BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN
3.1 Kondisi Umum Sebagai wilayah perkotaan, Kota Bogor memiliki potensi sumber daya lahan pertanian yang semakin berkurang karena adanya berbagai kepentingan baik untuk pembangunan sarana/prasarana, perumahan dan fasilitas umum lainnya.
Walaupun demikian secara umum Kota Bogor masih memiliki
potensi pertanian yang cukup besar untuk pengembangan tanaman pangan/hortikultura, peternakan dan usaha perikanan.
Potensi luas lahan pertanian seluas
3.125 Ha, terdiri atas lahan sawah
seluas 750 Ha dan lahan bukan sawah seluas
2.375 Ha.
Lahan bukan
sawah terdiri atas tanah tegalan/kebun, ladang, perkebunan, hutan rakyat, kolam/empang dan lahan pekarangan yang ditanami tanaman pertanian. Keterbatasan lahan tersebut merupakan sumber daya potensial untuk budidaya pertanian yang meliputi tanaman pangan/hortikultura, sentra tanaman hias, budidaya ternak kecil, unggas dan ikan hias/pembibitan ikan konsumsi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di Kota Bogor secara umum menyangkut alih fungsi lahan pertanian, adanya penyakitpenyakit ternak yang dapat menurunkan tingkat produksi ternak dan berpotensi menular ke manusia (zoonosis), masih lemahnya penguasaan teknologi sektor pertanian/perikanan/peternakan di tingkat petani/pelaku, food
security
keterbatasan
produk-produk
lahan
produksi
pertanian/perikanan/peternakan
yang
menyebabkan
intervensi
dan
program
pertanian mengarah kepada sub sektor pengolahan hasil dan pemasaran.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
13
Kondisi umum pelayanan penyelenggaraan pemerintahan pada masingmasing urusan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kota Bogor dapat diuraikan sebagai berikut: 3.1.1 Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Pelaksanaan kegiatan di bidang tanaman pangan dan hortikultura dibatasi oleh jumlah lahan pertanian sehingga diperlukan optimalisasi lahan pertanian yang ada.
Kegiatan ditujukan untuk peningkatan
produksi pertanian melalui optimalisasi pengembangan, penanganan dan pengolahan, mutu serta ketersediaan komoditi olahan yang berdaya saing dan peningkatan sarana dan prasarana pertanian, pengendalian pemasaran
hama
hasil
dan
penyakit
produksi
tanaman
pertanian.
dan
Beberapa
peningkatan
kegiatan
yang
dilaksanakan diantaranya :
1. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan dilakukan dalam rangka penyediaan kebutuhan bahan pangan lokal. keterbatasan lahan pertanian, maka dilaksanakan
Dengan
intensifikasi
dengan penerapan teknologi, sebagai berikut :
Metode System Rice of Intensification (SRI) Penanaman padi dengan mengurangi air dan benih.
Pencarian bibit unggul sehingga produktivitas yang tinggi dan mutu beras yang baik.
2. Peningkatan pengembangan
produksi kawasan
hortikultura intensif
untuk
dilakukan
dengan
buah-buahan
dan
tanaman hias. Buah-buahan yang dikembangkan adalah jambu biji getas merah.
Lokasi budidaya mencakup lahan seluas
± 91 Ha yang tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Sukaresmi, Sukadamai, Kencana, Mekarwangi dan Kayumanis di Kecamatan Tanah Sareal.
Selain peningkatan produksi juga dilakukan
kegiatan peningkatan nilai tambah produk pertanian yaitu juice jambu biji dengan sentra pengolahan berada di KWT Turi Kelurahan Sukaresmi. Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
14
3. Peningkatan produktivitas juga dilakukan dengan pengembangaan kawasan inisiatif yaitu untuk komoditi biofarmaka yaitu jahe.
4. Produk pertanian lainnya yang sedang dikembangkan adalah bermacam-macam olahan dari talas seperti dodol talas, keripik talas, ice cream talas dan lain-lain. Produk olahan lainnya adalah keripik pisang, singkong, manisan buah-buahan, nata de aloe dan produk biofarmaka.
