BAB II TASAWUF DAN TERAPI KESEHATAN MENTAL
A. Tasawuf 1.
Pengertian Tasawuf Secara bahasa, menurut para ulama tasawuf dalam penggunaan kata tasawuf berbeda pendapat tentang asal usul katanya.1 Ada beberapa asal kata tasawuf, yaitu: Shafā ( ) صفاartinya suci, bersih dan murni.
a.
Asal kata sufi dikaitkan dengan kata shafa, didasarkan kepada makna dan tujuan sufi yang terus berusaha menjaga kesucian dan kebersihan diri baik lahiriah maupun bathiniahnya, agar tetap sesuai dengan kaidah hidup yang ditetapkan oleh Yang Maha Suci. Suci lahir berarti bersih dari berbagai dosa, kemaksiatan dan najis lahir, sementara suci bathin berarti bersih dari sifat-sifat tercela dan bersih dari ketergantungan yang berlebihan kepada kenikmatan duniawi. b. Shaffun ( ّ )صفartinya barisan. Barisan yang dimaksud di sini adalah barisan sholat, barisan berperang dan berjihad di jalan Allah. Dalam barisan sholat mereka berada di shaf terdepan sebagai bentuk kecintaannya pada Allah, dalam hal peperangan mereka juga terdepan dalam melawan musuh-musuh Agama dan dalam banyak hal mereka adalah pelopor dalam masalah 1
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf; Pengenalan Pemahaman, dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh Sufi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2013 ). Hlm. 3.
18
19
kebaikan. Mereka juga berani memelopori usaha pemberantasan kemaksiatan, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan penyakit sosial lainnya. c. Shuffatun ( ّ ) صفتartinya serambi/ emper masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar.2 Menghubungkan sufi dengan serambi karena mereka adalah yang tidak mempunyai rumah permanen dan atau yang suka tinggal di serambi masjid, sehingga disebut sebagai اهمّانصفت. Tentunya mereka berada di serambi untuk lebih mempermudah mereka mengakses informasi dakwah dan tuntunan agama dari Rasulullah dan sahabatnya. Dalam konteks sekarang, sufi berarti mereka yang hatinya bergantung dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan masjid, yaitu Islam. d. al-Shāffat ( ) انصاّفتartinya malaikat Mereka kaum sufi adalah yang memiliki semangat dan jiwa pengabdian kepada Allah sebagaimana yang dilakukan para malaikat. Sebuah pengabdian yang tulus ikhlas tanpa pamrih apapun, sekaligus istiqomah dalam menjalankan perintah Allah. Inilah sebuah cara untuk mencapai derajat sebagai hamba Allah yang sejati, sehingga ia bisa melaksanakan ta‟abudiyah secara sempurna. e. Shafwu ( ّ ) صفىartinya kehidupan. Kata ini dinisbahkan ke sufi karena kaum sufi adalah mereka yang terus menerus melakukan amaliah sebagai bekal kehidupannya kelak di
2
Amin Syukur dan Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf Study Intelektualisme Tasawuf Al-Ghazali, (Semarang: Lembkota, 2012). hlm. 11.
20
akherat. Orientasi hidup mereka tidak hanya masa kini duniawi, namun semuanya diorientasikan kepada kehidupan masa depan keakheratan. f. Shifwatun ( ّ) صفىّةartinya teman sejati. Kata ini berarti kaum sufi hendak menjadikan Allah sebagai teman sejati dalam hidupnya. Sosok yang tiada meninggalkan ketika duka, dan bisa bersama-sama dalam kesukaan. Disamping itu kaum sufi bisa menerima realitas kehidupan secara ridho baik suka maupun duka. g. as-Shafā ( ) انصفاartinya lapangan atau padang pasir. Tanah lapang mengibaratkan kehidupan yang luas, dimana di sana manusia banyak yang lalu lalang menempuh perjalanan untuk menuju ke suatu tempat. h. al-Shufnah ( ) انصفىتartinya bekal. Perbekalan hidup untuk jangka yang lebih abadi, itulah yang sangat ditentukan para sufi. Bekal itu adalah iman dan taqwa sera amalan-amalan baiknya. Ibarat orang yang bepergian sebagai musafir, maka bekal untuk hidup pada jangka panjang lebih diutamakan.3 i. al-Shufānah ( ) انصفاّوت, yakni nama kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir yang sering dicari oleh para pengembara.4 Para sufi dulu adalah mereka yang tidak mau membebani kehidupannya pada orang lain, sehingga ia berusaha apapun yang halal, walaupun hanya dengan mencari kayu bakar di tengah padang pasir.
