
Dalam melengkapi sarana transportasi umum, di Kabupaten Grobogan terdapat 6 buah terminal dengan 5 terminal dengan kategori C dan 1 terminal dengan kategori B dengan terminal induk yaitu Terminal Purwodadi yang memiliki luas 22.000 m2. tercantum dalam tabel 3.16. Kabupaten Grobogan tidak memiliki sarana pelabuhan dan sarana bandara
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -27
Tabel 3.16. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum Kabupaten : Grobogan Tahun Data : 2011 N Tipe Nama Terminal Lokasi**) o. Terminal*) 1 Terminal Induk Purwodadi B Jl. Gajah Mada - Purwodadi 2 3 4 5
Terminal Angkot Terminal Wirosari Terminal Godong
C C C
Luas Kawasan (Ha) 22.000 m²
Jl. A . Yani - Purwodadi Jl. Purwodadi - Blora Jl. Purwodadi - Semarang
450 m² 600 m² 1.800 m²
Terminal Gubug C Jl. Purwodadi - Semarang 6 Terminal Sulur C Sulursari Total Sumber : Tabel SE 21 Buku DataSLHD 2012
3.9
12.551 m² 500 m² 37.901 m²
PARIWISATA Pariwisata merupakan salah satu komoditi penyumbang devisa daerah yang menjanjikan. Kabupaten Grobogan memiliki beberapa objek wisata potensial yang mulai dikembangkan. Objek-objek wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 3.17 Tabel 3.17. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung, dan Luas kawasan Kabupaten : grobogan Tahun Data : 2011
1.
BLEDUK KUWU
Jumlah Luas Jenis Obyek Wisata Pengunjung (orang Kawasan per tahun) (Ha) WISATA ALAM 26030 45
2.
WADUK KEDUNG OMBO
WISATA BUATAN
61373
4
3.
GOA LAWA GOA MACAN
WISATA ALAM
2741
2,5
No.
Nama Obyek Wisata
Sumber : Tabel SE-24 Buku Data SLHD 2012
.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -28
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa objek wisata dengan pengunjung terbanyak adalah Kedungombo dengan jumlah kunjungan 61.373 orang pada tahun 2011. Kegiatan pariwisata di Kabupaten Grobogan masih didominasi oleh wisata alam. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat tekanan terhadap lingkungan alam. Selain itu, hal ini juga berpengaruh terhadap hunian kamar penginapan/ hotel. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan adalah : 1. Meningkatkan wisata berbasis alam,misalnya goa, hutan, dan air 2. Melakukan identifikasi lokasi hotel dan melakukan pengawasan pengelolaan limbahnya 3. Melakukan wajib Amdal atau UKL/ UPL bagi rencana pendirian hotel baru.
3.10
LIMBAH B3 Menurut PP RI No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disebutkan pengaturan pengelolaan B3 bertujuan unuk mencegah dan atau mengurangi resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di Kabupaten Grobogan terdapat izin penimbunan sementara Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilakukan oleh PT. Japfa. Oleh sebab itu agar tidak berpengaruh terhadap lingkungan hidup secara umum perlu memperhatikan lokasi dan penyimpanan B3.
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -29
Buku laporan SLHD Kabupaten Grobogan Tahun 2012
III -30