BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN NELAYAN
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Suwarno bahwa pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.1 Ahmad D. Marimba dalam bukunya yang berjudul pengantar filsafat pendidikan Islam menjelaskan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidil terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2 Selanjutnya menurut Hasan Langgulung bahwa disebut pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.3 Lebih lanjut Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda atau juga sebagai pengemban potensi-potensi yang terpendam atau tersembunyi.4
1
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 2001), hlm. 6. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 2002), hlm.19. 3 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis (Yogyakarta: FIP IKIP. 2002), hlm. 25. 4 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: PT. AlMa‟arif, 2000), hlm. 131-132. 2
23
24
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang dilakukan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik dengan berbagai cara dan sarana dengan tujuan meningkatkan kedewasaan sesuai tingkat perkembangannya sehingga terbentuklah kepribadian utama yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam.5 Menurut Syahminan Zaini bahwa yang dimaksud pendidikan agama Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama Islam agar terwujud astau tercapai kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.6 Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha mengembangakan fitrah manusia, membimbing jasmani dan rohaninya berdasarkan hukum-hukum Islam yang menuju kepada terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam dan akhirnya akan terwujud kehidupan manusia yang makmur, bahagia di dunia dan akhirat. Dan juga agar dapat hidup dan berpenghidupan yang sempurna serta menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
5
AD Marimba, Op.Cit., hlm. 23. Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 4. 6
25
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: 1) Dasar Yuridis / Hukum Dasar yuridis / hukum, yaitu pelaksanaan pendidikan Islam yang berasal dari perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara dimana pendidikan dilaksanakan.7 Adapun sumber yuridis ataupun hukum yang ada di Indonesia ini adalah Pancasila dan UUD 1945. Dasar yuridis atau hukum ini ada 3 macam: a) Dasar ideal. Dasar ideal yaitu suatu dasar yang bersumber dari falsafah negara, yaitu Pancasila dimana Pancasila mempunyai arti yang sangat penting bagi umat Islam. 8 b) Dasar konstitusional. Dasar konstitusional yaitu dasar yang bersumber dari UUD 1945, dalam bab IX pasal 29, yang berbunyi: Ayat I berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ayat II berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”.
7 8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 19. Ibid., hlm. 20.
26
c) Dasar operasional Dasar operasional yaitu dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal.9 2) Dasar Religius Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam AlQur‟an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain: a) Surat Al-Alaq ayat 1-5:
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.10 b) Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:
)َم ْن َكتَ َم ِع ْل ًمااَ ْْلَ َموُ اهللُ بِلِ َجا ٍم ِم َن النَّا ِر (روه ابن ماجو
Artinya: Barangsiapa yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan mengekangnya dengan kekang berapi.”. (HR. Bukhari Muslim).11
9
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2003),
hlm. 12. 10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannua (Semarang: PT. Toha Putra, 2001), hlm. 1079. 11 Abi al-Husain Muslim an-Naisaburi; Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Kutub al‟Ilmiyyah, 2000) Jilid III, hlm. 342.
27
3) Dasar Psikologis Psikologi yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya manusia baik segi individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Orang akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdikan kepada zat yang Maha Kuasa sebagaimana firman Allah dalam surat ArRa‟d ayat 28:
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra‟d: 28).12
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Suatu pelaksanaan pendidikan tidak dapat dikatakan mendidik kalau tidak mempunyai tujuan untuk mencapai kebaikan anak didik dalam arti yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud tujuan pendidikan adalah: “perubahan yang diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan / usaha pendidikan untuk mencapai baik pada tingkah laku
12
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 661.
28
individu dan kehidupan pribadinya pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitarnya.13 Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaranajaran Islam dengan baik dan sempurna sehingga tercermin pada sikap dan tindakan didalam seluruh kehidupannya dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat.14 Mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam ini ada beberapa pendapat antara lain: 1). Imam Al Ghazali sebagaimana dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a). Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri pada Allah SWT. b). Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup baik didunia maupun diakhirat.15 2). Menurut Abdurrahman Saleh Tujuan pendidikan agama Islam adalah usaha memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa supaya cakap dalam
13
Oemar Muhammad Al-Toumi Assalbani, filsafat pendidikan Islam, Terjemah Hasan langgulung (Jakarta Bulan Bintang, 2001), hlm.399. 14 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam, 2002), hlm. 40. 15 Muhammad Saleh Noor, Didaktik Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm. 22.