3
Imam Khanafi al-Jauhari, Pokok-pokok Ajaran Tasawuf, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press: 2010). hlm. 1-4. 4 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf; Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 ). hlm. 8.
21
j. Shopos, artinya kebijakan atau hikmah. Kata ini merujuk pada suatu ilmu khusus yang diberikan Allah kepada para Nabi untuk sampai kepada kesadaran ketuhanan dalam segala keadaan. Dengan perspektif ilmu hikmah ini, seseorang akan menjadi bijak dalam situasi manapun. k. Shuf ( ) صىّفartinya bulu domba. Penisbahan
ini
berkaitan
dengan
tradisi
mereka
yang
berpenampilan sangat sederhana, yaitu pakaian wol. Kesederhanaan mereka untuk menjaga hati tetap tawajjuh kepada Allah, bersih dari berbagai kepentingan dunia dan lebih menekankan tercapainya tujuan akhir kelak.5 Sedangkan secara terminologi, sebagaimana yang didefinisikan Zakaria al-Anshari, tasawuf adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.6 Ahmad Zaruq membedakan antara tasawuf, fikih, dan ilmu tauhid. Tasawuf diartikan sebagai ilmu yang bertujuan memperbaiki hati dan memfokuskan hanya untuk Allah semata. Fikih merupakan ilmu yang bertujuan
untuk
memperbaiki
amal,
memelihara
aturan,
dan
menampakkan hikamh dari setiap hukum. Sedangkan ilmu tauhid diartikan ilmu yang bertujuan untuk mewujudkan dalil-dalil dan
5 6
Imam khanafi al-Jauhari, Pokok-pokok Ajaran Tasawuf . hlm. 4. Amin Syukur, Sufi Healing, (Jakarta: Erlangga, 2012). hlm 50.
22
menghiasi iman dengan keyakinan, sebagaimana ilmu kedokteran untuk memelihara badan dan ilmu nahwu untuk memelihara lisan.7 Abu Hasan Asy-Syadzili mendefinisikan tasawuf untuk melatih jiwa agar tekun beribadah dan mengembalikannya kepada hukum-hukum ketuhanan.8 Dengan demikian, maka tasawuf dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mengajarkan bagaimana meraih derajat sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Karena orang yang paling dekat dengan Tuhan adalah para Nabi dan Rasul, maka tasawuf mengajarkan bagaimana perilaku para Nabi dan Rasul. Di dalamnya kemudian ada ajaran ibadah, muamalah, dan akhlak sebagai perhiasan bagi para Nabi dan Rasul. Term Insān Kamil menjadi tujuan para sufi, ma’rifatullah menjadi harapan bagi mereka, sehingga mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang akan mengahlanginya dalam mencapai tujuan tersebut. Para sufi, melakukan berbagai ritual tertentu yang mereka yakini dapat mencapai tujuannya. Żikir, khalwat, mengurangi makan dan minum, dan lain sebagainya, merupakan tradisi para sufi yang melekat erat pada diri mereka. Semua itu dilakukan dalam rangka penyucian jiwa dari berbagai hal yang dapat merusak kedekatan seorang sufi dengan Tuhanya.9
7
Amin Syukur, Sufi Healing. hlm. 50-51. Amin Syukur, Sufi Healing. hlm. 51. 9 Amin Syukur, Sufi Healing. hlm. 51-52. 8
23
2.
Tujuan Tasawuf a.