5. Dukungan terhadap kegiatan lintas instansi dilakukan dengan pembinaan teknis dan pemberian bantuan bibit tanaman sayuran, toga dan tanaman biofarmaka untuk kegiatan lomba kelurahan, lomba 10 Program PKK, lomba P2WKSS, program kerja TNI, peringatan hari bumi, sekolah adiwiyata dan lain-lain.
6. Pengembangan produksi juga dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana.
Pada Tahun 2009 dilakukan rehabilitasi
STA Pisang Rancamaya sehingga diharapkan sarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bogor ini dapat difungsikan secara optimal sebagai sentra budidaya dan pemasaran komoditi pisang serta produk olahannya. Rencana ke depan STA Rancamaya akan mengembangkan komoditi Pisang dan Ikan menjadi tempat wisata agro, tempat wisata ilmiah dan wisata keluarga.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
15
3.1.2 Bidang Peternakan Pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan diarahkan peningkatan produksi pertanian, untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan asal hewan (daging, telur, susu serta hasil olahan bahan asal hewan), pencegahan/pemberantasan penyakit hewan dan penyakit yang berpotensi menular ke manusia serta pemenuhan keamanan dan kehalalan produk asal hewan (aman, sehat, utuh dan halal untuk dikonsumsi masyarakat). Beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
1.
Pencegahan dan penanganan (pengendalian) penyakit hewan atau penanganan kesehatan hewan.
Kegiatan
yang
rutin
dilaksanakan
adalah
vaksinasi/
pengobatan terhadap hewan dan ternak yang dipelihara oleh masyarakat,
dalam
upaya
pencegahan
dan
pengendalian
penyakit hewan ternak yang bersifat menular zoonosis.
Vaksinasi dilaksanakan sebagai pencegahan dan upaya memutus
penularan
penyakit
hewan/ternak
diantaranya
:
penyakit avian influenza (AI), rabies, antrax, dan brucellosis. Populasi hewan penular rabies sebanyak 2.028 ekor (anjing 1.540 ekor, kucing 387 ekor dan kera 101 ekor) dan populasi unggas sebanyak 439.298 ekor (ayam buras, ayam petelor, itik, ayam broiler dan burung).
Pengawasan lalu lintas
hewan/ternak sebagai upaya
pencegahan dilakukan terhadap hewan/ternak yang masuk atau keluar wilayah Kota Bogor (hewan kesayangan dan ternak potong) seperti halnya anjing, kucing, unggas hias, ternak peliharaan/sapi perah dan ternak yang akan di potong untuk keperluan pemotongan di RPH/RPU dan keperluan pemotongan Idul Qurban. Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
16
Pengawasan kesehatan hewan yang berhubungan dengan reproduksi,khususnya
pada
sapi
perah
dilakukan
dengan
Inseminasi Buatan (IB) selain sebagai upaya perbaikan genetik juga merupakan upaya peningkatan kesehatan indukan sebagai sumber produksi air susu.
2.
Peningkatan Mutu Pelayanan Pemotongan Hewan (Penyediaan Produk Daging)
Sebagai upaya peningkatan pelayanan penyediaan daging antara lain adalah penyediaan tempat pemotongan hewan (RPH).
Pada
tanggal
5
Juni
2009
telah
dilaksanakan
relokasi/pemindahan kegiatan pemotongan sapi/kerbau dari RPH yang lama di Jalan Pemuda ke RPH yang baru di Jalan KH. Abdulah bin Nuh Kelurahan Bubulak, yang merupakan RPH terpadu. Selain merupakan tempat pemotongan sapi/kerbau juga secara bertahap dilengkapi dengan tempat pemotongan unggas dan tempat pemotongan kambing/domba.
Fasilitasi tempat pemotongan hewan ini merupakan upaya perbaikan karena RPH Jalan Pemuda sudah berada di tengah pemukiman padat penduduk, sehingga limbahnya berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Produk pangan asal hewan harus memiliki kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) sehingga aman di konsumsi masyarakat. Upaya perbaikan tempat pemotongan (sapi dan unggas) serta perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pemotongan termasuk peralatan pemotongan , lingkungan pemotongan dan pelaku proses penanganan pemotongan serta tata
laksana
pemotongan
secara
bertahap
dilakukan
pembenahan.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
17
3.