29
menyelesaikan tugashidupnya yang diridhoi Allah SWT. Sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.16 3). Menurut Ahmad D Marimba Tujuan pendidikan agama Islam ada 2 bagian yaitu: a). Tujuan sementara yaitu membantu arah usaha yang menjadititik berpijak untuk mencapai tujuan akhir. b). Tujuan
akhir
yaitu
memelihara
arah
usaha
itu
dan
mengakhirinya setelah tujuan itu tercapai.17 4). Menurut M. Athiyah Al Abrosyi Dalam bukunya dasar-dasar pokok pendidikan Islam, bahwa tujuan pokok dan utama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.18 5). Menurut Mahmud Yunus bahwa pendidikan agama Islam itu bertujuan untuk menyiapkan anak supaya kelak dewasa mereka cakap melakukan pekerjaan duniadan akhirat.19 Jadi jelas, selain mendidik budi pekerti pendidikan Islam juga bertujuan membentuk anak agar selalu beribadat pada Allah SWT dan yang terakhir adalah agar kelak mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
16
Abdurrahman Saleh, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Bina Aksara, 2002).,
hlm. 35. 17
AD Marimba, Op.Cit., hlm. 27. M.Athiyah Al-Abrosyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 2004). hlm.1. 19 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: PT.Hida Karya Agung, 2001), hlm.10. 18
30
3. Metode Pendidikan Agama Islam a.
Pengertian Metode Pendidikan Agama Islam Dalam rangka menyampaikan materi pendidikan kepada anak maka seorang guru / orang tua memerlukan adanya suatu metode yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Begitu pula orang tua dalam mendidik agama kepada anak-anaknya juga memerlukan metode yang tepat agar tujuan pendidikan agama Islam dalam keluarga dapat tercapai dengan baik. Menurut Poerwadarminto bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedang menurut Winarto Surahmat, metode adalah suatu cara yang didalam fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.20 Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang teratur rapi yang harus ditempuh dan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dari batasan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa metode pendidikan agama Islam ialah suatu cara yang teratur dan rapi yang harus ditempuh dan fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
b. Macam-Macam Metode Pendidikan Agama Islam Metode pendidikan dan pengajaran memang banyak sekali, akan tetapi tidak semua metode tersebut digunakan dalam rangka 20
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hlm. 649.
31
mendidik agama pada anak-anak dalam keluarga dan tidak harus semuanya dipakai dalam menyampaikan suatu materi pendidikan. Keterbatasan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor seperti orang tua, keadaan anak, fasilitas yang tersedia,materi yang diberikan, tujuan yang akan dicapai dan lain-lain. Jadi dalam memilih metode, orang tua harus mempertimbangkan hal-hal tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun metode-metode pendidikan agama Islam yang biasa digunakan
dalam
lingkungan
keluarga
antara
lain:
metode
pembiasaan, metode suri tauladan, metode nasehat, metode cerita, Tanya jawab dan bertamasya.21 1) Metode Pembiasaan Adapun yang dimaksud dengan metode pembiasaan disini adalah suatu cara yang digunakan/ditempuh oleh orang tua untuk mendidik putra putrinya dengan cara menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik sejak anak masih kecil,agar kebiasaan itu menjadi miliknya dan menyatu dalam jiwanya serta dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Berkaitan dengan kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin bahwa suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini disebut adat kebiasaan.22
21
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak-Anak Dalam Islam jilid 1-2 (Semarang: CV. Toha Putra, 2004), hlm. 2. 22 Ahmad Amin, Etika (ilmu akhlak),(Jakarta: Bulan Bintang, 2004), hlm. 2.
