BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo berdasarkan registrasi pada tahun 2014 sebesar 417.473 jiwa, meningkat dibanding jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 416.209 jiwa, sehingga pertumbuhan penduduk sebesar 0,30 %. Keadaan kependudukan di Kabupaten Kulonprogo selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : TabeI 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014 Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan
No
Tahun
1.
2010
231.672
238.848
470.520
- 3,59
2.
2011
233.289
240.333
473.622
0,65
3.
2012
236.064
243.125
479.189
1,17
4.
2013
206.546
209.663
416.209
-13,31
5.
2014
206.494
210.979
417.473
0,30
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(%)
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo, 2014
Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kulonprogo adalah 712,11 jiwa /km2. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Wates yaitu 1.426 jiwa /km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah pada Kecamatan Samigaluh 391,50 jiwa /km2. Untuk kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2013 - 2014 dapat di sajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-1
Tabel 3.2 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014 No.
Kecamatan
Kepadatan Penduduk 2013
2014
1.
Temon
737,92
726,32
2.
Wates
1.420
1.426,16
3.
Panjatan
812,54
807,16
4.
Galur
952,10
958,16
5.
Lendah
1.084,2
1.104,92
6.
Sentolo
887,98
892,16
7.
Pengasih
778,38
782,02
8.
Kokap
461,91
463,77
9.
Girimulyo
430,20
434,15
10.
Nanggulan
733,99
740,71
11.
Samigaluh
392,13
391,50
12.
Kalibawang
550
545,88
Gambar 3.1. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-2
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terdiri dari laki-laki 206.494 jiwa (49,46%) dan perempuan 210.979 jiwa (50,54%). Secara rinci menurut kecamatan sebagai berikut : Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
No.
Penduduk (jiwa)
Kecamatan
1.
Temon
Laki-laki 12.917
Perempuan 13.441
Jumlah 26.358
2.
Wates
22.730
22.907
45.637
3.
Panjatan
17.832
18.151
35.983
4.
Galur
15.660
15.873
31.533
5.
Lendah
19.564
19.760
39.324
6.
Sentolo
23.320
23.661
46.981
7.
Pengasih
23.722
24.505
48.227
8.
Kokap
17.086
17.140
34.226
9.
Girimulyo
11.755
12.080
23.835
10.
Nanggulan
14.315
15.017
29.332
11.
Samigaluh
13.524
13.603
27.127
12.
Kalibawang
14.069
14.841
28.910
206.494
210.979
417.473
Jumlah
Perbandingan komposisi menurut jenis kelamin tahun 2013-2014 sebagai berikut :
Gambar 3.2. Grafik Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 - 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-3
Komposisi Penduduk Menurut Umur Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2014 didominasi kelompok usia produktif dengan usai 20 sd. 59 tahun yakni sebesar 230.461 jiwa atau 55,20 %, sedangkan usia muda umur 0 sd. 19 tahun sebanyak 114.952 jiwa (27,54 %), dan yang minoritas adalah kelompok usia tua 60 tahun keatas sebanyak 72.060 jiwa (17,26 %). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Struktur Usia (Kelompok Umur) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Penduduk (jiwa) No.
Prosentase
Umur Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(%)
1.
0-4
14,015
13,024
27,039
6,47
2.
5-9
15,211
14,269
29.480
7,06
3.
10-14
15,116
14,365
29,481
7,06
4.
15-19
14,856
14,096
28,952
6,93
5.
20-24
14,664
14,433
29,097
6,96
6.
25-29
13,265
13,394
26,659
6,38
7.
30-34
14,937
15,132
30,069
7,20
8.
35-39
15,171
15,032
30,203
7,23
9.
40-44
14,414
14,604
29,018
6,95
10.
45-49
15,689
16,335
32,024
7,67
11.
50-54
13,737
14,687
28,424
6,80
12.
55-60
12,198
12,769
24,967
5,98
13.
60-64
9,625
9,805
19,430
4,65
14.
65-69
7,022
8,533
15,555
3,72
15.
70-75
6,684
7,961
14,645
3,50
16.
>75
9,890
12,540
22,430
5,37
206,494
210,979
417,473
100,00
Jumlah
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab Kulonprogo, 2014 Komposisi penduduk ini menunjukkan mobilitas yang tinggi, dengan struktur jumlah penduduk yang didominasi oleh kelompok penduduk usia
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-4
produktif yang menunjukkan efektivitas penduduk yang tinggi. Selanjutnya komposisi penduduk digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 3.3. Grafik Komposisi Penduduk menurut Usia Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) 167.513 orang (40,13%) dan berpendidikan menengah
104.860
orang
(25,12%).
Selanjutnya
berpendidikan
tinggi
(Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar 24.202 orang (5,8%). Secara rinci data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-5
Tabel 3.5. Data Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Penduduk (jiwa) No.