Pengawasan Peredaran dan Pemasaran Bahan Pangan Asal Hewan (BPAH)
Pangan
asal
hewan
seperti
halnya
daging
dan
susu,
peredaran dan pemasarannya dilakukan pengawasan melalui pemeriksaan secara organoleptik di pasar-pasar tradisional maupun swalayan dan loper/penjual susu. Pemeriksaan juga dilakukan
melalui
pengujian
di
laboratorium
bekerjasama
dengan Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan
(BPMPP)
kementerian Pertanian.
Kegiatan yang dilakukan juga berupa penataan kios daging dengan membuat contoh kios daging di pasar tradisional, ruko dan
penjualan
daging
khususnya
daging
ayam
dengan
menggunakan motor dengan memakai box yang pemasarannya langsung
ke
pemukiman
masyarakat,
sebagai
upaya
percontohan kepada pedagang daging dan masyarakat.
4.
Rencana ke depan akan membuat tempat penjualan daging (meat shop) di lokasi komplek RPH Bubulak, penataa komplek RPH Bubulak menjadi tempat wisata Agro sebagai tempat wisata ilmiah
dan
peternakan
wisata sapi
keluarga.
perah
di
Selain
Kebon
itu
Pedes
penataan di
lokasi
fasilitasi
oleh
Kementerian Pemukiman dan Prasarana Wilayah juga akan dii kembangkan menjadi lokasi wisata agro.
5.
Dalam rangka menunjang program Bogor Kota Halal dilakukan sosialisasi untuk mendorong kesadaran pelaku usaha di Kota Bogor
khususnya
konsumen
produk
pangan
untuk
melaksanakan sertifikasi dan labelisasi halal terhadap produkproduk
yang
dihasilkannya
sehingga
memberikan
jaminan
kepastian status halal bagi produk yang beredar di Kota Bogor. Selain itu masyarakat dapat mengetahui/memilih produk pangan yang halal di antara seluruh produk yang beredar di Kota Bogor. Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
18
3.1.3 Bidang Perikanan Pelaksanaan
kegiatan
di
bidang
perikanan
diarahkan
untuk
meningkatkan produksi hasil perikanan dalam rangka peningkatan, memenuhi
sebagian
kebutuhan
pangan
(ikan)
masyarakat,
meningkatkan nilai tambah produk perikanan melalui pengolahan hasil, fasilitasi sarana & prasarana
serta meningkatkan jejaring
pasar produk perikanan Kota Bogor. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan diantaranya :
1. Pengembangan Budidaya Ikan Hias Usaha ikan hias merupakan usaha yang memiliki multiplier effect, baik terhadap pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja, tidak memerlukan lahan yang luas dan dapat menciptakan usahausaha baru. Jenis ikan hias yang dibudidayakan di Kota Bogor sebanyak ± 100 jenis ikan.
Namun dari jumlah tersebut yang
dominan dibudidayakan oleh para pelaku usaha sebanyak ± 40 jenis. Pada Tahun 2005 dibangun Terminal Agribisnis (TA) Ikan Hias di Kelurahan Rancamaya yang berfungsi sebagai fasilitas terpadu budidaya dan pusat pemasaran ekspor ikan hias. Fasilitasi pemasaran ikan hias juga didukung oleh Depo Ikan Hias di jalan Bina Marga yang dibangun pada Tahun 2006. Lokasi depo ini sangat strategis karena dekat jalan tol JAGORAWI (Jakarta Bogor Ciawi) serta dekat dengan terminal bus/angkot Jakarta – Bogor.
