Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
BAB IV KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A.
LAHAN DAN HUTAN Hutan
sebagai
suatu
kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam
lingkungannya,
yang
lainnya
dapat
tidak
persekutuan
alam
satu
yang
dengan
dipisahkan.
Hutan
merupakan suatu sumberdaya alam hewani (satwa) yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuh-tumbuhan) yang bersamasama dengan unsur-unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Sumberdaya
alam
hutan
Indikator Lahan dan Hutan Kab. Donggala 2013 Luas wilayah kabupaten 527.569 Ha Zona wilayah secara geografis - Wilayah pantai barat - Wilayah banawa Penggunaan lahan Thn 2013 - Permukiman 2,77 % - Pertanian 16,68 % - Perikanan 0,17 % - Perkebunan 12,70 % - Hutan 47,03 % - Peternakan 0,08 % - Lainnya 20,57 %
mempunyai kedudukan serta peran yang penting bagi kehidupan manusia sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan secara seimbang selaras dan serasi untuk kesejahteraan. Sumberdaya hutan dengan berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang unik dan menarik, dengan adanya panorama yang indah dan alami, dengan adanya gejala alam yang unik dan spektakuler, bisa menunjang menjadi obyek alam yang menarik untuk dilihat dan dikunjungi oleh wisatawan. 1. Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Donggala Tahun 2011–2031 diperoleh data penggunaan lahan dari luas keseluruhan daratan diketahui secara keseluruhan adalah 527.569 Ha, yang terdiri dari 14.631 Ha atau 2,77 %merupakan lahan untuk permukiman, 87.999 Ha atau 16,68 % untuk pertanian, 871Haatau 0,17 % untuk perikanan, 67.021 Haatau 12,70 % untuk perkebunan, 248.101 Haatau 47,03 % untuk kawasan hutan, 419 Haatau 0,08 % untuk peternakan dan selebihnya untuk area lainnya (pertambangan, industri, pariwisata dan lain sebagainya) sebesar 115.528 Ha atau 20,57 %. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk peternakan menempati luas areal paling kecil, yakni hanya sebesar 419 Ha atau 0,08 % dari luas wilayah, sedangkan yang paling besar yakni untuk area kawasan hutan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 25
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah seluas 248.101 Ha atau 47,03 % dari total luas wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Donggala masih merupakan kawasan hutan seperti yang tertera pada grafik berikut :
Grafik SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun 2013 2,77 % 15,35 %
21,90 %
0,08 %
0,17 %
Permukiman Pertanian
12,70 %
Perikanan Perkebunan Hutan
47,03 %
Peternakan lainnya
i
2. Fungsi dan Status Kawasan Hutan Dari pembagian Kawasan Hutan di
Kabupaten
Donggala,
diketahui
bahwa luasnyamencapai 248.101 Ha atau 47,03 % dari luas total Kabupaten Donggala yang terdiri dari Cagar alam sebesar 22.622 Ha (9,12 %), Suaka Margasatwa
61
Ha(0,02
%)
Hutan
Lindung 77.681 Ha (31,31 %), Hutan Produksi Tetap 9.024Ha(3,64 %), Hutan Produksi Terbatas 126.552 Ha (51,01 %), Hutan Produksi Konversi 12.144 Ha, (4,89 %) dan Hutan Kota 19 Ha (0,01 %). Data
tersebut
Indikator Lahan dan Hutan Kab. Donggala 2013 Luas kawasan hutan 248.101 Ha (47,03 % dari luas wilayah) Pembagian fungsi kawasan - Kawasan lindung 450,212 Ha - Kawasan budidaya 147,718 Ha Tutupan lahan Thn 2013 - KSA-KPA 4,30 % - HL 14,72 % - HPT 1,71 % - HP 23,99 % - HPK 2,30 % - APL 52,97 %
menunjukkan
bahwa Luas Kawasan hutan menurut fungsi paling kecil, yakni Hutan kota hanya sebesar 19 Ha atau 0,01 % dari luas wilayah; sedangkan yang paling besar yakni untuk fungsi kawasan hutan sebagai Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 126.552 Ha atau 51,01% dari total luas wilayah.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 26
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Grafik SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di Kabupaten Donggala Tahun 2013 3,64 %
4,89 % 0,01 %
9,12 %
Cagar Alam
0,02 %
Suaka Margasatwa Hutan Lindung
31,31 %
Hutan Produksi Terbatas
51,01 % Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Hutan Kota
Sedangkan pembagian
kawasan hutan berdasarkan fungsi/status
berdasarkan sebaran wilayahnya dalam Kabupaten Donggala dapat dilihat pada tabel berikut ;
14 15 16
Keterangan Sumber
: :
Hutan Kota
Hutan Konversi
10 11 12 13
Hutan Produksi Terbatas
(2) Rio Pakawa Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabora Sinduae Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara Total
Hutan Produksi Tetap
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hutan Lindung
Kecamatan
Cagar Alam
No
Suaka Margasatwa
Tabel 4.1. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2013 Luas Kawasan Hutan (Ha)
1 -
-
(5) 1.860 8.059 2.483 13.962 2.370 6.131 8.461 4.865 8.461
(6) 4.913 -
(7) 28.136 9.167 2.939 2.458 10.453 2.810 651
(8) 5.411 3.493 39 -
-
61 -
5.796 5.284 3.615 1.742
-
4.738 8.905 8.717 2.931
396 663 2.142
-
203 19.808 2.610 22.622
61
4.106 486 77.681
4.111 9.024
24.461 15.897 4.287 126.550
12.144
19
(3)
(4)
(9) 19 -
RTRW Kabupaten Donggala 2011-2031
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 27
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah a.
Kawasan Lindung Menurut Pola Ruang dalam Rencana Tata Ruang Nasional, yang dimaksud kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan persentase menurut klasifikasi jenis kawasan lindung berdasarkan fungsinya dapat kita lihat pada diagram berikut :
Grafik SD-3(A). Luas Kawasan Hutan MLindung Berdasarkan RTRW Kabupaten Donggala Tahun 2011 - 2031 5,17 %
Kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahnya Kawasan perlindungan setempat
0,03 %
13,74 %
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya Kawasan rawan bencana
81,06 %
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan lindung di Kabupaten Donggala dianalisis dengan berdasarkan
parameter
kondisi
kesesuaian
lahan
untuk
berbagai
pemanfaatan dengan luas keseluruhan 450,212 Ha atau 85,34 % dari total luas wilayah Kabupaten. Klasifikasi
jenis
kawasan
lindung
menurut
fungsinya
dapat
dibedakan atas: 1)
Kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahnya, antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;
2)
Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
3)
Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain : kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 28
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 4)
Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
5)
Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.
Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya Luas kawasan yang memberikan perlindungan terhadap daerah bawahnya yang ada di Kabupaten Donggala secara keseluruhan adalah 364.927 Ha. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih 77.681 Ha. Pelestarian kawasan hutan difungsikan untuk menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai dan air tanah, serta pelestarian berbagai flora dan fauna termasuk peningkatan produktivitas lahan. Salah satu kawasan hutan lindung yang ada, terletak pada kawasan wisata alam Danau Damsol. Di kawasan ini terdapat hutan lindung dengan luas 2.648,82 Ha yang ditetapkan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Sulteng tahun 2004. Hutan ini ditetapkan sebagai kawasan lindung karena dinilai dari segi ekologi merupakan daerah tangkapan air (catchment area) bagi kawasan yang ada dibagian bawahnya Beberapa potensi hutan dikawasan pantai barat Kabupaten Donggala :
Kondisi Hutan Danau Talaga Kec. Damsol
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 29
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kondisi Hutan sekitar Desa Walandano Kec. Balaesang
Kondisi Hutan Primer Kebun Kopi
Gambar 4.1. Beberapa Kondisi Hutan di Pantai Barat Kabupaten Donggala
Contoh Kawasan Lindung lainnya terdapat di Powelua Kecamatan Banawa Tengah, dari desa ini sumber airnya digunakan oleh PDAM Donggala sebagai sumber air bersih guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Kota Donggala dan sekitarnya.
Gambar 4.2. Kondisi Hutan di Banawa Kabupaten Donggala
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 30
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna sebagai penyedia sumber air. Struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan ini dilakukan dengan cara : 1)
Pembuatan sumur-sumur resapan;
2)
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta
3)
Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air. Kawasan resapan air meliputi hutan lindung, hutan produksi, suaka
alam dan cagar alam. Kawasan resapan air di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih 287.246 Ha. Sebagian besar kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air ini merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pelestarian hutan lindung pada dasarnya juga meningkatkan kemampuan akan resapan air.
Gambar 4.3. Fungsi Hutan sebagai kawasan penyangga air (catchment area) di Kec. Banawa Tengah
Sedangkan pembagian kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahnya
berdasarkan sebaran wilayahnya dalam Kabupaten Donggala
dapat dilihat pada tabel berikut ;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 31
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.2. Luas Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2013 Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya No Kecamatan Kawasan Kawasan Kawasan Hutan Lindung Bergambut Resapan Air (1) (2) (3) (4) (5) 1 Rio Pakawa 1.860 53.356 2 Pinembani 8.059 24.356 3 Banawa 2.483 2.483 4 Banawa Selatan 13.962 17.748 5 Banawa Tengah 2.370 2.370 6 Labuan 6.131 9.251 7 Tanantovea 8.461 22.251 8 Sindue 4.864 8.138 9 Sindue 8.461 11.259 Tombusabora 10 Sinduae Tobata 5.796 12.386 11 Sirenja 5.284 16.781 12 Balaesang 3.615 13.619 13 Balaesang Tanjung 1.742 7.217 14 Damsol 4.106 39.021 15 Sojol 486 39.368 16 Sojol Utara 7.642 Total 77.681 287.246 Keterangan Sumber
: :
RTRW Kabupaten Donggala 2011-2031
Kawasan Perlindungan Setempat Luas kawasan yang memberikan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Donggala secara keseluruhan adalah 61.846 Ha. Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan perlindungan sempadan pantai di Kabupaten Donggala berada di 14 (empat belas) Kecamatan dengan luas kawasan sempadan pantai kurang lebih 1.802 Ha, yaitu : Pada kawasan lindung setempat sempadan pantai ini terdapat fungsi budidaya seperti perikanan, pariwisata, dan permukiman. Guna menjaga kawasan sekitar pantai dari kerusakan lingkungan dan kerusakan ekosistem pantai, maka perlu adanya perlindungan terhadap sempadan pantai, untuk melindungi pantai dari kegiatan yang menganggu kelestarian fungsi pantai dan juga untuk mengantisipasi gelombang pasang. Sehingga dilakukan pembatasan perluasan kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 32
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Penetapan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih kurang lebih 59.932 Ha. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai,
termasuk
sungai
buatan/kanal/saluran
irigasi
primer
yang
mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Adapun kawasan perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Donggala yaitu; 1)
Sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan sekurangkurangnya 100 m.
2)
Pada anak sungai besar diluar kawasan permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 50 m.
3)
Pada sungai besar dan anak sungainya di kawasan pemukiman ditetapkan 15 m.
4)
Untuk sungai bertanggul diukur dari kiri dan kanan kaki tanggul bagian luar sepanjang tanggul sungai.
5)
Untuk sungai yang tidak bertanggul diukur dari titik banjir ke arah daratan. Rencana perlindungan kawasan sempadan sungai merupakan
kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan atau kanal yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai, meliputi sungai danperlindungan sempadan sungai dengan pemanfaatan sebagai pariwisata alam melalui penataan kawasan tepian sungai. Kawasan sekitar danau adalah kawasan tertentu di sekeliling danau yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Adapun kriteria penetapan sempadan danau adalah daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada danau, maka perlu upaya perlindungan sepanjang danau dari kerusakan lingkungan. Rencana penetapan perlindungan danau di Kabupaten Donggala secara keseluruhan seluas kurang lebih 112 ha. Sedangkan
pembagian
kawasan
perlindungan
setempat
berdasarkan sebaran wilayahnya dalam Kabupaten Donggala dapat dilihat pada tabel berikut ;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 33
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.3. Luas Kawasan Perlindungan Setempat Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2013 Kawasan Perlindungan Setempat No Kecamatan Sempadan Sempadan Sempadan Pantai Sungai Danau (1) (2) (3) (4) (5) 1 Rio Pakawa 15.188 2 Pinembani 6.237 3 Banawa 117 820 4 Banawa Selatan 106 4.170 5 Banawa Tengah 55 886 6 Labuan 21 897 7 Tanantovea 14 8 Sindue 84 1.521 9 Sindue 76 2.391 Tombusabora 10 Sinduae Tobata 68 1.101 11 Sirenja 95 2.576 12 Balaesang 167 2.513 13 Balaesang Tanjung 368 1.519 37 14 Damsol 275 9.028 75 15 Sojol 285 5.791 16 Sojol Utara 71 1.239 Total 1.802 59.932 112 Keterangan Sumber
: :
RTRW Kabupaten Donggala 2011-2031
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Berdasarkan penetapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya maka di Kabupaten Donggala terdapat suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, cagar budaya. Luas kawasan sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang ada di Kabupaten donggala secara keseluruhan adalah 23.291 Ha. Kawasan suaka margasatwa di Kabupaten Donggala adalah Suaka Margasatwa Pulau Pasoso seluas kurang lebih 61 ha di Kecamatan Balaesang. Rencana perlindungan suaka margasatwa di Kabupaten Donggala adalah perlindungan kawasan suaka margasatwa Pulau Pasoso di Kecamatan Balaesang. Kawasan cagar alam merupakan kawasan lindung yang ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan dilindungi. Di Kabupaten Donggala cagar alam terdapat di Kecamatan Sojol, Damsol, Sojol Utara, dan Tanantovea dengan luas keseluruhan yakni kurang lebih 22.622 Ha. Kawasan Cagar Alam Gunung Sojol ditunjuk menjadi kawasan konservasi berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No. 188.44/3932/DINHUT/1989 tanggal 30 Agustus 1989. Vegetasi hutan di kawasan ini merupakan vegetasi hutan hujan dataran rendah
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 34
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan komposisi flora lebih beragam di antaranya Palapi, Bayur, Meranti, Ebony, Bintangur, Beringin, dan Dao termasuk beberapa jenisrotan, palm dan pinang hutan serta tumbuhan bawah dan tanaman perdu yang beberapa jenis di antaranya merupakan pakan Anoa. Kawasancagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusun, mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas, mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu - satunya contoh disuatu daerah; serta keberadaanya memerlukan upaya konservasi. Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang jaraknya dari garis air surut terendah ke arah darat sebesar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, sepanjang pantai di wilayah pesisir Kabupaten Donggala. Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi penyeimbang lingkungan pantai sehingga harus dilestarikan, diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20% dari total bakau yang ada. Rencana penetapan untuk perlindungan kawasan hutan bakau di wilayah pesisir yang terdapat di Kabupaten Donggala secara keseluruhan seluas 608 Ha. Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan meliputi: lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan halamannya dan kebun raya yang telah memiliki umur lebih dari 50 tahun dan perlu dilestarikan.Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Donggala antara lain: 1)
Masyarakat adat Marangkale di puncak gunung Kecamatan Labuan;
2)
Tradisi home industry kain tenun sarung Donggala. Sedangkan pembagian kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya berdasarkan sebaran wilayahnya dalam Kabupaten Donggala dapat dilihat pada tabel berikut ;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 35
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.4. Luas Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2013 Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya No Kecamatan Suaka Kawasan Cagar Alam Margasatwa Hutan Bakau (1) (2) (3) (4) (5) 1 Rio Pakawa 2 Pinembani 3 Banawa 4 Banawa Selatan 5 Banawa Tengah 6 Labuan 7 Tanantovea 1 8 Sindue 9 Sindue Tombusabora 10 Sinduae Tobata 11 Sirenja 12 Balaesang 61 13 Balaesang Tanjung 269 14 Damsol 203 31 15 Sojol 19.808 277 16 Sojol Utara 2.610 31 Total 61 22.622 608 Keterangan Sumber
: :
RTRW Kabupaten Donggala 2011-2031
Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan longsor akibat ketinggian sangat curam diatas 2000 mdpl berada di Kecamatan Sojol Utara dan Sojol. Untuk kawasan yang berpotensi terkena bencana tanah longsor akibat tebing – tebing di kawasan pesisir meliputi Kecamatan Sindue dan Kecamatan Banawa. Erosi yang umum berlangsung di Kabupaten Donggala berupa erosi anthropic yang berasal dari lahan sekitar yang terangkut aliran air maupun tenaga eksogen lainnya. Gejala yang terlihat antara lain adalah adanya lidah pasir yang terbentuk di kebanyakan muara sungai disamping itu terjadi pendangkalan. Hal ini dapat disaksikan di hampir semua muara sungai di Kabupaten Donggala. Selain itu pada beberapa tempat yang berhadapan langsung dengan laut bebas Selat Makassar dapat terjadi erosi tebing. Lokasi yang mendapatkan permasalahan ini meliputi Kecamatan Sindue Tobata. Erosi berupa material pasir dan batubatuan pada sungai musiman yang berpotensi meluas dan mengancam kawasan permukiman saat curah hujan tinggi di Kecamatan Banawa Tengah. Upaya penanganan untuk kawasan yang terkena erosi yaitu : 1)
Pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 36
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 2)
Pengingat di daerah banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan pengelolaan bersama antara pemerintah atau PTP dengan masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
3)
Selanjutnya pada daearah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini
diperlukan
pengelolaan
DAS
yang dapat
mencegah erosi. Kawasan pesisir Kabupaten Donggala termasuk rentan terhadap abrasi pantai/gelombang pasang. Hal ini diperparah oleh penebangan vegetasi mangrove yang terus berlangsung, di samping faktor aksi laut. Pantai yang terabrasi secara indikatif ditemui pada sepanjang pantai di kabupaten ini, pada beberapa tempat mengancam jaringan jalan yang dibangun menyusur pantai. Lokasi yang sering terjadi abrasi meliputi : 1)
Desa antara Sibayu–Kambayang (Kecamatan Balaesang–Damsol) merupakan daerah paling parah kawasan yang terabrasi yang memusnahkan ratusan hektar perkebunan kelapa serta jalan raya,
2)
Desa Talaga Kecamatan Damsol,
3)
Desa Lembasada Kecamatan Banawa Selatan,
4)
Desa Kambayang Kecamatan Damsol dimana abrasi diperkirakan telah berlangsung selama 20 tahun terakhir,
5)
Desa Tolongano dimana abrasi yang terjadi sepajang 2,5 km dari jembatan Tolongano sampai sekitar pasar Tolongano,
6)
Desa Lombonga Kecamatan Balaesang dimana abrasi mencapai panjang sekitar 1 km yang terjadi di sepanjang pantai Desa Lambonga,
7)
Desa Walandano Kecamatan Balaesang Tanjung, abrasi yang terjadi sudah mengikis jalan masyarakat,
8)
Desa Sabang, abrasi yang terjadi sudah mengikis jalan raya poros Palu-Tolitoli,
9)
Desa Kambayan, abrasi diperkirakan telah berlangsung selama 20 tahun terakhir.