Memperoleh hubungan sedekat mungkin dengan Yang Maha Kuasa, setelah terlebih dahulu membangun kesadaran dirinya. Inilah yang diperoleh melalui taqarrub ila Allah.
b.
Mengarahkan dan membimbing kejiwaan kearah jiwa yang bersih, sehat dan sempurna. Inilah yang dicapai oleh tazkiyatun nufus.
c.
Terkondisikannya sikap mental yang melahirkan karakter kepribadian yang luhur dan bijaksana. Inilah yang dicapai dengan takhalluq bi alakaahlaq al-karimah.
d.
Diperolehnya keyakinan yang bulat atas keimanan dan keislaman sehingga tidak tergoyahkan oleh suasana apapun. Inilah yang dicapai oleh ilmu hakiki.
e.
Memperoleh jalan menuju kebahagiaan sejati di dunia
dan akherat.
Inilah yang hendak dituju semua manusia, yaitu kebahagiaan sejati.10 Adapun tujuan tasawuf, sebagaimana yang dikemukakan oleh Abd Hakim Hasan dalam kitabnya Al-Tashawwuf fi al-Syi’ril al-‘Arabi adalah:
ّّانّهدفّانتصىفّهىّانىصىلّانًّانحكّاوّانمطهكّواالتحاّدبهّوالّيصم ّانصىّفًّّّّانًّهذاّانهدّفّاالّبجهىدّشاّقّطىّيمّيزّتكزّعهًّاماّتهّانز ّغباّثّوكسزّشزّةّانىفسىانىانّمهّانزّياّظتّرسمهاّانصىّفيتّوّوظمىّها .)وسمىّهاّ(طزّيما “Tujuan tasawuf itu ialah sampai pada zat yang Haqq atau Mutlak, atau bahkan bersatu dengan Dia. Para sufi tidak akan sampai pada tujuannya terkecuali dengan laku mujahadah yang berat dan lama yang dipusatkan untuk mematikan segala keinginannya (selain Allah), dan menghancurkan segala kejelekan jiwanya dan menjalankan bermacam-
10
Imam Khanafi al-Jauhari, Pokok-pokok Ajaran Tasawuf . hlm. 12.
24
macam riyalat yang diatur dan ditentukan oleh para sufi sendiridan mereka namakan thariqah.”11
3.
Pokok-pokok Ajaran Tasawuf a. Taqarrub Ila Allah Pendekatan diri kepada Allah melalui serangkaian ibadah baik yang mahdhah maupun ghairu mahdhah. Ini berarti segala bentuk amal perbuatan yang dilakukan sebagai sarana pendekatan diri pada Allah adalah amaliah tasawuf.12 b. Jalan Untuk Mendekatkan Diri kepada Allah Tujuan seseorang dalam menjalani hidup sufi adalah ingin memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Namun, untuk mendekatkan diri kepada Allah itu seseorang sufi harus menempuh jalan panjang dan tidak sederhana yang berisi stasion-stasion yang disebut maqāmāt atau stages dan station dalam bahasa inggris. Maqāmāt adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik.13 Menurut Imam Ghazali menyebut jumlah maqām ada sembilan, yaitu tobat, sabar, kefakiran, zuhud, takwa, mahabbah, ma‟rifat, dan riḍa.14 Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abu Bakar al-Kalabadzi dengan urutan yang berbeda yaitu tobat, zuhud, sabar, kefakiran, 11
M. Jamil, Cakrawala Tasawuf; Sejarah Pemikiran dan Kontekstualitas, (Jakarta: Gaung Persada Press). hlm. 9-10. 12 Imam Khanafi al-Jauhari, Pokok-pokok Ajaran Tasawuf . hlm. 6. 13 Amin Syukur, Sufi Healing, (Jakarta: Erlangga, 2012). hlm. 53. 14 Amat Zuhri, Ilmu Tasawuf, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009). hlm. 29-30.
