BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur Pengendalian internal sangat penting bagi perusahaan dikarenakan dengan adanya pengendalian internal maka dapat mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu perusahaan agar menjadi lebih baik. Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Selain itu pula dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan. II.1.1 Pengertian Auditing Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu ”audire” yang berarti mendengar atau memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati pertanggung jawaban keuangan yang disampaikan penanggung jawab keuangan, dalam hal ini manajemen perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai dengan perkembangan dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor atau pemeriksa. Sedangkan tugas yang diemban oleh auditor tersebut disebut dengan ”auditing”. beberapa pengertian dari para ahli yaitu :
7
Menurut Kohler ( 2010 : 04 ), auditing adalah Auditing is an explorotary, critical review by a profesional account of the underlying internal control and accounting records of a business enterprises or other economic unit, precedent to the expression by the auditor of an opinion of the propriety (fairness) of its financial statement. Menurut Leslie R Howard (2002 : 2), audit merupakan suatu pengujian yang independen dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan oleh seorang auditor yang ditunjuk dalam penugasannya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Agoes Sukrisno (2002 : 3),
auditing adalah pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu proses penyelidikan, proses pengujian, dan proses sistematis pemeriksaan yang dilakukan secara independen dan sistematis terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta bukti-bukti transaksi. Dalam hal ini auditing dilakukan untuk menghasilkan suatu keadaan yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah wajar dan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
8
II.1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Baridwan (2001:13), pengertian pengendalian intern dalam arti yang luas adalah: “Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu”. Menurut IAI yang dikutip Sukrisno Agus (2004: 79) memberikan definisi pengendalian intern sebagai berikut : Pengendalian intern suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel entitas lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (1) Keandalan pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi, (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Widjayanto Nugroho (2001 : 168), Pengendalian internal adalah pengendalian yang mempunyai dua fungsi utama yaitu: (1) Mengamankan sumber daya organisasi dari penyalahgunaan, (2) Mendorong efisiensi operasi organisasi sehingga kebijaksanaan ataupun tujuan yang telah digariskan dapat tercapai. Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian internal merupakan proses yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang saling berkaitan yang didesain untuk menyediakan tingkat keyakinan yang layak berkenaan dengan 9
pencapaian sasaran – sasaran (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan laporan keuangan, (3) ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan (fraud) baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. II.1.1.2 Komponen Pengendalian Internal Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berhubungan. Komponen – komponen ini diturunkan dari cara manajemen menjalankan bisnis, dan terpadu dengan proses manajemen. Walaupun komponen – komponen itu dapat di terapkan pada semua entitas akan tetapi entitas perusahaan kecil dan menengah menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Pengendaliannya mungkin lebih kurang formal dan kurang terstruktur, dengan begitu suatu perusahaan kecil dapat mempunyai pengendalian internal yang efektif. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Pengendalian Aktivitas (Control Activities), Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). Serta Pemantauan (Monitoring), Berikut penjabarannya :
10
1. Lingkungan Pengendalian ( Control Environment ) Menurut Mulyadi (2002:184), Lingkungan pengendalian merupakan lingkungan pengendalian landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006: 133) yang dialih bahasakan oleh Julianto dan Lilis, mendefinisikan lingkungan pengendalian dengan pengertian sebagai berikut : Lingkungan pengendalian adalah dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk membangun, mendukung dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu. Menurut pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa lingkungan pengendalian adalah cerminan sikap dan tindakan setiap karyawan yang dipengaruhi oleh iklim organisasi perusahaan. Lingkungan Pengendalian haruslah dapat menciptakan sebuah organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan semua unsur dalam pengendalian intern, serta membentuk disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian diciptakan oleh beberapa faktor lingkungan pengendalian dalam suatu organisasi seperti yang telah dikemukakan oleh Mulyadi (2002:183) adalah sebagai berikut: a. Nilai integritas dan etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit d. Filosofi dan gaya oprasi manajemen e. Struktur organisasi 11
f. Pembagian wewenang dan tanggung jawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
A. Nilai Integritas dan Etika Efektivitas pengendalian internal bersumber dari diri orang yang mendesain dan melaksanakan pengendalian tersebut. Pengendalian yang memadai desainnya, namun di jalankan oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi integritas dan tidakmemiliki etika akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian. Nilai integritas dan etika bisnis dapat dikomunikasikan oleh manajer seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:184) dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Personal Behavior Melalui personal behavior, manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai- nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas. 2. Operational Behavior Melalui operational behavior, manajer mendesain sistem yang digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan, yang berdasarkan nilai integritas dan etika. Maka dari itu, ditetapkan oleh dewan direksi dalam bentuk kewajiban, larangan, dan sanksi yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai sehingga dapat menjadi pedoman bagi seluruh pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.