Upaya untuk penanganan abrasi ini meliputi : 1)
Pembatasan
kegiatan
perkotaan
dan
perdesaan
dan
kegiatan
masyarakat pada kawasan yang datar dan berdekatan dengan pantai, yang mempunyai resiko terkena ombak besar; 2)
Pembuatan bangunan pemecah gelombang. Peristiwa banjir erat kaitannya dengan musim penghujan dan pola
penggunaan/pengelolaan lahan atas hinterland-nya. Selain itu terjadinya
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 37
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah banjir ini berhubungan pula dengan siklus pasang. Beberapa daerah rataan pasut di pesisir Kabupaten Donggala berisiko terkena banjir. Kawasan yang merupakan daerah rawan banjir meliputi Kecamatan Sojol Utara dan Kecamatan Banawa. Upaya penanganan untuk kawasan yang terkena banjir yaitu : 1)
Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah;
2)
Pengoptimalan fungsi tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir;
3)
Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
4)
Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah lain.
Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Donggala meliputi kawasan terumbu karang dan padang lamun. Kawasan ini merupakan bagian dari ekosistem laut dan pesisir. Terumbu karang dan padang lamun merupakan kawasan konservasi sumberdaya ikan yaitu kawasan perairan tepian pantai dan darat dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Rencana perlindungan, konservasi, pelestarian dan rehabilitasi kawasan terumbu karang dan kawasan padang lamun dengan luas kurang lebih 148 Ha meliputi 14 Kecamatan pesisir melalui : 1)
Perlindungan terumbu karang dan padang lamun untuk peningkatan sumberdaya ikan dan melarang untuk kegiatan yang menyebabkan kerusakan kualitas sumberdaya alam tersebut.
2)
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi sumberdaya ikan.
b.
Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumberdaya buatan, meliputi kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan pariwista, kawasan permukiman dan kawasan pesisir. Sedangkan persentase
menurut klasifikasi jenis
kawasan
budidaya
berdasarkan fungsinya dapat kita lihat pada diagram berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 38
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Grafik SD-3(B). Luas Kawasan Budidaya Berdasarkan RTRW Kabupaten Donggala Tahun 2011 - 2031 6,11 %
8,22 % Hutan produksi terbatas Hutan produksi tetap
85,67 %
Hutan produksi yang dapat dikonversi
Kawasan Budidaya di Kabupaten Donggala juga telah ditetapkan, dimana
kawasan-kawasan
tersebut
telah
memenuhi
kriteria
teknis
penetapan suatu kawasan. Luas keseluruhan Hutan Produksi Terbatas ini 126.550 Ha atau 85,67 %, dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang, pilih dan tanam. Sedangkan luas Hutan Produksi Tetap 9.024 Ha atau 6,11 %, dimana eksploitasinya dapat dengan tebang, pilih atau tebang habis dan tanam. Untuk Hutan Konversi seluas 12.144 Ha atau 8,22 %, dimana kawasan tersebut dapat dikonversi ke bentuk fungsi lain sesuai dengan kebutuhan. Jadi luasan Kawasan Budidaya ini sebesar 147.718 Ha atau 28,00 % dari total luas wilayah Kabupaten Donggala. Upaya penanganan pelestarian hutan produksi guna meningkatkan kualitas lingkungan antara lain: 1. Pembatasan aktivitas yang merambah kawasan hutan produksi. 2. Meningkatkan fungsi hutan sebagai fungsi hijau melalui reboisasi 3. Adanya penukaran lokasi hutan yang dipergunakan untuk aktivitas produksi penduduk. 4. Memperketat pengawasan perusakan fungsi hutan produksi. 3. Tutupan Lahan Secara umum, luas hutan yang ada di Kabupaten Donggala berdasarkan penutupan lahan dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Hutan produksi tetap seluas kurang lebih 235.957 Ha atau 44,73 % dari luas wilayah Kabupaten Donggala. Dari luasan hutan produksi tetap tersebut terdiri dari Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam sebesar 22,702 Ha, Hutan Lindung seluas 77.681 Ha, Hutan Produksi Terbatas 9.024 Ha dan Hutan Produksi Tetap126.550 Ha.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 39
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 2) Hutan produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih 12.144 Ha atau 2,30 % dari luas wilayah Kabupaten Donggala. 3) Areal penggunaan lainnya, seluas kurang lebih 279.469 Ha atau 52,97 % dari luas wilayah Kabupaten Donggala. Areal lain yang dimaksud adalah areal diluar kawasan hutan, seperti : permukiman, pertanian, perkebunan dan lain sebagainya
Grafik SD-4. Luas Penutupan Lahan dalam dan Luar Kawasan Hutan Tahun 2013 KSA-KPA
4,30 % 14,72 % 52,97 %
23,99 %
2,30 %
1,71 %
Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Areal Penggunaan Lain
Seiring pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan, papan dan sandang juga semakin meningkat. Pembakaran lahan hutan setelah aktifitas produksi dan ekploitasi hasil kekayaan hutan telah menurunkan fungsi utama dari hutan
itu
sendiri,
yakni
sebagai
penghasil udara bagi seluruh makhluk hidup di alam ini. Terjadinya kerusakan terhadap lahan
dan
hutan
telah
berdampak
terhadap terbentuknya lahan-lahan kritis yang
sangat
tidak
memungkinkan
dimanfaatkan secara optimal.
Indikator Lahan dan Hutan Kab. Donggala 2013 Lahan kritis s.d tahun 2012 - Tidak kritis 36,35 % - Potensial kritis 47,02 % - Agak kritis 11,80 % - Kritis 4,81 % - Sangat kritis 0,02 %
4. Lahan Kritis Lahan kritis umumnya disebabkan oleh adanya ketimpangan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh berbagai aktifitas penduduk yang belum mengerti akan arti pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, seperti : penambangan bahan galian C, pembukaan lahan dan hutan, pemanfataan sumberdaya air yang tidak diimbangi dengan upaya pelestarian yang dapat menimbulkan masalah yang lebih lanjut berupa erosi, banjir, tanah longsor dan kekeringan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 40
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.4. Kondisi Lahan Kritis Kab. Donggala
Persentase luas lahan kritis yang ada di Kabupaten Donggala dibagi dalam beberapa kelompok yakni, untuk daerah yang tidak kritis seluas 191.771 Ha atau 36,35 %, daerah yang potensial kritis seluas 248.041 Ha atau 47,02 %, agak kritis seluas 62.265 Ha atau 11,80 %, daerah kritis seluas 25.390 Ha atau 4,81 % dan daerah yang masuk kategori sangat kritis seluas 102Ha atau 0,02 %, Data tersebut menunjukkan bahwa areal lahan yang ada di wilayah Kabupaten Donggala menunjukkan lahan yang sangat kritis menujukkan angka yang paling kecil yakni seluas 105 Ha atau 0,02 %, sedangkan angka yang paling tinggi menunjukkan sebagian besar wilayah sangat potensial kritis seluas 248.041 Ha atau 47,02 %. Sebagi gambaran dapat dilihat pada grafik berikut
Grafik SD-5(B). Luas Lahan Kritis di Kabupaten D0onggala Tahun 2012
12,80 %
4,85 % 0,02 % 36,31 %
47,02 %
Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 41
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 5. Kerusakan Tanah dan Hutan Sedangkan untuk evaluasi mengenai kerusakan tanah dilahan kering akibat erosi air, evaluasi kerusakan tanah dilahan kering dan evaluasi mengenai kerusakan tanah dilahan sawah (lahan basah) yang ada di Kabupaten Donggala data tidak tersedia. Hal tersebut disebabkan karena belum pernah dilakukan analisa terhadap sampling tanah berhubung karena sarana peralatan yang belum memadai serta sumber daya/kapasitas manusia yang belum memadai dari Dinas terkait. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya tekanan terhadap sumberdaya alam termasuk ekosistem hutan. Tingginya jumlah penduduk berdampak kepada semakin bertambahnya kebutuhan terhadap kayu baik untuk bahan bangunan, bahan meubel maupun kayu bakar. Disamping itu, pembukaan hutan secara besar-besaran maupun dalam ukuran kecil terjadi secara intensif untuk keperluan pertanian dan perkebunan. Berikut beberapa dokumentasi aktifitas penduduk yang mempengaruhi ketimpangan terhadap hutan yang ada di kabupaten Donggala.
Pembakaran Hutan guna membuka lahan pertanian dan perkebunan
Pembukaan lahan guna pengambilan kayu bakar dan arang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 42
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Illegal logging yang terjadi Desa Saloya Kec. Sindue
Area permukiman penduduk dalam kawasan hutan lindung Powelua Kec. Banawa Tengah
Gambar 4.5. Beberapa aktifitas penduduk dalam perambahan hutan
Kerusakan hutan yang terjadi di Kabupaten Donggala tahun 2012 sebesar 399,50 Ha atau 0,08 %
dari total
luaswilayah Kabupaten Donggala. Angka
Indikator Lahan dan Hutan Kab. Donggala 2013 Kerusakan hutan s.d tahun 2012 seluas 399,50 Ha
tersebut turun dari tahun sebelumnya yang
mencapai
408
Ha.
Adapun
rinciannya adalah akibat kebakaran hutan sebesar 26,50 Ha atau 6,63 %, lading berpindah sebesar 14,00 Ha atau 3,50 %, perambahan hutan sebesar 110,50 Ha atau 27,66 % dan yang paling besar adalah penebangan liar yang mencapai angka 248,50 Ha atau 62,20 %. Hal ini disebabkan oleh aktifitas penduduk yang melakukan pembukaan lahan dan hutan untuk keperluan lahan pertanian, kebutuhan bahan kayu untuk pembangunan serta kayu bakar. Data tersebut menunjukkan kerusakan hutan yang paling tinggi di wilayah Kabupaten Donggala adalah karena penebangan liar yakni seluas 248,50 Ha, sedangkan penyebab kerusakan hutan yang paling kecil yaitu akibat lading berpindah karena tidak produktif lagi seluas 14.00 Ha saja.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 43
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Grafik SD-9. Perkiraan Luas kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya di kabupaten Donggala tahun 2013 6,63 % 3,50 % Kebakaran Hutan
27,66 %
Ladang berpindah 62,20 %
Penebangan Liar Perambahan Hutan
6. Pelepasan kawasan Hutan Konversi hutan yang terjadi di Kabupaten Donggala sampai dengan tahun 2012, yakni sebesar 23.954 Ha atau 4,54 % dari luas total wilayah, angka
tersebut
disbanding
tahun
juga
Indikator Lahan dan Hutan Kab. Donggala 2013 Konversi hutan s.d tahun 2012 seluas 23.954 Ha
menurun
sebelumnya
yang
mencapai 24.160 Ha. Hal ini disebabkan oleh adanya konversi hutan kebentuk penggunaan lainnya sesuai kebutuhan. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang diikuti peningkatan kebutuhan akan papan dan pangan, kebutuhan air dan energi.Selain itu faktor lainya adalah perkembangan jalur transportasi, komunikasi dan pembangunan inftastruktur lingkungan. Konversi hutan yang terjadi, dari sekitar 23.954 Ha dikonversi kelahan pertanian sebesar 8.927 Ha dan untuk lahan perkebunan sebesar 14.673 Ha dan area pertambangan 354 Ha.
Grafik SD-9. Konversi Hutan Menurut Peruntukan Tahun 2013 1,48 % 37,27 % 61,25 %
Pertanian Perkebunan Pertambangan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 44
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
B.
KEANEKARAGAMAN HAYATI Sulawesi merupakan pulau terbesar ke empat di kepulauan Indonesia dan paling penting di Wallace. Hal ini karena Sulawesi merupakan suatu wilayah yang unik di dunia, tempat bercampurnya flora, fauna dari Asia dan Australia sehingga menghasilkan keunikan, keanekaragaman yang tinggi serta endemisitas yang tinggi pula. Dari semua jenis satwa yang ada Sulawesi memiliki banyak jenis fauna yang paling unik dan khas terutama hewan menyusui, diikuti oleh reptilia, burung dan amfibi. Sedangkan distribusi tumbuhan di bumi ini dalam beberapa hal terjadi karena adanya campur tangan manusia dan sebagian tumbuh secara alami dihutan-hutan Sulawesi. keanekargaman hayati sebagai variasi yang terdapat diantara makhluk hidup termasuk diantaranya ekosistem daratan, lautan, dan ekosistem perairan dari keanekaragamannya. Sumber daya alam hayati dengan segala keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya berperan pnting dalam menjamin keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia. Jenis fauna (satwa) yang terdapat pada suatu wilayah yang memiliki fungsi yang penting dalam ekosistem. Dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup, fauna memberikan manfaat baik secara langsung maupun tak langsung kepada manusia. Berikut kondisi flora dan fauna yang ada di Kabupaten Donggala. Tabel 4.5. Kondisi Flora dan Fauna Yang Ada di Kabupaten Donggala No.