Tujuan pembangunan Depo Pemasaran Ikan Hias ini
adalah untuk memberikan pelayanan kepada pedagang dan konsumen dalam bertransaksi supaya lebih sistematis, rapi dan nyaman.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
19
2. Pengembangan Budidaya Ikan Konsumsi Pengembangan usaha perikanan konsumsi di kolam lebih banyak diarahkan untuk penyediaan benih jenis ikan yang menghasilkan produk yang dapat diserap pasar lokal dan sekaligus untuk penyediaan
kecukupan
gizi
masyarakat,
serta
dapat
meningkatkan pendapatan. Pada tahun 2006 telah diprogramkan pembangunan sub sektor perikanan secara simultan mulai dari pengembangan usaha pembenihan, pendederan, pembesaran dan pemasaran. Kegiatan difokuskan pada penataan sistem dan pembangunan prasarana dasar yaitu pembangunan Balai Benih Ikan Skala Kecil (lokasi di Kelurahan Kencana). Kegiatan ini akan mendorong pertumbuhan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) disetiap daerah potensial yang merupakan
langkah
strategis
untuk
memacu
peningkatan
pembangunan perikanan di Kota Bogor.
3. Potensi pengolahan Hasil Perikanan Produk olahan ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan nilai tambah produk ikan itu sendiri.
Beberapa produk olahan ikan
yang ada di Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1) Baby fish (ikan balita) yaitu produk olahan yang bahan bakunya merupakan anakan ikan; 2) Pindang ikan; 3) kerupuk kulit ikan; 4) dendeng ikan; 5) fillet ikan dan 6) abon ikan.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
20
3.2 Evaluasi dan Analisis Berdasarkan gambaran kondisi saat ini, permasalahan dan kondisi yang diharapkan ke depan, diperlukan Pertanian
Kota
Bogor.
strategi pencapaian visi dan misi Dinas
Strategi
tersebut
lingkungan internal dan eksternal
dilakukan
dengan
analisis
(SWOT Analisis). Lingkungan internal
meliputi Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Lingkungan eksternal meliputi Peluang (Oppurtunities) dan Ancaman (Threats). Masingmasing kondisi lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut : 1.
Lingkungan Internal KEKUATAN (S): 1).
Adanya sarana dan fasilitas yang dimiliki Dinas Pertanian untuk mendukung pengembangan agribisnis perkotaan
2).
Adanya potensi lahan (lahan basah, lahan kering, kolam dan pekarangan), potensi sumber daya manusia dan kelembagaan serta teknologi
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
agribisnis perkotaan 3).
Adanya
Peraturan
Daerah
pelayanan
bidang
pertanian
dan
pemotongan hewan (RPH) untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat KELEMAHAN (W): 1).
Perlunya
peningkatan
kemampuan
manajerial,
teknis
dan
penerapan teknologi tepat guna baik di tingkat aparat maupun kelembagaan tani 2).
Masih
lemahnya
kemampuan
petani/kelompok
tani
dalam
mengakses permodalan, jejaring pasar dan sistem kemitraan untuk meningkatkan posisi tawar petani 3).
Belum adanya standar pelayanan untuk memfasilitasi kegiatan usaha
di
bidang
pertanian
tanaman
pangan/hortikultura,
peternakan dan perikanan
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
21
Berdasarkan kondisi internal Dinas Pertanian, dapat disusun matriks evaluasi faktor internal seperti disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal Faktor-faktor Internal
Bobot
Rating
Skor terbobot
Adanya sarana dan fasilitas yang dimiliki Dinas Pertanian untuk mendukung pengembangan agribisnis perkotaan
0,15
2
0,30
0,15
3
0,45
0,20
2
0,40
0,15
3
0,45
0,30
3
0,90
0,05 1,00
2
0,10 2,60
Kekuatan :
Adanya potensi lahan (lahan basah, lahan kering, kolam dan pekarangan), potensi sumber daya manusia dan kelembagaan serta teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan Adanya Peraturan Daerah pelayanan bidang pertanian dan pemotongan hewan (RPH) untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Kelemahan : Perlunya peningkatan kemampuan teknis dan penerapan teknologi tepat guna baik di tingkat aparat maupun kelembagaan tani Masih lemahnya kemampuan petani/kelompok tani dalam mengakses permodalan, jejaring pasar dan sistem kemitraan untuk meningkatkan posisi tawar petani Belum optimalnya penerapan standar pelayanan untuk memfasilitasi kegiatan usaha di bidang pertanian tanaman pangan/hortikultura, peternakan dan perikanan
Total
Matriks evaluasi faktor internal memiliki skor terbobot 2.6 (> 2,5), ini berarti bahwa faktor-faktor internal dalam perencanaan strategis Dinas Pertanian Kota Bogor berada pada posisi yang kuat.
