Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA 2.1. Lahan dan Hutan 2.1.1. Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan yang meliputi lingkaran fisik, termasuk di dalamnya iklim, topografi, hidrologi tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Secara garis besar penggunaan lahan dapat dikelompokan menjadi : ladang, tegalan, sawah, perkebunan, sarana perhubungan, hutan, industri, pemukiman dan penggunaan lainnya. Pada umumnya, penetapan penggunaan lahan di dasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Pengelolaan lahan yang ramah lingkungan dan penyusunan tata ruang yang tepat, dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan antara lain banjir, kekeringan dan longsor lahan. Lahan bersifat dinamis karena lahan bukan hanya merupakan tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya juga akan sangat berbeda tergantung dari lokasinya. Dengan demikian kemampuan atau daya dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu juga akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sumberdaya lahan dapat dinilai dalam aspek atau atribut yang berbeda dalam pemanfaatannya. Perbedaan dalam cara penilaian lahan ini akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaannya. Seorang petani yang akan memanfaatkan lahan tentu lebih memperhatikan aspek ketersediaan air, kesuburan lahan atau kemudahan untuk diolah, sebaliknya seorang pengembang perumahan akan lebih memperhatikan aspek ruang atau lokasi dari lahan yang bersangkutan. Sehingga, penggunaan lahan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 1
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap lahan sebagai suatu bentang alam. Penggunaan lahan merupakan bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses-proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal. Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya. Pola penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan tempat. Dalam menentukan penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor kelembagaan. Selain itu faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan.
Faktor kelayakan ekonomi adalah seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya.
Perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lainnya yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat
yang sedang
berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 2
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat.
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Kabupaten Sukamara resmi terbentuk tahun 2002 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Secara astronomi, Kabupaten Sukamara terletak pada 2019’ Lintang Selatan sampai dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai dengan 1110 9’ Bujur Timur. Sedangkan secara geografis, Kabupaten Sukamara dibatasi wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat
Luas wilayah Kabupaten Sukamara sebesar 3.827 km2. Karakteristik geologi sebelah barat dan utara merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 - 100 meter dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah selatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa merupakan dataran rendah yang cukup potensial untuk sektor perikanan dan pertanian terutama padi sawah. Secara administratif, Kabupaten Sukamara terbagi atas 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Jelai, Kecamatan Pantai Lunci, Kecamatan Sukamara, Kecamatan Balai Riam, dan Kecamatan Permata Kecubung. Luas daratan terbesar terdapat pada Kecamatan Sukamara dan luas daratan terkecil adalah Kecamatan Balai Riam. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 3
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.1. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Sukamara Menurut Kecamatan Luas (km2)
Kecamatan 1
Jelai
796
2
Pantai Lunci
804
3
Sukamara
4
Balai Riam
539
5
Permata Kecubung
660
1.028
3.827
Jumlah Sumber: Sukamara Dalam Angka 2013
Gambar 2.1. Persentase luas wilayah kecamatan 1,028
1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
796
804 660 539
Jelai
Pantai Lunci
Sukamara
Balai Riam
Permata Kecubung
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 4
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Sukamara
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 5
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