Golongan
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8
(2) Hewan menyusui Aves Reptil Ampibi Ikan Keong Serangga Tumbuhtumbuhan
Keteranga ; Sumber :
1) 2)
Jumlah yang diketahui (3) 31 62 13 8 12 4 3 67
Jumlah Endemik (4) 1 3 1 -
Jumlah yang dilindungi (5) 11 25 2 2 1 4
Keterangan (6)
Laporan Akhir data base Flora dan Fauna Kab. Donggala Thn 2006 Balai Konservasi dan SDA Propinsi Sulteng Thn 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 45
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 1.
Flora Keanekaragaman spesies flora di hutan Kabupaten Donggala sangat beragam disesuaikan dengan ketinggian dan
penyebarannya.
ketinggian
dari
Berdasarkan
permukaan
laut,
penyebaran vegetasi alam di hutan dapat dibagi dalarn 2 kategori, yaitu vegetasi dataran rendah (lowland) dan vegetasi
pegunungan
Indikator Keanekaragaman Hayati Kab. Donggala 2013 Jenis Flora yang dilindungi yang ada di Donggala Tumbuh-tumbuhan - Eboni - Kantong semar - Kayu balam - Kayu besi - Anggrek hitam
(upland).
Didataran rendah, yaitu ketinggian di bawah 1.000 m dpl, vegetasi alam hampir tidak dijumpai lagi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penggunaan lahan dataran rendah berupa permukiman dan areal pertanian. Karena itu, tumbuhan vegetasi yang terdapat pada wilayahwilayah seperti ini adalah merupakan tanaman-tanaman budidaya. Walaupun demikian, beberapa jenis tumbuhan yang mencerminkan karakteristik vegetasi alami. Lahan yang tertutup rapat dengan vegetasi alam hanya ditemukan pada bagian-bagian perbukitan dan pegunungan yang terjal sehingga membentuk kawasan-kawasan yang terpisah satu sama lain. Hal seperti ini dapat dijumpai pada beberapa kawasan di Kabupaten Donggala, seperti Kecamatan Balaesang, Kecamatan Damsol dan Kecamatan Sojol. Hutan alam tersusun atas berbagai jenis flora yang memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan ekosistemnya sendiri. Kayu sebagai hasil utama hutan memberi nilai ekonomi yang tinggi bagi negara dan masyarakat. Salah satu jenis kayu yang terdapat di hutan Alam Kabupaten Donggala, merupakan jenis tanaman endemik di Sulawesi dan tergolong tanaman langka adalah jenis kayu hitam (Dioscorea celebica). Jenis kayu ini merupakan kayu yang paling keras dan kuat dengan ornamen seratnya yang indah sehingga sangat cocok untuk berbagai keperluan perabot rumah tangga. Kelemahannya adalah pertumbuhannya yang sangat lambat. Karena itu, tanaman ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk kepentingan dalam negeri maupun ekspor. Akibatnya jenis tanaman ini semakin jarang ditemukan di hutan alam. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya konservasi untuk mempertahankan keberadaannya sebagai tanaman endemik di Sulawesi, khususnya di Kabupaten Donggala. Keanekaragaman flora di Kabupaten Donggala dapat diklasifikasikan kedalam jenis nama tanaman yang diantaranya adalah tanaman hutan yang dilindungi seperti Eboni, Palapi, Rotan, Kayu kambing, Kayu hitam, Damar babi, Meranti, Kenari, Bintangur, Lebanu, Nyatoh, Durian hutan, Siuri, Malapoga, Dao,
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 46
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Aren, Bayur, Mangga Hutan, Beringin, Campaka hutan, Pala hutan, Ambu, Pulai, Mompi, Tero, Sapone, dan lain-lain. Berikut beberapa dokumentasi beberapa jenis tanaman yang endemic yang dijumpai di kabupaten donggala
Pohon Damar (Aghatis philipinensis)
Pohon Kayu hitam(Diospyros celebica)
Bunga kantong semar (Nephentes sp)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 47
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Anggrek hitam (Coelogine pandurata)
Gambar 4.6. Beberapa jenis tanaman endemic di Kabupaten Donggala
2.
Fauna Penyebaran fauna di Kabupaten Donggala yang berada di beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Donggala terdiri dari kelompok mamalia, aves, reptilia, amfibi, ikan, keong, serangga. Jumlah yang terbesar dari kelompok tersebut ditempati oleh tumbuhan daratdari beberapa kelompok flora yang ada.
Grafik SD-11. Total Spesies Jenis Flora dan Fauna Yang Diketahui Mamalia Aves 31
67
Reptil 62
8 13 34
Ampibi Ikan Keong
12
Serangga Tumbuh-tumbuhan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 48
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Dari ditemukan
beberapa dibeberapa
Kabupaten diantaranya
jenis
Kecamatan
Donggala merupakan
yang di
beberapa hewan-hewan
yang rawan dan terancam kepunahan. Ada
beberapa
jenis
hewan
yang
dilindungi yaitu kelompok Mamalia terdiri dari 31 yang diketahui dari 1 jenis yang endemik dan 11 jenis yang dilindungi, kelompok Aves
terdiri dari 62 yang
diketahui dari 3 jenis yang endemik dan 25 jenis yang dilindungi, kelompok Reptil terdiri dari 13 yang diketahui dari 1 jenis yang endemik dan 2 jenis yang dilindungi, kelompok Ampibi terdiri dari 8 yang diketahui, sedangkan untuk kelompok Ikan terdiri dari 12 jenis yang diketahui, kelompok Keong terdiri dari 4 jenis yang diketahui dari 2 jenis yang dilindungi, kelompok Serangga terdiri dari 3 jenis
Indikator Keanekaragaman Hayati Kab. Donggala 2013 Jenis Fauna yang dilindungi yang ada di Donggala Hewan menyusui - Anoa - Babi rusa - Tarsium - Musang sulawesi - Kelelawar sulawesi - Monyet hitam sulawesi - Kus-kus Aves - Rangkong - Maleo - Kuncul - Blekok - Jalak - Raja udang merah - Kandalan - Serindit - Pengisap madu - Kakaktua jambul kuning Reptil - Ular sanca - Penyu hijau Serangga - Kupu-kupu raja
yang diketahui dari 1 jenis yang dilindungi dan kelompok Tumbuh-tumbuhanterdiri dari 67 jenis yang diketahui dari 4 jenis yang dilindungi. a. Mamalia 1) Anoa Anoa sering juga disebut kerbau kecil karena ukurannya lebih kecil dari kerbau. Warna anoa bermacam-macam, dari abu-abu hingga coklat tua dengan kaki agak keputih-putihan. Tanduknya berbentuk kerucut melengkung kebelakang. Hewan ini sangat sulit untuk ditemukan karena jarang menampakkan diri pada hutan yang terbuka atau terdapat aktifitas manusia dan hanya ditemukan di Kecamatan Balaesang. Anoa dikenal sebagai hewan yang ganas dan sulit untuk dijinakkan, akan tetapi sering diburu oleh masyarakat untuk diperdagangkan atau diambil dagingnya bahkan diperjual belikan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 49
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.7. Anoa Dataran Rendah
Dalam hal mencari
makan, anoa lebih menyukai daerah yang tidak
terlalu rapat ditumbuhi ternak, tetapi dengan berbagai jenis pakan, bahkan lebih menyukai ketela pohon yang terdapat di dalam kebun masyarakat
dan
sekitarnya,
sehingga
memudahkan
masyarakat
memburunya. Anoa yang tergolong dalam marga yang sama dengan kerbau, diperkirakan dapat mengadakan pembastaran dengan kerbau dan menghasilkan keturunan yang subur, sehingga memungkinkan mempunyai hewan insektivor, serta mempunyai kebiasaan berburu pada malam hari. 2) Rusa Mamalia lain yang ditemukan di wilayah Kabupaten Donggala adalah Rusa (Cervus timorensis).Hewan jenis ini juga termasuk yang dilindungi karena populasinya sudah berkurang. Rusa merupakan bukan hewan asli Sulawesi tetapi merupakan hewan introduksi, yang berkembang biak di Sulawesi. Saat ini populasinya sudah semakin menurun akibat perburuan dan hilangnya habitat. 3) Monyet hitam Monyet
hitamSulawesi (Cynopithecus
niger)
danMonyet
Sulawesi
(Macaca tongkeana) merupakan jenis yang umum ditemukan di wilayah Pantai Barat, akan tetapi mempunyai persentase populasi terendah dalam wilayah yang dilindungi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 50
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.8. Monyet hitam sulawesi
Dan saat ini keberadaan mereka terancam kepunahan akibat perburuan ; penyempitan kawasan hutan. Hutan yang merupakan habitat bagi monyet hitam sebagai tempat mencari makan, hidup dan berkembang biak telah berubah menjadi hutan produksi, dan perkebunan baik oleh lembaga pemerintah maupun perorangan.
Karena gangguan tersebut
masyarakat sering menjerat dan membunuh monyet tersebut bahkan menjual atau dipelihara oleh masyarakat untuk hiburan. Monyet tersebut sampai saat ini belum banyak diteliti secara terinci. 4) Kus-kus Phalangerursinus(Kus-kus pemakan daun) dan Ailurops ursinus (Kus-kus beruang) keduanya ditemukan di wilayah Kabupaten Donggala, tetapi jumlahnya tidak banyak lagi. Kus-kus tergolong hewan marsupialia, mamalia berkantung. Seperti (kerabatnya kangguru) Kus-kus melahirkan anak.
Gambar 4.9. Kus-kus
Kus-kus beruangmerupakan hewan yang cukup besar. Kus-kus beruang adalah mamalia yang menghuni tajuk hutan dan sebagai herbivore yang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 51
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah memakan tunas-tunas mudah, Kus-kus sampai saat ini belum banyak diketahui biologi dan perilakunya. 5) Tarsius Tarsius tergolong mamalia terkecil di dunia. Hewan ini mempunyai kemampuan memutar kepala hampir 180 derajat dan sebagai Kelelawar adalah
satu-satunya
jenis
mamalia
yang
dapat
terbang. Mereka
kebanyakan memakan buah-buah yang matang dan lunak. Kelelawar adalah salah satu hewan yang berperan penting dalam pengembangan vegetasi tumbuhan, karena kelelawar dapat menyebarkan biji tumbuhan sampai wilayah yang jauh serta sangat berperan dalam membantu penyerbukan berbagai tanaman hutan. Selain itu kotorannya juga memberikan sumbangan bagi kesuburan tanah.
Gambar 4.10. Tarsius
Untuk melacak tarsius cukup dengan petunjuk teriakan-teriakannya yang melengking melebihi ukuran tubuhnya untuk menandai teritorinya. Unit sosial tangkasi mencakup sepasang hewan dewasa yang membentuk hubungan monogamy jangka panjang. 6) Musang Wilayah
Kabupaten
Donggala mempunyai
beberapa jenis musang
Musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii)danMusang abu-abu (Paradoxurus hermaphroditus). Musang Sulawesi walaupun sebagian besar terdapat disemua tempat tetapi sudah sangat sulit ditemukan kecuali jejak dan kotorannya.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 52
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.11. MusangSulawesi
Musang Sulawesi menyerupai campuran antara anjing dan kucing, ekor relative panjang, buluh tubuh berbintik dan pada ekor ada jalur putih. Musang Sulawesi terutama makan mamalia kecil, burung dan buahbuahan. Musang abu-abu adalah musang kelapa yang umum dapat dijumpai di Pantai Barat dan merupakan hewan yang diintroduksi.
b. Aves 1) Alap-alap alap-alap merupakan burung penetap dan sebagian besar adalah endemik dan dilindungi, tetapi sampai saat ini masih selalu diburu. Pada umumnya mereka terpencar dan tersebar luas mulai dari hutan primer, sekunder
bahkan
dikawasan
terbuka
(terganggu),
perkebunan,
persawahan, 2) Raja udang Sedang beberapa burungkecil yang menyukai areal persawahan basah dan sepanjang perkebunan di sekitar Kabupaten Donggala adalah salah satunya jenis raja udang.
Gambar 4.12. Burung raja udang merah
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 53
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 3) Nuri sulawesi Jenis nuri serta merpati menyukai kawasan hutan dan sering muncul dipinggiran hutan. Sedang beberapa burungkecil yang menyukai areal persawahan basah dan sepanjang areal persawahan di sekitar Kabupaten Donggala
Gambar 4.13. Burung nuri
4) Rangkong sulawesi Burung rangkong termasuk salah satu burung endemik Sulawesi yang juga memiliki keunikan. Rangkong berbobot kira-kira 2.5 kilogram dan termasuk burung paling besar di antara 54 jenis yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika. Pejantan rangkong mempunyai kepala berwarna kekuningan dan menonjolkan sebentuk topi merah. Burung jantan maupun betina mempunyai gelambir biru cerah di bawah pangkal paruhnya yang tergantung bagaikan kantung. Rangkong tergolong burung yang banyak bersuara, dengan variasi bunyi yang beragam dan nyaring hingga dapat terdengar dari jarak 300 meter, rangkong juga memperdengarkan suara desau bagai pesawat jet selagi terbang akibat hembusan angin pada bulu-bulunya. Burung rangkong terkenal karena persarangannya yang unik. la membuat sarang dilubang pohon yang pintunya ditutup rapat. Hanya disisakan suatu celah sempit untuk cenyantan memberi makan betina dan pinyiknya. Dalam hal ini pejantan yang harus menyediakan makan bagi betina dan keturunannya. Makan pokok terpenting burung rangkong adalah buah ara dan cukup banyak tersedia di hutan-hutan Sulawesi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 54
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.14. Burung rangkong
Beberapa hasil penelitian menunjukkan pengembaraan rangkong yang menjangkau 50 km sehari mempunyai implikasi penting bagi pelestarian pohon tersebut. Burung menciritkan biji pepohonan hutan disepanjang jalan yang dilaluinya, dan dengan demikian menjadi pelaku peremajaan dalam suatu ekosistem yang terancam punah di dunia. 5) Elang Masyarakat sering melihat berbagai jenis elang terbang disekitar selah pertanian dan pemukiman untuk mencari mangsa. Elang Sulawesi biasa terlihat memangsa anak ayam bahkan induk ayam dengan cara menggunakan hewan ternak sebagai alat pemancing, masyarakat dapat menangkap elang hidup-hidup untuk diperjual belikan, bahkan untuk memenuhi pesanan dari kolektor.