Tingkat Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tidak / Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD SLTP SLTA Diploma D1 , D2 Diploma 3 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Jumlah
Laki-laki 37.193 19.806 48.714 33.075 56.110 1.092 2.587 7.524 374 19 206.494
Perempuan
Jumlah
42.709 21.190 53.994 31.730 48.750 1.661 3.126 7.634 173 12
79.902 40.996 102.708 64.805 104.860 2.753 5.713 15.158 547 31
210.979
417.473
Prosentase (%) 19,14 9,82 24,61 15,53 25,12 0,66 1,37 3,63 0,13 0,007 100
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo
Data penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2013 dibandingkan dengan data tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :
Gambar 3.4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-6
Jumlah Rumah Tangga / KK Jumlah Rumah Tangga /Kepala Keluarga di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun 2013 sejumlah 135.155 KK, sedangkan tahun 2014 sejumlah 138.984 atau bertambah 3.829 (28,33%), dan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kepala Keluarga
Kecamatan
2013
Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah
2014 9.008 14.542 11.845 10.468 12.818 14.797 15.323 11.116 7.734 9.097 8.869 9.538 135.155
9.085 14.943 11.993 10.828 13.293 15.181 15.833 11.490 8.044 9.524 9.026 9.744 138.984
Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo
Penduduk Wilayah Pesisir / Laut Untuk penduduk yang berdomisili di wilayah pesisir dan laut terdapat pada 4 wilayah kecamatan, yaitu Temon, Wates, Panjatan dan Galur yang terdiri atas 41 desa dengan jumlah penduduk 139.511 jiwa (46.849 KK). Hampir sepertiga (33,42%) jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut. Tabel 3.7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kulonprogo Tahun 2014 No
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Penduduk L
Kepala Keluarga ( KK )
P
L+P
L
P
L+P
1.
Temon
15
12.917
13.441
26.358
7.140
1.945
9.085
2.
Wates
8
22.730
22.907
45.637
12.129
2.814
14.943
3.
Panjatan
11
17.832
18.151
35.983
9.702
2.291
11.993
4.
Galur
7
15.660
15.873
31.533
8.792
2.036
10.828
41
69.139
70.372
139.511
37.763
9.086
46.849
Jumlah
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-7
B. Permukiman Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah melaksanaan program dan kegiatan di bidang permukiman untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Untuk itu dilaksanakan penanganan lingkungan sehat permukiman, pemberdayaan komunitas perumahan dan penanganan sampah. Program pengembangan perumahan dilaksanakan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang ditujukan pada masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, hal ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang pemukiman. Program Lingkungan Sehat Permukiman telah berhasil mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dari jumlah semula 19.276 menjadi 14.971 rumah. Untuk penanganan rumah tidak layak huni ini dilaksanakan program lintas sektoral yang melibatkan juga Kementerian Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Badan Amal Zakat, Infaq dan Shodaqoh Kulonprogo dan Kecamatan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan pihak lainnya. Untuk itu perlu keperdulian lapisan masyarakat yang mempunyai strata lebih sejahtera. Kebijakan stimulan bedah rumah dari dana non APBD dan pengembangan kegotongroyongan yang melandasi kegiatan tersebut dapat mempercepat terhadap pengurangan jumlah rumah tidak layak huni. Selain itu dilakukan juga terobosan-terobosan mencari sumber pendanaan bagi ketersediaan prasarana umum perumahan di luar APBD, yaitu dengan mengembangkan jaringan program di berbagai kementerian yang terkait. Data tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-8
Gambar 3.5. Grafik Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun 2013-2014 Kelayakan sebuah bangunan rumah untuk dihuni tentu tidak hanya dari sisi fisik bangunan rumah inti saja, tetapi juga kelayakan lingkungan permukiman rumah, harus tersedia instalasi pengolahan air limbah rumah tangga, ketersediaan sarana air bersih dan juga sarana dan prasarana pengelolaan sampah;
Sumber Air Minum Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber air minum ledeng sejumlah
60.626 KK
(43,62%); sumber dari sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah 86.557 KK (62,28%), untuk pengguna dua sumber air minum ini jumlahnya melebihi 100%, karena pada umumnya rumah tangga yang menggunakan air ledeng (pelanggan PDAM) juga mempunyai sumur gali sebagai sumber air minumnya. Sedangkan untuk pengguna air sungai, dan air kemasan tidak tersedia data dan ada 2 rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-9
Untuk 2 rumah tangga yang masih menggunakan air hujan ini, karena pada musim kemarau panjang sumur mereka benar-benar kering dan menggunakan PAH untuk menampung air hujan. Tahun 2014, PPEJ Kementerian Lingkungan Hidup membangun Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) sejumlah 28 unit untuk wilayah rawan kekeringan di Desa Banjarharjo Kalibawang dengan sasaran masyarakat miskin, agar mereka bisa mengakses air bersih disaat musim kemarau panjang. Berikut contoh IPAH dibawah ini :
Gambar 3.6 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014
Menurut data capaian MDGs tahun 2014 dari Bappeda Kulonprogo, penduduk yang memiliki akses terhadap air minum di Kabupaten Kulonprogo sebesar 90,04 %. Tetapi jika mengacu pada jumlah rumah tangga dengan sumber air minumnya dapat dikatakan bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Kulonprogo sudah dapat mengakses air bersih sebagai sumber air minumnya. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-10
Gambar 3.7. Grafik Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Sampah Program
Pengembangan
kinerja
persampahan
dilakukan
untuk
meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu, dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA, tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-11
Tabel 3.8. TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No.
Jenis Prasarana
Lokasi
2
Luasan (m )
1.
TPA 3R Banyuroto
Banyuroto,Nanggulan
25.000
2.
TPST 3R Sampurno Asih
Tobanan, Pengasih
1.000
3.
TPST 3R Melati
Beji, Wates
1.000
4.
TPST 3R Asri Mulyo
Bendungan, Wates
1.000
5.
