BAB II LANDASAN TEORI ACCELERATED LEARNING DAN PENDIDIKAN DASAR
A. Teori-teori Accelerated learning Zaman beredar masa berganti, masyarakat pun kembang dan berubah. Tidak lain perubahan masyarakat seiring dengan perubahan ilmu pengetahuan manusia. Kehidupan manusia menuju ke arah yang lebih baik karena proses berfikir manusia untuk mencapai kebahagiaan, kesenangan serta cara hidup yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu media yang digunakan manusia untuk mengembangkan potensi dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh manusia. Oleh karena itu pendidikan dari masa ke masa melakukan usaha perubahan baik perangkat lunak (soft ware) maupun perangkat keras (hard ware). Aktivitas belajar manusia sejak awal hingga sekarang terus terjadi inovasi dan kreasi, mulai dari kurikulum, pendekatan, metode serta sarana dan teknik dalam pembelajaran. Accelerated learning merupakan salah satu hasil dari inovasi dalam pendidikan. Inovasi ini dilakukan karena tuntutan zaman yang berkembang sangat cepat. Belajar yang harus sesuai dengan waktu yang ditentukan agaknya sudah tidak menjadi tradisi yang relevan di masa sekarang, karena laju informasi dan teknologi yang semakin cepat, dunia kerja yang terus berubah, kegiatan masyarakat bahkan kegiatan rekreasipun menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu kita harus mengetahui pula cara menyerap informasi lebih cepat lagi. Belajar yang sekarang kita lakukan kemungkinan besar tidak akan sama dengan belajar yang kita lakukan tiga tahun ke depan. Meningkatnya kompleksitas berarti menuntut cara belajar yang lebih baik untuk mengkondisikan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga anak tidak cepat menjadi bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Karena selama ini kita berasumsi bahwa belajar yang kita
14
15 lakukan selama ini mengalami stagnan. Artinya pendidikan kita tetap menggunakan metode dan pendekatan yang sama dengan anak-anak didik pada tahun sebelumnya, padahal metode dan pendekatan yang dilakukan tersebut tidak menjamin anak didik menjadi lebih “cerdas,” mampu meningkatkan
prestasi,
belajar
dengan
menyenangkan
serta
mampu
mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Oleh karena itu teknik-teknik belajar yang paling cocok dengan gaya belajar yang disukai siswa maka belajarnya pun terasa paling alami. Karena terasa alami (ranah-otak), belajarpun terasa lebih mudah. Karena lebih mudah belajar pun mejadi lebih cepat.1 1. Pengertian Accelerated learning Menurut Colin Rose Accelerated learning adalah “teknik belajar yang alami, sesuai dengan gaya belajar siswa sehingga belajar terasa lebih mudah dan lebih cepat.”2 Dalam pengertian yang lain di sebutkan bahwa Accelerated learning adalah : “It’s a total system for speeding and enhancing both the design process and the learning processes. Based on the brain research, it has proven again and again learning effectiveness while saving time and money in the process.” 3 Artinya : “Accelerated learning sebuah sistem yang menyeluruh untuk mempercepat dan meningkatkan rancangan dan proses belajar. Berdasarkan pada penemuan/penelitian tentang otak, yang membuktikan dan meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan beaya dalam proses belajar. Dalam sebuah artikel juga disebutkan bahwa :
Colin Rose, K-U-A-S-A-I lebih cepat : Buku Pintar Accelerated learning, Terj. MASTER It Faster oleh Femmy Syahrani, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 16. 2003.