Gambar 4.15. Burung elangSulawesi
6) Burung maleo Maleo ukuran tubuhnya sebesar ayam piaraan dengan berat 1,6 Kg dan bulunya berwarna hitam-merah salem serta ekor yang mencuat yang membuatnya nampak anggun. Selain itu Maleo juga mempunyai benjolan hitam tidak berbulu di atas kepalanya yang berfungsi untuk mendinginkan otaknya pada terik matahari pantai. Tidak seperti halnya burung lain, Maleo tidak bertelur di sarang atau mengerami telur dengan panas tubuhnya. Telur menetas karena panasnya laut atau panas geothermal.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 55
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Ukuran telur Maleo sangat besar dengan berat 260 gram atau 16 % dari berat
tubuhnya,
yang
merupakan
adaptasi
terhadap
proses
penetasannya yang aneh. Telur tersebut mengandung kuning telur besar sekali yang merupakan persediaan makanan cukup banyak bagi anak burung yang sejak menetas harus sepenuhnya mandiri. Selama musim bertelur, Maleo-Maleo datang ke suatu tempat bertelur secara bersama, biasanya pada malam hari. Ke esokannya burung jantan dan betina bergantian menggali lubang dalam di pasir, lalu betinanya bertelur sebutir setiap 10 hari. Seteteh itu lubang tersebut ditimbun dan pasangan ini kembali ke hutan tanpa memperdulikan perkembangan keturunannya. Sesudah tiga bulan telurnya menetas dan anak burung (piyik) muncul lengkap dengan bulu dan mampu untuk terbang. Tetapi sebelumnya burung maleo harus berjuang untuk menembus pasir setebal 50 cm. Maleo bertelur secara berkawanan, biasa mencapai ratusan pasang yang mengumpul di suatu tempat.
Gambar 4.16. Burung Maleo
Menurut perkiraan para ahli, di Sulawesi terdapat 50 tempat bertelur yang masih di gunakan. Diantara tempat yang masih aktif digunakan antara lain di Kecamatan Sojol yaitu Desa Panggalaseang Tanjung kramat, Kecamatan Balaesang yaitu Tanjung Balaesang dan masih banyak tempat yang cukup pontesial di Pantai Barat, akan tetapi telah ditinggalkan karena kerusakan lingkungan, kerakusan manusia dan daerah itu pula dapat ditemukan telur maleo yang diperjual belikan secara bebas, yang dihargai Rp 5000 – 6000 / butir. Karena ukurannya yang besar, kemudian orang mengambil telur tanpa batas, sehingga jenis burung ini terancam kepunahan.
c.
Reptil 1) Ular sanca Ularsanca (Phyton reticulatus) sering ditemukan sekitar sawah maupun pemukiman bahkan yang berukuran panjang. Ular oleh masyarakat
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 56
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah bahkan pemburu professional dengan tujuan mengambil kulit dan dagingnya.
Ular
ini
mempunyai
berpendar
warna
pelangi
yang
mempesona pada sisiknya, ini yang membuatnya dihargai tinggi oleh penggemar kulit ular.
Gambar 4.17. Ular sanca
2) Cecak terbang Cecak terbang(Draco volans) merupakan salah satu reptilia yang menarik dan dapat terbang dari pohon ke pohon 3) Biawak Selain itu ada biawak monitor (Varanus salvator) ditemukan disemua lokasi tetapi sudah sangat jarang terlihat, sering muncul dipermukiman dan perkebunan untuk mencari mangsa, bahkan sering melintas dijalan raya.
Gambar 4.18. Biawak
d. Ampibi 1) Kintel Sedangkan Kodok dan katak/kintel merupakan amfibia yang menempati komunitas tanah hutan sampai tanah berair. Didapatkan 6 jenis Amfibia di wilayah Pantai Barat dan umum disemua lokasi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 57
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.19. Kintel endemik
e. Ikan Potensi perikanan dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yakni potensi perikanan laut yang hampir terdapat disemua Kecamatan di Kabupaten Donggala, kecuali KecamatanRio Pakava dan Kecamatan Pinembani. Namun yang besar berada di Kecamatan Banawa, Sirenja, Damsol, dan Kecamatan Sojol. Sedangkan untuk perikanan darat merata di semua Kecamatan., kecuali Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, dan Sirenja. Data produksi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Donggala pada tahun 2011 tercatat sebesar 37.865.735 ton. Produksi tersebut terdiri dari produksi perikanan laut sebesar 28.007.000 ton atau sekitar 95,38 % dan perairan budidaya 1.750.735 ton atau sekitar 4,62 %.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 58
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.6. Jumlah Produksi Ikan Menurut Jenis Usaha Perairan Tahun 2013 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kecamatan (2) Rio Pakawa Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabora Sinduae Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara Total 2012 2011 2010 2009 2008
Keterangan Sumber
: :
Jenis Usaha Perairan (Kg) Perairan Perairan Budidaya Laut Umum (3) (4) (5) 1.726.330442.844 1.410.549 1.322.216 656.617 152.278 166.478 1.079.520 -
Jumlah (6) 2.169.174 1.410.549 1.322.216 656.617 152.278 166.478 1.079.520
1.347.596 2.336.633 2.252.682 2.417.427
10.600
45.666 17.842
1.347.596 2.336.633 2.298.348 2.445.869
938.461 900.175 1.071.554 17.778.516 36.115.000 18.128.780 14.261.415 12.862.500
11.500 22.100 57.511
57.608 490.862 33.452 1.088.274 1.750.735 561.017 65.956 111.270
1.007.569 1.391.037 1.105.006 18.888.890 37.865.735 18.689.797 14.327.371 12.920.011
Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Donggala Thn 2013
Selain ikan, di perairan Kabupaten Donggala terdapat beberapa satwa perairan diantaranya, buaya muara, ikan karang, udang, bulu babi, dan lain-lain seperti yang bisa kita lihat pada tabel berikut ; Tabel 4.7. Jenis Satwa Perairan di Kabupaten Donggala No Nama Lokal Nama Ilmiah (1) (2) (3) Crocodylus porosusu 1 Buaya muara 2 Ikan Karang Stenopus hlspidus 3 Udang berbeling Diadema 4 Bulu babi Heterocentrotus 5 landak laut mammilatus Acanthaster plancii 6 Lipan Laut Tridacna SP 7 Kima Charonia tritonis 8 Triton terompet Panuliridae 9 Udang lobster 10 Kerang-kerangan Keterangan Sumber
: :
Status (4) D
Hasil Pengamatan BLHD Kabupaten Donggala Thn 2008
Jenis ikan karang cukup penting secara ekonomis maupun bagi lingkungan, khususnya jenis karapu tikus (Cromoleptes alyivelis) banyak
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 59
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah ditemukan didaerah perairan Kabupaten Donggala, namun jumlah dan kondisi terumbu karang sudah berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi ekosistem sudah mulai terganggu.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 60
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
C.
AIR 1.
Inventarisasi Sungai dan Danau a.
Sungai Berdasarkan
pengamatan
terhadap peta rupabumi dan peta geologi, di Kabupaten Donggala secara umum terdapat 2 macam pola aliran sungai di wilayah ini, yakni dendritik dan paralel. Pola dendritik umumnya terbentuk di bagian selatan terutama di Lembah Palu dan bagian barat Banawa. Pola paralel umumnya terbentuk di bagian utara, yakni antara Tawaeli sampai Sojol dan bagian timur Banawa. Kabupaten
Sungai
di
Donggala
wilayah bisa
dikatakan ada65 sungai dengan kriteria sungai besar atau kecil dan sungai permanen atau tadah hujan. Beberapa sungai lainnya di
Indikator Sumber Daya Air Kab. Donggala 2013 Sungai besar yang ada di Donggala Wilayah banawa - S. Lumbudolo - S. Powelua - S. Bambarimi - S. Salumpaku - S. Tanamea - S. Surumana Wilayah pantai barat - S. Toaya - S. Masaingi - S. Kaliburu - S, Alindau - S. Tompe - S. Tambu - S. Walandano - S. Malonas - S. Kombo - S. Tandaiyo - S. Silambau Debit air berkisar antara 0,50 – 9,56 m3/dtk
wilayah Kabupaten Donggala yang mempunyai potensi air relatif besar adalah Sungai Kombo (perbatasan Donggala - Tolitoli), S. Tandaiyo, S. Silambau, S. Malonas, S. Tambu, S. Walandano, S. Tompe, S. Alindau, S. Kaliburu, S. Tibo, S. Masaingi, S. Toaya, S. Lumbudolo, S. Tanamea (dan inletnya: S. Powelua, S. Salumpaku dan S. Bambarimi), serta S. Surumana (perbatasan Donggala- Mamuju Utara), S. Minti dan lain-lain.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 61
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.20. Sungai Powelua
b.
Danau Sumber air yang berasal dari danau di wilayah Kabupaten Donggala antara lain Danau Talaga (Kecamatan Damsol), dan Danau Rano
(Kecamatan
Balaesang
Indikator Sumber Daya Air Kab. Donggala 2013 Danau yang ada di Donggala Wilayah pantai barat - D. Talaga - D. Rano
Tanjung). Namun saat ini danau lebih
condong
pada
sektor
pariwisata yang dapat menunjang keindahan di Kabupaten tersebut dan sebagai aset untuk pendapatan daerah.
Gambar 4.21. Pesona Danau Rano
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 62
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.22.
Pesona Danau Talaga
Adapun Laguna Tasilaha dan Laguna Lalombi semuanya termasuk dalam wilayah Kec. Banawa. Laguna Lalombi mempunyai bentuk hanya pada saat air laut sedang pasang.
Gambar 4.23.
Pesona Laguna Tasilaha dan Laguna Lalombi
Selain sungai dan danau, diKabupaten Donggala juga dapat ditemui beberapa waduk yang umumnya berada di Pantai Barat, diantaranya waduk tonggolobibi, siboang, siwalempu, balukang, lenju dan ogoamas.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 63
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 2.
Kualitas Air a.
Air Sungai Pengumpulan data kualitas air, baik fisik maupun kimia selain dilakukan
secara
dengan
pengamatan/pengukuran dilapangan
yang
cara
langsung
disurvey
serta
dilakukan analisi laboratorium. Untuk mengetahui kualitas
Indikator Kualitas Air Sungai Kab. Donggala 2013 Kisaran nilai mutu air sungai dari 5 (lima) lokasi sampling, yakni : pH 5,87 – 6,93 BOD 0,61 – 2,22 mg/l COD 2,25 – 23,76 mg/l DO 4,13 – 10,67 mg/l
air sungai (air permukaan) maka pengamatan
dan
pengukurannya
dilakukan/diambil dibeberapa lokasi (sampling) pada tahun 2013 antara lain : Sungai Tompe kec. Sirenja, Sungai Toaya kec. Sindue, Sungai Tandaiyo Kec. Sojol, Sungai Alindau kec. Sindue Tobata dan Sungai Labean kec. Balaesang. Sampling sungai tersebut diatas umumnya digunakan untuk keperluan irigasi pertanian dan kebutuhan sehari-hari (memasak, mandi dan mencuci),
Gambar 4.24. Pengambilan Sampel Air Sungai
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 64
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan MenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan Hasil analisis yang ada pada lokasi sampling meliputi ; Parameter Fisik Air
Temperatur Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai temperatur air berkisar antara 24,7 s.d 27,7 ºC dan masih berada pada kisaran normal. Perbedaan suhu ini disebabkan oleh perbedaan waktu, temperatur dan cuaca yang berbeda pada saat pengambilan sampel air.
Residu tersuspensi Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai kandungan residu tersuspensi berkisar antara 3,7 s.d 41,00 mg/L. Nilai tersebut masih dibawah ambang batas yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L.
Konduktifitas Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai nilai daya Hantar listrik berkisar antara 61 – 820 µs/cm.
Turbidity Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai kekeruhan berkisar antara 0,53 – 9,99.
Parameter Kimia Air
pH pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6 – 9 untuk mutu air kelas I dan II. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Limbah buangan akan mempengaruhi pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota dalam air. Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai pH berkisar antara 5,87 – 6,93. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih dibawah ambang baku mutu atau merupakan batas maksimum
berdasarkan baku mutu pH badan air kecuali Sungai
Watatu. Rendahnya pH air disungai Watatu disebabkan oleh debit air sungai yang rendah air hujan yang bersifat asam, karena sampling dilakukan sesaat setelah hujan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 65
Pemerintah Kabupaten Donggala
Baku Mutu
Badan Lingkungan Hidup Daerah
7,20 7,00 6,80 6,60 6,40 6,20 6,00 5,80 5,60 5,40 5,20
6,93
6,13
6,10
6,12
5,87
pH
S. Tompe S. Toaya S. Tandaiyo S. Alindau S. Labean Grafik SD-14(C). Perbandingan Nilai pH dari Beberapa Sungai di Kabupaten Donggala Tahun 2013
BOD BOD merupakan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme saat pemecahan bahan organik. Pemecahan tersebut didefenisikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai BOD maksimal 2 mg/l untuk mutu air kelas I dan 3 mg/l untuk mutu air kelas II. Besar kecilnya jumlah oksigen dalam menguraikan senyawa organik menggambarkan kondisi air tersebut, apabila oksigen kurang maka plankton dan organisme air lainnya tidak dapat berkembang dengan baik sedangkan oksigen tinggi mengindikasikan banyak limbah buangan yang terdapat dalam air tersebut. Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai BOD berkisar antara 0,61 – 2,22 mg/l. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih dibawah ambang baku mutu berdasarkan baku mutu BOD badan air,
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 66
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 2,50
2,22
Baku Mutu
2,00
1,48 1,50
1,20
1,19
1,00
BOD
0,61
0,50 0,00
S. Tompe S. Toaya S. Tandaiyo S. Alindau S. Labean Grafik SD-14(C). Perbandingan Nilai BOD dari Beberapa Sungai di Kabupaten Donggala Tahun 2013
COD COD merupakan Kebutuhan oksigen kimiawi yang menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang mudah atau sukar untuk dapat didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai COD maksimal 10 mg/l untuk mutu air kelas I dan 25 mg/l untuk mutu air kelas II Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai COD berkisar antara 2,25 – 23,76 mg/l. 23,76
25,00
18,24
Baku Mutu
20,00 15,00
7,65
10,00 5,00
7,84
COD
2,25
0,00
S. Tompe S. Toaya S. Tandaiyo S. Alindau S. Labean Grafik SD-14(C). Perbandingan Nilai COD dari Beberapa Sungai di Kabupaten Donggala Tahun 2013
DO Kandungan oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi untuk perkembangbiakannya. oksigen terlarut
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 67
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai DO minimal 6 mg/l untuk mutu air kelas I dan 4 mg/l untuk mutu air kelas II Dari hasil pengujian sampling air dari 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai DO berkisar antara 4,12 – 10,67 mg/l.
12,00
10,67
10,00
Baku Mutu
7,80 6,89
8,00 6,00
4,50
4,12
DO
4,00 2,00 0,00
S. Tompe S. Toaya S. Tandaiyo S. Alindau S. Labean Grafik SD-14(C). Perbandingan Nilai DO dari Beberapa Sungai di Kabupaten Donggala Tahun 2013
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Klasifikasi air menurut kegunaannya di kategorikan menjadi 4 (empat)kelas yaitu : 1.
Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.;
2.
Kelas
II,
yaitu
air
yang
dapat
digunakan
untik
rekresi
air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau kegunaan tersebut; 3.
Kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4.
Kelas IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 68
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Sehingga hasil analisis laboratorium secara umum terhadap berbagai parameter tersebut dibandingkan dengan nilai kelas air yang diurut berdasarkan peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu, seperti terangkum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8. Hasil Uji Beberapa Parameter Air Sungai di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Nama Sungai
1
2
1 Sungai Tompe 2 Sungai Toaya 3 Sungai Tandaiyo 4 Sungai Alindau 5 Sungai Labean Mutu Air Kelas I Mutu Air Kelas II Keterangan
:
Sumber
:
b.