32
2) Metode suri tauladan Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Segala ucapan dan perbuatan orang tua dapat dilihat dan disaksikan langsung oleh anak, bagi anak segala tindakan dan ucapan orang tua sehari-hari merupakan contoh dan teladan. Anak mempunyai sifat khas yaitu cenderung meniru orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua hendaklah berhati-hati dalam tutur kata dan tingkah laku, karena semua itu akan diteladani oleh anak. Adapun yang dimaksud dengan metode suri tauladan disini adalah suatu cara/metode pendidikan dalam bentuk pemberian contoh/teladan dari orang tua terhadap putra putrinya agar mereka mau mencontoh apa yang telah dilakukan orang tuanya. Suri tauladan untuk seluruh manusia adalah kepribadian Rosulullah yang didalamnya terdapat segala nama dan nilai-nilai ajaran agama Islam. 3) Metode pemberian nasihat Metode pemberian nasihat adalah suatu metode/cara mendidik dalam bentuk pemberian nasihat/tutur kata yang berisi tentang aktivitas baik yang harus dikerjakan oleh anak dan aktifitas buruk akan menyimpang dari ajaran Islam yang harus dijauhi dan ditinggalkan oleh anak. Metode pendidikan melalui pemberian nasihat ini bertujuan untuk memberikan pengertian tentang aktifitas baik sesuai dengan ajaran agama Islam agar mereka mau
33
beraktifitas sebagaimana yang telah dinasihatkan kepadanya. Nasihat dapat berpengaruh kedalam jiwa seseorang melalui perasaan, bagi anak nasihat saja tidak cukup kalau tidak diikuti dengan keteladanan orang tua.23 4) Metode Cerita Metode cerita adalah suatu cara mendidik dan mengajar anak dengan jalan menyajikan sebuah kisah/cerita dengan maksud mengambil hikmah/pelajaran yang bermanfaat bagi anak. Orang tua dapat menceritakan pada anaknya tentang kisah para nabi, kisah para sahabat, kisah para orang-orang sholeh dan lain-lain. Yang penting anak bisa mengambil hikmah/pelajaran yang bermanfaat dari cerita tersebut. Dalam rangka mendidik anak dengan metode cerita ini, orang tua harus dapat menarik perhatian anak dan dapat merangsang anak untuk berfikir. Agar cerita tersebut dapat menarik perhatian anak maka siceritanya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai melalui metode cerita ini, maka orang tua harus menyiapkan dan memilih terlebih dahulu kisah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak, karena apabila cerita tersebut tidak menarik dan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka cerita yang disajikan dianggap tidak mutu dan
23
Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 3.
34
tidak dihiraukan oleh anak serta tidak menarik perhatian anak akhirnya tujuan pendidikan tidak tercapai. 5) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah menyampaikan pelajaran dengan jalan seorang guru (orang tua) mengajukan pertanyaan dan anak menjawab. Atau suatu tindakan didalam pendidikan dimana guru (orang tua) bertanya sedang anak menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperolehnya.24 Metode ini baik sekali untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah pada masalah yang sedang dibicarakan. Disamping itu juga untuk mengarahkan proses berfikir anak dan juga untuk mengadakan evaluasi pada anak tentang pemahaman materi yang telah diberikan. Abdurahman Saleh Abdullah, mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya yaitu: a) Metode cerita atau ceramah, tujuan yang hendak dicapai dari metode cerita dan ceramah adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada peserta didik. b) Metode diskusi, Tanya jawab atau dialog. Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi dalam pendidikan. Deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum ternyata lebih
24
M.Athiyah Al-Abrosyi, Op.Cit., hlm. 154.
35
bergunan sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep. c) Metode perumpamaan atau metafora, penjelasan konsepkonsep abstrak dengan makna konkrit, memberi gambaran yang jelas bagi yang jalas bagi peserta didik. d) Metode hukuman dan ganjaran berasal dari fakta yang menyatakan bahwa metode itu secara kuat berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan individu seseorang. Peserta didik yang menerima
ganjaran
akan
memahaminya
sebagai
tanda
penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa aman..25
B. Nelayan 1. Pengertian Nelayan Nelayan merupakan orang yang mata pencaharian utamanya dari menangkap ikan (di laut).26 Selain itu, nelayan juga merupakan istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Achmad Sudrajat menjelaskan bahwa nelayan merupakan orang yang mata pencaharianya melakukan penangkapan ikan. Selain itu, beliau mengartikan nelayan kecil sebagai orang yang mata
25
Abdurahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an (Jakarta: Rhineka Cipta, 2004), hlm. 197-221. 26 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 612.