12
Dengan demikian nilai integritas dan etika sangatlah penting dalam mengatur tingkah laku karyawan. Agar setiap unit perusahaan memiliki pekerja yang patuh akan peraturan perusahaan. B. Komitmen Terhadap Kompetensi Komitmen terhadap kompetensi hukumnya adalah mutlak dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki seorang karyawan. Seperti teori yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:185) “Untuk mencapai tujuan entitas, personil di setiap organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan panduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.” Maka dari itu, setiap karyawan dituntut untuk memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, karena keberhasilan suatu perusahaan ditunjang oleh keahlian dari pekerjanya. Misalnya saja pada saat melaksanakan proses penyusunan anggaran, agar setiap pekerjaan terlaksana dengan baik maka pekerja harus memiliki komitmen terhadap kompetensi dengan baik. Seperti teori yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:185) tentang pentingnya komitmen terhadap kompetensi : “Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen dan pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan, panduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam mengembangkan kompetensi mengenai penyusunan anggaran. 13
Untuk mencapai tujuan entitas, personil di setiap organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atau pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.” Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa setiap pekerjaan, misalnya penyusunan anggaran haruslah ditunjang dengan komitmen terhadap kompetensi yang baik pula. C. Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas, jika penunjukan auditor di lakukan oleh manajemen puncak, kebebasan auditor terlihat berkurang dipandang dari sudut pemegang saham, dalam hal ini adalah dewan komisaris. Seperti yang di kemukakan oleh Mulyadi (2002:185) mengenai dewan komisaris yaitu: “Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan data perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian, Dewan Komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen (direksi).” Pembentukan komite audit oleh perusahaan-perusahaan publik sudah banyak di lakukan di berbagai negara termasuk Indonesia. Seiring dengan menguatnya tuntutan agar perusahaan lebih transparan dan reliable mengenai kinerjanya, peran komite audit menjadi semakin penting. Berikut pengertian komite audit dari beberapa ahli:
14
Menurut Bapepam No. Kep-29/M/2004 yang dikutip oleh Amin (2008:49), menjelaskan pengertian komite audit sebagai berikut : “Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”. Menurut Ikatan Komite Audit yang di kutip oleh Arief (2009: 25), menjelaskan definisi Komite Audit sebagai berikut : “Suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang di bentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan”. Meskipun pendapat mengenai definisi komite audit menurut beberapa ahli berbeda-beda tetapi memiliki maksud yang sama yaitu komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bekerjasama untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. D. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen Filosofi dibutuhkan oleh karyawan karena berhubungan dengan cerminan kejujuran dalam pelaksanaan tugasnya, khususnya dalam bidang keuangan perusahaan. Adapun teori yang mengemukakan pentingnya filosofi dan gaya operasi manajemen seperti yang dikatakan oleh Mulyadi (2002:186) “Filosofi merupakan seperangkat keyakinan dasar yang menjadi ukuran bagi perusahan dan karyawannya, dalam berbisnis, manajemen yang memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai dasar 15