25
kerendahan hati, takwa, tawakal, riḍa, cinta dan ma‟rifat.15 Sementara itu Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi menyebut urutan maqām itu adalah tobat, wara‟, zuhud, kefakiran, sabar, tawakal, dan riḍa.16 Dari sekian banyak maqām ada tujuh maqām yang populer. Masing-masing maqām itu disoroti dan diberi arti sesuai dengan cita penyucian hati seorang sufi. Namun, secara berurutan ketujuh maqām itu juga mengarah ke peningkatan secara tertib dari satu maqām ke maqām berikitnya. Maqām-maqām itu adalah sebagai berikut: 1. Zuhud, yaitu meninggalkan dunia dari hidup kematerian. 2. Taubat, taubat bagi sufi ialah taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi, sehingga mereka lupa segala-galanya kecuali Allah. 3. Wara, meninggalkan segala sesuatu yang diragukan tentang kehalalannya. 4. Al-Faqr, merasa tidak memiliki sesuatu, karena apapun yang dimiliki seseorang tidak lain adalah milik Allah semata. 5. Sabar, sabar dalam menjalankan perintah Allah dalam menjauhi larangan-Nya dan dalam menerima segala cobaan. 6. Tawakal, yaitu menyerah kepada qadha dan putusan dari Allah. 7. Riḍa, yaitu menerima ketentuan Allah dengan hati senang. Dengan melalui maqāmāt tersebut maka para sufi dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan sekaligus maqamat itu merupakan latihan dalam mengekang hawa nafsu dan memalingkannya dari hal keduniawian. 15 16
Amat Zuhri, Ilmu Tasawuf. hlm. 30. Amat Zuhri, Ilmu Tasawuf. hlm. 30
26
Ababila seorang sufi dapat melalui maqāmāt dengan sempurna maka ia berada di sisi allah, bahkan dapat bersatu (ittihad) dengan Allah. Pada saat itulah sufi merasakan kebahagiaan dan ketentraman yang tiada taranya.17
B. Terapi Kesehatan Mental 1.
Pengertian Terapi dan kesehatan Mental Terapi adalah upaya pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan kondisi psikologis. Terapi dalam bahasa inggris, yaitu (therapy) yang bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab, kata ْ َ اyang berasal ّ شَف ًَ ّ– ّيَ ْشفِ ًْ ّ–ّ ِشفاَّءyang mempunyai ini sepadan dengan ّإل ّ ْستِ ْشفا َّء makna menyembuhkan, seperti terdapat dalam firman Allah SWT, yang memuat kata “syifa”
َّ َ ّيَآّأَيُّها ّّيّو َ ضتّ ِم ْه َ ّجآّ َءّك ْمّ َمىْ ّ ِع َ ّانهّسّلَ ْد َ ّوّهد َ اّفًّانصُّ دّوْ ِر َ ّربِّك ْم ِ ّو ِشفَآّءّنِ َم ََّرحْ َمتّنِ ْهم ْؤّ ِمىِيْه Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus: 57). Terapi juga dapat berarti uapaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi klien dengan tujuan mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional.
17
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011). hlm. 209-210.
27
Manusia-manusia yang akal dan kalbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia dan akhirat.18 Sedangkan pengertian kesehatan mental beberapa pakar psikologi mendefinisikan mental sehat sebagai suatu keadaan individu yang terbebas dari
penyimpangan,
kekhawatiran,
kegelisahan,
kesalahan
dan
kekurangan. Individu yang sehat mentalnya adalah individu yang tidak menyimpang dari norma, tidak berperilaku salah, tidak menampakkan kekhawatiran dan kegelisahan. Individu seperti inilah individu ideal yang terhindar dari kekurangan dan kelemahan.19 Secara umum, para psikolog mendefinisikan kesehatan mental sebagai sebuah kematangan seseorang pada tingkat emosional dan kematangannya secara sosial untuk melakukan upaya adaptasi dengan dirinya sendiri dan alam sekitar, serta kemampuan untuk mengemban tanggung jawab kehidupan dan menghadapi segala problematikanya. Dengan demikian, seorang individu akan mampu menghadapi kenyataan hidup dengan perasaan senang, tenteram, dan bahagia.20 Kesehatan mental (mental hygiene) merupakan ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya ialah
18
M. Solihin, Terapi Sufistik; Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004). hlm. 83-84. 19 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Peran Guru di Sekolah Menurut Persepesi Murid Terhadap kesadaran Religius dan Kesehatan mental, (Jakarta: KEMENAG RI: 2012). hlm 20. 20 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Peran Guru di Sekolah Menurut Persepesi Murid Terhadap kesadaran Religius dan Kesehatan mental. hlm. 20-21.