2.
Lingkungan Eksternal PELUANG (O): 1)
Adanya mitra kerja di tingkat pusat maupun pemerintah provinsi serta instansi terkait pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Bogor
2)
Adanya lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang konsen
dalam
pengembangan
teknologi
dan
sumber
daya
pertanian
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
22
3)
Posisi Kota Bogor dapat menjadi pusat perdagangan regional serta memungkinkan untuk memperluas jaringan pemasaran produkproduk
pertanian
ke
wilayah
Ibukota
Jakarta
dan
daerah
sekitarnya ANCAMAN (T): 1).
Berkurangnya lahan pertanian produktif karena adanya alih fungsi lahan oleh berbagai kepentingan
2).
Berkurangnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja
3).
Persaingan pasar
produk pertanian yang
cukup
tinggi dan
berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja dan berusaha di bidang pertanian.
Berdasarkan kondisi eksternal Dinas Pertanian Kota Bogor, dapat disusun matriks evaluasi faktor eksternal seperti disajikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Faktor-faktor Eksternal Peluang : Adanya mitra kerja di tingkat pusat maupun pemerintah provinsi serta instansi terkait pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Bogor Adanya lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang konsen dalam pengembangan teknologi dan sumber daya pertanian Posisi Kota Bogor dapat menjadi pusat perdagangan regional serta memungkinkan untuk memperluas jaringan pemasaran produk-produk pertanian ke wilayah Ibukota Jakarta dan daerah sekitarnya Ancaman : Berkurangnya lahan pertanian produktif karena adanya alih fungsi lahan oleh berbagai kepentingan Berkurangnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja Persaingan pasar produk pertanian yang cukup tinggi dan berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja dan berusaha di bidang pertanian.
Total
Bobot
Rating
Skor terbobot
0,15
3
0,45
0,15
2
0,30
0,20
3
0,60
0,10
1
0,10
0,15
2
0,30
0,25 1,00
3
0,75 2,50
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
23
Matriks evaluasi faktor eksternal memiliki skor terbobot 2.5 (≤ 2,5), ini menunjukkan bahwa strategi perencanaan belum mampu menguasai situasi eksternal
yang
ada.
Secara
keseluruhan,
perencanaan
strategis
membutuhkan kerja keras untuk merealisasikan strategi yang dibuat. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut
di atas
diperoleh strategi umum (indikasi program) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut : 1.
Strategi S-O 1).
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan mitra kerja di tingkat Pusat maupun Provinsi serta instansi terkait dalam pemanfaatan sarana dan fasilitas Dinas Pertanian
2).
Memanfaatkan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi untuk bersama-sama mengkaji dan mengembangkan sarana dan fasilitas menjadi lokasi wisata agro (wisata ilmiah & keluarga).
3).
Mengembangkan sarana dan fasilitas Dinas sebagai lokasi wisata agro dan wisata belanja untuk mendukung Kota Bogor sebagai kota wisata dan perdagangan.
4).
Pemanfaatan potensi sumber daya pertanian/perikanan Kota Bogor melalui kerjasama program dan pembiayaan dengan instansi pusat, provinsi dan lintas instansi di Kota Bogor.
5).
Pemanfaatan potensi sumber daya pertanian/perikanan Kota Bogor melalui kerjasama teknis dan penelitian bersama-sama lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
6).
Pemanfaatan potensi sumber daya pertanian/perikanan sehingga Kota Bogor menjadi pusat perdagangan hasil-hasil pertanian
7).
Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sehingga Peraturan Daerah mengenai Pelayanan Pertanian dan Rumah Potong Hewan dapat segera terwujud
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
24
8).
Menerima saran dan masukan dari lembaga penelitian maupun perguruan tinggi untuk penyempurnaan Perda Pelayanan
9).
Adanya Perda pelayanan akan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
masyarakat
yang
berusaha
di
bidang
pertanian/
perikanan ataupun yang memerlukan pelayanan pemotongan hewan 2.