36
pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.27 Masyarakat nelayan dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung
secara
langsung
pada
pemanfaatan
sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan, buruh nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, pengolah ikan, sarana produksi perikanan. Masyarakat pesisir yang identik dengan nelayan merupakan bagian dari masyarakat terpinggirkan yang masih terus bergulat dengan berbagai persoalan kehidupan, baik ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, maupun budaya. Kondisi kehidupan mereka selalu dalam kondisi yang memprihatinkan, terutama secara ekonomi. Dengan penghasilan yang selalu tergantung pada kondisi alam Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan serta dunia pendidikan dan teknologi yang berkembang. Kondisi alam tersebut yang membuat sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kondisi yang memprihatinkan tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan dan ketrampilan masyarakat pesisir. Masyarakat nelayan sendiri secara geografis adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang dikawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut.28
27
Achmad Sudrajat, Glosarium Kelautan dan Perikanan, (Jakarta: Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2006), hlm. 116. 28 Kusnadi, Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomin Pesisir (Yogyakarta: ArRuzzMedia, 2009), hlm. 27.
37
Sedangkan menurut M.Khalil Mansyur mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi
juga orang-orang yang integral dalam lingkungan itu.
29
Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orang tuanya. Apabila para orang tua nelayan mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya, mereka berusaha menyekolahkan anaknya setinggi mungkin, sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tuanya, tetapi biasanya orang tua nelayan tidak mampu membebaskan diri dari profesi nelayan, turun-temurun adalah
nelayan.Anak-anak
dituntut
untuk
ikut
mencari
nafkah,
menanggung beban kehidupan rumah tangga, dan mengurangi beban tanggung jawab orang tuannya . Oleh karena itu, sebagian besar anak nelayan masih ingin bekerja di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga daripada bersekolah .30 Masyarakat nelayan diartikan sebagai sekelompok penduduk yang tinggal di suatu daerah pantai dan bermata pencaharian mencari ikan di laut.31
29
M.Khalil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa (Surabaya: Usaha Nasional Indonesia), hlm.148. 30 Mulyadi, Ekonomi Kelautan (Jakarta:Rajawali Press, 2005), hlm. 27. 31 Supriyadi Sastrosupomo, Masyarakat Pedesaan dan Nelayan (Jakarta: Cipta Karya, 2007), hlm. 29.
38
Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa nelayan merupakan orang yang bekerja mencari ikan dan/atau biota lainnya di laut. 2. Aktivitas Nelayan Para nelayan menghabiskan waktu sehari-hari sebagian besar untuk mencari ikan di laut. Mereka bekerja setiap hari, berangkat dini hari hingga pulang keesokan harinya. Bahkan ada pula yang sampai satu minggu, dua minggu, satu bulan atau terkadang sampai beberapa bulan. Para nelayan bekerja keras tanpa menghiraukan terik matahari yang menyengat dan dinginnya udara laut di waktu malam, demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. 32 Sifat kerja nelayan sangat erat kaitannya dengan tempat pekerjaan yang harus mereka lakukan yaitu di laut. Oleh karena itu, hal ini membutuhkan tenaga yang masih kuat untuk menghadapi keganasan alam sekitarnya seperti gelombang, angin, terik matahari, dan hawa dingin di malam hari. Oleh karena itu, tenaga kerja laki-laki yang berpengalaman dan terampil menjadi sangat penting dalam mencari ikan di tengah laut. Pengalaman akan mengajarkan tentang kemungkinan-kemungkinan bahaya yang akan timbul dan cara-cara mengatasinya. Keterampilan adalah daya gerak refleksi secara perasaan (feeling) dan keserasian penggunaan
32
otot
yang
dimiliki,
serta
kemampuan
otak
untuk
Edi Sedyawati, Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim (Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2005), Cet. 1, hlm. 22.