bisnisnya. Laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai alat manajemen untuk mencerminkan kejujuran pertanggung jawaban keuangan perusahaan kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan mereka. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus di laksanakan”. Setiap manajer memiliki gaya operasi masing-masing ada yang mementingkan laporan keuangan, penyusunan anggaran dan banyak lagi yang lainnya. Seperti teori yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:186) bahwa : ”Ada manajer yang memilih gaya operasi yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan dan penggunaan anggaran sebagai alat pengukur kinerja manajer, dan pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dalam anggaran; ada manajer yang tidak demikian.” E. Struktur Organisasi Struktur pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab didalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, struktur organisasi dibuat oleh manusia dalam memudahkan dalam pelaksaan tugas guna mencapai tujuan. Seperti teori yang dijabarkan oleh Mulyadi (2002:187) mengenai struktur organisasi : “Organisasi di bentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Orang bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk mencapai tujuantujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Struktur
organisasi
memberikan
kerangka
untuk
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu 16
entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab didalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.” Jadi dapat dikatakan bahwa struktur organisasi dalam perusahaan adalah rancangan atau susunan bagian dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. F. Pembagian Wewenang dan Tanggungjawab Perumusan kewenangan dan tanggung jawab ini menyangkut tentang bagaimana dan kepada siapa kewenangan dan tanggung jawab diberikan, dengan pembagian tugas yang jelas akan memudahkan setiap personil dalam melaksanakan aktivitasnya, selain itu pertanggungjawaban akan tugas yang dilaksanakan menjadi jelas untuk pencapaian tujuan organisasi. Seperti teori yang dipaparkan oleh Mulyadi (2002:187): “pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggung jawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.” G. Kebijakan dan Praktik Sumberdaya Manusia Dapat dilihat bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh perusahan mengenai sumber daya manusia dapat di katakan baik atau memadai, karena semua unsur atas kebijakan sumber daya manusia seperti perekrutan, pengangkatan, pelatihan, penilaian kinerja, rotasi jabatan/pekerjaan telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
17
Krismiaji (2002:226) : “kebijakan dan praktik sumber daya manusia berkaitan erat dengan: 1. Perekrutan 2. Pengangkatan 3. Pelatihan 4. Penilaian kinerja 5. Rotasi jabatan/pekerjaan.” Karena karyawan merupakan unsur penting dalam pengendalian intern seperti teori Mulyadi (2002:187) tentang unsur penting dalam pengendalian internal: “kebijakan dan praktik sumber daya manusia yaitu karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian. Pengendalian tidak dapat berjalan dengan baik jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur, karena itu perusahaan harus memiliki metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, agar lingkungan pengendalian dapat tercipta dengan baik.” 2. Penilaian Resiko ( Risk Assessment ) Pengendalian internal yang baik memungkinkan penaksiran risiko yang di hadapi oleh organisasi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko b. Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan c. Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
18
Menurut pengertian lainnya, penaksiran resiko adalah mengidentifikasi organisasi dan menganalisanya terhadap resiko yang relevan dalam pencapaian tujuannya. Resiko terdiri dari resiko umum dan resiko bawaan. Hal-hal yang mempengaruhi resiko:
1) Perubahan lingkungan operasi 2) Perubahan struktur atau komposisi personel 3) Pengembangan sistem informasi 4) Pertumbuhan organisasi 5) Penggunaan teknologi baru 6) Pengembangan aktivitas dan wilayah operasi baru 7) Penerbitan standar baru 8) dan lain-lain.