Strategi W-O 1).
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan mitra kerja di tingkat pusat maupun provinsi serta instansi terkait untuk meningkatkan kemampuan teknis dan penerapan teknologi tepat guna di tingkat aparat maupun petani ;
2).
Memanfaatkan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi sehingga
hasil-hasil
penelitian
yang
bersifat
terapan
dapat
dilaksanakan oleh petani/pelaku usaha (stake holders) ; 3).
Mengembangkan kemampuan petugas pertanian, petani dan pelaku usaha di bidang pengolahan hasil dan pemasaran serta jasa pertanian lainnya untuk mendukung kota pariwisata dan perdagangan ;
4).
Meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja Dinas Pertanian untuk memperluas akses permodalan, pola kemitraan dengan perusahaan swasta sekaligus memperbanyak jejaring pasar ;
5).
Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan
tinggi
sehingga
kemampuan
bisnis/wirausaha
petani/pelaku usaha semakin bertambah ; 6).
Memanfaatkan
posisi
Kota
Bogor
yang
strategis
untuk
mengembangkan bisnis perdagangan dan wisata agro 7).
Mengadopsi
dan
menyesuaikan
standar
pelayanan
dari
pemerintah pusat dan provinsi serta menyesuaikan dengan kondisi sumber daya dan kearifan lokal
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
25
8).
Menerima saran dan masukan dari lembaga-lembaga penelitian maupun perguruan tinggi dalam penentuan standar pelayanan minimal ;
9).
Menyesuaikan
standar
pelayanan
minimal
terhadap
arah
pembangunan pertanian di Kota Bogor yang mendukung terhadap perdagangan dan pariwisata ; 3.
Strategi S-T 1).
Berkurangnya lahan pertanian produktif harus disikapi secara positif dengan mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan fasilitas dinas secara keseluruhan
2).
Peningkatan produktivitas sumberdaya pertanian yang meliputi sumber daya lahan, manusia dan teknologi
sehingga produksi,
potensi dan kearifan lokal dapat dipertahankan ; 3).
Adanya Peraturan Daerah Pelayanan Pertanian dan Pemotongan Hewan akan meningkatkan pelayanan kepada pelaku usaha sehingga kepastian dan kelangsungan bisnis pertanian dapat terus berkembang ;
4).
Pemanfatan sarana dan fasilitas Dinas secara optimal akan meningkatkan provitas sektor primer sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kontribusi sektor primer terhadap perekonomian Kota Bogor ;
5).
Penerapan teknologi tepat guna melalui pola usaha tani produktif dapat mempertahankan tingkat produksi lokal
6).
Adanya Peraturan Daerah mengenai pelayanan pertanian dan pemotongan hewan akan memberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha dan meningkatkan penerimaan pendapatan daerah Kota Bogor ;
7).
Pemanfaatan sarana dan fasilitas secara optimal akan dapat meningkatkan
kualitas
produk
pertanian/perikanan
sehingga
dapat bersaing dengan produk dari luar
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
26
8).
Peningkatan
produktivitas
sumberdaya
pertanian/perikanan
melalui pengolahan hasil, pemasaran dan jasa pertanian akan memberikan nilai tambah serta pengembangan kewirausahaan di tingkat petani/pelaku akan membuka peluang kerja disektor pertanian/perikanan ; 9).
Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada kegiatan usaha tani akan meningkatkan kualitas produk pertanian sehingga mampu bersaing di pasar regional dan nasional bahkan pasar internasional.
4.
Strategi W-T 1).
Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial aparat, pelaku usaha dan petani untuk meningkatkan produktivitas usaha serta mampu mengembangkan usaha melalui pengolahan hasil dan pemasaran
untuk
mengantisipasi
berkurangnya
luas
lahan
produktif pertanian; 2).
Penguatan kelembagaan tani untuk meningkatkan kemampuan akses terhadap permodalan, perluasan jejaring usaha melalui pola kemitraan sehingga ketergantungan terhadap lahan semakin berkurang;
3).