39
memperhitungkan berbagai kemungkinan agar tetap selamat dan sukses selama dalam pelayaran. Pekerjaan nelayan sangat tergantung dengan musim. Musim berhubungan dengan fenomena alam di luar pengendalian mnusia. Ketika musim angin barat, para nelayan tidak mampu berbuat banyak untuk mengatasinya. Mereka hanya sebatas menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang demikian seperti menunda penangkapan ikan atau berlindung pada suatu tempat yang dinilai aman. Setiap orang yang berada di atas perahu atau kapal harus taat aturan dan perintah dari nahkoda atau juru mudi, yaitu orang yang bertugas mengendalikan perahu atau kapal karena pengalaman dan keterampilannya. Selain itu, asal tempat tinggal para nelayan menjadi penting karena dengan adanya kesamaan latar belakang, akan memudahkan dalam membentuk sikap kebersamaan. Pekerjaan melaut biasanya menyangkut penangkapan ikan, penangkapan udang atau lobster, rajungan, rebon, dsb. Sedangkan dari daerah pesisir biasa masih ada mereka yang hidup dari kerang atau tiram, kepiting, dari tripang, maupun pengangkatan ikan atau udang rebon dan undur-undur laut dengan jaring, dan sebagainya.33 3. Tingkat Perekonomian Nelayan Nelayan di Indonesia pada umumnya adalah nelayan kelas teri yang tergolong lapisan masyarakat kelas bawah. Kebanyakan mereka hanya memiliki perahu kecil-kecil yang tidak mampu bergerak jauh ke
33
Ibid., hlm. 23.
40
tengah laut. Beberapa kapal ukuran 6-8 ton masih terjangkau oleh beberapa punggawa atau juragan. Umumnya, juragan bekerja sama dengan taoke pemberi bekal. Namun, produk kapal beberapa ton ini sering terpaksa hanya dijual untuk kepentingan lokal atau domestik karena ketiadaan alat pendingin. Ikan yang mereka bekukan dengan es kadang datang di pelabuhan sudah dalam kondisi kurang segar. Sekalipun pemerintah memiliki badan penyuluh perikanan dan memanfaatkan remote sensing untuk mendeteksi kumpulan ikan, tetapi banyak kapal nelayan kita jarang memanfaatkan informasi tadi. Hal itu terjadi karena banyak kapal kita tidak memiliki sarana komunikasi yang memadai. Hal tersebut sangat berbeda dengan kapal nelayan asing yang bergerak di negeri kita. Kadang mereka mampu menanam transmitter pada beberapa ikan tuna yang ditangkap dan melepas sebagai pemandu, dan bukan saja mereka memiliki jaring trawl atau pukat harimau, bahkan mereka memiliki peralatan ultra sonic.34 Keadaan
tersebut
sangat
berpengaruh
terhadap
kondisi
perekonomian nelayan. Kondisi perekonomian para nelayan sebagaimana diungkapkan oleh Edi Sedyawati dalam bukunya Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim. Beliau mengungkapkan bahwa: “Apabila kita lihat ketimpangan nasib para nelayan yang jauh dari diuntungkan dibanding mereka yang ikut memberdayakan pantai (petambak, jasa wisata, perhotelan, dst). Pada umumnya, jasa wisata atau petambak lebih beruntung. Ketidakmampuan pemerintah membina pasar akan menghambat usaha-usaha pemakmuran masyarakat pantai, khususnya para nelayan. 34
Ibid., hlm. 23.