28
orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah Psikosomatik (kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah Psikosomatik tersebut untuk menjelaskan bahwa, terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebaganya, maka badan turut menderita.21 Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian: (1) terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose); (2) kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup; (3) pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa; (4) terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.22
21
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2000). hlm. 138-
139. 22
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Peran Guru di Sekolah Menurut Persepesi Murid Terhadap Kesadaran Religius dan Kesehatan mental. hlm. 21.
29
Definisi kesehatan mental yang lain disampaikan oleh Abdul „Aziz al-Qaushi adalah kemampuan beradaptasi secara sempurna di antara berbagai situasi jiwa yang beragam, serta mampu untuk menghadapi krisis kejiwaan yang biasanya banyak menimpa manusia dengan tetap berprasangka positif yang ditandai dengan adanya perasaan senang dan merasa berkecukupan.23 Kesehatan mental menurut Sigmun Freud adalah absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dengan pengertian ini kesehatan mental hanya diperuntukan bagi orang yang terganggu dan berpenyakit jiwa saja, dan tidak diperlukkan bagi orang pada umumnya.24 Dari pendapat-pendapat para ahli diatas, disimpulkan mental sehat adalah mental yang terhindar dari penyimpangan yang berat, kekawatiran yang kuat dan kesalahan yang banyak, bisa mengembangkan potensinya, adalah keharminisan individu dengan lingkungannya, hidupnya merasa bahagia, optimis, mampu mengelola stres dengan baik, tidak mempunyai masalah sosial dan turut berperan dalam kehidupan dimasyarakat, dan mampu mengemban tugas dalam lingkungan sosialnya. Individu yang sehat mentalnya adalah individu bisa meminimalisir kesalahan, sedikit penyimpangan dan kekawatiran.25
23
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Peran Guru di Sekolah Menurut Persepesi Murid Terhadap kesadaran Religius dan Kesehatan mental. hlm. 21. 24 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 22. 25 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 21-23.
30
2.
Tujuan Terapi Tujuan terapi secara umum yaitu: memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar, mengurangi tekanan emosional, mengembangkan potensi
klien, mengubah kebiasaan, memodifikasi
struktur kognisi,
memperoleh pengetahuan tentang diri, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan hubungan interpersonal, meningkatkan kemampuan mengambil keputusan, mengubah kondisi fisik, mengubah kesadaran diri, dan mengubah lingkungan sosial. Adapun tujuan dari terapi Islam adalah a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmaniah dan rohaniah, sehat mental, spiritual, dan moral, atau sehat jiwa dan raganya. b. Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani. c. Mengantarkan individu pada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja. d. Meningkatkan kualitas keimanan, keIslaman, dan keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata. e. Mengantarkan individu untuk mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri atau jati diri dan citra diri serta Dzat yang Mahasuci, yaitu Allah Ta‟ala
Rabbal
‘Alamin.
Tujuan
terapi
pada
umumnya
adalah
mengembangkan kehidupan dengan mental yang sehat (mental health). Sedangkan tujuan akhir Agama adalah mengembangkan keimanan (faith) dan menyelamatkan rohani (spiritual salvation).26
26
M. Solihin, Terapi Sufistik, hlm. 53-54.
31
3.
Teknik-teknik Terapi Dalam ilmu jiwa kontemporer, sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi yang digunanakan oleh para psikiater dan psikolog. Pertama, teknik terapi psikoanalisis dalam dalam setiap individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawananan yang menyebabkan konflik intternal menjadi tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Kedua, teknik terapi perilaku, yang menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu. Dalam sesi terapi awal, ahli terapi perilaku mendengarkan dengan cermat pernyataan kliennya tentang masalahnya, kemudian menentukan masalah dengan jelas dan memecahnya menjadi beberapa tujuan terapetik spesifik. Ketiga, teknik terapi kognitif perilaku, yaitu teknik modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan klien cara yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalamannya.