3. Aktivitas Pengendalian ( Control Activities ) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen dalam melaksanakan kewajibannya. Mereka menjamin bahwa tindakan penting dilakukan untuk mengatasi resiko yang dihadapi dalam mencapai sasaran entitas. Aktivitas pengendalian timbul melalui organisasi, pada semua tingkatan dan dalam seluruh fungsi. Berikut adalah aktivitas pengendalian tertentu yang umumnya disiapkan oleh karyawan di berbagai tingkat organisasi adalah sebagai berikut :
19
a. Otorisasi yang Tepat atas Transaksi Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus di otorisasi dengan tepat. Sesungguhnya, karakteristik yang paling utama ( paling penting) dari pengendalian internal adalah penetapan tanggung jawab ke masing – masing karyawan secara spesifik. Penetapan ini dilakukan agar supaya masing – masing karyawan dapat bekerja sesuai dengan tugas tertentu ( secara spesifik ) yang telah dipercayakan kepadanya. Pengendalian atas pekerjaan tertentu akan menjadi lebih efektif jika hanya ada satu orang saja yang bertanggung jawab atas sebuah/pekerjaan tertentu tersebut. b. Dokumen dan Catatan yang Memadai Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana transaksi akan di cantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen yang memadai sangat penting untuk mencatat transaksi dan mengendalikan aktiva. Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi telah terjadi. Dokumen juga sesungguhnya sangat berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi. Dokumen haruslah dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh aktiva telah dikendalikan dengan pantas dan bahwa seluruh transaksi telah dicatat dengan benar. c. Pengendalian Fisik atas Aktiva dan Catatan Untuk menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan sebagaimana mestinya, aktiva dapat dicuri, diselewengkan atau disalahgunakan. Demikian juga dengan catatan, jika tidak dilindungi secara memadai, catatan bisa dicuri, rusak atau
20
hilang, dan dapat sangat mengganggu proses pencatatan akuntansi dan operasi normal bisnis perusahaan. d. Pemisahan Tugas Pemisahan tugas disini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja. Ada dua bentuk yang paling umum dari penerapan pemisahan fungsi ini, yaitu : (1) pekerjaan yang berbeda seharusnya di kerjakan oleh karyawan yang berbeda pula. (2) harus adanya pemisahan tugas antara karyawan antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan aktiva dan karyawan yang menangani langsung aktiva secara fisik. e. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Kebanyakan
sistem
pengendalian
internal
memberikan
pengecekan
independen atau verifikasi internal. Prinsip ini meliputi peninjauan ulang, perbandingan, dan pencocokan data yang telah di siapkan oleh karyawan lainnya yang berbeda. Untuk memperoleh manfaat yang maksimum dari pengecekan yang independen atau verifikasi internal, maka : (1) verifikasi seharusnya di lakukan secara periodik/berkala atau bisa juga di lakukan atas dasar dadakan; (2) verifikasi sebaiknya di lakukan oleh yang independen; (3) ketidakcocokan/ketidaksesuaian dan kekecualian seharusnya di laporkan ke tingkatan manajemen yang memang dapat mengambil tindakan korektif secara tepat.
21
4. Informasi dan Komunikasi ( Information and Communication ) Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan orangorang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang di hasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang di perlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi.
5. Pemantauan ( Monitoring ) Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat dimonitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang di berikan oleh sistem akuntansi.
22
II.1.1.3 Keterbatasan Pengendalian Internal Tidak peduli sebaik apa pengendalian internal didesain dan dioperasikan, dapat menyajikan tingkat keyakinan kepada manajemen dan dewan komisaris mengenai pencapaian sasaran organisasi. Akan tetapi pencapaian tersebut akan dipengaruhi oleh keterbatasan sistem pengendalian internal itu sendiri. Adapun batasan – batasan pengendalian internal adalah sebagai berikut : a. kesalahan dalam pertimbangan ( judgement ), efektivitas pengendalian akan di pengaruhi oleh judgement individual dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut harus dibuat dengan dipengaruhi oleh judgement yang berdasarkan waktu, informasi yang relevan, dan keadaan underpressure. b. Kemacetan ( Breakdowns ), walaupun pengendalian internal telah didesain sebaik mungkin, masih dapat di breakdowns. c. Kolusi ( collusion), Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang. d. Pelanggaran oleh manajemen ( Management override ), merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak- pihak kepentingan tertentu ( manajer ) yang tidak sesuai dengan pengendalian internal. e. Biaya
lawan
manfaat,
Biaya
yang
diperlukan
untuk
mengoperasikan
pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus 23
memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal.
