BAB II LANDASAN TEORI
II.I Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Sistem pengendalian Internal Dalam setiap perusahaan perlu diterapkan pengendalian internal untuk mengarahkan laju perusahaan agar tetap mengikuti tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian dianggap penting karena akan mempengaruhi setiap aspek operasional perusahaan. Menurut Mulyadi, definisi sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (2001:183) Menurut Dasaratha V. Rama/ Frederick L. Jones yang diterjemahkan oleh M. Slamet Wibowo pengendalian internal (internal control) adalah : “Suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”. (2008:132) Menurut Amin Widjaja Tunggal the Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO) report defines internal control as follows: Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievementt of objectives in the following categories :
8
•
Reliability of financial reporting
•
Compliance with applicable laws and regulations
•
Effectiveness and efficiency of operations (2010:82)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan operasional perusahaan dan diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak. Berdasarkan beberapa pengertian pengendalian internal diatas, terdapat beberapa konsep dasar, diantaranya : 1.
Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang. Pengendalian internal bukan hanya berbentuk kebijakan manual saja tetapi merupakan orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya.
3.
Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai. Maksudnya yaitu bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan direksi suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem
9
pengendalian internal dan perlunya untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat relative dari pengadaan pengendalian. 4.
Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan. Tujuan yang saling berkaitan antara pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
II.1.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Wing Wahyu Winarno tujuan sistem pengendalian internal ada empat, yaitu : 1.
Melindungi harta kekayaan perusahaan. Kekayaan perusahaan dapat berupa kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Kekayaan perusahaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Bangunan, peralatan, mesin-mesin, semuanya bernilai sangat material dari segi keuangan dan sangat diperlukan dalam segi teknis operasional.
2.
Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang dijalankan oleh perusahaan. Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan. Apabila informasi salah, keputusan yang diambil, baik oleh manajemen maupun pihak lain, dapat salah. Keputusan yang salah akan sangat merugikan perusahaan. Agar informasi tidak salah, perlu dilakukan pengawasan terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan.
3.
Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan, sehingga dalam berbagai kegiatan dapat dilakukan penghematan, efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh. Semakin kecil pengorbanan namun hasil
10
yang diperoleh tetap sama, menunjukkan perusahaan efisien. Perusahaan yang efisien akan lebih mudah mendapatkan laba yang besar. Laba yang besar akan sangat diharapkan oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan dan jajaran karyawan. 4.
Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen. Secara berkala, manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak di dalam perusahaan bekerja sama dengan baik. Di dalam suatu perusahaan terdapat banyak orang yang memiliki berbagai kepentingan, namun kepentingan mereka tidak boleh bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Di sisi lain manajemen juga harus menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi, selain juga tidak terlalu rendah. (2006 : 116) Menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos
diterapkannya pengendalian internal untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu : 1.
Untuk menjaga aktiva perusahaan
2.
Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi
3.
Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.
4.
Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah di tetapkan oleh management. (2007:181) Menurut Amin Widjaja Tunggal “Manajemen dalam merancang struktur
pengendalian internal mempunyai kepentingan-kepentingan sebagai berikut : 1. Keandalan pelaporan keuangan. 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
11
Dari ketiga tujuan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Keandalan pelaporan keuangan. Dimaksudkan bahwa manajemen bertanggungjawab menyiapkan laporan keuangan bagi investor, auditor, dan pengguna lainnya. Manajemen mempunyai kewajiban hukum dan profesional untuk menjamin bahwa informasi telah disiapkan sesuai standar laporan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Artinya adalah pengendalian internal merupakan alat untuk memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan. 3. Efektivitas dan efisiensi organisasi Dalam hal ini, pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong sumber daya secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan, sehingga dapat dicegah kegiatan yang tidak perlu dan pemborosan dari semua aspek organisasi. (2010:214)
II.1.3 Komponen Pengendalian Internal Menurut William C. Boynton dan Raymond N. Johnson the COSO report (and AU 319.07) identifies five interrelated components of internal control : 1. Control environment sets the tone of an organization, influencing the control consciousness of its people. It is the foundation for all other components of internal control, providing discipline and structure.