41
Ketidakmampuan pemerintah tersebut mencakup masalah mulai dari tingkat infrastruktur jalan, sumber daya, organisasi distributor, pembinaan maupun promosi kuliner produk laut sebagai sumber protein yang baik dan juga bisa sangat enak. Kemudian juga khususnya untuk Pulau Jawa, perlu ada relokasi dan redistribusi nelayan yang sudah sedemikian padat di Pantai Utara Jawa”.35
Sedangkan koondisi perekonomian sebagian buruh nelayan sudah memadai, tetapi masih banyak pula yang cukup memprihatinkan. Dengan demikian, sebagian besar nelayan Indonesia tergolong sebagai nelayan miskin. Kemiskinan tersebut diakibatkan karena kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Mereka bahkan dapat dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.36 Secara lebih rinci orang yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri: a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal, perahu, keterampilan, dan sebagainya. b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh modal usaha. c. Tingkat pendidikan yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
35
Ibid., hlm. 27. Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan (Jakarta: Yayasan Idayu, 2002), hlm. 37. 36
42
d. Kebanyakan tinggal di desa.37 Tingkat perekonomian nelayan yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor. Pemerintah Daerah Kota Padang melalui BPSNT menjelaskan bahwa: “Beberapa faktor yang menghambat perkembangan kehidupan ekonomi nelayan yang erat kaitannya dengan aktivitas melaut yaitu sebagai berikut: a. Faktor Alam Badai merupakan salah satu faktor alam yang paling ditakuti oleh hampir semua jenis nelayan. Pada saat badai berlangung, otomatis para nelayan tersebut menghentikan kegiatannya menangkap ikan. Fluktuasi musim ikan merupakan salah satu kesulitan nelayan dalam memperoleh ikan, kapan terjadinya musim banjir ikan maupun musim paceklik tidak dapat ditentukan. Hanya tanda-tandanya saja yang bia mereka kenali. b. Fluktuasi Harga Naik turunnya harga atau fluktuasi harga ikan seringkali terjadi dan selalu saja tidak berpihak kepada nelayan. Tidak ada harga patokan ikan yang tetap. Pada saat banjir harga ikan turun, bahkan sangat murah. c. Teknologi yang Masih Sederhana Sebagian nelayan masih menggunakan teknologi yang sederhana dan tradisional, serta hanya mengandalkan tenaga manusia di dalam pekerjaannya menangkap ikan di laut. d. Keterampilan Sederhana, Pendidikan yang Rendah dan Terbatas Kebanyakan para nelayan pengetahuannya hanya terbatas pada bidang kenelayanan saja, sehingga peluang kerja yang bisa dimasuki oleh meraka biasanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan bidang kenelayanan”.38 Kondisi nelayan selain tergantung alam, juga sangat tergantung dengan harga BBM, khususnya solar bagi para nelayan yang menggunakan kapal atau perahu bermotor. Hal tersebut sebagaimana termuat dalam majalah Demersal dari Laut untuk Pembangunan:
37
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), Ed. 2, Cet. 13, hlm. 228-229. 38 Diunduh pada tanggal 2/01/2015 jam 12:22 dari www.bpsnt-padang.info.com
43
“Apabila harga BBM mahal atau mengalami kenaikan, akan membuat sektor perikanan mati suri. Di hilir, banyak kapal atau perahu motor penangkap ikan tak lagi mampu melaut. Sementara itu di hulu, industri pengolahan pun terkena imbasnya akibat anjloknya pasokan ikan.39 Kenaikan harga BBM berdampak sangat berat bagi nelayan. Pasalnya, biaya operasional untuk menangkap ikan di laut semakin tinggi. Padahal, BBM merupakan komponen yang paling besar yakni 50% sampai 70% untuk biaya operasional melaut dibanding biaya logistik lainnya. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kehidupan nelayan dan keluarganya, terutama dalam sektor ekonomi”.40
Kondisi yang demikian selayaknya mendapatkan perhatian yang signifikan
dari
pemerintah,
agar
kesejahteraan
nelayan
semakin
meningkat. Pemerintah sebaiknya memperkuat kemampuan nelayan agar mereka tetap bisa melaut dan meningkatkan hasil tangkapan, sekaligus mengantisipasi pencurian ikan oleh kapal-kapal besar. Pada dasarnya, nelayan lebih membutuhkan sarana dan prasarana melaut, seperti suplai BBM bersubsidi dan peralatan teknologi seperti alat pendeteksi ikan, misalnya alat penentu lokasi global positioning system (GPS) guna memudahkan pencarian ikan di tengah kondisi cuaca buruk. Hal tersebut merupakan kebutuhan mendasar nelayan yang sudah seharusnya dimiliki. 4. Kondisi Sosial Budaya Nelayan Jarak garis pantai pada dasarnya lebih dekat dimaknai jarak budaya yang berkaitan dengan karakter dan cara hidup masyarakatnya (nelayan). Seperti tertradisinya sedekah laut pada dasarnya ugkapan hati sebagai