II.1.2 Pengertian Persediaan Persediaan merupakan aset perusahaan yang mempunyai pengaruh
yang sangat
sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi, persediaan adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Pengertian persediaan menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut : Menurut Sofyan Assauri (2005:50), menerangkan bahwa : “Persediaan adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang - barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang – barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi”. Menurut Zaki Badridwan (2000:149), menerangkan
bahwa : “Pengertian
persediaan barang secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual”. Menurut M. Munandar (2005:50), menerangkan bahwa : “Persediaan adalah sebagai persediaan barang – barang (bahan - bahan) yang menjadi objek usaha pokok perusahaan”. 24
Menurut John J Wild, K R. Subramanyam dan Robert F Halsey (2004:265), menerangkan bahwa : “Persediaan (Inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan”. Jadi dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan adalah aktivitas operasi perusahaan untuk menyediakan sejumlah barang untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. II.1.2.1 Jenis – Jenis Persediaan Menurut R. Agus Sartono (2001:443) menerangkan bahwa jenis persediaan yang ada dalam perusahaan akan tergantung pada jenis perusahaan yaitu : 1. Perusahaan Jasa persediaan yang biasanya timbul seperti persediaaan bahan pembantu atau persediaan habis pakai, yang termasuk didalamnya adalah kertas, karton, stempel, tinta, buku kwitansi, materai. 2. Perusahaan Manufaktur jenis persediaanya meliputi persediaan bahan pembantu, persediaan barang jadi, persediaan barang dalam proses dan persediaan bahan baku. Lukman Syamsuddin (2000:281), menerangkan bahwa ada tiga jenis utama dari persediaan perusahaan yaitu : 1. Persediaan Bahan Mentah Bahan mentah adalah bahan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan.
25
2. Persediaan Barang dalam Proses Persediaan Barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang – barang yang di gunakan dalam proses produksi tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap untuk dijual (barang jadi).
3. Persediaan Barang Jadi Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah selesei diproses dan siap untuk dijual.
26
II.1.2.2 Faktor – Faktor Menentukan Tingkat Persediaan Menurut Manahan P. Tampubolon (2005:86) menerangkan
bahwa dalam
menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan barang secara optimal perlu diketahui faktor – faktor yang menentukan yaitu : 1. Biaya Persediaan. 2. Seberapa besar permintaan barang oleh pelanggan dapat diketahui, apabila permintaan barang dapat diketahui, maka korporasi dapat menentukan barang dalam suatu periode. 3. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba atau disebut sebagai lead time atau delivery time. 4. Terdapat atau tidak ada kemungkinan untuk menunda pemenuhan dari pembeli atau disebut sebagai backlogging. 5. Kemungkinan di perolehnya discount atas pembelian dalam jumlah yang besar.
II.1.2.3 Pengendalian Internal Persediaan Pengendalian internal atas persediaan merupakan hal yang penting karena persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu perusahaan dagang. Perusahaan yang sukses biasanya amat berhati-hati dalam melakukan pengawasan atas persediaan yang dimilikinya.Tujuan dari pengendalian persediaan agar persediaan barang yang terdapat dalam suatu perusahaan tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan keusangan dan tidak terlalu sedikit sehingga perusahaan tidak kehilangan penjualan atau laba yang didapatkan. 27
Menurut La Midjan dan Azhar Susanto ( 2000 : 156 ) mengungkapkan bahwa : “Pengendalian persediaan adalah semua metode dan tindakan yang digunakan untuk mengamankan persediaan sejak dari kedatangan, menerima, menyimpan dan mengeluarkannya. Baik fisik maupun kualitas dan pencapaiannya terutama pengaturan dan penentuan jumlah persediaan.” Menurut Horngren Horison yang diterjemahkan oleh Maudy Warouw mengungkapkan bahwa elemen yang harus ada untuk mendukung pengendalian internal yang baik atas persediaan adalah : a.
“Perhitungan persediaan secara fisik
b.
Membuat prosedur-prosedur
c.
Menyimpan persediaan dengan baik
d.
Membatasi akses persediaan dengan baik
e.
Menggunakan sistem perpetual
f.
Membeli persediaan dalam jumlah yang ekonomis
g.
Menyimpan persediaan yang cukup banyak
h.
Tidak menyimpan persediaan terlalu banyak” (2004:142)
Adapun uraian dari pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan persediaan secara fisik Perhitungan persediaan secara fisik dilakukan paling tidak satu tahun sekali apapun sistem persediaan yang digunakan.