2.1.1.1. Lahan Peruntukan Pertanian Tulang punggung perekonomian di Kabupaten Sukamara adalah pertanian dengan padi menjadi salah satu komoditi utama. Sektor ini juga mempunyai andil cukup besar dalam pendapatan asli daerah dan menyerap banyak tenaga kerja. Oleh karena itu Pemerintah daerah selalu berupaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas pertanian guna tercapainya swasembada pangan di Kabupaten Sukamara. Lahan pertanian dikategorikan menjadi dua macam, yaitu lahan pertanian sawah dan non sawah. Pertambahan penduduk menyebabkan menurunnya luas lahan pertanian. Pada tahun 2008, lahan pertanian Kabupaten Sukamara seluas 3.542,81 Ha, namun pada tahun 2012 turun menjadi 945,84 Ha. Mayoritas penduduk di Kabupaten Sukamara bekerja di bidang pertanian. Karenanya banyak kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian. Namun, sebagian besar merupakan pertanian non sawah yaitu 86.490 Ha. Dari tabel 2.2. dapat kita lihat adanya konversi lahan. Misalnya saja lahan yang tadinya dijadikan sawah irigasi berubah menjadi sawah non irigasi seperti di kecamatan Balai Riam dan Permata Kecubung. Tabel 2.2. Luas wilayah dan penggunaan lahan (Ha) di Kabupaten Sukamara Kecamatan No
1
2
Pertanian (Ha)
Non
Sawah
Sawah Non
Non
Pertanian
Irigasi
Irigasi
Sawah
(Ha)
Jelai
2.695
371
162
47.362
- Kuala Jelai
1.750
350
0
1.300
- Sungai Baru
360
6
72
23.262
- Sungai Bundung
100
0
0
0
- Sungai Raja
350
15
25
0
- Pulau Nibung
135
0
65
22.800
Pantai Lunci
359
1.523
1.055
76.431
- Sungai Damar
77
423
20
9.080
- Sungai Tabuk
250
100
285
31.665
- Sungai Cabang
0
0
500
9.300
Kelurahan/Desa
Barat
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 6
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
3
- Sungai Pasir
32
1.000
250
26.386
Sukamara
451
2.254
24.032
66.541
- Mendawai
0
0
100
0
300
300
1.200
11.600
- Pudu
0
12
600
9.488
- Padang
0
325
36
28.339
- Kartamulia
46
30
8.250
6.474
- Sukaraja
0
100
0
0
105
1487
12.186
0
- Petarikan
0
0
1.660
10.640
Balai Riam
4
136
53.185
575
- Jihing
0
32
7.463
5
- Air Dua
0
50
9.325
25
- Bukit Sungkai
0
15
1.879
206
- Lupu Peruca
0
25
15.548
27
- Sekuningan Baru
4
5
1.059
32
- Balai Riam
0
5
7.675
20
- Bangun Jaya
0
2
1.842
256
- Pempaning
0
2
8.394
4
Permata Kecubung
1
300
8.056
17.316
- Natai Kondang
0
0
800
300
- Ajang
0
0
300
8300
- Laman Baru
0
300
756
316
- Kenawan
0
0
4.000
8.000
- Semantun
0
0
600
300
- Sembikuan
1
0
0
0
- Nibung Terjun
0
0
1.600
100
Jumlah
3.510
4.584
86.490
208.225
- Natai Sedawak
- Pangkalan Muntai
4
5
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara, 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 7
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.3. Persentase Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Sukamara
208,225
225,000 200,000 175,000 150,000 125,000 100,000 75,000 50,000 25,000 0
86,490
3,510
4,548
Pertanian sawah irigasi
Pertanian sawah non irigasi
Pertanian non sawah
non pertanian
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara, 2013
2.1.1.2. Lahan Peruntukan Perhubungan Tranportasi merupakan sektor yang memiliki nilai kepentingan yang cukup besar terhadap peningkatan nilai ekonomi, dalam hal ini jasa dan retribusi daerah. Masalah transportasi dikabupaten satu dari sekian banyak permasalahan pembangunan yang dihadapi, yaitu terbatasnya infrastruktur/sarana dan sarana perhubungan darat, laut dan udara. Namun demikian perbaikan sarana dan prasarana selalu dilakukan demi kemajuan wilayah Kabupaten Sukamara. Transportasi yang ada di Kabupaten Sukamara meliputi transportasi darat dan air. Untuk transportasi darat cukup memadai dengan adanya kendaraan pribadi yang dimiliki warga masyarakat dan taxi yang digunakan untuk lalu lintas antar kecamatan Kabupaten lain maupun perhubungan untuk mencapai pelabuhan air. Sarana penunjang transportasi darat adalah tersedianya jalan dengan kondisi jalan yang layak untuk dilewati. Hal tersebut penting untuk kegiatan pengangkutan penumpang dan barang. Panjang Jalan Kabupaten terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 panjang jalan kabupaten mencapai 323,48 km, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 373,64 km. Hal ini menunjukkan antara tahun 2008 – 2012 terdapat kegiatan pembuatan jalan baru yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, sehingga tidak ada daerah yang terisolasi. Dengan demikian terjadi pertambahan lahan untuk perhubungan. Berbeda dengan jalan kabupaten, panjang jalan provinsi dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan, yaitu 91,20 km. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 8
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.3. Panjang Jalan menurut Jenis Jalan (km) Tahun 2008 – 2012 No Jenis Jalan 2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