12
2. Risk assessment is the entity’s identification and analysis of relevant risk to achievement of its objectives, forming a basis for determining how the risks should be managed. 3. Control activities are the policies and procedures that help ensure that management directives are carried out. 4. Information and communication are the identification, capture and exchange of information in a form and time frame that enable people to carry out their responsibilities. 5. Monitoring is a process that assesses the quality of internal control performance over time. (2006:392)
COSO mengidentifikasi Sistem Pengendalian Internal yang efektif meliputi lima komponen yang saling berhubungan untuk mendukung pencapaian tujuan entitas, yaitu
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) : Merupakan pondasi dari komponen lainnya dan meliputi beberapa faktor diantaranya :
a.
Integritas dan Etika
b.
Komitmen untuk meningkatkan kompetensi
c.
Dewan komisaris dan komite audit
d.
Filosofi manajemen dan jenis operasi
e.
Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
COSO menyediakan pedoman untuk mengevaluasi tiap faktor tersebut diatas. Misal, filosofi manajemen dan jenis operasi dapat dinilai dengan cara menguji
13
sifat dari penerimaan risiko bisnis, frekuensi interaksi dari tiap subordinat, dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
2.
Penilaian Risiko (Risk Assessment) : Terdiri dari identifikasi risiko dan analisis risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian terhadap faktor-faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi. Faktor internal diantaranya kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakteristik pengelolaan sistim informasi. Sedangkan Analisis
Risiko
meliputi
mengestimasi
signifikansi
risiko,
menilai
kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko. 3.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities) : Terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen. Aktivitas Pengendalian meliputi reviu terhadap sistim pengendalian, pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistim informasi. Pengendalian terhadap sistim informasi meliputi dua cara :
a. General controls, mencakup kontrol terhadap akses, perangkat lunak, dan
system development. b. Application controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi yang
tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness, accuracy, authorization and validity dari proses transaksi.
4.
Informasi dan komunikasi : COSO menyatakan perlunya untuk mengakses informasi dari dalam dan luar, mengembangkan strategi yang potensial dan system terintegrasi, serta perlunya data yang berkualitas. Sedangkan diskusi
14
mengenai
komunikasi
berfokus
kepada
menyampaikan
permasalahan
Pengendalian Internal, dan mengumpulkan informasi pesaing. 5. Pengawasan (Monitoring) : Karena Pengendalian Internal harus dilakukan sepanjang waktu, maka COSO menyatakan perlunya manajemen untuk terus melakukan pengawasan terhadap keseluruhan Sistem Pengendalian Internal melalui aktivitas yang berkelanjutan dan melalui evaluasi yang ditujukan terhadap aktivitas atau area yang khusus.
II.1.4 Ciri-ciri Pengendalian Internal yang Kuat
Menurut Amin Widjaja Tunggal menjelaskan ciri-ciri dari pengendalian internal yang kuat, yaitu : 1. Karyawan yang kompeten dan jujur, antara lain, menguasai standard akuntansi, peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal. 2. Transaksi diotorisasi oleh pejabat yang berwenang (transaksi absah). 3. Transaksi dicatat dengan benar (jumlah, estimasi dan perlakuan akuntansi). 4. Pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu transaksi, yang mencaatat dan yang menyimpan. 5. Akses terhadap asset dan catatan perusahaan sesuai dengan fungsi dan tugas karyawan. 6. Perbandingan secara periodik antara saldo menurut buku dengan jumlah secara fisik.
15
Ciri-ciri di atas harus memenuhi 3 kriteria pengendalian yang efektif, yaitu : 1. Bersifat Preventive Control Pengendalian untuk pencegahan yaitu mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personil akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas asset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian pencegahan yang efektif. 2. Bersifat Detektive Control Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian dapat dicegah, maka pengendalian untuk pemeriksaan dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu begitu masalah tersebut muncul. Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan. 3. Bersifat Corrective Control Pengendalian korektif memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah system agar masalah di masa mendatang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan.
II.1.5 Batasan Pengendalian Internal Menurut Drs. Sanyoto Gondodiyoto, sistem pengendalian internal yang baik adalah bukan struktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal,
sistem
16
pengendalian internal juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain sebagai berikut : 1.
Persekongkolan (kolusi) Pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari sejauh mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran bertugas, larangan dalam menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang mempunyai hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan seterusnya. Akan tetapi pengendalian internal tidak dapat menjamin bahwa persengkokolan tidak terjadi.