TPST 3R Asri
Sentolo Lor
1.000
Sumber data : DPU Kab Kulonprogo, 2014 Untuk TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan seluas ± 2,5 Ha, dengan sistem Control Landfill. TPA baru mengolah sampah yang diangkut oleh DPU sejumlah ± 70-80 m3/hari, sedangkan perkiraan timbulan sampah per hari dihitung berdasarkan literatur jumlah sampah yang dihasilkan untuk kategori kota kecil adalah 0,003 m3/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk 417.473 jiwa, untuk Kabupaten Kulonprogo diperoleh jumlah sampah 1.252,419 m3/hari. Timbulan sampah akan semakin besar seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Perbandingan timbulan sampah tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut :
Gambar 3.8. Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-12
Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Untuk tahun 2014 di Kabupaten Kulonprogo telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Data Bank Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No.
Nama Bank Sampah
Alamat
1
2
3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Sadidu 29 Melati Maju Sehati Uwuh Harjo Uwuh Mulyo Wijaya Kusuma Skansa Bunda Mandiri Ngudi Resik Bumi Arum Lestari Arum Berseri Kuncup Asri Banjar Lestari Resik Manfaat Pulung Sari Lestari Rejeki Sumber Rejeki Sido Asri Legowo Tinalah Asri Ngudi Resik Sulur Permai Pulung Rejeki Sapu Jagad Tanjung Berkah Rizki Mulia Pelopor Kebersihan Sekar Sekawan Utama Menoreh Mekar Asri Pemuda Wanita Barokah
Wonosidi Lor RW 29, Wates Kembang, Margosari, Pengasih Wonosidi Lor RW 30 dan 31, Wates Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang Segajih, Hargotirto, Kokap Karangwuluh Kidul, Temon SMKN 1 Pengasih Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo Mejing, Banjararum, Kalibawang Sayangan, Banjararum, Kalibawang Kagongan, Banjararum, Kalibawang Kepiton, Banjarasri, Kalibawang Banjaran, Banjaroya, Kalibawang Tulangan, Ngargosari, Samigaluh Tegalsari, Ngargosari, Samigaluh Pucung, Ngargosari, Samigaluh Nguntukuntuk, Ngargosari, Samigaluh Ngaran III, Banjarsari, Samigaluh Pengos A, Gerbosari, Samigaluh Dukuh, Gerbosari, Samigaluh Pagutan, Purwoharjo, Samigaluh Kalirejo Lor, Pagerharjo, Samigaluh Samigaluh Pundak Lor, Kembang, Nanggulan Plugon, Donomulyo, Nanggulan Tanjung Gunung, Tanjungharjo, Nanggulan Ngrojo, Kembang, Nanggulan Cepitan, Wijimulyo, Nanggulan Pundak Tegal, Kembang, Nanggulan Jonggrangan, Jatimulyo, Girimulyo Sukomoyo 12, Jatimulyo Sukomoyo 10, Jatimulyo Jonggrangan 95, Jatimulyo Jonggrangan 96, Jatimulyo Sidomulyo, Pengasih
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-13
1 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.
2 Mugi Makmur Gemah Ripah Widodaren Hijau Daun Kompak Bakung Asri Obika Ngudi Resik Karya Muda Tambah Rejeki Dadi Migunani Harapan Makmur Berokah Rahayu Berkah Mawar Mekar Flamboyan Migunani Sehat Teratai Putih Sido Mulyo Sarwo Guno Ngudi Rejeki Ngudi Makmur Berkah Sekar Mandiri QT. A Mestiti Melati 2 Asri Lestari Migunani Resik Mapan Ngugemi Uwuh Berkah Bangun Lestari Sekar Mandiri Bina Sejahtera Guyup Rukun
3 Garang, Tawangsari, Pengasih Nabin, Sidomulyo, Pengasih Parakan, Sidomulyo, Pengasih Klegen, Sendangsari, Pengasih Kutogiri, Sidomulyo, Pengasih Cemetuk, Kedungsari, Pengasih Karangasem, Sidomulyo, Pengasih Kopok Kulon, Tawangsari, Pengasih Kepek, Pengasih Gedangan, Sentolo Gedangan, Sentolo Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo Wora-wari, Sukoreno, Sentolo Banggan, Sukoreno, Sentolo Kuncen, Bendungan, Wates Durungan, Wates Sebokarang, Wates Kedungdowo, Wates Sideman, Giripeni, Wates Graulan, Giripeni, Wates Sambong, Hargorejo, Kokap Selo Timur, Hargorejo, Kokap Tegalrejo, Hargowilis, Kokap Bibis, Hargowilis, Kokap Tirto, Hargotirto,Kokap Plumbon, Temon Panginan, Sindutan, Temon Nagung, Kedundang, Temon Kledekan, Jangkaran, Temon Salam 3, Plumbon, Temon Bangeran, Bumirejo, Lendah Geden, Sidorejo, Lendah Bonosoro, Bumirejo, Lendah Kepek, Jatirejo, Lendah Tubin, Sidorejo, Lendah Panjatan Panjatan Depok XI, Panjatan Panjatan
Sumber data : KLH Kabupaten Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-14
Tempat Buang Air Besar Sistem
pembuangan kotoran manusia erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit pada saluran pencernaan.