1
Jalan Negara
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2
Jalan Provinsi
91,20
91,20
91,20
91,20
91,20
3
Jalan
323,48
333,48
346,32
359,54
373,64
414,68
424,68
437,52
450,74
464,84
Kabupaten Jumlah
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2013
2.1.1.3. Lahan Peruntukan Perindustian Kabupaten Sukamara memiliki potensi perkebunan yang cukup besar, yang pada saat ini didominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Areal tanam dan manajemen pengelolaannya dimiliki oleh perusahaan swasta. Adapun distribusi hasil olahannya yang berupa CPO. Di Kabupaten Sukamara terdapat 6 perusahaan sawit
yang
memiliki area perkebunan sawit, yaitu PT. SR (Sungai Rangit), PT. KSK (Kalimantan Sawit Kusuma), PT. GCM (Graha Cakra Mulia), PT. HHK (Harapan Hibrida Kalbar), PT. SKM (Sukses Karya Mandiri) dan PT. SMG (Sumber Mahardika Graha), dari 6 perusahaan tersebut yang memiliki pabrik kelapa sawit hanya empat yaitu PT. SR, PT. KSK, PT. GCM, PT. HHK. Sebagian besar industri di Kabupaten Sukamara masih bersifat home industri yang masih memakai rumah pribadi sebagai area produksi. Meskipun begitu sudah ada beberapa investor yang berminat membuat pertambangan di Kabupaten Sukamara. Karena adanya beberapa daerah yang memiliki tambang, seperti bauksit dan biji besi. Tahap saat ini, para investor masih melakukan eksplorasi belum eksploitasi. Sektor pertambangan di Kabupaten Sukamara memiliki beberapa jenis yang merupakan jenis bahan galian C, ini merupakan potensi yang sangat baik bagi perkembangan daerah di kedepan. Terdapat beberapa bahan tambang potensial yang diketahui saat ini di Kabupaten Sukamara yaitu Kaolin, Pasir Kuarsa, Kristal Kuarsa, Batuan Beku / Batu belah, Zircon, Bauksit.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 9
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
a)
Kaolin, merupakan salah satu jenis mineral industri keramik. Kebutuhan lain untuk kaolin dengan kualitas baik adalah untuk industri farmasi dan kosmetika. Kaolin berkadar 30 % (AI2O3) terbentuk dari hasil proses dekomposisi dan merupakan pelapukan dari batuan yang kaya akan silikat aluminium. Kaolin sendiri di Kabupaten Sukamara terdapat di Kecamatan Jelai tepatnya di Desa Sei tabuk dan Sei Pinang.
b) Pasir Kuarsa berkadar 98 % (SiO2) merupakan bahan gelas dan kaca. Terbentuk dari endapan sediment dengan ukuran butir pasir dan mempunyai komposisi dominant kristal kuarsa. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk pasir kuarsa saat ini meningkat terutama untuk bahan industri gelas. Pasir kuarsa sebagai bahan mentah dan industri gelas merupakan satu peluang untuk memperluas ekspor didaerah. Endapan utama pasir kuarsa berada di Kecamatan Balai Riam dan Jelai, tepatnya di desa Ajang dan Sei Tabuk dengan sumber daya hipotetik 764.000 m2 dan volume cadangan 1.191.840 m3. c) Kristal Kuarsa/Batu Kecubung. Di Kalimantan Tengah dikenal 3 macam kristal kuarsa yaitu yang berwarna ungu, putih dan kecoklatan (istilah pasar menyebutnya kecubung). Jenis ini telah lama diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Sukamara. Lokasi endapan kristal kuarsa di Kabupaten Sukamara terdapat di daerah Ajang dan karena sifatnya yang sporadic maka data pasti tentang cadangan ataupun jumlah produksinya belum diketahui dengan pasti. d) Batuan Beku / Batu belah. Batuan beku adalah hasil pembekuan magma berkomposisi asam sampai basa. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
2.1.1.4. Lahan Peruntukan Pemukiman
Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2013 adalah 58.443 ribu jiwa. Pertumbuhan pendudukan pada tahun tersebut 2,1 persen. Angka pertumbuhan penduduk akan menjadi lebih besar untuk tahun-tahun selanjutnya karena Kabupaten Sukamara menjadi daerah tujuan transmigrasi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 10
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Lahan hutan yang ada di Kabupaten Sukamara mengalami perubahan fungsi untuk menjadi lahan permukiman. Luas area hutan semakin berkurang dan lahan permukiman semakin bertambah.
2.1.1.5. Lahan Peruntukan Lainnya Masih banyak lahan di wilayah Sukamara yang belum tergarap, lahan-lahan tersebut berupa rawa-rawa gambut di daerah tepian sungai, dari lahan tersebut masih banyak yang dibiarkan begitu saja dan ada yang di pakai sebagai tempat pemelihara hewan masyarakat/ penduduk sekitar. Sebagian besar wilayah Sukamara berupa sungai dan rawa-rawa gambut. Banyak lahan di dekat daerah sungai yang digunakan sebagai tempat
budidaya
perikanan.