Parameter BOD COD 4 5
Ph 3 6,13 6,93 5,87 6,10 6,12 6-9 6-9
1,48 1,20 2,22 0,61 1,19 2 3
18,24 2,25 23,76 7,65 4,5 10 25
DO 6
Ket. 7
0,06 0,06 0,03 0,00 0,02 6 4
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Berdasarkan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003, tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan pengambilan Contoh Air Permukaan Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2013
Air Danau Sama
halnya
dengan
sungai, pengumpulan data kualitas air, baik fisik maupun kimia selain dilakukan
dengan
cara
pengamatan/pengukuran
langsung
dilapangan
yang
disurvey
juga
dilakukan analisi laboratorium. Untuk mengetahui kualitas air danau (air permukaan) maka pengamatan
dan
dilakukan/diambil
Indikator Kualitas Air Danau Kab. Donggala 2013 Danau yang ada di Donggala Wilayah pantai barat - D. Talaga - D. Rano Kualitas air Danau Talaga pH 6,07 BOD 2,63 mg/l COD 11,64 mg/l DO 4,60 mg/l -
pengukurannya disatu
lokasi
(sampling) saja yakni di Danau Talaga Kec. Damsol, selain sebagai obyek wisata sumber airnya juga digunakan untuk
kebutuhan air bersih untuk
masyarakat sekitar. , Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas airnya juga berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan MenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan pengambilan Contoh Air Permukaan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 69
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Hasil analisis yang ada pada lokasi sampling meliputi ; Parameter Fisik Air
Temperatur Dari hasil pengujian sampling air diperoleh nilai temperatur sebesar 25,0 ºC. Hal yang mempengaruhi adalah faktor waktu, temperatur dan cuaca pada saat pengambilan sampel air
Residu terlarut Dari hasil pengujian sampling air kandungan residu terlarut diperoleh nilai 283 mg/L. Nilai tersebut masih dibawah ambang batas yang dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L
Residu tersuspensi Dari hasil pengujian sampling air kandungan residu tersuspensi diperoleh nilai 27,51 mg/L. Nilai tersebut masih dibawah ambang batas yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L
Konduktifitas Dari hasil pengujian sampling air kandungan daya antar listrik dengan nilai 83 mg/L.
Parameter Kimia Air
pH Dari hasil pengujian sampling air menunjukkan nilai pH sebesar 6,07 mg/l. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih dibawah ambang baku mutu untuk kelas I dan II, yakni sekitar 6 - 9. Dari hasil pengujian sampling air menunjukkan nilai masih dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan.
BOD Dari hasil pengujian sampling air menunjukkan nilai BOD sebesar 2,63 mg/l. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih dibawah ambang baku mutuyang dipersyaratkan untuk mutu air kelas I dan kelas II.
COD Dari hasil pengujian sampling air menunjukkan nilai COD sebesar 11,64 mg/l. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan untuk mutu air kelas I.
DO Dari hasil pengujian sampling lokasi menunjukkan nilai DO sebesar 4,60 mg/l. Kesimpulannya bahwa nilai kosentrasi normal dan masih memenuhi ambang baku mutu yang dipersyaratkan untuk mutu air kelas II.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 70
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Selanjutnya hasil analisis laboratorium secara umum terhadap berbagai parameter tersebut dibandingkan dengan nilai mutu air kelas II yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, seperti terangkum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9. Hasil Uji Beberapa Parameter Air Danau di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Nama Danau
1
2
1 Danau Talaga Mutu Air Kelas I Mutu Air Kelas II Keterangan
:
Sumber
:
c.
Parameter BOD COD 4 5
Ph 3 6,07 6-9 6-9
2,63 2 3
DO 6
11,64 10 25
Ket. 7
4,60 6 4
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Berdasarkan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003, tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan pengambilan Contoh Air Permukaan Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2013
Air Sumur Air
tanah
Donggala
di
Kabupaten
dikonsumsi
Indikator Kualitas Air Sumur Kab. Donggala 2013 Kisaran nilai mutu air sumur dari 5 (lima) lokasi sampling, yakni : pH 5,80 – 8,10 BOD 103 – 1,76 mg/l COD 1,84 –6,20 mg/l DO 4,80 – 7,20 mg/l
oleh
masyarakat dalam bentuk air tanah dangkal dan hanya sebagian kecil saja
masyarakat
yang
memiliki
sumur dangkal ini. Ketersediaan sumur dalam (air tanah dalam) wilayah Kabupaten Donggala untuk tahun
2012
3.620.087 m
3 .
adalah
sekitar
Hal ini merupakan suatu respon yang baik dalam artian
kondisi air tanah di Kabupaten Donggala memiliki jumlah ketersediaan yang banyak sehingga dapat dan layak untuk dikonsumsi.. Selain air sungai dan air danau, dilakukan juga pengumpulan data kualitas air khususnya air sumur
yang dipakai masyarakat. Cara
pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002Tahun 2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan hasil analisis
laboratorium
menunjukkan bahwa
parameter yang di analisa baik fisika maupun kimia menunjukkan angka masih dibawah baku mutu air. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas air sumur belum terkontaminasi. Air sumur yang disurvey berada di lokasi Kec. Banawa, Kec. Rio Pakava, Kec. Sojol dan Kec. Balaesang yang umumnya digunakan masyarakat untuk keperluan minum, mandi dan mencuci.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 71
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.25. Pengambilan Sampel Air Sumur
Hasil analisis yang ada pada lokasi sampling meliputi ; Untuk parameter bentuk fisik air, secara umum didapatai bentuk air belum ada yang berubah, semuanya dalam kondisi tidak berbau dan tidak berasa. Parameter Fisik Air
Temperatur Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan bahwa nilai temperatur air berkisar antara 23,0 s.d 28,0 ºC.
Residu terlarut Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan bahwa nilai residu terlarut air berkisar antara 78,0 s.d 302,0 mg/l.Nilai kosentrasi tersebut masih menunjukkan angka normal dan dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan yakni 1.000 mg/l
Residu tersuspensi Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan bahwa nilai residu tersuspensi air berkisar antara 15,0 s.d 31,0 mg/l. Nilai kosentrasi tersebut masih menunjukkan angka normal dan dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan yakni 50 mg/l.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 72
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Konduktifitas Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan bahwa nilai konduktifitas air berkisar antara 1,16 s.d 1,92 us/cm.
Parameter Kimia Air
pH Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6 – 9. Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai pH
berkisar antara 5,76 s.d 8,00. Nilai
kosentrasi tersebut juga masih masuk kategori normal dan dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan.
9,00
8,10
7,00
Baku Mutu
8,00 7,20
8,00
6,10
6,00
5,80
5,00 4,00
pH
3,00 2,00 1,00 0,00
Kel. Tanjung Kel. Labuan D. Polato D. Bou D. Tambu Batu Bajo Jaya Grafik SD-16(B). Perbandingan Nilai pH dari Beberapa Titik Sampling Air Sumur di Kabupaten Donggala Tahun 2013
BOD Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai BOD maksimal 2 mg/l untuk mutu air kelas I. dan maksimal 3 mg/l untuk mutu air kelas II Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai BOD berkisar antara 1,03 s.d 1,76 mg/l. Nilai kosentrasi tersebut juga masih masuk kategori normal dan dibawah ambang baku mutu yang dipersyaratkan..
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 73
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
2,00
1,76
1,80
1,52
Baku Mutu
1,60
1,34
1,40
1,15
1,20
1,03
1,00 0,80
BOD
0,60 0,40 0,20 0,00
Kel. Tanjung Kel. Labuan D. Polato D. Bou D. Tambu Batu Bajo Jaya Grafik SD-16(B). Perbandingan Nilai BOD dari Beberapa Titik Sampling Air Sumur di Kabupaten Donggala Tahun 2013
COD Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai COD maksimal 10 mg/l untuk mutu air kelas I. Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai COD berkisar antara 1,84 s.d 6,20 mg/l. Nilai kosentrasi tersebut memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
7,00
6,20 5,50
6,00
Baku Mutu
5,00
3,82
4,00
3,71
3,00
1,84
2,00
COD
1,00 0,00
Kel. Tanjung Kel. Labuan D. Polato D. Bou D. Tambu Batu Bajo Jaya Grafik SD-16(B). Perbandingan Nilai COD dari Beberapa Titik Sampling Air Sumur di Kabupaten Donggala Tahun 2013
DO Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai DO minimal 6 mg/l untuk mutu air kelas I dan minimal 4 mg/l untuk mutu air kelas II
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 74
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Dari hasil pengujian sampel air terhadap 5 (lima) lokasi menunjukkan nilai DO berkisar antara 4,80 s.d 7,20 mg/l. Nilai kosentrasi tersebut memenuhi baku mutu air yang dipersyaratkan. Kadar DO menunjukkan jumlah oksigen yang terkandung dalam air, jika kadar DO memenuhi batas minimal mengindikasikan tidak terjadi pencemaran terhadap air tersebut.
8,00
7,20
7,00 6,00
Baku Mutu
6,80
6,10 4,80
5,00
5,10
4,00
DO
3,00 2,00 1,00 0,00
Kel. Tanjung Kel. Labuan D. Polato D. Bou D. Tambu Batu Bajo Jaya Grafik SD-16(B). Perbandingan Nilai DO dari Beberapa Titik Sampling Air Sumur di Kabupaten Donggala Tahun 2013
Selanjuitnya hasil analisis laboratorium terhadap berbagai parameter tersebut dibandingkan dengan nilai mutu air kelas I yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, seperti terangkum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10. Hasil Uji Beberapa Parameter Air Sumur di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Nama Sumur
1
2
1
Sumur Kelurahan Tanjung Batu 2 Sumur Kelurahan Labuan Bajo 3 Sumur Desa Polato Jaya 4 Sumur Desa Bou 5 Sumur Desa Tambu Mutu Air Kelas I Mutu Air Kelas II Keterangan
:
Sumber
:
Ph 3
Parameter BOD COD 4 5
Ket.
DO 6
7
6,10
1,34
3,82
4,80
5,80
1,52
1,84
5,10
8,10
1,15
3,71
6,10
7,20 8,00
1,03 1,76
6,20 5,50
7,20 6,80
6-9 6-9
2 3
10 25
6 4
Berdasarkan Peraturan Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tahun 2002, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 75
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Dari hasil Pemantauan kualitas air pada sungai, danau dan sumur yang ada, dengan memperhatikan kondisi parameter mutu air yang teridentifikasi, penyebab menurunnya kualitas air antara lain disebabkan besarnya limbah yang masuk ke badan sungai-sungai di Kabupaten Donggala terutama limbah rumah tangga. Penyebab lainnya adalah pembersihan, perataan dan pematangan lahan, aktifitas tambang galian C serta aktivitas permukiman penduduk, aktivitas pembangunan dermaga dan fasilitas penunjang lainnya juga berpotensi untuk menimbulkan dampak pada penurunan kualitas air. Saat hujan, aliran run off akan meningkat dan mengikis lapis permukaan tanah (erosi), tanah yang telah tererosi dapat mencemari sumber air yang dimanfaatkan penduduk; mata air, sungai, danau dan laut. Faktor lainnya yang dapat memicu perubahan kualitas air (terutama turbiditas)
adalah
Kondisi
tanah/batuan,
umumnya
didominasi
oleh
tanah/batuan rentan terhadap erosi bila tersiram hujan. Bila hujan tiba, air hujan akan mengisi retakan tanah, tanah menjadi jenuh, tanah yang jenuh air tersebut akan meluncur ke tempat yang rendah (ke arah sungai/danau). Kondisi aliran sungai, danau dan laut di wilayah Kabupaten Donggala hingga saat ini secara umum masih berkisar dibawah ambang baku mutu. Penurunan mutu air umumnya diakibatkan oleh tingginya bahan pencemar yang masuk ke badan air, seperti limbah rumah tangga, pengikisan air dan bahan sedimen lumpur, . Bahan-bahan pencemar itu akan menyebabkan berubahnya sifat fisik dan kimia air. Air yang tercemar jika dikonsumsi manusia, hewan, biota air, burung dan makluk hidup lainnya akan menjadi sumber penyakit bagi mengkomsumsinya. mengupayakan
Kedepan,
diharapkan
langkah-langkah
untuk
pemerintah memperkecil
daerah
dapat
kemungkinan
berkurang dampak yang timbul/mencemari sumber air yang ada. Tabel berikut memberikan gambaran produksi air bersih yang di Kabupaten Donggala Tabel 4.11. Produksi Air Bersih Menurut Sumbernya di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Sumber Air
1
2
1 2 3
Sungai Mata Air Air Tanah (Sumur) Total
Keterangan Sumber
: :
Tahun 2009 4
2010 5
2.498.846 2.444.721 1.554.194 1.432.930 3.328.071 3.758.680
2011 6
2012 7
2.532.101 1.257.782 3.538.388
2.992.206 1.518.772 3.620.087
Ket. 8
7.381.112 7.363.331 7.381.271 8.131.065 PDAM Kab.Donggala Thn 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 76
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.12. Produksi Air Bersih di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No. 1 1
2009 4
2 PDAM Donggala Total
Keterangan Sumber
d.
Tahun
Sumber Air
: :
2010 5
6.900.485 7.236.875
2011 6
2012 7
Ket. 8
7.103.437 7.726.456
6.900.485 7.236.875 7.103.437 7.726.456 PDAM Kab.Donggala Thn 2013
Air Laut Pengujian kualitas air laut di Kabupaten Donggala diambil di beberapa tempat sebagai sampling untuk mengetahui mutu kualitas air laut tersebut yang terletak di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue dan KecamatanSindue Tombusabora Cara pengukuran, perhitungan
dan
evaluasikualitas
air
laut
berpedoman pada Keputusan Menteri LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut. Pola cenderung
arus
permukaan
variatif
tergantung
posisi/letak wilayah pesisir dan pasang surut air. Dampak ombak perlu dipertimbangkan terutama pada musim barat (November sampai
Januari
atau
Maret),
Indikator Kualitas Air Laut Kab. Donggala 2013 Kisaran nilai kualitas air lautdari 3 (tiga) lokasi sampling, yakni : pH 7,60 – 8,10 Salinitas 26,8 – 28,6 % DO 3,45 – 6,51 mg/l BOD5 17,8 – 20,2 mg/l COD 9,80 – 12,60 mg/l
meskipun tingkat dampak dan musim
lainnya
berbeda
tergantung dari letak geografis.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 77
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.26. Pengukuran parameter fisika-kimia air laut
Adapun hasil analisis kualitas air laut di lokasi menunjukkan kualitas air laut di Kabupaten Donggala cukup variabel pada lokasi sampling menunjukkan bahwa ; Parameter Fisik Air
Temperatur Hasil pengukuran dan analisis kualitas air laut di lokasi menunjukkan suhu air laut berada pada kondisi yang normal yakni kisaran 28,2 – 30,1 ° C. nilai ini masih dalam kondisi normal untuk perairan tropis.
Kekeruhan Pengukuran terhadap derajat kekeruhan diperoleh 2,80 - 4,20 NTU. Hal ini menunjukkan indikasi yang relative baik dan masih dibawah ambang baku mutu < 80 NTU.
Parameter Kimia Air
pH Dari hasil pengujian terhadap 3 (tiga) lokasi sampling diperoleh sifat kimia air laut berkisar antara 7,60 – 7,90. Nilai ini juga masih sesuai dengan nilai ambang baku mutu yang dipersyaratkan untuk baku mutu air laut untuk biota laut dan untuk wisata sebesar 7 – 8,5 serta untuk pelabuhan sebesar 6,5 – 8,5.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 78
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
8,20
8,10
8,10
Baku Mutu
8,00
7,90
7,90 7,80 7,70
7,60
pH
7,60 7,50 7,40 7,30
D. Loli Pesua D. Surumana D. Meli Grafik SD-17(D). Perbandingan Nilai pH dari Beberapa Titik Sampling Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
Salinitas Dari hasil pengujian terhadap 3 (tiga) lokasi sampling diperoleh sifat kimia air laut berkisar antara 26,8 – 28,6 %. Nilai ini juga masih sesuai dengan
nilai
ambang
baku
mutu
untuk
biota
air
laut
yang
dipersyaratkan yakni dibawah 34 %. Dengan demikian air laut yang dianalisa pada beberapa lokasi sampling menunjukkan masih sangat alami.