Berdasarkan
data
tahun
2014
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kulonprogo, sebagian besar rumah tangga 108.924 KK (78,37%) telah mempunyai tempat buang air besar sendiri (jamban keluarga). Sedangkan yang menggunakan tempat buang air besar bersama yakni sejumlah 156 KK (0,1%) dan pengguna fasilitas tempat buang air besar umum atau MCK komunal sejumlah serta yang tidak ada data tempat buang air besarnya tidak tersedia data. Dibandingkan dengan data tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.9. Grafik Tempat BAB di Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014 Menurut data capaian MDGs dari Bappeda Kulonprogo, bahwa prosentase capaian penduduk yang memiliki jamban sehat pada tahun 2014 adalah 81,8%. Tempat pembuangan air besar kebanyakan menggunakan model leher angsa, cemplung/cubluk dan plengsengan. Sarana sanitasi lingkungan di Kabupaten Kulonprogo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-15
kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di wilayah pedesaan seperti masih menggunakan jamban cemplung (cubluk) terbuka. Secara umum penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa : jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan tangki septik; jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup); jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Secara umum kondisi permukiman yang meliputi sumber air minum, sarana pembuangan sampah serta sarana pembuangan kotoran/ buang air besar di wilayah Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 sudah ada peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013. Dari data capaian MDGs tahun 2014, bahwa desa yang telah melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Kulonprogo mencapai
73,86% atau 65 dari 88
desa/kelurahan.
C. Kesehatan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kulonprogo untuk tahun 2014 sebesar 75,20 meningkat dibanding angka tahun 2013 sebesar 75,03 tahun Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kulonprogo ini juga berada di atas rata-rata angka harapan hidup provinsi tercatat sebesar 73,62 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan manusia bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo.
Perhitungan Usia Harapan
Hidup (UHH) dalam lima tahun terakhir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-16
Gambar 3.10. Grafik Usia Harapan Hidup di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014
. Angka kematian Ibu tahun 2014 tercapai 94,25/100.000 KH dan secara absolut jumlah kematian Ibu tahun 2014 sudah menurun yaitu dari 7 kasus pada tahun 2013 menjadi 5 kasus pada tahun 2014, sedang untuk angka kematian bayi sudah dapat diturunkan yaitu dari 18,23/1.000 KH pada tahun 2013 menjadi 11,49/1.000 KH pada tahun 2014. Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.10. Indikator Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Tahun No.
Uraian 2012
1.
2.
Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Bayi (AKB)
2013
2014
52,67/100.000
132/100.000
94,25/100.000
KH
KH
KH
12,1/ 1000 KH
18,23/ 1000 KH
11,49/1000 KH
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-17
Jenis-jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013, ada beberapa yang bergeser peringkat jumlah penderitanya. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 3.11. Grafik Penyakit Utama di Kab. Kulonprogo Tahun 2012-2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-18
D. Pertanian Kabupaten Kulonprogo mempunyai dua kawasan pertanian yaitu kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Untuk tahun 2014, luas lahan pertanian/sawah di Kabupaten Kulonprogo adalah 10.297 Ha masih tetap sama dengan tahun 2013. Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Berdasarkan kriteria tersebut maka persebaran lahan pertanian basah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan holtikultura dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Lahan sawah merupakan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, mengingat kehidupan manusia tergantung bidang pertanian sehingga tidak mengherankan jika sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan khususnya di Kabupaten Kulonprogo. Lahan sawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Kulonprogo bervariasi, ada yang dengan frekuensi penanaman 1 kali/tahun, dan 2 kali/tahun, dengan lama Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-19
penanaman 90 hari/periode. Perkiraan sumbangan emisi gas metan (CH4) dari lahan sawah terbesar terjadi pada lahan dengan musim tanam 2 kali/tahun, karena yang menggunakan frekuensi penananam ini paling banyak yaitu seluas 9.281 Ha. Penggunaan Pupuk Kenyataan di lapangan, petani sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia, dan kembali menggunakan kompos, karena lebih ekonomis dan petani juga sudah mulai sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kompos ini diproduksi oleh kelompok-kelompok masyarakat/petani setempat. Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.12. Grafik Penggunaan Pupuk Tahun 2013-2014 Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkat, dan pupuk petroganik menurun, hal tersebut disebabkan perubahan kuota pupuk bersubsidi. Sedangkan data penggunaan pupuk non subsidi tidak tersedia, sehingga
tidak
dapat
diperbandingkan
penggunaannya.
Untuk
tanaman
perkebunan, penggunaan pupuk urea : 155 ton, SP 36 : 5 ton, ZA : 253 ton, NPK : 441 ton dan organik : 150 ton. Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-20
Peternakan Data populasi ternak tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.11. Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 -2014 No
Jenis Ternak
Populasi Tahun 2013
I
II
III
Ternak Besar
Tahun 2014
Perubahan (%)
53.643
49.522
(7,68)
53.433
49.370
(7,60)
85
51
(40,00)
108
89
(17,59)
1.
Sapi potong
2.
Sapi perah
3.
Kerbau
4.
Kuda
17
12
(29,41)
Ternak Kecil
135.669
133.047
(1,93)
1.
Kambing
89.725
90.010
2.
Domba
22.062
21.214
(3,84)
3.
Babi
2.136
1.203
(43,68)
4.
Kelinci
21.746
20.620
(5,18)
4.126.843
9,01
Unggas
3.785.678
*)
0,32
1.
Ayam buras
796.593
771.638
(3,13)
2.
Ayam petelur
819.618
882.797
7,71
3.
Ayam ras pedaging
1.539.345
1.728.226
12,27
4.