28
2. Membuat prosedur-prosedur Membuat prosedur-prosedur seperti prosedur pembelian, prosedur penerimaan, dan prosedur pengiriman yang seefektif mungkin. 3. Menyimpan persediaan dengan baik Menyimpan persediaan dengan baik untuk menghindarkan persediaan dalam pencurian, kerusakan atau karat. 4. Membatasi akses persediaan dengan baik Membatasi akses persediaan dengan baik untuk menghindarkan persediaan dari kesalahan pencatatan persediaan. 5. Menggunakan sistem perpetual Menggunakan sistem perpetual untuk persediaan yang mempunyai nilai tinggi. 6. Membeli persediaan dalam jumlah yang ekonomis Membeli persediaan dalam jumlah yang ekonomis agar tidak terjadi penimbunan barang di gudang. 7. Menyimpan persediaan yang cukup banyak Menyimpan persediaan yang cukup banyak untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan yang akan menyebabkan hilangnya penjualan. 8. Tidak menyimpan persediaan terlalu banyak Tidak menyimpan persediaan terlalu banyak supaya dana yang tertanam pada persediaan dapat ditekan seminimum mungkin.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal atas persediaan meliputi penghitungan fisik yang harus dilakukan setiap tahun, karena dengan cara itulah suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti jumlah 29
persediaan yang ada. Jika kesalahan terjadi, maka catatan akuntansi akan di sesuaikan sehingga menjadi sama dengan hasil perhitungan fisik dari barang tersebut. Harus dilakukan pemisahan antara pegawai yang menangani persediaan dari catatan akuntansi. Sistem persediaan yang terkomputerisasi dapat membantu perusahaan menjaga jumlah persediaan sehingga tidak kekurangan dan tidak pula terlalu banyak.
30
II.2 Penelitian Terdahulu Dalam pembuatan skripsi yang dilakukan oleh penulis, penulis melakukan pencarian telaah pustaka untuk dapat memberikan arahan dan acuan penulis dalam membuat skripsi. Skripsi yang penulis angkat sebagai bahan acuan yaitu skripsi yang dibuat oleh Yonarsie Bindari pada tahun 2010 dengan judul “EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TERHADAP SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. FUYINDO MULTI PERDANA”. Penulisan skripsi ini memiliki tujuan yaitu : 1. Mengevaluasi sistem pengendalian intern atas pembelian dan persediaan bahan baku yang diterapkan oleh PT Fuyindo Multi Perdana. 2. Mengidentifikasikan kelemahan prosedur pembelian dan persediaan bahan baku pada PT Fuyindo Multi Perdana. 3. Memberikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan prosedur pembelian dan persediaan bahan baku PT Fuyindo Multi Perdana. Metodologi penelitian yang di buat oleh Yonarsie Bindari adalah sebagai berikut : 1. Jenis dan data yang digunakan oleh penulis adalah data primer dan sekunder 2. Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah observation, Inquires of the client, dan library research. Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian terdahulu yang dibuat oleh Yonarsie Bindari : 1. Prosedur pemilihan pemasok yang masih kurang dimana perusahaan hanya memilih pemasok lama tanpa mencari pemasok baru untuk bahan baku dan tidak 31
melakukan evaluasi pemasok yang dipilih. Selain itu perusahaan tidak membuat dokumen Surat Permintaan dan Penawaran Harga yang dapat digunakan sebagai bukti tertulis bahwa fungsi pembelian dalam memilih pemasok berdasarkan harga pesaing. 2. Terdapat keterlambahan penerimaan bahan baku dari pemasok dikarenakan bagian pembelian tidak mencantumkan tanggal pengiriman dari formulir Purchase Order. 3. Bagian gudang membuat Nota Retur dan Surat Penerimaan Barang untuk mengUpdate Bin Card tetapi tidak mengarsipkan dokumen tersebut sehingga sulit bagi perusahaan untuk menelusuri dokumen terkait. 4. Prosedur retur pembelian yang kurang efisien dimana bagian gudang tidak dapat mengetahui secara langsung apakah barang yang kualitasnya dapat di retur atau tidak.
32