29,00
28,60
28,50
Baku Mutu
28,00
27,30
27,50 27,00
26,80 Salinitas
26,50 26,00 25,50
D. Loli Pesua D. Surumana D. Meli Grafik SD-17(D). Perbandingan Nilai Salinitas dari Beberapa Titik Sampling Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
DO Dari hasil pengujian terhadap 3 (tiga) lokasi sampling diperoleh nilai DO air laut berkisar antara 3,45 – 6,51 mg/l. Khusus untuk lokasi Desa Surumana nilainya masih sesuai dengan nilai ambang baku mutu untuk biota air laut dan wisata bahari yang dipersyaratkan yakni >5 mg/l.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 79
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Sedangkan khusus untuk lokasi sampling Desa Loli Pesua dan Desa Meli nilainya 3,45 mg/l dan 4,85 mg/l. 6,51
7,00 6,00
4,85
Baku Mutu
5,00 4,00
3,45
3,00
DO
2,00 1,00 0,00
D. Loli Pesua D. Surumana D. Meli Grafik SD-17(D). Perbandingan Nilai DO dari Beberapa Titik Sampling Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
BOD5 Dari hasil pengujian terhadap 3 (tiga) lokasi sampling diperoleh nilai BOD5 air laut berkisar antara 18,70 – 20,20 mg/l. Nilainya masih sesuai dengan nilai ambang baku mutu yang dipersyaratkan yakni maksimal 20 mg/l untuk baku mutu air laut untuk wisata bahari dan maksimal 10 mg/l untuk baku mutu air laut untuk biota laut. 20,20
20,50 20,00
Baku Mutu
19,50 19,00
18,70
18,50
17,80
18,00
BOD5
17,50 17,00 16,50
D. Loli Pesua
D. Surumana
D. Meli
Grafik SD-17(D). Perbandingan Nilai BOD dari Beberapa Titik Sampling Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 80
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
COD Dari hasil pengujian terhadap 3 (tiga) lokasi sampling diperoleh nilai COD air laut berkisar antara 9,80 – 12,60 mg/l. Nilainya masih sesuai dengan nilai ambang baku mutu yang dipersyaratkan yakni <80 mg/l.
14,00
12,60
12,00
10,10
9,80
Baku Mutu
10,00 8,00 6,00
COD
4,00 2,00 0,00
D. Loli Pesua D. Surumana D. Meli Grafik SD-17(D). Perbandingan Nilai COD dari Beberapa Titik Sampling Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
Adapun keadaan kualitas air laut secara umum berdasarkan ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar tang ditenggang keberadaannya di Kabupaten Donggala berdasarkan komponen yang ada atau yang sebenarnya seperti terurai dalam tabel berikut : Tabel 4.13.
Hasil Uji Beberapa Parameter Air Laut di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Lokasi
1
2
1
Desa loli Pesua 2 Desa Surumana 3 Desa Meli BAKU MUTU Untuk Biota Laut
Untuk wisata Untuk Pelabuhan Keterangan Sumber
: :
Parameter Salinitas DO 4 5
BOD 6
COD 7
7,60
26,8
3,45
18,70
12,60
7,90
28,6
6,51
20,20
10,10
8,10
27,30
4,85
17,80
9,80
7 – 8,5
Coral 33–34 Mangrove s.d 34 Lamun 3– 34 Alami Alami
>5
20
-
>5
10
-
pH 3
7 – 8,5 6,5 – 8,5
Ket. 8
Keputusan Menteri LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 81
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
C.
UDARA Udara merupakan komponen abiotic yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Karena dalam udara terdapat partikel yang sangat membantu kehidupan. Oksigen yang terkandung di dalam udara sangat mempengaruhi
kelacaran
metabolisme
tubuh dan jika dalam udara tersebut terdapat berbagai
macam
partikel
yang
diatas
ambang batas yang telah ditentukan maka
Indikator Kualitas Udara Kab. Donggala 2012 Kisaran nilai kualitas udara ambien dari 5 (lima) lokasi sampling, yakni : SO2 0,01 – 17,44 ug/Nm3 CO 15,21 – 104,55 ug/Nm3 NO2 1,35 –23,12 ug/Nm3 TSP 1,99 – 24,08 ug/Nm3 Pb 0,01 – 0,04 ug/Nm3
lama kelamaan keracunan dan gangguan Ispa akan menjangkit makhluk hidup di dunia ini. Ketersediaan oksigen sangat mempengaruhi tingkah pola laku masyarakat dan industri dalam melakukan kegiatan usaha yang dijalankan.
Gambar 4.27. Langit Biru
Gambar 4.28. Udara yang tercemar
Khususnya di Kabupaten Donggala pencemaran polusi udara oleh industri besar bisa dikatakan tidak ada. Sumber polusi udara hanya dapat ditemui akibat dari benda bergerak yaitu aktifitas kendaraan bermotor dan aktifitas penduduk setempat. Pengambilan sampling udara bertujuan untuk mengetahui kondisi udara yang ada. Adapun parameter kualitas udara yang pernah diukur antara lain SO2, NO2, CO, dan Pb. Dimana parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kualitas udara yang berdampak pada kesehatan manusia. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup lainnya.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 82
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Lokasi sampling berada di Kec. Rio Pakava, Kec. Damsol, Kec. Sojol, Kec. Sirenja dan Kec. Balaesang. Parameter yang diambil, cara pengambilan sampel dan metode analisis setiap parameter mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara guna mengetahui keadaan mutu udara dilapangan secara umum. Hasil analisis yang ada pada lokasi sampling meliputi ; 1.
2
SO . Sulfur Dioksida merupakan pencemar yang paling umum, terutama ditemukan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mangandung sulfur tinggi dalam bentuk sulfur organik dan anorganik. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara. 2
Kandungan SO dari 5 (lima) titik sampling berkisar anatara 0,01 s.d 17,44 3
ug/Nm , angka kosentrasi tersebut dibawah ambang baku mutu udara ambien 3
sebesar 365 ug/Nm untuk waktu pengukuran selama 24 jam. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
20,00
17,44
18,00 16,00
Baku Mutu
14,00 12,00 10,00
8,17
9,15 7,69
8,00
SO2
6,00 4,00 2,00
0,01
0,00
D. Ngowi
D. Siboang
D. Tambu
Grafik SD-18(B). Perbandingan Nilai SO2 dari Beberapa Titik Sampling Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012
2.
CO. Karbon monoksida merupakan pencemaran udara yang paling besar dan umum dijumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat pembakaran bahan-bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, pembakaran tidak sempurna. Sumber terbesar senyawa ini adalah aktifitas transportasi. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca,
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 83
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Kandungan CO dari 5 (lima) titik sampling berkisar antara 15,21 s.d 104,55 ug/Nm
3.
angka kosentrasi tersebut masih dibawah baku mutu udara ambien
30.000 ug/Nm3 untuk waktu pengukuran 1 jam. Peningkatan kandungan CO terjadi saat jumlah kendaraan yang lewat meningkat. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
120,00
104,55
Baku Mutu
100,00 80,00 60,00
36,70
40,00
43,61
43,33
CO 15,21
20,00 0,00
D. Ngowi
D. Siboang
D. Tambu
Grafik SD-18(B). Perbandingan Nilai CO dari Beberapa Titik Sampling Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012
3.
NO2. Polutan kimia yang memiliki sifat toksit yang cukup berbahaya adalah senyawa nitrogen yang berbentuk Nitrogen Dioksida (NO2), dapat bersumber dari pembakaran dan asap kendaraan bermotor, 3
kandungan N02dari 5 (lima) titik berkisar antara 1,35 s.d 23,12 ug/Nm ,angka 3
kosentrasinya juga masih dibawah baku mutu udara ambien 150 ug/Nm dengan waktu pengukuran 1 jam. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 84
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
23,12
25,00
Baku Mutu
20,00 15,00
8,48
10,00 5,00
12,56
11,83
NO2
1,35
0,00
D. Ngowi
D. Siboang
D. Tambu
Grafik SD-18(B). Perbandingan Nilai NO2 dari Beberapa Titik Sampling Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012
4.
TSP. TSP (Total Suspended Particulat) atau total partikel yang melayang di udara. Partikulat melayang di udara memiliki diameter maksimum 45 mm, Partikel PM 10, dan PM 2,5 mm. Pada umumnya partikulat debu sekitar 5 mikron yang dapat langsung masuk ke dalam paru – paru dan mengendap di alveoli. Ukuran partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Sedangkan pada tumbuhan dapat berakibat tertutupnya stomata saun oleh partikulat debu sehingga menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Kandungan TSP yang terukur pada 5 (lima) lokasi berkisar antara 1,99 s.d 24,08 3
ug/Nm , angka tersebut menunjukkan masih dibawah ambang baku mutu udara 3
ambien 230 ug/Nm dengan waktu pengambilan 24 jam. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 85
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
30,00
24,08
25,00
Baku Mutu
19,68 20,00
12,76
15,00
13,99 TSP
10,00 5,00
1,99
0,00
D. Ngowi
D. Siboang
D. Tambu
Grafik SD-18(B). Perbandingan Nilai TSP dari Beberapa Titik Sampling Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012 5.
Pb. Emisi timah hitam hanya ditimbulkan oleh sektor transportasi yang hanya berasal dari penggunaan bahan bakar dengan pembubuhan TEL (tetraethyl lead) atau (C2H5)4Pb. Pb adalah racun sistematik, keracunan Pb kan menimbulkan gejala; rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, muntah-muntah, kolik, perubahan keperibadian, kelumpuhan dan kebutaan. Kandungan Pb yang terukur pada 5 (lima) lokasi berkisar antara 0,01 s.d 0,04 3
ug/Nm , angka tersebut menunjukkan masih dibawah ambang baku mutu udara 3
ambien 2 ug/Nm dengan waktu pengambilan 1 jam. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
0,05
0,04
0,04
Baku Mutu
0,04 0,03 0,03
0,02
0,02
0,02
0,02
Pb
0,02
0,01
0,01 0,01 0,00
D. Ngowi
D. Siboang
D. Tambu
Grafik SD-18(B). Perbandingan Nilai Pb dari Beberapa Titik Sampling Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 86
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotornya secara rutin untuk memastikan emisinya memenuhi baku mutu. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu usaha pemerintah untuk turut menekan adanya perubahan iklim global yang sementara ini kita rasakan, dapat kita melihat kondisi cuaca yang tidak menentu dan berbagai bencana yang telah terjadi dimana-mana, Aktifitas pengoperasian kendaraan bermotor (bergerak dan tidak bergerak), semuanya itu akan menghasilkan polusi udara, kebisingan yang mengganggu pendengaran terhadap makluk hidup (manusia, hewan). Polusi atau pencemaran udara yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pernapasan, sumber penyakit, ketidaknyamanan, dsb. Dengan demikian, kualitas udara yang buruk dan kebisingan yang melebihi batas baku mutu lingkungan akan menimbulkan dampak negatif penting. Adapun keadaan mutu udara ambien secara umum dari inventarisasi potensi pencemar udara di Kabupaten Donggala berdasarkan kandungan zat (batas), energi dan/atau komponen yang ada atau yang sebenarnya seperti terurai dalam tabel berikut : Tabel 4.14.
No.
Hasil Uji Beberapa Parameter Udara Ambien di Kabupaten Donggala Tahun 2012
Titik Sampel
1 1 2 3 4 5
2 Desa Ngowi Desa Malonas Desa Siboang Desa Malentungan Desa Tambu Baku Mutu
Keterangan
:
Sumber
:
SO2 3
Parameter (ug/Nm3) CO NO2 TSP Pb 4 5 5 6
0,01 17,44 8,17 7,69
104,55 36,70 43,33 15,21
1,35 23,12 11,83 8,48
1,99 24,08 12,76 13,99
0,02 0,02 0,04 0,02
9,15 365
43,16 30.000
12,56 150
19,68 230
0,01 2
(24 jam)
(1 jam)
Ket. 7
(24 jam) (24 jam) (24 jam)
Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian dan Pencemaran Udara Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2012
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 87
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
D.
LAUT, PESISIR DAN PANTAI
Gambar 4.29. Zona Wilayah Pesisir Prop. Sulawesi Tengah
Kawasan pesisir Kabupaten Donggala memiliki potensi sangat besar, baik dari segi wisata
maupun
pengembangan
kegiatan
perikanan. Pengembangan
kawasan
pesisir
meliputi 14 Kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten
Donggala
yang
mempunyai
potensi dan pengembangan yang berbeda – beda. Berikut data sebaran daerah pesisir
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
Indikator Laut, Pesisir dan Pantai Kab. Donggala 2013 Dari 16 Kecamatan yang ada, 14 kecamatan diantaranya merupakan daerah pesisir, merupakan potensi perikanan laut dan wisata bahari Panjang garis pantai ± 420 km Terdapat 15 pulau kecil
IV- 88
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah yang ada di wilayah Kabupaten Donggala. Tabel 4.15. Data Sebaran Daerah Pesisir di Kabupaten Donggala Luas Kecamatan/ No. Total Desa Keterangan Kabupaten/Kota Km2 % (1) (2) (4) (5) (6) (7) 1 Rio Pakava 872,16 16,53 14 Pegunungan 2 Pinembani 402,61 7,63 9 Pegunungan 3 Banawa 99,04 1,88 14 Pesisir 4 Banawa Selatan 430,67 8,16 19 Pesisir 5 Banawa Tengah 74,64 1,41 8 Pesisir 6 Labuan 126,01 2,39 7 Pesisir 7 Tanantovea 302,64 5,74 10 Pesisir 8 Sindue 177,20 3,36 13 Pesisir 9 Sindue 211,55 4,01 6 Pesisir Tombusabora 10 Sinduae Tobata 211,92 4,02 6 Pesisir 11 Sirenja 286,94 5,44 14 Pesisir 12 Balaesang 314,23 5,96 13 Pesisir 13 Balaesang Tanjung 188,85 3,58 8 Pesisir 14 Damsol 732,76 13,89 14 Pesisir 15 Sojol 705,41 13,37 9 Pesisir 16 Sojol Utara 139,07 2,64 5 Pesisir Total 5.275,69 100,00 169 14 Kec Keterangan Sumber
: :
BPS Kabupaten Donggala Thn 2013
Adapun data potensi dan pulau-pulau kecil yang ada dalam wilayah Kabupaten Donggala yang perlu pengembangan, agar pengelolaan daerah pesisir tersebut dapat dikelola dengan baik guna menunjang sector ekonomi masyarakat, yakni : Tabel 4.16. Data Potensi Pengembangan Daerah Pesisir dan Pulau-pualu kecil di Kabupaten Donggala No.
Luas
Lokasi
Pengembangan
(2) Panjang Pantai
(3) 445 km
2
Pulau-pulau kecil
15 pulau
(5) Rencana pengelolaan pesisir dan pantai Pengembangan daerah konservasi dan wisata bahari
3
Mangrove
1.344,50 Ha
(4) Sepanjang pantai 14 daerah pesisir Kec. Balaesang, kec. Balaesang Tanjung, Kec. Sojol dan kec. Sojol Utara Sepanjang pantai 14 daerah pesisir
4
Terumbu karang
-
5
Padang lamun
-
(1) 1
Potensi
Keterangan Sumber
: :
Sepanjang pantai 14daerah pesisir Sepanjang pantai 14 daerah pesisir
Rehabilitasi habitat didaerah yang mengalami kerusakan Pengawasan secara terpadu Pengawasan secara terpadu
RTRW Kabupaten Donggala 2011-2031
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 89
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Sebagai suatu ekosistem perairan laut dangkal yang terletak dalam zona transisi garis Wallace dan Weber. Wilayah perairan Kabupaten Donggala memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan unik, ekosistem bahari yang menarik dan menakjubkan. Meningkatnya
populasi
manusia
dan
pesatnya
aktivitas
ekonomi
cenderungmengakibatkan rusak dan menurunnya daya dukung lingkungan. Ekosistem utama yang umumnya berada di daerah pesisir dan laut dapat dikelompokkan secara umum yakni 3 (tiga) kelompok yaitu : mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Atau secara skematik dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.30. Ekosistem Utama Pesisir dan Laut
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 90
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 1. Terumbu Karang Terumbu
karang
adalah
suatu
ekosistem yang terdapat diwilayah pesisir dan laut daerah tropis. Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu karang. Kondisi terumbu karang di Pantai Barat dan Selatan Kabupaten Donggala relatif
cukup
baik.