Itik
138.569
132.506
5.
Burung puyuh
491.553
611.676
**)
(4,38) 24,44
Keterangan : *) Kambing lokal 59.185 dan Kambing PE 30.825 **) Itik 112.586 dan Itik Manila 19.920 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hewan ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Kulonprogo adalah jenis kambing dengan jumlah populasi 90.010 ekor, kemudian sapi potong 49.370 ekor dan domba 21.214 ekor. Dan untuk hewan unggas adalah ayam ras/pedaging dengan jumlah populasi 1.728.226 ekor, ayam petelur 882.797 ekor dan kemudian ayam buras/kampung 771.638 ekor. Sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari pupuk kandang terbesar berasal dari hewan ternak sapi Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-21
potong kemudian baru kambing, sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari fermentasi pencernaan terbesar adalah sapi potong, kemudian kambing dan domba. Untuk unggas perkiraan emisi gas metan (CH4) terbesar adalah dari pupuk kandang kotoran ayam ras/pedaging, kemudian ayam petelur, dan ayam buras/kampung. Sedangkan untuk mengetahui ternak besar, kecil maupun unggas yang mempunyai populasi besar disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 3.13. Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kab Kulonprogo Tahun 2012 – 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-22
Kebutuhan Air Kegiatan sektor pertanian yang meliputi : pertanian, perikanan dan peternakan membutuhkan air untuk keberlangsungan kegiatannya. Adapun data kebutuhan air untuk sektor tersebut adalah : Tabel 3.12 Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kabupaten Kulon Progo 3
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Samigaluh Kalibawang Nanggulan Girimulyo Sentolo Pengasih Kokap Lendah Temon Wates Panjatan Galur Total
Peternakan 0,0879 0,1044 0,1360 0,1077 0,2844 0,1788 0,1231 0,2562 0,0702 0,1576 0,1488 0,1115 1,7665
Kebutuhan Air (juta m ) Pertanian Perikanan 18,8262 23,9765 28,0953 8,0270 26,5308 18,4428 2,2373 19,4514 35,7446 21,7588 21,0643 33,2417 257,3968
Total
0,0867 0,1112 0,1494 0,0383 0,0952 0,0973 0,0781 0,1021 0,3446 0,2684 0,1206 0,1252 1,6171
19,8115 25,0725 29,2755 8,8922 28,3731 20,2030 3,4610 21,0070 36,9633 23,6300 22,4308 34,4349 273,5547
Sumber : Hasil Analisis Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2013
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-23
E. Industri Industri Kecil Industri kecil di Kabupaten Kulonprogo dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar yaitu : 1.
Industri pengolahan pangan : tahu, tempe, emping, krimpying, jenang, minyak kelapa, gula, jamu, slondok, growol, dll;
2.
Industri sandang dan kulit : batik tulis konveksi, bordir dan kerajinan kulit;
3.
Industri kimia dan bahan bangunan : gamping, genteng, gerabah, bata merah dan minyak atsiri;
4.
Industri Logam dan Jasa : pande besi, kaleng dan las
5.
Kerajinan dan umum : meubel, kerajinan enceng gondok, kerajinan sabut kelapa, anyaman bambu, imitasi, serat tumbuhan dan wayang golek.
Industri yang beroperasi di Kabupaten Kulonprogo, didominasi oleh industri kecil. Data industri kecil disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.13. Industri Kecil di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014 Tahun No.
Uraian 2012
1.
Sentra Industri
2.
Unit Industri
2013
2014
83
70
61
20.305
19.933
20.105
Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulonprogo, Tahun 2014
Industri Sumber Pencemar Air Kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran air di Kulonprogo tersebar pada dua belas kecamatan Adapun data sumber pencemar air di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-24
Tabel 3.14. Jumlah Sumber Pencemar Air berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No.