32
Keempat, teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu
individu menyadari diri
sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal, gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Kelima, teknik terapi ekletik atau integratif, yaitu memilih dari berbagai teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu ketimbang mengikuti secara kaku satu teknik tunggal. Ahli terapi jenis ini mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual dan depresi. Keenam, teknik terapi kelompok dan keluarga. Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Adapun terapi marital dan terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok khusus yang membantu pasangan suami-istri atau hubungan orang tua dan anak untuk memepelajari cara lebih efektif dalam berhubungan satu sama lain, dan menangani berbagai masalahnya.27 4.
Model-model Terapi Banyak model terapi yang dapat diterapkan sebagai perawatan dan penyembuhan problema psikis yang dialami manusia. Model-model terapi yang dimaksud di antaranya adalah sebagai berikut:
27
M. Solihin, Terapi Sufistik. hlm. 38-40.
33
a. Terapi Client Centered (terapi humanistik), terapi ini bertugas untuk membantu klien menelusuri semua potensi positif dalam dirinya, agar dia bisa mengembangkan dirinya secara positif dan meninggalkan gejalagejala gangguan mentalnya.28 b. Terapi Realitas, yaitu terapi jangka pendek yang berfokus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi dan pada dasarnya merupakan jalan agar para klien dapat belajar bertingkah laku yang lebih realistik sehingga dapat mencapai keberhasilan. c. Terapi Relaksasi, yaitu terapi yang diberikan kepada klien yang mudah untuk disugesti. Terapi model ini lazimnya dilakukan oleh seorang terapis yang menggunakan hipnotis. Dengan terapi sugesti ini, klien dilatih untuk melakukan relaksasi. d. Terapi Perilaku, yaitu terapi yang bermaksud agar klien berubah, baik sikap maupun perilakunya terhadap objek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap, klien dilatih dan dibimbing menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan panik atau phobik. Pelatihan ini dilakukan berulang-ulang sampai pada akhirnya klien dapat melakukannya tanpa bantuan dari orang lain. Sudah tentu, latihan perilaku ini didahului dengan pemberian psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri. e. Terapi Keagamaan, yaitu terapi yang digunakan dengan pendekatan keagamaan. Terapi jenis ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan ayat-ayat suci al-Qur‟an, hadis Nabi, dan pemikiran-pemikiran keislaman 28
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013). hlm. 274.
34
yang secara implisit mengandung terapi. Namun, terapi jenis ini rentan sekali terjadi perdebatan. Terapi ini basanya dimaksudkan agar seseorang bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain-lain. Banyak orang yang melakukan terapi jenis ini melaui do‟a-do‟a dan zikir-zikir yang intinya memohon kepada Allah SWT. agar diberi ketenangan hati. Dalam perspektif kaum sufi, ketenangan hati dapat ditemukan melalui zikir kepada Allah. f. Terapi Holistik, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya terhadap bentuk gangguan kejiawaan, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain dari klien, sehingga klien diobati secara menyeluruh, baik dari segi organobiologik, psikologik, psikososial maupun spiritualnya. Dengan kata lain, terapi Kholistik ialah bentuk terapi yang memandang klien secara keseluruhan aspeknya.29 5.