Namun
masih
ditemukan keadaan karang yang rusak akibat bahan peledak.Rataan terumbu karang yang ada di Sebelah Barat Kabupaten yang mengarah ketengah mempunyai lereng terumbu yang relatif
Indikator Terumbu Karang Kab. Donggala 2013 Kondisi terumbu karang (rata-rata) yang ada Tahun 2012 Sangat baik 32,19 % Baik 19,32 % Sedang 23,34 % Rusak 25,15 % Jenis terumbu karang yang dijumpai berdasarkan marga di Kab. Donggala Tahun 2006 yakni : Acroporidae Agaricidea Dendrophylidae Paviidae Echnopora Pinnie Fungidae
landai. Rataan terumbu tengah berupa rataan pasir
yang sangat luas dan
semakin kearah tubir semakin banyak ditumbuhi karang. Pertumbuhan karang didaerah ini sangat baik dan lebih rapuh.
Gambar 4.31. Terumbu karang
Adapun jenis-jenis terumbu karang yang dijumpai dibeberapa lokasi yang ada terdapat 50 jenis karang yang termasuk dalam 8 marga , yaitu :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 91
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.17. Jenis Terumbu Karang yang dijumpai di Kabupaten Donggala No
Marga
1 1
Acroporidae
2
2
Agaricidea
3 4
Dendrophylidae Faviidae
5
Echnopora
6 7
Pinnie Fungidae
Sumber
:
Jenis 3 Acropora aspera Clathrata Humilis Formosa Hyacinthus Nasuta Palifera Astreapora myriopthalma Montipora acuquituberculata Danai Ehrenbergi Monastrea Tuberculosa Undata Verrucosa Gardineroseris planula Lepteris explanata Lepteris explanata Mycetoroides Pachyceris speciosa Pavona divaricata Venusa Pavona sp. Tubinaria mecenterina Cyphastrea microphthalma Lamellina Horrida Lamelosa Favia favus Mathaii Palida Speciosa Stelligira Pavites abdita Goniastrea aspera Pectinata Retiformis Hidnopora exesa Micronos Rigida Lepastrea purpurea Leptoria phrigia Monastrea curta Platygira daedalea Oulphylia crispa Fungi danai Echinata Fungites Horrida Remanda Scutaria
Data Survey/monitoring Manta Tow YACL Thn 2006
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 92
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Hasil persentase menunjukkan bahwa kondisi luasan terumbu karang saat ini rata-rata adalah kondisi sangat baik 32,19 %, kondisi baik 19,32 %, kondisi sedang 23,34 % dan kondisi rusak 25,15 %. Sedangkan luasan penutupan mati sebesar 53 % dan penutupan hidup sebesar 47 %
Persentase
Grafik SD-19. Luas dan Kerusakan Padang Lamun 30 25 20 15 10 5 -
Sangat Baik Baik Sedang Rusak
Kecamatan
2. Padang Lamun Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang mempunyai produktifitas tinggi
sehingga
dapat
menopang
kehidupan berbagai jenis organisme yag hidup didalamnya. Komunitas padang lamun biasanya tumbuh
berasosiasi
dengan terumbu karang. Fungsi padang lamun yang diketahui adalah sebagai perangkap sedimen dan menstabilkan dasar perairan sehingga sedimen yang
Indikator Padang Lamun Kab. Donggala 2013 Luas padang lamun yang ada Tahun 2012 yaki sekiatar 590 Ha, persentas ekerusakan mencapai 319 Ha atau sekitar 54 % Jenis padang lamun yang dijumpai berdasarkan marga di Kab. Donggala Tahun 2006 yakni : Hydrocharltaceae Potamogetonaceae
berasal dari daratan dapat tertahan dan tidak
dapat
masuk
ke
ekosistem
didalamnya. Padang lamun juga dikenal sebagai tempat berpijah, berlindung, mencari makan dan tempat asuhan atau pembesaran bagi beberapa jenis ikan, udang dan hewan invertebrata lainnya.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 93
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.32. Pemasangan alat transek untuk pengukuran kerapatan padang lamun
Di wilayah perairan laut dangkal Kabupaten Donggala padang lamun dijumpai hampir disemua pulau yang ada maupun wilayah pesisir pantai, umumnya berada di daerah pasang surut sesudah hutan bakau. Tetapi yang paling banyak berada di wilayah Kecamatan Balaesang. Dari hasil survey teridentifikasi
terdapat 8 Jenis lamun yang masuk dalam 2 marga yaitu
Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae. Kepadatan tertinggi dibagian selatan dengan tutupan sekitar 75 % dan terendah 10 % yang berada dibagian barat. Tabel 4.18. Jenis Padang Lamun yang dijumpai di Kabupaten Donggala No
Marga
1 1
2 Hydrocharltaceae
2
Potamogetonaceae
Sumber
:
Jenis 3 Enhalus acorroldes Halophila minor Halophlla ovills Thalassla hemprichii Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Halodule uninervis Syringodium isoetifolium
Data Survey/monitoring Manta Tow YACL Thn 2006
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 94
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 3. Mangrove Hutan sekumpulan
mangrove tanaman
merupakan darat
yang
habitatnya dipengaruhi oleh air laut. Secara umum habitat utama tanaman mangrove adalah wilayah pantai yang memiliki substrat lumpur hingga pasir serta
memiliki
Ekosistem
suplai
mangrove
air
dibentuk
tawar. oleh
antara lain adalah komunitas tumbuhan yang berbentuk pohon dan semak, hidup digaris pantai yang mendapat pasang surut dan pengaruh aliran air tawar, serta tumbuh diantara batas-
Indikator MangroveKab. Donggala 2013 Luas hutan mangrove di Kab. Donggala Tahun 2012 seluas 1.416,50 Ha Kondisi hutan mangrove yang ada Tahun 2012 yakni, Rusak berat 595,50 Ha Rusak 729,50 Ha Tidak rusak 91,50 Ha Jenis mangrove yang dijumpai di Kab. Donggala Tahun 2008 yakni : Avicenia eucaliptipolia Sonneratia alba Rhizophora mucronata Rhizopora stylosa
batas pasang tinggi dan sedikit di atas rata-rata permukaan air laut. Ekosistem Hutan Mangrove merupakan ekosistem pesisir pantai yang mempertemukan ekosistem daratan dengan ekosistem lautan.
Ekosistem ini
memiliki peran dan fungsi yang cukup strategis dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan di daerah pesisir pantai.
DARAT
LAUT
MANGROVE: Tanah+air+Iklim = Vegetasi mangrove
Secara umum fungsi mangrove adalah : a. Fungsi biologi/ekologi: (1) tempat pemijahan, pencarian makanan, dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya; (2) tempat bersarang berbagai jenis satwa liar (terutama burung); (3) sumber plasma nutfah. b. Fungsi geofisik: (1) pengamanan pantai dari abrasi; (2) percepatan perluasan lahan (terjadi tanah-tanah timbul akibat sedimentasi); (3)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 95
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah pengendalian intrusi air laut; (4) perlindungan daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin; (5) pengolahan limbah organik. c.
Fungsi sosial ekonomi: (1) penghasil kayu dan non-kayu (madu, obatobatan, makanan, tanin dan lain-lain); (2) rekreasi dan jasa lingkungan pantai lainnya. Komunitas mangrove diwilayah pesisir Kabupaten Donggala ditemukan di
beberapa tempat dengan tingkat keanekaragaman dan tingkat ketebalan yang rendah. Kondisi ini lebih banyak disebabkan karena pengaruh wilayah pesisir pantainya yang langsung berhadapan dengan Laut Sulawesi yang memiliki fenomena alam seperti ombak yang kuat, yang menyebabkan pengikisan wilayah pantai (abrasi). Luas kawasan hutan mangrove di Kabupaten Donggala di tahun 2012 yaitu 1.416,50 Ha atau sekitar 3,57 % dari total luas mangrove yang ada di Sulawesi Tengah. Hutan mangrove di Kabupaten Donggala terbagi di 6 Kecamatan dengan rincian Kecamatan Banawa seluas 16,0 Ha, Kecamatan Banawa Selatan seluas 366,50 Ha, Kecamatan Balaesang seluas 37 Ha, Kec. Balaesang Tanjung seluas 700,0 Ha, Kecamatan Damsol seluas 143 Ha dan Kecamatan Sojol seluas 169 Ha dan Kecamatan Sojol Utara seluas 15,0 Ha. Secara alami mangrove yang ada dapat ditemui dan tumbuh disekitar kawasan pesisir perairan laut dangkal di Kabupaten Donggala dan mayoritas tumbuh mengelilingi garis pesisir. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik SD-21. Luas Tutupan Mangrove di Kabupaten Donggala Tahun 2013 1,06 11,93 % % 10,10 %
1,13 % Kec. Banawa Kec. Banawa Selatan
23,76 % 2,61 % 49,42 %
Kec. Balaesang Kec. Balaesang Tanjung Kec. Damsol Kec. Sojol Kec. Sojol Utara
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 96
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.19. Jenis Mangrove yang dijumpai di Kabupaten Donggala No
Marga
1 1
2
Keterangan Sumber
: :
Jenis 3 Avicenia eucaliptipolia Sonneratia alba Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa
Data Survey/monitoring Manta Tow YACL Thn 2006
Namun disayangkan, dari Luas kawasan hutan mangrove yang ada sebagian besar diantaranya atau seluas 729,50 Ha dalam kondisi rusak dan 595,50 Ha dalam kondisi rusak berat, hanya sebagian kecil saja yang tidak rusak cuma seluas 91,5 Ha. Hal yang yang mempengaruhi yakni adanya alih fungsi lahan menjadi areal permukiman, lahan tambak dan fasilitas umum.
Grafik SD-21 Persentase Kerusakan Mangrove di Kabupaten Donggala Tahun 2013 6,5 %
42,0 % Tidak Rusak 51,5 %
Rusak Rusak berat
Berikut beberapa dokumentasi aktifitas penduduk yang mempengaruhi kerusakanhutan mangrove yang ada di Kabupaten Donggala.
Alih fungsi mangrove menjadi areal permukiman penduduk
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 97
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Alih fungsi mangrove menjadi tambak
Alih fungsi mangrove menjadi tambak
Gambar 4.33. Beberapa aktifitas penduduk dalam alih fungsi mangrove
Nilai ekonomi yang didapat dari hutan mangrove pesisir adalah dapat mengurangi tekanan air yang masuk kedarat, sebagai tempat pemijahan dan perkembangan sehingga hasil tangkapan ikan yang berlimpah serta mempunyai nilai rosot karbon. Selain itu, didaerah kawasan ekosistem hutan mangrove juga bisa dilihat kehidupan berbagai macam flora dan fauna disekitarnya. Dari beberapa ulasan diatas, wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan perlu dilindungi melalui pengelolaan agar dapatdimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan penghidupanmasyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan dalampengelolaannya sehingga dapat menyeimbangkan tingkatpemanfaatan Sumber Daya Pesisir untuk kepentingan ekonomi tanpa mengorbankan kebutuhan generasiyang akan datang melalui pengembangan Kawasan Konservasi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 98
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
E.
IKLIM Data iklim makro diambil dari Stasiun Meteorologi Bandara Mutiara Palu. Stasiun ini terletak di Kota Palu dan masih representatif untuk mewakili data iklim wilayah penelitian yang terletak di wilayah pesisir Palu. Stasiun Mutiara Palu terletak pada koordinat 00'549"56.94" LS dan 119'54'19.86" BT pada ketinggian 84 m diatas permukaan laut. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Donggala memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April - September sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober – Maret. Namun demikian batasan waktu kedua musim ini tampaknya bergeser pada 2 tahun terakhir. Kabupaten Donggala terletak dibagian tengah Pulau Sulawesi, sehingga kurang terpengaruh oleh angin laut jika dibandingkan dengan daerah lain di pulau ini. Demikian pula secara meteorologis, Sulawesi merupakan wilayah yang kompleks dibandingkan pulai lain di Indonesia. Pola curah hujan yang terekam mempunyai perbedaan dalam wilayah Kabupaten Donggala dan sekitarnya. Hal ini secara umum disebabkan oleh interaksi arah angin dan topografi. 1. Curah Hujan Hasil pencatatan curah hujan pada Stasiun Udara Mutiara Palu tahun 2012 menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 166,0 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 15,0 mm. Sedangkan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa curah hujan ratarata tertinggi terjadi pada bulan Maret
Indikator Curah Hujan Kab. Donggala 2013 Tahun 2012, kondisi curah hujan tertinggi yakni 166,0 mm pada bulan Juli, dan curah hujan terendah yakni 15,0 mm pada bulan September. Kondisi curah hujan tahunan sepanjang tahun 2012 yakni rata-rata 63,38 mm
sebesar 205,0 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 23,0 mm. Berdasarkan data tersebut maka disimpulakan bahwa di Kabupaten Donggala selama tahun 2012, terdapat kriteria bulan lembab (curah hujan berkisar antara 100 mm – 200 mm sebanyak 2 (dua) bulan dengan curah hujan berkisar 108,40 mm s.d 166,0 mm dan selebihnya termasuk kriteria bulan kering (curah hujan dibawah 100 mm) sebanyak 10 (sepuluh) bulan dengan curah hujan berkisar antara 15,0 mm s.d 98,6 mm.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 99
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Menurut zone agroklimat Oldeman et al. (1977) Kabupaten Donggala termasuk zone E2 dan E3 dan E1, yaitu wilayah dengan jumlah bulan basah <3 bulan dan bulan kering 4 - 6 bulan
Curah hujan (mm)
Grafik SD-22. Curah Hujan di Kabupaten Donggala Tahun 2013 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
166,0
108,4
98,6
84,7
23,6
Jan
Bulan kering
53,0
46,4
Bulan lemban 42,0
15,9
15,0
Feb Mar Apr Mei Jun
79,0
28,0
Jul Agus Sep Okt Nop Des
Bulan
2. Suhu Udara Suhu
udara
tertinggi
yang
tercatat pada Stasiun Mutiara Palu tahun 2012 terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 28,8 ºC, sedangkan suhu udara terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 26,4 ºC.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
Indikator Suhu UdaraKab. Donggala 2013 Tahun 2012, kondisi suhu udara tertinggi yakni 28,8 ºC pada bulan Oktober, dan suhu udara terendah yakni 26,4 ºC pada bulan Juli. Kondisi suhu udara rata-rata tahunan sepanjang tahun 2012 yakni 27,6 ºC
IV- 100
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Suhu udara (0C)
Grafik SD-23. Suhu Udara di Kabupaten Donggala Tahun 2013 29,0 28,5 28,0 27,5 27,0 26,5 26,0 25,5 25,0
28,8 28,3
28,2 27,5 27,6 27,1
27,9
27,8
27,9
27,3 26,8 26,4
Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agus Sep Okt Nop Des
Bulan
Data iklim memiliki peranan yang sangat penting dalam perencanaan. Contoh dalam bidang pertanian, seperti mengatur pola tanam. Oleh karena itu, data iklim yang lengkap dan periode pengamatan yang lama sangat dibutuhkan. Berikut data iklim tahunan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Bandara Mutiara Palu. Tabel 4.20.