Nama Kegiatan
Jumlah
Persentase (%)
1
Pelayanan Kesehatan
31
17,42
2
Industri
123
69,10
3
Jasa Pariwisata
6
3,37
4
Lain-lain
18
10,11
Total
178
100
Sumber : Data Sumber Pencemar DIY Tahun 2013 Pada tabel 45 terlihat bahwa kegiatan industri masih merupakan kegiatan dominan (69,10%) yang menjadi sumber pencemar air disusul kegiatan pelayanan kesehatan (17,42%) dan jasa pariwisata (3,37%). Data sebaran sumber pencemar air tersebut disajikan juga dalam bentuk gambar peta sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-25
Gambar 3.14. Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kabupaten Kulonprogo
Tahun 2014, pemeriksaan sampel air terkait upaya pencegahan pencemaran air dari limbah usaha dan / atau kegiatan dilakukan pada sebanyak 5 titik lokasi usaha yaitu : pelayanan kesehatan, industri wig dan UMKM batik. Adapun hasil uji laboratorium terhadap limbah cair tersebut, sebagai berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-26
Tabel 3.15. Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014 Hasil Uji Limbah Cair pada Sarana Pelayanan Kesehatan : Lokasi Parameter
BMAL DIY
Satuan
TSS
mg/L
TDS
mg/L
Temperatur
°C
pH
--
DO
mg/L
BOD
mg/L
COD
mg/L
Amoniak (NH3-N)
mg/L
Pospat (PO4-P)
mg/L
Pergub DIY RSUD Wates
RS St Ysf Boro
RS PKU Muh Nanggulan
7/2010
48,1
36,3
34,1
30
488
256
308
28,7
29,3
27
7,30
7,43
7,64
7,59
8,61
3,44
2,03
2,19
5,48
80,11
66,76
80,11
0,155
0,064
0,135
3,11
1,91
≤0,02
0,93
0,56
0,20
0
0
0
0,144
0,012
0,085
31
14
30
1000 30 6,0 – 9,0 30 80 0,1 2
Detergen sbg mg/L MBAS Minyak dan Lemak
mg/L
Fenol
mg/L
Coliform total
MPN/100ml
5
5 0,5 5000
Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Batik “UKM Batik Faras” : BMAL DIY Parameter
Satuan
Hasil Uji Pergub DIY 7/2010
TSS
mg/L
203,4
200
TDS
mg/L
1748
1000
°C
24,5
Deviasi 3°C
µmhos/cm
3220,72
15625
pH
--
8,01
6,0 – 9,0
DO
mg/L
8,62
-
BOD
mg/L
58,42
50
COD
mg/L
141,49
100
Temperatur DHL
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-27
Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Wig “PT. Sunchang Indonesia” :
Parameter
BMAL DIY
Satuan
Hasil Uji
TSS
mg/L
21,3
50
TDS
mg/L
452
1000
°C
24,2
Deviasi 3°C
µmhos/cm
1973,07
15625
pH
--
8
6,0 – 9,0
DO
mg/L
7,43
-
BOD
mg/L
60,49
50
COD
mg/L
101,4
125
Detergen sbg MBAS
mg/L
0,1843
5
Minyak dan lemak
mg/L
8
5
Temperatur DHL
Pergub DIY 7/2010
Sumber : Data primer KLH Kulon Progo, 2014
Dari hasil pengujian kualitas limbah cair industri tersebut, diperoleh data bahwa ada beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu yang ditentukan (Pergub DIY No. 7/2010), terutama untuk UMKM industri batik. Hal ini karena sistem pengolahan limbah cair yang ada belum sempurna. Untuk tahun 2014 ini telah dibangun Ipal Komunal limbah batik dan diharapkan tahun 2015 sudah bisa dioperasionalkan, sehingga sumber pencemar
dari industri batik ini dapat
dikendalikan.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-28
Industri Sumber Pencemar Udara Kegiatan dan atau usaha yang berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara di Kulonprogo antara lain : 1.
Usaha Peternakan (ayam, unggas, sapi dan kambing), pencemaran yang ditimbulkan adalah bau;
2.
Industri AMP dan Stone Chruser serta SPBE yang berpotensi menimbulkan bau gas;
3.
Industri Arang Briket, di Kabupaten Kulonprogo ada dua industri kategori menengah untuk arang briket, yaitu PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan PT. Aneka Sinendo. Tabel 3.16. Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo Kecamatan
No.
Industri
Utilitas
Jumlah
%
1.
Temon
1
1
2
5,9
2.
Wates
12
1
13
38,2
3.
Panjatan
0
0
0
0
4.
Galur
1
0
1
2,9
5.
Lendah
0
0
0
0
6.
Sentolo
4
0
4
11,8
7.
Pengasih
8
0
8
23,5
8.
Kokap
0
0
0
0
9.
Girimulyo
0
0
0
0
10.
Nanggulan
3
0
3
8,8
11.
Samigaluh
0
0
0
0
12.
Kalibawang
2
1
3
8,8
31
3
34
100
Jumlah
Sumber data : Survey Lapangan BLH DIY Tahun 2012
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-29
Dari hasil survey lapangan tahun 2012, ada beberapa sumber pencemar udara yang sudah tidak sesuai (berhenti beroperasi, dll). Untuk tahun 2014, dilakukan survey lapangan untuk dilakukan uji kualitas emisi udara dari sumber tidak bergerak. Industri tersebut antara lain : Tabel 3.15. Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No.
Nama Industri
1.
PT. Aneka Sinendo
Jenis Industri
Sumber Emisi
Arang Briket
Oven
kayu
Jumlah
(tungku
1
(tungku
1
pembakaran) 2.
PT. Kurnia Bumi Pertiwi
Arang Briket
Oven
kayu
pembakaran) 3.
PT. Selo Adi Karto
AMP
Generator Set
1
4.
CV. Surya Mekar
Pupuk
Dryer
1
5.
CV. Kurnia Agung
Mi Soon
Generator Set
1
Sumber data : Hasil survey lapangan, 2014 Tabel 3.16. Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014 Nama Industri No. Baku Mutu
1.
PT.
Aneka
NO2 1000 3 (mg/m )
SO2 800 3 (mg/m )
Hasil Uji Partikel 230 350
Opasitas 20 (%) 35 (%)
72,038
21,312
-
331,469
-
25
109,09
43,528
-
470,138
-
30
40,538
25,33
24,325
-
8
-
57,258
17,714
-
129,756
-
15
88,866
79,201
30,173
-
9
-
Sinendo PT. Kurnia Bumi 2.
Pertiwi PT.
3.
Selo
Karto CV.
4.
Surya
Mekar CV.
5.