39
Departemen Kelautan dan Perikanan, “DPR: Program SPDN Jadi Kunci Dukungan ke Nelayan” dalam Demersal: dari Laut untuk Pembangunan (Jakarta: Pusdatin, 2005), Edisi Oktober, hlm. 18. 40 Ibid, h. 10
44
pernyataan sikap dan ucapan terima kasih terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah atas segala limpahan rizki yang bersumber dari laut.41 Sebagian
masyarakat
nelayan
menganggap
bahwa
„laut‟
mempunyai „penunggu‟ yang harus disikapi dengan ramah, di antaranya dengan selamatan dan melarung sesaji sebagai bukti penghormatan kepada‟nya‟. Hal tersebut terpatri dalam diri nelayan mengharap terwujudnya kehidupan perekonomian nelayan yang aman dan melimpah. Langkah yang dilakukan metradisikan budaya berdoa yang dipanjatkan setiap saat atau doa tahunan kolektif yang dikemas dalam acara khas yakni sedekah laut. Selain itu, Kaum nelayan dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai semangat gotong royong yang sangat tinggi. Mereka mempunyai sifat kebersamaan, selalu berusaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya. Namun, nelayan juga ada yang tertutup dengan orang lain ataupun dunia luar dan masih kurang berpartisipasi dalam kepemimpinan dan pembangunan. Hal tersebut karena kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap nelayan dan masih rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.42 Fenomena kehidupan nelayan tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga. Anggota keluarga biasanya ikut berperan secara lansung di dalam melangsungkan keberlanjutan masyarakat atau keluarga yang mengutamakan sumber penghidupannya dari laut. Peranan anggota 41
Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: IdeaPress, 2010) Cet. 1, hlm. 100-
42
Fatkhu Rohman, Op.Cit., hlm. 52.
102.
45
keluarga adalah bagian integral dari masyarakat nelayan. Keluarga berfungsi sebagai penyedia utama tenaga kerja yang dibutuhkan keluarganya dan bersama-sama dengan keluarga lainnya melakukan kegiatan yang sama, yaitu kegiatan menangkap ikan atau biota laut lainnya. Rinto
dalam
skripsinya
“Potret
Kehidupan
Keagamaan
Masyarakat Nelayan (Studi Kasus di Desa Klidang Lor Kecamatan Batang Kabupaten Batang)” menjelaskan bahwa: “Tenaga kerja pria dalam lingkungan nelayan cenderung di bidang pencarian ikan dan biota lainnya di tengah laut. Sedangkan untuk para wanitanya cenderung di bidang penanganan lebih lanjut terhadap hasil pencarian atau penangkapan dari tengah laut tersebut. Alam laut yang telah membagi pekerjaan pria dan wanita, telah mendorong terciptanya ketenagakerjaan yang spesifik pula. Pengulangan pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing jenis kelamin telah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang hanya diketahui dan dipahami oleh masing-masing”.43
Kelurga merupakan wadah yang pertama sebagai pembentuk dasar pendidikan anak. Kesibukan orang tua dalam bekerja memberikan warna bagi pembentukan kepribadian dan pendidikan anak. Keluarga dengan kondisi ekonomi yang kekurangan, kondisi orang tua yang sibuk, dan sebagainya, akan memberikan warna yang berbeda bagi perkembangan anak, terutama pendidikan anak.44
43
Rinto, “Potret Kehidupan Keagamaan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus di Desa Klidang Lor Kecamatan Batang Kabupaten Batang)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 84. 44 Arini Hidayanti, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 40.
46
Keterbatasan penghasilan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir tidak jarang membuat istri maupun anak-anak mereka ikut terlibat mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarga.45 Fenomena keseharian masyarakat pesisir yang terlihat yaitu anak lelaki maupun wanita secara lebih dini terlibat dalam proses pekerjaan nelayan dari mulai persiapan orang tua mereka untuk ke laut sampai dengan menjual hasil tangkapan. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anaknya .
45
Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan (Yogyakarta:LKIS, 2003), hlm. 98.