2.
Perubahan Struktur pengendalian internal pada suatu organisasi harus selalui diperbarui sesuai dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
3.
Kelemahan manusia Banyak kebobolan yang terjadi pada sistem pengendalian internal yang secara teoritis sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya pelaksanaan yang dilakukan oleh personil yang bersangkutan. Oleh karena itu personil yang paham dan kompeten untuk menjalankannya dan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengendalian internal.
4.
Azas biaya-manfaat Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya. Biaya untuk mengendalikan hal-hal tertentu mungkin melebihi keguanaanny, atau manfaat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan (cost-benefit analysis). Mengenai pengendalian internal, seringkali dihadapi dilema antara menyusun sistem pengendalian yang komprehensif sedemikian rupa dengan biaya yang
17
relatif menjadi makin mahal, atau se-optimal mungkin dengan risiko, biaya dan waktu yang memadai. (2007 : 253-254)
II.1.6 Pihak Yang Berkepentingan Menurut Drs. Sanyoto Gondodiyoto, terdapat pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem pengendalian internal, yaitu : 1. Manajemen perusahaan Pihak manajemen organisasi / perusahaan berkepentingan terhadap sistem pengendalian internal, karena struktur pengendalian internal suatu perusahaan pada dasarnya adalah tanggungjawab manajemen puncak (top management, dalam sistem Amerika Serikat yang menganut one board system disebut Board of Directors, sering disebut the Board saja. Pada two board system yang dianut di Indonesia, terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. 2. Dewan komisaris, auditor intern 3. Para karyawan perusahaan itu sendiri, karena sistem pengendalian internal berfungsi sebagai; a. Merupakan aturan umum yang harus dijalankan perusahaan b. Merupakan pedoman kerja (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan)
4. Regulatory Body (Badan pengatur/ pemerintahan atau ikatan profesi) 5. Auditor ekstern independen, yang memiliki manfaat untuk pengendalian internal, yaitu : a.
Untuk mempermudah dalam melakukan studi terhadap sistem informasi dari klien
yang diaudit
18
b.
Untuk penetapan resiko yang dihadapi sebagai auditor
c.
Sebagai indikator untuk menentukan pendapatnya terhadap keandalan sistem yang
diaudit. (2007 : 254)
II.2
Fungsi Penjualan
II.2.1
Pengertian Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf. A.A , menyatakan
“Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan”. (2003:356) Sedangkan, IAI (2004) menuliskan, “penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. Dan penjualan jasa biasanya menyangkut tugas yang secara kontraktual telah disepakati oleh perusahaan, jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau secara lebih dari satu periode” (PSAK no.23.1)
II.2.2
Jenis-Jenis Penjualan Secara umum penjualan ada dua jenis, yaitu : 1. Penjualan Tunai Merupakan penyerahan barang atau jasa kepada pembeli dimana pembayaran dari pembeli langsung diterima pada saat itu juga, yang dicatat pada debit sebagai akun kas dan pada kredit sebagai akun penjualan.
19
2. Penjualan Kredit Merupakan penyerahan barang atau jasa kepada pembeli dimana pembayaran dari pembeli ditangguhkan selama jangka waktu tertentu yang akan dilunasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama, yang dicatat pada debit sebagai akun piutang usaha dan pada kredit sebagai akun penjualan, dimana selama jangka waktu penangguhan ini, pelanggan dianggap memiliki kewajiban pembayaran terhadap perusahaan, begitu pula sebaliknya.
II.2.3 Fungsi Penjualan Fungsi-fungsi yang terkait dengan penjualan , adalah : 1. Fungsi Penjualan Dalam
transaksi
penerimaan
kas
dari
penjualan
tunai,
fungsi
ini
bertanggungjawab dalam melakukan penjualan tiket kepada konsumen. Fungsi ini berada pada bagian Penjualan. 2. Fungsi Kas Dalam
transaksi
penerimaan
kas
dari
penjualan
tunai,
fungsi
ini
bertanggungjawab sebagai penerima kas dari konsumen. Fungsi ini berada pada bagian Kasir. 3. Fungsi Akuntansi Dalam
transaksi
penerimaan
kas
dari
penjualan
tunai,
fungsi
ini
bertanggungjawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan. Fungsi ini berada pada bagian Jurnal.