Indikator Kesehatan Mental Kartini Kartono menyebutkan orang yang memunyai mental sehat ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain: mempunyai kemampuankemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi
dengan
usaha-usahanya,
meiliki
regulasi-diri
dan
integrasi
kepribadian dan batinnya selalu tenang.30 Menurut Muhammad „Audah Muhammad dan Kamal Ibrahim Mursi, para psokolog telah membuat beberapa indikator yang menunjukan bahwa 29 30
M. Sholihin, Terapi Sufistik. hlm. 82-85. Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 23.
35
individu telah meraih kesehatan mental. Diantara indikator tersebut adalah yang ditetapkan oleh Maslow sebagai berikut, “indikator seseorang mampu meraih kesehatan mental adalah adanya hubungan antara dirinya dengan beberapa nilai, seperti kejujuran seseorang kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain,
memiliki
keberanian
untuk
mengungkapkan kebenaran,
bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu yang dia kerjakan, berani mengaku siapa dirinya sebenarnya, apa yang dia kehendaki dan apa yang dia suakai, serta mau mengakui mana hal-hal yang baik sekalipun tidak berasal dari dirinya, sekaligus mau menerima hal baik tersebut tanpa bermaksud untuk mengadakan pembelaan diri demi merusak hakikat kebenaran yang telah ada”.31 Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dirumuskan tentang ciri-ciri Orang yang Memiliki kesehatan Mental dalam Pandangan Islam32 adalah: a. Beriman dan beribadah kepada Allah SWT, keimanan kepada Allah SWT bisa menanamkan rasa lapang, ridha, dan bahagia dalam diri seseorang, merasa aman dan tenang, dan merasa dilindungi oleh Allah SWT. b. Sehat secara fisik, tidak sakit-sakitan. c. Melaksanakan pola hidup sehat dengan berolah raga secara rutin, makanmakanan yang halal dan sehat, tidak merokok, tidak minum-minuman
31 32
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 24. Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 42.
36
keras (beralkohol), tidak terlibat pengguanaan narkoba, dan cukup istirahat. d. Menerima kenyataan hidup, ditandai dengan menerima keadaan fisik apa adanya tidak membuat tato ditubuhnya, tidak membuat tindik atau anting dibagian tubuhnya, memotong rambut dengan rapih. e. Mampu beradaptasi baik dengan dirinya maupun dengan alam sekitar secara umum sehingga merasa senang, bahagia, dan hidup dengan lapang. f. Percaya diri, tidak minder dalam bergaul, ini disebabkan karena merasa dirinya tidak kurang suatu apapun dan dia puas dengan penampilan dirinya. g. Mampu mengatasi stres dengan coping yang positif, bila mendapat masalah dalam hidupnya selalu berusaha memecahkan dengan cara yang positif. h. Jujur terhadap dirinya sendiri, sehingga dia berkata apa adanya, tidak curang dalam bertransaksi dengan orang lain. i. Berani karena benar, menyampaikan kebenaran dengan berani sekalipun akibatnya pahit untuk dirinya. 6.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Kesehatan mental merupakan entitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Kesehatan mental sangat dipengaruhi faktor-faktor tersebut, karena secara substantif faktor-faktor tersebut memainkan peran yang signifikan dalam terciptanya kesehatan mental. Yang
37
termasuk faktor internal adalah faktor biologis dan faktor psikologis, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah sosial budaya.33 Berikut penjelasannya: a. Faktor biologis Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental adalah faktor biologis. Beberapa faktor biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya: otak, system endokrin, genetika, sensori, kondisi ibu selama kehamilan. Berikut akan dibahas lebih rinci, yaitu: 1. Otak merupakan pusat dari segala aktivitas tubuh, baik aktivitas fisiologik maupun aktivitas psikologis. Otak merupakan pusat keseimbangan, motivasi, afeksi, dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Terjadinya kerusakan pada otak sangat berpengaruh terhadap kesehatan ental individu.34 2. System endokrin, kelenjar endokrin merupakan senyawa kimiawi yang mengeluarkan hormon dan diangkut ke seluruh tubuh. Gangguan mental yang disebabkan abnormalitas fungsi kelenjar endokrin prevalensinya masih sedikit, akan tetapi hal tersebut perlu mendapat perhatian dan dapat dicegah melalui pengaturan pola makan dan mengaplikasikan pola hidup bersih dan sehat.35 3. Genetik. Faktor genetik merupakan salah satu faktor dalam pewarisan sifat-sifat manusia kepada keturunannya. Kecenderungan psikosis 33