Budidaya
ikan
tersebut
menjadi
mata
pecarian/penghasilan masyarakat, dari hasil budidaya Ikan-ikan tersebut dijual di pasar tradisional. Sehingga kegiatan ini mendukung perekonomian masyarakat. Selain itu, potensi lahan rekreasi juga banyak terdapat di Kabupaten Sukamara tapi belum dapat dikembangkan. Tempat-tempat yang menjadi tujuan pariwisata antara lain: Pantai Tanjung Nipah, Pantai Sungai Remis, Danau Burung, dan Bukit Patung. Banyaknya tempat-tempat tujuan wisata di menunjukkan bahwa pariwisata mampu mendukung pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sukamara.
2.1.2. Hutan Hutan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pengendalian daur air, erosi dan longsor lahan, hutan juga merupakan suatu tempat atau lahan yang ditumbuhi pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan merupakan karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal. Berdasarkan peruntukan atau fungsinya, ada beberapa klasifikasi hutan yaitu:
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 11
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
-
Hutan Lindung Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga keteraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk
mengatur
iklim
(fungsi
pencematan udara seperti CO
2
klimatologis)
sebagai
penanggulang
(karbon dioksida) dan CO (karbon
monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai. -
Hutan Wisata Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan/binatang langka agar tidak musnah/punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
-
Hutan Konversi Hutan konversi adalah hutan produksi yang dicadangkan untuk dilepas guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk.
-
Hutan Produksi / Hutan Industri Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon dengan sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 12
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Sesuai SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, Kabupaten Sukamara memiliki hutan seluas 327.616,8836 Ha yang terdiri atas:
suaka margasatwa: 30.952,0811 Ha
hutan produksi: 137.462,0101 Ha
hutan produksi terbatas : 21.892,6886 Ha
hutan produksi konversi: 68.692,7971 Ha
hutan kota: 60,00 Ha
areal penggunaan lainnya: 68.557,3067 Ha
Gambar 2.4. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya Kabupaten Sukamara
60
68,557.31
30,952.08
Suaka Margasatwa Hutan Produksi
68,692.80
137,522.01
Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Konversi
21,892.69
Hutan Kota Areal Penggunaan Lainnya
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sukamara, 2013 2.1.2.1. Hutan Konversi
Ada beberapa wilayah hutan di Kabupaten Sukamara yang dicadangkan untuk dilepas guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk. Sesuai dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, luas hutan konversi di Kabupaten Sukamara adalah 68.692,7971 Ha.
2.1.2.2. Hutan Lindung
Hutan lindung mempunyai fungsi khusus sebagai pelindung tata air, pencegah erosi, banjir, abrasi pantai, Hutan lindung di Sukamara terletak di Desa Balai Riam, yaitu Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 13
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Bukit Patung. Hutan ini memiliki berbagai vegetasi dan binatang-binatang yang dilindungi. Keberadaan hutan lindung Bukit Patung memberikan keuntungan bagi masyarakat Sukamara, seperti terlindunginya vegetasi langka. Selain itu, hutan lindung dapat berfungsi sebagai daerah resapan air hujan karena letak Bukit Patung yang termasuk daerah hulu Sungai Jelai.
2.1.2.3. Hutan Produksi
Berdasarkan Sukamara Dalam Angka 2013 jumlah seluruh hutan produksi di kabupaten Sukamara seluas 228.106,81 ha yang terdiri atas hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Hutan produksi terbatas sebanyak 10 persen dari total seluruh hutan produksi. Sedangkan hutan produksi tetap dan hutan produksi konversi masing-masing seluas 60 persen dan 30 persen dari total seluruh hutan produksi.