Adi
Agung
Kurnia
Sumber data : Hasil uji laboratorium, 2014 Berdasar Kep.Gub.DIY No. 169/2003 tentang BM Emisi Sumber Tidak Bergerak di DIY Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-30
Dari hasil
uji laboratorium, bahwa untuk parameter NO2, SO2 dan Opasitas,
dengan sumber emisi tungku pembakaran, genset maupun dryer, semuanya masih dalam keadaan baik dibawah baku mutu yang diperuntukkan. Sedangkan untuk parameter partikel debu, ada satu sumber emisi yang melebihi baku mutu, yaitu pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi dengan sumber emisi generator set.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-31
F. Pertambangan Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir di sekitar Sungai Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo. Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut : Tabel 3.17. Potensi Bahan Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m3) No
Bahan Galian
Potensi (m3)
1
Andesit
2
Barit
3
Batubara
4
Batu Lanau Tufan
5
Batugamping
923.307.340
6
Batupasir Tufan Kuarsaan
111.020.000
8
Bentonit / Abu Bumi
9
Breksi Andesit
10
Breksi Batuapung
11
Breksi Polemik
698.250.000
12
Emas
Tak Terukur
13
Gipsum
14
Kaisedon
4.106
15
Lempung
19.914.984
16
Mangan
17
Pasir
18
Pasir Besi (dalam ton)
273.000.000
19
Tras
157.468.780
4.661.363.119 15.800 2.100 133.560
583.125 153.020.630 3.773
538.961
286.000 7.908.562
Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011 Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi
Selanjutnya untuk peta potensi sumber daya mineral di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam gambar berikut : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-32
Gambar 3.17. Peta Potensi Mineral di Kabupaten Kulonprogo Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-33
Di Kabupaten Kulonprogo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan pada Tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang diproduksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit, batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak
Lingkungan pada tahun 2014, diimplementasikan melalui kegiatan
Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60 kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah 17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak 16 buah. Pertambangan
di
Kulonprogo
sebagian
besar
merupakan
kegiatan
pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan batu. Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara. Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun 2014,
telah
terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-34
produksi batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat keterangan terdaftar 7 buah. Data tentang luas areal dan produksi pertambangan menurut jenis bahan galian tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.18. Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2013 - 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-35
G.Energi Program Diversifikasi, Intensifikasi dan Konservasi Energi direalisasikan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini telah memberikan data dan informasi mengenai jenis, klasifikasi serta kapasitas dan potensi energy primer (listrik, BBM, elpiji) serta energi alternatif berupa energi air, angin, matahari, biogas dan biomassa. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo adalah sumber energi konvensional seperti, kayu bakar/arang/biomassa, minyak tanah, solar, bensin, LPG serta energi listrik, yang penggunaannya paling besar untuk rumah tangga. Pelayanan kelistrikan hampir seluruhnya bersumber dari PLN yaitu sejumlah 101.135 rumah tangga atau meningkat 2.738 dari tahun 2013 yang berjumlah 98.397 dan sebagian kecil yang tidak bersumber dari PLN seperti unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan di Kokap sejumlah 314 KK yang belum terjangkau layanan PLN. Berdasar data olahan tim penyusun SLHD Kab. Kulonprogo, bahwa jumlah konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah LPG sebesar 3.301.973 kg; minyak tanah sebesar 72.864 liter, sedangkan yang menggunakan biomassa seperti kayu bakar sebesar 22.099.305 kg. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi/bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat untuk minyak tanah dan kayu bakar menurun kuantitasnya jika dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat beralih menggunakan bahan bakar LPG. Meskipun pengguna bahan bakar kayu bakar /biomassa masih cukup banyak karena sebagian besar masyarakat masih tinggal di wilayah pedesaan dan di wilayah tersebut potensi biomassa sangat melimpah, antara lain :
kayu bakar, ranting, daun, dll.
Data perbandingan
penggunaan bahan bakar pada tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut : Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-36
Gambar 3.19. Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan Rumah Tangga di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014 Energi Alternatif (Energi Baru dan Terbarukan) Pengembangan sumber energi alternatif seperti angin, air, matahari, gelombang air laut dan biogas dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar. Di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah dibangun beberapa unit biodigester untuk menghasilkan bio gas dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak (sapi, kambing), limbah industri tahu. Data pembangunan biogas sebagai berikut : Tabel 3.18. Data Biogas di Kulonprogo No.
Tahun
Jumlah Biogas Terbangun (unit)
1.
2007
12
2.
2008
28
3.
2009
35
4.
2010
44
5.
2011
21
6.
2012
26
7.
2013
30
8.