Rata-rata Parameter Cuaca pada Stasiun Metereologi Bandara Mutiara Palu Menurut Tahunan
1 1 2 3 4 5 6 7
2 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006
Keterangan Sumber
: :
Kecepatan Angin (knots)
Curah Hujan (mm)
Penyinaran Matahari (%)
Kelembaban Udara(%)
Tahun
Tekanan Udara (mb)
No.
Suhu Udara (ºC)
Parameter Cuaca
3
4
5
6
7
8
27,70 26,10 27,71 27,58 26,56 27,31 27,29
1.010,30 1.004,90 1.010,39 1.010,39 1.010,39 1.010,39 1.010,39
76,00 78,60 76,67 74,92 79,00 77,67 74,25
62,8 101,18 63,53 65,17 54,25 62,42 67,42
63,38 101,04 71,62 46,90 79,09 79,45 50,05
3,80 2,93 3,67 4,42 3,55 4,18 4,40
Stasiun Metereologi Bandara Mutiara Palu Tahun 2013
3. Kualitas Air Hujan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh kepermukaan bumi, sebagian masuk kedalam tanah dan selebihnya menjadi aliran permukaan. Yang masuk kedalam tanah sebagian besar masuk kesungai dan akhirnya bermuara kelaut. Untuk mengantisipasi dampak dari pengambilan air tanah diperlukan upaya konservasi air untuk mencegah atau meminimalkna air yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya kedalam tubuh bumi. Atas dasar
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 101
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah inilah, agar supaya sehingga air hujan tidak dibiarkan mengalir kepermukaan, maka ditampung kedalam suatu wadah yang memungkinkan air kembali meresap kedalam tanah (groundwater recharge) seperti ; kolam pengumpul air hujan, sumur resapan dan lubang resapan biopori. Berdasarkan ketentuan Permen LH No. 12 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemanfaatan Air Hujan. Untuk analisis kualitas air hujan sebenarnya diambil dari wadah kolam pengumpul air hujan. Namun, karena terbatasnya sarana tersebut sehingga pengambilan sampel air hujan diambil dari talang air bangunan pada saat hujan. sehingga kualitas air hujan yang di analisa menunjukkan hasil yang normal juga. Contoh air hujan
yang
diambil sebagai sampling khususnya hanya pada area Kota Donggala saat terjadi
hujan.
Sehubungan
dengan
curah hujan yang ada di Sulawesi tengah
khususnya
Donggala
terbilang
di
Kabupaten
rendah,
jadi
sampling air hanya diambil pada bulan Oktober sampai dengan Desember saja.
Indikator Kualitas Air Hujan Kab. Donggala 2013 Kisaran nilai kualitas air hujan dari 3 (tiga) bulan sampling, yakni : pH 6,21 – 6,22 Konduktifitas 0,081 – 0,082m5/cm Turbidity 5 NTU DO 0,01 – 0,02 mg/l Temperatur 25,0 – 26, 0 ºC Salinitas 0,00 %
Hasil analisis yang ada pada lokasi sampling meliputi ; Dari hasil pengujian kualitas air hujan yang pernah dilakukan, diketahui :
Nilai pH, menunjukkan nilai kosentrasi berkisar antara 6,21 s.d 6,22.
Nilai konduktifitas,menunjukkan nilai kosentrasi berkisar antara 0,081 s.d 0,082 us/cm.
Nilai turbidity masing-masing 5 NTU.
Temperatur dengan nilai antara 25 s.d 26 ºC dan salinitas masing-masing 0,00 %.
Salinitas masing-masing 0,00 % Adapun keadaan kualitas air hujan secara umum di Kabupaten Donggala
berdasarkan komponen yang ada atau yang sebenarnya seperti terurai dalam tabel berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 102
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Tabel 4.21. Hasil Uji Beberapa Parameter Air Hujan di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No. 1 1 2 3
Waktu Sampel 2 Bulan Oktober Bulan Nopember Bulan Desember
Keterangan Sumber
: :
pH 3
Parameter Konduk Turb. Temp. 4 5 7
Sal 8
6,22
0,082
5
26
0,00
6,21
0,081
5
25
0,00
6,21
0,082
5
25
0,00
Ket. 9
Hasil Olah Data BLHD Kab.Donggala Thn 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 103
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
F.
BENCANA ALAM Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam ini. Bencanamerupakan peristiwa
atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
Indikator Bencana AlamKab. Donggala 2013 Potensi bencana yang umumnya terjadi di Kab. Donggala yakni : - Banjir - Abrasi - Angin topan - Tanah longsori Intensitas bencana alam yang paling tinggi selama tahun 2012 yaitu banjir dan angin topan
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan, yang menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kawasan rawan bencana yang terdapat di Kabupaten Donggala sebagian besar dalam bentuk bencana tsunami dan gerakan tanah, hal ini disebabkan karena letak Kabupaten Donggala yang berada di lengan utara Pulau Sulawesi yang merupakan jalur rawan gempa Circum Pasific. Wilayah yang berpotensi tersebut terjadinyanya bencana tsunami tersebut sebagian besar berada di desa-desa pesisir yang memiliki morfologi rendah atau adanya abrasi. Sementara untuk bencana gerakan tanah adalah wilayah yang berada disekitar jalur gempa. Selain gempa dan tsunami, beberapa wilayah juga berpotensi banjir dan longsor terutama didaerah dekat sekitar aliran sungai. Bencana tersebut terjadi karena akibat pemanfaatan lahan yang tidak terkendali seperti pembukaan lahan dekat dari mata air, sungai dan anak sungai serta pengambilan hasil hutan pada bagian hulu tanpa mengikuti kaidah-kaidah eksploitasi yang melebihi ambang batas. Contoh : Banjir, Gempa bumi, gelombang pasang, tsunami, longsor, konflik dll. Jika kita perhatikan, jumlah kejadian bencana alam yang terjadi sampai dengan tahun 2012 yang terjadi di Kabupaten Donggala bisa dikatakan frekwensi naik bila dibandingkan tahun sebelumnya. Jenis bencana yang terjadi adalah banjir sebanyak 6 (enam) kali, kekeringan sebanyak 3 (tiga) kali, tanah longsor sebanyak 1 (satu) kali, kebakaran hutan sebanyak 3 (tiga) kali, angin topan sebanyak 6 (enam) kali dan abrasi sebanyak 2 (dua) kali. Secara lengkap berikut adalah frekwensi jumlah kejadian bencana selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yang terjadi di Kabupaten Donggala.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 104
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Grafik BA-1 s/d BA-7. Jumlah Kejadian Bencana Alam Menurut Jenis Bencana Tahun 2013
Jumlah kejadian
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Banjir
Tanah Kebaka Kekerin Gempa Longso ran gan Bumi r hutan
Angin Topan
Gelom bang Pasang
Tahun 2012
6
3
1
3
0
6
2
Tahun 2011
6
1
0
0
0
6
3
Tahun 2010
9
0
1
0
0
2
1
Tahun 2009
4
0
1
0
0
2
1
Tahun 2008
43
0
5
2
0
5
4
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya Pemerintah Daerah untuk meminimalisir pembangunan di wilayah yang mengandung ancaman (rawan bencana) setiap jenis bencana harus di identifikasi dan upaya pencegahan harus dilakukan minimal dengan memberikan tanda-tanda peringatan dini kepada masyarakat. Tingkat resiko yang ada harus dipertimbangkan dengan cermat serta tindakan yang tegas untuk mengendalikan atau membatasi, hal ini ditujukan untuk menekan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Adapun deskripsi dan dokumentasi yang terdata dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah kab. Donggala adalah : 1.
Banjir Banyak sekali permasalahan banjir di seluruh wilayah Indonesia yang perlu dikaji secara mendalam. Banjir tersebut tidak cukup hanya diratapi sebagai bencana alam, juga tidak cukup bila hanya mengkambinghitamkan hujan deras dan curah hujan yang tinggi sebagai penyebab tunggal. Seluruh faktor penyebab harus diungkap dan jalan pemecahannya perlu dicari agar bisa ditindak lanjuti secara serius. Sedikitnya ada 5 faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu : faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 105
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah Peristiwa banjir erat kaitannya dengan musim penghujan dan pola penggunaan/pengelolaan lahan atas hinterland-nya. Selain itu terjadinya banjir ini berhubungan pula dengan siklus pasang. Beberapa daerah rataan pasut di pesisir Kabupaten Donggala berisiko terkena banjir. Kawasan yang merupakan daerah rawan banjir meliputi Desa Pesik Kecamatan Sojol Utara dan Desa Maleni Kecamatan Banawa. Upaya penanganan untuk kawasan yang terkena banjir yaitu : a) Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah; b) Pengoptimalan fungsi tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir; c) Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta d) Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah lain. Umumnya bencana banjir yang terjadi dikarenakan luapan air akibat frekuensi curah hujan yang tinggi. biasanya diserta dengan tanah longsor. Peristiwa banjir seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan yang besar dan bahkan korban jiwa manusia. Beberapa dokumentasi kejadian bencana banjir selama kurun waktu tahun 2010 :
Desa Ombo Kec. Sirenja
Desa Lompio Kec. Sirenja
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 106
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Desa Polando jaya Kec. Rio Pakava
Desa Bambarimi Kec. Banawa selatan
Desa Sibayu Kec. Balaesang
Desa Malei dan Kamonji Kec. Balaesang Gambar 4.34. Bencana banjir
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 107
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah 2.
Gempa Bumi Dalam referensi geofisika dan geologi serta ilmu-ilmu kebumian lainnya, disebutkan bahwa ada 3 jenis gempa bumi, yaitu : a) Gempabumi longsoran (runtuhan), disebabkan oleh longsoran tanah dan runtuhan goa-goa didalam tanah. Getarannya bersifat sangat lokal sehingga efeknya tidak berdampak luas. b) Gempabumi vulkanik, disebabkan oleh oleh meletusnya gunung api. Proses letusannya dan material yang dimuntahkannya yang jatuh kembali ke bumi menimbulkan getaran, tetapi bersifat lokal sehingga efek getaran tersebut tidak berdampak luas. . c) Gempabumi tektonik, disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng litosfer. Efek getarannya dapat bersifat lokal dan luas, tergantung besarnya energi yang dilepaskan oleh pusat gempanya. Menurut catatan seismogram pada Stasion Geofisika Palu, ada puluhan rekaman gempa yang dihasilkan namun dengan magnitudo yang umumnya kecil sehingga tidak dirasakan oleh manusia. Gempa-gempa ini akibat dari aktivitas sesar Palu-Koro. Diduga sesar ini masih aktif dengan kecepatan pergerakan 14 – 17 mm per tahun. Telah berulangkali terjadi gempabumi tektonik di sekitar wilayah Kabupaten dan sekitarnya yang diakibatkan oleh aktivitas sesar Palu – Koro. Terkadang gempa tersebut, jika berpusat di dasar laut, juga menimbulkan tsunami. Beberapa gempa yang telah terjadi di sekitar wilayah ini dan cukup merusak adalah: a) Gempa Watusampu pada 1927, yang juga menimbulkan tsunami setinggi 15 m di Teluk Palu. b) Gempa Donggala pada 1938, yang juga menimbulkan tsunami setinggi 4 m di Teluk Palu. c) Gempa Tambu pada 1968, yang juga menimbulkan tsunami setinggi 10 m di Teluk Tambu. . d) Gempa Tonggolobibi 1996, yang juga menimbulkan tsunami setinggi 4 m di pantai Tonggolobibi dan Siboang. e) Gempa Donggala (berpusat di sebelah barat Kota Palu) pada 1988 f)
Gempa Bora pada 24 Januari 2005.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 108
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Gambar 4.35. Bekas pusat perkampungan Desa Kambayang Kec. Damsol (yang hancur akibat gempa/tsunami Tambu 1968 dan kini telah menjadidasar laut)
Gambar 4.36. Sisa-sisa kerusakan di Desa Tonggolobibi Kec. Sojol (akibat gempa/tsunami Tonggolobibi tahun 1996)
3.
Longsor Longsor adalah pergerakan massa batuan / tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Longsor mudah terjadi pada wilayah yang relatif terjal dengan formasi batuan dengan tingkat kepadatan yang rendah, telah mengalami pelapukan dan erosi berat, dan juga pada wilayah rawan gempa. Agen utama longsor banyak ditemui di sisi - sisi jalan, tebing-tebing dekat sungai (di bagian hulu), tebing sungai dan lahan perkebunan. Dampak dari longsor bisa bermacam-macam, misalnya terputusnya prasarana transportasi, perhubungan, jaringan listrik, tertutupnya lahan pertanian dan permukiman, serta sedimentasi di badan dan muara sungai, serta tempat-tempat rendah lainnya, seperti drainase. Kawasan rawan longsor akibat ketinggian sangat curam diatas 2000 mdpl berada di Kecamatan Sojol Utara dan Sojol. Untuk kawasan yang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 109
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah berpotensi terkena bencana tanah longsor akibat tebing – tebing di kawasan pesisir meliputi Desa Enu Kecamatan Sindue dan Desa Nambo Kecamatan Banawa. Upaya untuk pengendalian kawasan rawan longsor dilakukan hal-hal berikut: a) Pengendalian Pemanfaatan Ruang b) Acuan Peraturan Zonasi pada Kawasan Rawan Longsor c) Perizinan Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Longsor d) Perangkat insentif dan disinsentif pada Kawasan Rawan Longsor e) Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang Kawasan Rawan Longsor.
Desa Tamado Kec. Pinembani Gambar 4.37. Bencana Tanah Longsor
4.
Abrasi Proses abrasi adalah pengikisan wilayah pantai sehingga wilayah darat berkurang (garis pantai mundur ke arah darat). Dampaknya cukup serius karena dapat merusak prasarana transportasi, jaringan listrik, perhubungan dan permukiman. Abrasi dan sedimentasi diperairan dekat pantai merupakan dua proses geologi yang terkait. Jika terjadi abrasi pada suatu bagian pantai, maka akan terjadi sedimentasi pada bagian pantai lainnya. Akibat dari transpor sedimen oleh arus susut pantai dari tempat yang mengalami abrasi ketempat yang mengalami sedimentasi. Kawasan pesisir Kabupaten Donggala termasuk rentan terhadap abrasi pantai. Hal ini diperparah oleh penebangan vegetasi mangrove yang terus berlangsung, di samping faktor aksi laut. Pantai yang terabrasi secara indikatif ditemui pada sepanjang pantai di Kabupaten ini, pada beberapa tempat mengancam jaringan jalan yang dibangun menyusur pantai. Lokasi yang sering terjadi abrasi meliputi antara Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Damsol merupakan daerah paling parah kawasan yang terabrasi yang memusnahkan ratusan hektar perkebunan kelapa serta jalan raya, yang diperkirakan telah berlangsung selama 20 tahun terakhir.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 110
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Upaya untuk penanganan abrasi ini meliputi : a) Pembatasan kegiatan perkotaan dan perdesaan dan kegiatan masyarakat pada kawasan yang datar dan berdekatan dengan pantai, yang mempunyai resiko terkena ombak besar; b) Pembuatan bangunan pemecah gelombang.
Desa Walandano Kec. Balaesang
Desa Kamonji Kec. Balaesang
Desa Malei Kec. Balaesang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 111
Pemerintah Kabupaten Donggala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Desa Tanjung Kec. Sirenja Gambar 4.38. Bencana Abrasi Pantai
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Donggala Thn. 2013
IV- 112