Gambar 2.5. Luas Hutan Produksi Kabupaten Sukamara
30%
10%
Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap 60%
Hutan Produksi Konversi
Sumber : Sukamara Dalam Angka 2013
2.1.2.4. Hutan Kota Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 14
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota. Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi dampak cuaca yang tidak bersahabat seperti mengurangi kecepatan angin, mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga memberikan efek pengurangan pemanasan global. Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka hijau. Lahan ini bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk mengimbangi pencemaran udara dan suara bising dari mesin pabrik atau kendaran bermotor. Menurut PP 63 Tahun 2002, hutan kota adalah sebidang lahan yang bertumbuhan pohon pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang luasnya minimal 0,25 hektar, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Sebagai kabupaten pemekaran, Kota Sukamara termasuk dalam kategori kota kecil. Oleh karenanya, permukiman perkotaan dapat dikatakan belum terlalu padat dibandingkan kota-kota besar lainnya. Namun, untuk menjaga kualitas udara perkotaan, dalam pembangunannya Kabupaten Sukamara memiliki area yang dijadikan sebagai hutan kota. Dalam Keputusan Bupati Sukamara No. 133 Tahun 2008 Tentang Penetapan Kawasan Wisata Alam seluas 42 Ha di Kecamatan Sukamara sebagai hutan kota, yaitu: Desa Natai Sedawak seluas ± 30 Ha, Kelurahan Mendawai ± 5 Ha, dan Kelurahan Padang ± 7 Ha.
2.1.3. Lahan Kritis Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 15
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Luas lahan kritis berbeda di tiap kecamatan. Luas lahan kritis terbesar adalah Kecamatan Pantai Lunci, sedangkan luas lahan kritis terkecil adalah Kecamatan Balai Riam. Luas kritis pada Kecamatan Pantai Lunci terbesar karena kondisi geografis Kecamatan Pantai Lunci yang hampir sebagian besar wilayahnya berpasir, tandus, dan bersemak. Gambar 2.6. Luas Lahan Kritis Menurut Kecamatan
14%
15%
8%
Jelai Pantai Lunci 36%
27%
Sukamara Balai Riam Permata Kecubung
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sukamara Data spasial 2008
2.2. KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan, jumlah,
dan
sifat
yang
dapat
ditemukan
pada
makhluk
hidup.
Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun, sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah dan menarik. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 16
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
2.2.1. Keanekaragaman Ekosistem Ekosistem adalah berbagai jenis makhluk hidup yang berinteraksi dengaan lingkungaannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik (iklim, air, tanah, udara, cahaya suhu dan kelembaban) daan lingkungan kimia (salinitas, keasaman dan mineral). Makhluk hidup disebut komponen biotik, lingkungan disebut komponen abiotik. Interaksi dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Suatu tipe ekosistem tertentu mempunyai kombinasi orgaanisme dan unsur lingkungan yang khas, berbeda dengan lsusunan kombinasi faktor-faktor biotik dan abiotik pada ekosistem yang lain. Perbedaan yang demikian disebut keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman komunitas yang terdiri hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Dalam ekosistem, makhluk hidup selalu berinteraksi, baik antar makhluk hidup itu sendiri maupun antara makhluk hidup dengan lingkungannya (faktor abiotik) seperti oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman ekosistem. Dalam
pembangunannya,
Kabupaten
Sukamara
memperhatikan
kelestarian
ekosistem. Salah satunya adalah Danau Burung. Danau Burung memiliki keanekaragaman ekosistem. Kondisi lingkungan yang lestari menjadikan Danau Burung sebagai tempat persinggahan burung-burung liar yang melakukan migrasi. Luas Danau Burung lebih kurang 76.110 Ha.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 17
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.6. Danau Burung sebagai Tempat Persinggahan Burung yang Bermigrasi.
2.2.2. Keanekaragaman Spesies Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada keragaman spesies dalam suatu daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur dengan banyak cara, jumlah spesies dalam suatu daerah sering digunakan sebagai tolok ukurnya. Kabupaten Sukamara memiliki keanekaragaman spesies yang dilindungi baik flora maupun fauna. Sampai saat ini, flora dan fauna baru 22 spesies yang diketahui, dan 18 spesies diantaranya adalah spesies yang dilindungi. Berikut ini jenis tumbuhan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 18
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Tabel 2.4. Flora yang dilindungi No
Nama ilmiah
Nama daerah
1
Rhizophora spp
Bakau
2
Avicennia germinan
Api-api
3
Casuarina equisetifolia
Cemara
4
Hibiscus tiliaceus
Waru
5
Erythrina orientalis
Dadap laut
6
Widelia biflora
Seruni
7
Ipomoea pes-caprae
Katang-katang
8
Cyperus maritima
Teki Laut
9
Terminalia catappa
Ketapang
Nypa fruticans
Nipah
10
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukamara, 2013
Tabel 2.5. Fauna yang dilindungi No
Nama ilmiah
Nama daerah
1
Pongo pygmaeus
Orang Utan
2
Cynogale benneti
Musang Air
3
Manis javanica
Trenggiling
4
Helarctos malayanus
Beruang Madu
5
Tragulus javanica
Kancil
6
Hylobatidae
Owa-owa
7
Hystrix brachyura
Landak
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 19
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
8
Cervus timoresi
Rusa
9
Chitra indica
Labi-labi
10
Crocodylus porosus
Buaya
11
Hylobates sundactilus
Siamang
Sumber : Distanak Kab. Sukamara
2.3. AIR
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi mengikuti suatu siklus hidrologi yaitu suatu siklus yang menggambarkan sirkulasi air secara terus menerus melalui prose alami. Melalui siklus ini, ketersediaan air bagi manusia dan organisme lainnya dapat diperoleh dari 2 sumber, yaitu air tanah dan air permukaan.