2014
11
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-37
Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) juga sudah dikembangkan antara lain : -
Semawung, Banjarharjo, Kalibawang;
-
Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh
Selain itu, pemerintah daerah memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan energy surya/ matahari sebagai sumber energy alternative pada tahun 2008 sejumlah 130 unit, tahun 2009 sejumlah 172 unit, tahun 2011 sejumlah 17 unit, tahun 2012 sejumlah 25 unit, dan 2013 sejumlah 37 unit sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada pembangunan lagi. Sedangkan untuk konsumsi energi untuk industri kecil di Kabupaten Kulonprogo, data yang tersedia dari Dinas Perindag ESDM sebagai berikut : LPG 278.342 kg, solar 209.080 liter, minyak tanah 18.700 liter, dan biomassa 549.533 kg sesuai dengan tabel SP-3.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-38
H. Transportasi Sistem transportasi di Kabupaten Kulonprogo sebagian besar memanfaatkan jalan raya sebagai jalur utama pergerakan lalu lintas, baik untuk pergerakan lokal maupun regional yang menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Bantul; sedang sistem angkutan umum yang melayani terbagi atas pelayanan regional (Antar Kota Antar Provinsi/AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) serta lokal (pedesaan). Kondisi lalu lintas jalan raya di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada umumnya masih lancar. Jenis kendaraan yang melintas di wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Arus lalu lintas yang tinggi pada umumnya terletak pada ruas-ruas jalan utama, sedangkan waktu kegiatan arus lalu lintas masyarakat yang tinggi terjadi pagi hingga sore hari. Adapun panjang jalan yang ada di Kabupaten Kulonprogo seluruhnya sepanjang 1.112.373 Km dengan rincian dari status dan kewenangan terdiri atas : Jalan Nasional sepanjang 28,570 Km yang berfungsi sebagai arteri primer seluruhnya dengan permukaan aspal; Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer sepanjang 159,900 Km semuanya dengan permukaan aspal; dan Jalan Kabupaten yang berfungsi sebagai lokal primer dan sebagian kecil kolektor primer dengan total panjang 925,303 Km, kesemuanya dalam kondisi baik 49,95%, sedang 37,64%, rusak 9,97% dan rusak berat 2,44%. Kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang sebagian besar merupakan perbukitan sehingga geometris jalan daerah tersebut berupa tanjakan dan turunan tajam serta tikungan tajam, disertai dengan kondisi tanah yang labil dan mudah longsor. Disamping jaringan jalan raya juga terdapat jalan Kereta Api (KA) sepanjang 25 km yang merupakan bagian dari jaringan jalan KA di Pulau Jawa lintas selatan. Jaringan jalan KA ini membelah Kota Wates dengan sistem rel ganda (double track). Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-39
Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan tahun 2014 disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.19. Jumlah Kendaraan menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jenis Kendaraan Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Jumlah
Bahan Bakar Bensin Solar
Total
2.546 8.602 78 0 0 0 0 0 0 284 151.104
540 698 1 0 58 81 304 46 1.752 0 0
3.086 9.300 79 0 58 81 304 46 1.752 284 151.104
162.614
3.480
166.094
Sumber : Dishubkominfo Kab Kulonprogo, 2014 Sedangkan untuk perkembangan jumlah kendaraan baik yang berbahan bakar bensin maupun solar tahun 2013 dan 2014 dalam berbagai jenis kendaraan dapat digambarkan dalam grafik berikut :
Gambar 70. Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Digunakan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 dan 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-40
Mengingat perkembangan transportasi yang akan datang dan kondisi geografis yang ada, demi kenyamanan masyarakat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Saat ini di Kabupaten Kulonprogo baru tersedia sarana terminal kendaraan penumpang umum sejumlah 1 buah terminal type B dan 6 buah sub terminal type C, sedangkan untuk angkutan kereta api terdapat 2 buah stasiun yaitu stasiun Wates dan Sentolo. Perkiraan volume limbah padat/sampah dari sejumlah sarana prasarana transportasi tersebut tersedia data 5,25 m3/hari masih sama dengan data tahun 2013. Untuk sarana pelabuhan laut-sungai dan danau di Kabupaten Kulonprogo belum ada, sedangkan yang ada adalah dermaga pelabuhan ikan di Pantai KarangwuniGlagah. Perkembangan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai sekitar 86%. Pada tahun 2015 akan dilakukan pengerukan alur dan pendalaman kolam pelabuhan, sehingga pada akhir tahun 2015 direncanakan pelabuhan sudah dapat dioperasionalkan. Sarana perhubungan udara juga belum ada di Kabupaten Kulonprogo, namun keberadaan pengembangan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo juga sesuai dengan indikasi program dalam RTRW sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 dan RPJMD sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2013. Studi kelayakan dan Rencana Induk Pembangunan Bandara Baru telah disusun, selanjutnya telah dikeluarkan ijin lokasi dari Kementerian Perhubungan dengan lokasi di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang membutuhkan lahan ± 637 Ha.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-41
I.
Pariwisata Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional. Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi). Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-42
Tabel 3.20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun 2010 - 2014 No
Obyek Wisata
1.
Jumlah Pengunjung 2012 2013
2010
2011
Pantai Glagah
249,856
262.312
278.805
293.981
282.639
2.
Pantai Congot
28,191
26.453
37.446
37.821
37.201
3.
Pantai Trisik
29,277
27.175
23.036
22.972
18.802
4.
Waduk Sermo
1792
16.826
20.554
30.643
38.657
5.
Goa Kiskendo
6,738
3.440
6.698
7.060
10.943
6.
Puncak
9,499 9683
10.903
24.521
26.814
17.554
-
-
-
12.418
667
-
-
Jumlah
359.702
345.889
377.442
416.998
427.554
Bertambah/
48.827 35.014
31.553
39.556
10.556
11,26%
9,12%
11,00%
2,47%
Suroloyo 7.
Pemandian
2014
Alam Clereng (**) 8.
Kolam Renang
80
Tanjungsari (*)
Berkurang Prosentase Kenaikan
15,71%
Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah).
Gambar 3.20. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun 2010 - 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-43
Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 3.21. Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 3.22. Grafik Volume Sampah Harian pada Obyek Wisata Tahun 2014 Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-44
Usaha
dan
kegiatan masyarakat
dalam
bidang
pariwisata
mengalami
perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi : 1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m3/hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-45
Gambar 3.23. Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun 2013-2014 di Kabupaten Kulonprogo
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-46
J. Limbah B3 Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest. Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal :
lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum
mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan. Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-47