Penetapan standar pelayanan bidang
pertanian memberikan
kepastian berusaha dan kepastian hukum terhadap pelaku usaha sehingga diharapkan alih fungsi lahan bagi kepentingan lain semakin rendah ; 4).
Mengadakan pelatihan keterampilan teknis, manajemen usaha tani dan penerapan teknologi terbarukan sehingga diharapkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kota Bogor akan meningkat ;
5).
Penguatan
kelembagaan
tani,
permodalan,
serta
perluasan
jejaring bisnis pertanian akan membuka peluang kerja dan meningkatkan kontribusi sektor primer ;
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
27
6).
Penetapan standar pelayanan diharapkan akan meningkatkan kualitas
pelayanan
kepada
pelaku
usaha
dan
masyarakat
pengguna jasa pelayanan pertanian/perikanan sehingga bisnis pertanian semakin berkembang ; 7).
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan penerapan teknologi
terbarukan
akan
meningkatkan
kualitas
produk
pertanian/perikanan sehingga mampu bersaing di pasar regional, nasional dan internasional ; 8).
Penguatan modal kelembagaan tani dan kemampuan memperluas jejaring bisnis akan mendorong perbaikan mutu produk sehingga lebih baik dibandingkan produk sejenis dari daerah lain ;
9).
Penerapan standar operasional prosedur akan meningkatkan kualitas dan keamanan produk pertanian/perikanan.
3.3 Prediksi Pelaksanaan Tupoksi 5 Tahun Kedepan Berdasarkan Peraturan Walikota Bogor Nomor 41 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Tata Kerja dan Uraian Tugas Jabatan Struktural di Lingkungan
Dinas
Pertanian,
menyatakan
bahwa
Dinas
Pertanian
merupakan perangkat daerah yang melaksanakan tugas penyelenggaraan urusan teknis di bidang pertanian.
Sebagai wilayah perkotaan, Kota Bogor memiliki potensi sumber daya lahan pertanian yang terbatas karena adanya berbagai kepentingan baik untuk pembangunan sarana/prasarana, perumahan dan fasilitas umum lainnya. Walaupun demikian secara umum Kota Bogor masih memiliki potensi pertanian
yang
cukup
besar
untuk
pengembangan
tanaman
pangan/hortikultura, peternakan dan usaha perikanan serta pengolahan dan pemasaran produk pertanian yang mempunyai nilai tambah.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
28
Pengembangan agribisnis perkotaan yang dicanangkan sejak beberapa tahun yang lalu merupakan alternatif pengembangan sektor pertanian di wilayah perkotaan. Keterbatasan lahan pertanian menyebabkan produksi pertanian
sulit
untuk
ditingkatkan.
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
meningkatkan produktivitas sumberdaya pertanian untuk mempertahankan produksi lokal dan pemanfaatan lahan pekarangan. Pemanfaatan lahan pekarangan dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan sebagai usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga.
Produk-produk pertanian dalam bentuk alaminya bersifat perisable atau tidak tahan lama, oleh sebab itu diperlukan metode untuk mempertahankan daya simpan sekaligus meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki kualitas dengan proses pengolahan hasil. Beberapa produk pengolahan hasil yang sudah dikembangkan diantaranya olahan tanaman pangan dan hortikultura (jus jambu biji, keripik pisang, olahan talas (dodol, keripik, ice cream, tepung dll), manisan buah, buahan, nata de aloe dan sebagainya. Olahan dari produk daging misalnya dendeng, baso, nugget, kerupuk kulit ayam dan lain sebagainya. Produk olahan dari ikan diantaranya fillet ikan, kerupuk kulit ikan, baso ikan, ikan balita dan abon ikan.
Untuk mendukung visi Kota Bogor yaitu ″Kota Perdagangan dengan Sumberdaya Manusia Produktif dan Pelayanan Prima“, Dinas Pertanian memiliki grand strategi melalui pengembangan sektor pertanian berbasis agribisnis. secara
Potensi sumberdaya pertanian/perikanan akan dimanfaatkan
optimal
melalui
peningkatan
produksi/produktivitas
secara
menyeluruh untuk memantapkan ketahanan pangan dan meningkatkan usaha agribisnis.
Renstra Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010-2014
29