- Air Tanah Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable. Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 20
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
- Air Permukaan Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Perairan Darat Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. b. Perairan Laut Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.
2.3.1. Ketersediaan dan Konsumsi Air Pertambahan jumlah penduduk membawa banyak konsekuensi, salah satunya terhadap ketersediaan air. Kemungkinan di tahun-tahun
yang mendatang
ketersediaan air bersih akan berkurang, bahkan dapat mencapai tahap kritis. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk, angka harapan hidup semakin tinggi, dan pemborosan pemakaian air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai satu-satunya perusahan yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Sukamara. Pada tahun 2012, jumlah rumah tangga yang mendapat kebutuhan air bersih sebanyak 153.221. 2.3.2. Kualitas air 2.3.2.1. Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke danau, rawa, laut. Sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial masyarakat. Masyarakat yang tinggal di tepi sungai memanfaatkan sungai dalam keseharian Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 21
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
mereka seperti untuk minum, masak, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga, atau untuk mengairi sawah, budidaya perikanan. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sukamara tinggal di tepi sungai. Ada dua sungai besar yang melintasi Kabupaten Sukamara, yaitu Sungai Jelai dan Sungai Mapam. Sungai jelai memiliki arti penting bagi sebagian besar masyarakat yang hidup di pinggiran sungai. Selain sebagai sumber bahan baku air minum oleh PDAM, dan keperluan rumah tangga lainnya, juga digunakan sebagai jalur transportasi air. Sungai jelai merupakan salah satu sungai yang ada di provinsi Kalimantan Tengah dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan berjalanya proses pembangunan, akan berdampak pada penurunan kualitas air sungai. Penurunan kualitas air sungai umumnya disebabkab oleh adanya kegiatan di bagian hulu dan kegiatan/aktifitas masyarakat sehari-hari dipinggir sungai. Untuk menjaga kualitas air sungai jelai tersebut maka dilakukan pemantauan, dengan melakukan Pengambilan sampel air di lakukan di DAS Jelai di beberapa titik pantau. Secara keseluruhan hasil analisa BOD menunjukkan bahwa sungai jelai Kabupaten Sukamara mengalami peningkatan konsentrasi bahan organik dengan nilai yang lebih tinggi dari ambang batas yaitu 3 mg/l, dengan nilai tertinggi pada simpang mapam-jelai yaitu 20 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa sungai jelai Kabupaten Sukamara terjadi peningkatan kadar organik (BOD) yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable), masih layak untuk peruntukkan usaha perikanan meskipun nilai BOD lebih tinggi dibandingkan dengan ambang batas. Untuk hasil analisa COD pada lokasi simpang mapam-jelai yaitu 80 mg/l dan sedawak hilir yaitu 31 mg/l, hasil ini melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 25 mg/l hal ini disebabkan banyaknya kegiatan manusia di perairan, antara lain aktifitas manusia menggunakan perahu mesin (kapalkapal pengangkut barang dan hasil bumi/CPO) yang memungkinkan terjadinya limpasan minyak dari mesin dan buangan domestik rumah tangga.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 22
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.8. Aktivitas masyarakat di Sungai Jelai
2.3.2.2. Air Laut Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Ada dua kecamatan yang merupakan daerah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Lunci dan Kecamatan Jelai. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut Kabupaten Sukamara dapat dikatakan cukup baik. Hal ini didasarkan dengan tidak adanya lapisan minyak dan bahan pencemar lainnya.