20
Unsur Pengendalian Internal dalam Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai : 1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi penerimaan kas 2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi keuangan 3. Fungsi keuangan harus terpisah dari fungsi akuntansi
II.2.4 Siklus Penjualan Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A menyatakan “pemahaman atas fungsi yang terdapat dalam organisasi klien atas siklus penjualan adalah bermanfaat untuk memahami bagaimana pelaksanaan audit dalam siklus ini. 1.
Pemprosesan pesanan pelanggan Permintaan barang oleh pelanggan merupakan merupakan titik awal keseluruhan siklus. Penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.
2.
Persetujuan penjualan secara kredit Sebelum barang dikirimkan, seseorang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut. Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali menyebabkan besaranya piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha menjadi tidak tertagih.
3.
Pengiriman barang Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumenpengiriman diperlukan untuk kepastian unttuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan.
21
4.
Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek terpenting dari penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke pelanggan mencangkup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara simultan memuktahirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk pitang usaha.
5.
Pemprosesan dan pencatatan penerimaan kas Dalam pemprosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian utama adalah memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam jumlah yang benar dengn tepat waktu dan dicatat diberkas termasuk penekas induk penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas memperharui berkas induk piutang usaha.
6. Pemprosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga penjualan Kalau pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterimanya, bagian penjualan sering kali menerima pengembalian barang dan kemudian diberikan pengurangan harga retur dan pengurangan harga penjualan dan berkas induk piutang usaha. 7. Penghapusan piutang tak tertagih Penghapusan piutang tak tertagih terjadi ketika perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih lagi, maka jumlah tersebut harus dihapuskann dan biasa ini terjadi setelah pelanggan pailit dan piutang dialihkan ke agen penagihan.
22
8. Penyisihan piutang tak tertagih Penagihan piutang tak tertagih merupakan gambaran dari penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan” (2003:359-361)
II.2.5 Aktivitas Pengendalian Internal atas Fungsi penjualan Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A “pengendalian internal atas penjualan meliputi kegiatan-kegiatan seperti : 1. Pencatatan penjualan didukung oleh dokumen pengiriman yang diotorisasi dan order pelanggan yang disetujui. 2. Faktur penjualan prenumbered dan dipertanggungjawabkan dengan semestinya. 3. Dokumen pengiriman prenumbered dan dipertanggungjawabkan. 4. Penentuan harga, syarat penjualan, dan potongan harga mendapat persetujuan dengan semestinya. 5. Rekening bulanan dikirim ke pelanggan, keluhan mendapatkan tindak lanjut yang independen. 6. Prosedur yang diperluakan dalam penagihan dan pencatatan penjualan setiap hari sedekat mungkin dari saat kejadian” (2003:362)
II.3
Pengertian E-ticketing Keberhasilan dari pembangunan tidak terlepas dari peran aktif semua sektor terutama
sektor transportasi. Dalam penyelenggaraan transportasi darat, sangat perlu kecepatan informasi agar setiap permasalahan dapat diatasi secara cepat dan semaksimal mungkin. Salah satu strategi
23
yang dilaksanakan adalah penggunaan sistem teknologi informasi yang saling mendukung dan efektif dengan sistem-sistem lainnya. E-ticketing atau electronic ticketing adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper ticket. E-ticketing adalah peluang untuk meminimalkan biaya dan mengoptimalkan kenyamanan penumpang. E-ticketing mengurangi biaya proses tiket, menghilangkan fomulir kertas dan meningkatkan fleksibilitas penumpang.
II.4
Pengertian Efektivitas, Efisiensi Dan Ekonomis (3E) Menurut pendapat Bayangkara, IBK “Definisi Efektivitas, Efisiensi dan Ekonomis dapat
didefinisikan sebagai berikut : 1. Efektivitas diartikan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun dari batas waktu yang ditargetkan. 2. Efisiensi adalah bertindak dengan cara yang dapat meminimalisasi kerugian atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan suatu kegiatan operasi perusahaan atau menghasilkan suatu produk atau jasa. 3. Ekonomis berarti cara penggunaan suatubarang atau jasa secara berhati-hati dan bijak agar diperoleh hasil yang terbaik atau memanfaatkan segala kekayaan perusahaan secara baik, sehingga tidak terjadi suatu pemborosan” (2008:12)
24