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 47. Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 47. 35 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 48. 34
38
seperti skizofrenia dan manis-depresif merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis dari induknya.36 4. Sensori, merupakan alat yang menangkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecap dan penciuman. Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya fungsi kognisi dan emosi individu.37 5. Kondisi ibu selama kehamilan, mempengaruhi kesehatan mental anak. Selama berada dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental ankanya adalah/; usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita, stres dan komplikasi.38 b. Faktor Psikologis Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan denga sistem biologis. Sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, aspek psikis senantiasa terlihat dalam dinamika kemanusiaan yang multi aspek. Ada beberapa aspek psikis yang berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu: 1. Pengalaman awal, merupakan keseluruhan pengalaman maupun kejadian yang dialami seseorang yang mempengaruhi perkembangan dan kesehatan mentalnya. Psikolog bahkan menganggap pengalaman awal sebagai bagian penting dari perkembangan fisik dan mental
36
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 48. Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 48. 38 Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua. hlm. 48. 37
39
seseorang dan akan sangat menentukan kondisi dan kesehatan mentalnya di kemudian hari. 2. Proses pembelajaran, perilaku manusia sebagian besar adalah merupakan produk dari aktivitas belajar melalui pelatihan dan pengalaman sehari-hari. Terdapat tiga saluran belajar, yaitu: (1). Belajar dengan asosiasi (learning by association). Menurut Pavlov, interaksi antara lngkungan dengan individu sangat penting karena dari interaksi tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan kematangan kepribadian seseorang. (2). Belajar dengan konsekuensi (learning by consequencies).
Skinner
mengemukakan
bahwa
lingkungan
memainkan peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian seseorang melalui mekanisme konsekuensi penyertaan atas perilaku tertentu, yaitu hukuman dan hadiah. (3). Belajar dengan mencontoh (learning by modelling). Menurut Bandura, anak-anak berperilaku agresif setelah mencontoh perilaku model yang dilihatnya. Kegiatan mencontoh dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. 3. Kebutuhan, pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Individu yang telah mencapai aktualisasi diri (orang yang telah mengeksploitasi segenap kemampuan, bakat, dan ketrampilan secara masif) akan mencapai suatu tingkatan yang disebut dengan peak eksperience.
40
c. Faktor Sosial Budaya 1. Stratifikasi sosial, penelitian yang dilakukan oleh Holingshead dan Redlich menemukan bahwa stratifikasi sosial yang ada dimasyarakat ternyata berhubungan dengan jenis gangguan mentalnya. 2. Interaksi sosial, ada dua pandangan hubungan interaksi sosial dengang gangguan mental. 1) teori psikodinamika mengemukakan bahwa individu yang mengalami gangguan emosional dapat berimplikasi pada pengurangan interaksi sosial yang dapat diketahui dari perilaku regresi sebagai akibat dari adanya sakit mental. 2) rendahnya interaksi sosial yang berimplikasi pada gangguan mental. 3. Keluarga, merupakan lingkungan terdekat dengan individu yang berperan besar dalam membentuk karakter serta mempengaruhi perkembangannya, baik secara fisik maupun psikis. Dalam pandangan psikodinamika, keluarga merupakan entitas yang secara langsung mempengaruhi pola pikir dan perkembangan psikologis individu. Keluarga merupakan lingkungan mikrosistem yang menetukan kepribadian dan kesehatan mental anak. Dengan demikian, keluarga nerupakan lingkungan yang sangat penting dari keseluruhan sistem lingkungan. 4. Sekolah juga merupakan lingkungan yang turut mempengaruhi terhadap perkembangan kesehatan mental anak, karena fungsi sekolah bukan saja sebagai tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat yang djadikan model dalam bersosialisasi sehingga tertanam nilai-nilai
41
kehidupan bermasyarakat. Dalam pendidikan, konsep pengembangan kepribadian anak merupakan tujuan utama disamping pengembangan intelektual.39
39
Muhyani, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Peran Guru di Sekolah Menurut Persepesi Murid Terhadap kesadaran Religius dan Kesehatan mental, (Jakarta: KEMENAG RI: 2012). hlm. 42-52.