2.4. Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010, yang dimaksud pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 23
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan. Sedangkan udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Pemantauan kualitas udara ambient dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran. Pencemaran terjadi karena adanya sumber pencemar. Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat . Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75 persen) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumbersumber polusi lainnya misalnya pembakaran termasuk pembakaran hutan, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain. Kegiatan pemantauan udara ambient perlu dilakukan untuk mengetahui penurunan kualitas udara, dapaat memperkirakan dampak terhadap lingkungan akibat pencemaran udara, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pemerintah dalam rangka menjaga kualitas udara di Kabupaten Sukamara. Pada musim kemarau, seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan Tengah, di Kabupaten Sukamara juga hampir selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan. Pada bulan Agustus 2013 terjadi kebakaran lahan semak belukar di wilayah Kecamatan Sukamara dan untuk luasan lahan yang terbakar tidak diketahui secara pasti luasan lahan yang terbakar karena lahan yang tebakar tidak pada satu hamparan melainkan banyak tempat/lokasi lahan dan semak belukar yang terbakar. Asap kebakaran hutan tersebut menimbulkan kabut asap pada malam maupun pagi hari. Berikut ini beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 24
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Rawa-rawa menjadi kering di saat musim kemarau, sehingga banyak ikan yang mati.
Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak.
Banyaknya sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan/aktifitas masyarakat dan kegiatan
perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana
perhubungan/transportasi darat maupun sungai yaitu berkurangnya batas pandang.
Terbunuhnya spesies-spesies termasuk spesies endemik/khas di suatu daerah sebelum sempat dikenali/diteliti.
Gambar 2.9. Kebakaran Lahan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara beserta Dinas-dinas terkait selalu gencar mensosialisasikan bahaya dari kebakaran hutan. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan semakin meningkat. Banyak hal/ tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghindari terjadinya kebakaran hutan. Salah satunya adalah tidak membuka lahan baru dengan cara membakar. Pada saat musim kemarau, personil pemadam
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 25
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
kebakaran (Damkar) Sukamara yang berjumlah 30 orang bersiaga penuh sehingga terjadinya kebakaran hutan dan lahan bisa dicegah dan tidak merambah kemanamana. Namun, hal itu tidak mencukupi, tetap dibutuhkan kesadaran warga untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Dalam Kota Sukamara, asap juga bisa berasal dari kebakaran hutan wilayah kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Asap akan hilang apabila terjadi hujan. Berbagai cara telah dilakukan salah satunya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan Instansi terkait membuat hujan buatan untuk mengurangi asap akibat kebakaran hutan dan mencegah kebakaran hutan khususnya wilayah kalimantan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga gencar melakukan sosialisasi kebakaran hutan. Salah satunya adalah dengan keluarnya Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gurbernur Kalimantan Tengah Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembukaan Lahan dan Pekarangan Bagi Masyarakat Kalimantan Tengah.
2.5. LAUT, PESISIR, DAN PANTAI Laut, pesisir, dan pantai sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Wilayah Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang mendapat pengaruh dari sifatsifat laut, seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan dengan vegetasi yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir kea rah laut mencakup bagian atau batas terluar dari daerah paparan benua (continental shelf), dimana cirriciri perairan ini masih dipengaruhi oleh prose salami yang terjadi di adarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan
suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 26
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Oleh karenanya Kabupaten Sukamara memiliki beberapa pantai, yaitu Pantai Kuala Jelai, Pantai Tanjung Nipah, Pantai Tanjung Selaka, Pantai Sungai Ramis, dan Pantai Kampung Baru. Kabupaten Sukamara memiliki pantai sepanjang sekitar 75 km dengan potensi perikanan laut 16.000 ton. Selain pantai, daerah pesisir Kabupaten Sukamara juga terdapat hutan mangrove. Hutan mangrove terdapat di beberapa desa dan ekosistem mangrove terluas terdapat di Desa Sei Pasir. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat obatan, dan lain-lain. Gambar 2.10. Hutan Mangrove di Kecamatan Pantai Lunci
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 27
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikanikan dan makhluk laut sebagai penghuninya. Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap. Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae. Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Terumbu karang memberikan manfaat yang luar biasa kepada bumi dan seisinya. Manfaat terumbu karang bagi manusia adalah pelindung pantai dari hempasan ombak, tempat berkembang biak bagi ikan, dan sumber protein bagi masyarakat serta menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi makhluk laut.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 28
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Terumbu karang adalah ekosistem yang rentan dan mudah rusak. Terumbu karang dapat rusak oleh beberapa proses antara lain: pengendapan, pencemaran, penagkapan ikan yang merusak, sampah, gempa, bintang laut pemangsa karang yang disebut bulu seribu. Salah satu tindakan untuk membantu melestarikan Terumbu Karang adalah tidak membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar, dan lain-lain. Terumbu karang di Kabupaten Sukamara, terletak di Desa Sungai Raja Kecamatan Pantai Lunci. Posisi terumbu karang berada di laut dengan jarak sekitar 7 km dari bibir pantai Desa Sungai Raja. Dibutuhkan perlengkapan menyelam, apabila ingin melihat terumbu karang secara langsung. Untuk mengetahui keberadaan terumbu karang tersebut dapat juga dengan mengamati permukaan air laut di area terumbu, dimana banyak gelembung udara yang muncul.
2.6. IKLIM Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan kondisi cuaca, padahal kedua istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan, perkembangan dan menghilangnya suatu fenomena. Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun). Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang cuaca disebut meteorologi. Sedangkan iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 29
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah ’pemanasan global’, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi menjadikan perubahan iklim global. Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia secara menyeluruh. Kabupaten Sukamara termasuk dalam daerah khatulistiwa pada posisi 2019’ Lintang Selatan sampai dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai dengan 1110 9’ Bujur Timur. Berkaitan dengan posisi tersebut, Kabupaten Sukamara dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang tahun dan suhu rata-rata 24 - 330C.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 30
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2011 masih tergolong tinggi dibanding tahun 2012. Curah hujan pada tahun 2012 tertinggi terjadi pada bulan April dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September. Pada bulan April 2012, curah hujan mencapai 362,6 mm. sedangkan pada bulan September 2012 curah hujan hanya mencapai 4 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terjadi antara 4 sampai dengan 27 hari setiap bulannya. Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2011 dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Pada bulan Desember 2011, curah hujan mencapai 487 mm. sedangkan pada bulan Juni 2011 curah hujan mencapai 16 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terjadi antara 6 sampai dengan 25 hari setiap bulannya. Beberapa daerah di Kabupaten Sukamara berbukit-bukit seperti Kecamatan Balai Riam dan Permata Kecubung. Namun, tidak terjadi bencana longsor pada daerah tersebut meskipun curah hujan pada bulan-bulan tertentu cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hutan di Kabupaten Sukamara terjaga dengan baik. Temperatur maksimum di daerah Kabupaten Sukamara sepanjang tahun 2012 berkisar antara 31,2 oC sampai dengan 33,6 oC, temperatur minimum berkisar antara 21,2 oC sampai dengan 23,4 oC, dan rata-rata temperatur berkisar 26,8 oC sampai dengan 28,5 oC. Sebagai catatan, data iklim ini masih mengacu Kabupaten Kotawaringin Barat karena iklim di Kabupaten Sukamara belum ada instansi/badan yang mengukur. Gambar 2.11. Curah Hujan Kabupaten Sukamara Sepanjang Tahun 2012 400.0
362.6
351.8
350.0 300.0 250.0
231.8
227.4 202.3
200.0
181.2
164.3
150.0
123.0
100.0
68.5
68.6
50.0
81.3 4
Jan
Feb
Mar Aprl
Mei
Juni
Juli
Agst Sept Okto Nop
Des
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2013 Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 31
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
2.7. BENCANA ALAM Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, badai salju, banjir, erosi, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Contoh lainnya adalah banjir dan tanah longsor. Penyebab banjir dan erosi, antara lain penebangan pohon yang tiada henti, membuang sampah yang tidak pada tempatnya, dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan kita. Selama tiga tahun terakhir ada beberapa bencana yang melanda Kabupaten Sukamara seperti banjir, banjir bandang, gelombang pasang, angin puyuh, dan kekeringan. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di kemudian hari, sebagian besar masyarakat mengandalkan gotong royong antar warga. Pada tahun 2012, terjadi kekeringan di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Balai Riam dan Permata Kecubung, untuk kecamatan Balai Riam tercatat ada 4 desa yang mengalami kekeringan, yaitu Desa Bukit Sungkai, Desa Lupu Peruca, Desa Sekuningan Baru, Desa Bangun Jaya. Untuk kecamatan Permata Kecubung ada 5 desa yang mengalami kekeringan yaitu Desa Natai Kondang, Desa Ajang, Desa Laman Baru, Desa Sembikuan, Desa Nibung Terjun. Desa Kuala Jelai yang merupakan ibukota Kecamatan Jelai terletak di daerah muara Sungai Jelai dan desa sungai pasir dimana kedua Desa tersebut mengalami bencana gelombang pasang laut karena kondisi geografis terletak di pesisir pantai. Di tahun 2013, tidak terjadi bencana alam.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 32
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sukamara
Halaman II - 33