16 “Accelerated learning'is a general term for any technique or method which enables learning and in the same time ' accelerates'the process of learning.”4 Artinya : Accelerated learning adalah bentuk keseluruhan dari beberapa metode dan teknik yang memungkin belajar dan dalam waktu yang sama mempercepat proses belajar. Definisi lain disebutkan : “Accelerated learning is a combination of prinsiples and techniques that allow us to use our brains more effectively. In the particular, they show us how to remember and recall things more easily.”5 Artinya : “Pembelajaran dipercepat adalah kombinasi dari berbagai prinsip dan teknik-teknik belajar yang memberikan keleluasaan untuk menggunakan otak (pemikiran) kita secara lebih efektif. Lebih ringkas, accelerated learning menunjukkan kepada kita bagaimana mengingat dan memanggil kembali segala sesuatu dengan lebih mudah. Boby DePorter mengemukakan bahwa istilah accelerated learning dengan dipertukarkan dengan suggestology (pemercepatan belajar) yang didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan.”6 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa accelerated learning adalah keseluruhan teknik dan metode belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan mudah, menyenangkan dan efektif dengan upaya yang normal dan sesuai dengan gaya belajarnya masingmasing. 2. Prinsip-prinsip Accelerated learning Pandangan mengenai konsep pengajaran—Accelerated learning— terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan 4
http://www.nlp-romania.ro/en/topics/learning.html, 17 March 203. http://www.smart-bran.com/courses.htm, 17 March 203. 6 Boby DePorter & Mike Herncki, Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 14. 5
17 kemajuan ilmu dan teknologi pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan ini berusaha untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi, dimana harus memiliki dasar dan prinsip yang jelas agar dalam pelaksanaan perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Program Accelerated learning yang selama ini dijalankan dan berhasil tidak lepas dari prinsip-prinsip dasar yang selalu mereka laksanakan, yaitu : 1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”), dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indera, dan sarafnya. 2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem jaringan otak/tubuh secara menyeluruh. 3. Kerja sama membantu proses belajar mengajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan dari pada kita pelajari dengan cara lain yang manapun. Persaingan di antara pembalajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya. Suatu komunikast belajar selalu lebih baik hasilnya dari pada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri. 4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada waktu secara linier, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental, dan fisik) dan memanfatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantangmelakukan banyak hal sekaligus. 5. Belajar berasal dari mengerjakan hal itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar paling baik adalah belajar dengan konteks. Halhal yang dipelajar secara terpisah akan sulit diingat dan mudah mengguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara
18 mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan konsumen dengan memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru jauh lebih baik dari pada sesuatu hipotesis dan abstrak—asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali. 6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati. 7 Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra dari pada prosesor kata. Gambar konktret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan dari pada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konktret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah diingat. 3. Pembelajaran dalam Accelerated learning Accelerated learning atau menurut Jayne Nicholl, CBC (Cara Belajar Cepat) sebenarnya sudah kita alami sejak kita masih kecil. Karena belajar dengan pendekatan CBC ini adalah cara belajar yang mengacu pada cara orang belajar secara alamiah. Ketika kita masih anak-anak, kita telah mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita mempelajari semua pengetahuan dasar bukan dengan duduk diruang kelas, membaca buku, atau menatap layar komputer, melainkan berinteraksi dengan orang lain dan dengan dunia, dengan menggunakan seluruh tubuh, seluruh pikiran, segala sesuatu pada diri kita. 8
Dave Meier, The Accelerated learning : Handbook, Panduan Kreatif dan efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan [terj], (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 54-55 Colin Rose, dan Malcolm J. Nichol, Cara Belajar Cepat Abad XXI, (Bandung, Nuansa, 2002), hlm. 38.
19 Dalam interaksi dengan orang lain dan dunia ini tentu kita memerlukan sebuah jalan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang guru harus berusaha menemukan kembali berbagai strategi, pendekatan maupun metode belajar yang tepat untuk dikembangkan dalam kelas. Berbagai usaha dilakukan untuk menemukan pendekatan belajar yang tepat terutama pendekatan belajar cepat. Pendekatan dalam accelerated learning dengan menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri manusia untuk dikembangkan mencapai hasil yang maksimal, diantaranya pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI berpangkal pada empat hal, yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual. Apabila empat hal ini dapat diperhatikan oleh seorang pengajar atau pelatih, pembelajaran yang dipercepat (bukan lewat pemaksaan atau pengarbitan, melainkan lewat stimulasi) akan terjadi secara hebat. Somatis berarti mementingkan raga. Dalam pembelajaran di kelas, para siswa dibuat untuk tidak diam di kursi, mereka diajak sesekali mengambil sesuatu di depan kelas. Mereka harus bergerak, bergerak, dan bergerak saat menerima pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan Meier "Mustahil otak beranjak, bila fisik tak bergerak."
9
Auditori berarti
pemanfaatan suara. Bacakanlah teks-teks yang ada di dalam buku secara indah dan penuh pesona, laiknya seorang penyair sedang membacakan sajak-sajak menariknya. Visual berarti ajarkan pengetahun dengan gambar. "Otak sangat senang dengan informasi yang digambar dan diberi warna," tulis Meier. Dan intelektual berarti berhubungan dengan perenungan. Membiarkan murid melakukan istirahat sejenak melakukan jeda adalah suatu keharusan dalam accelerated learning. Biarkan murid merumuskan materi-materi
9
pelajaran
Dave Meier, Op. Cit, hlm. 92
yang
diperoleh.
Biarkan
murid-murid
20 membincangkan pengetahuan baru yang diperolehnya. Biarkan pula mereka bertanya, mengkritik, ataupun menggugat.10 Dari
konsep
pendekatan
SAVI
inilah
kemudian
Meier
mengembangkan sebuah cara belajar-mengajar yang revolusioner. Misalnya, proses pembelajaran di kelas akan lebih efektif bila para murid bekerja sama. Artinya, seorang guru harus membuat para muridnya berpasang-pasangan agar dapat mendiskusikan materi yang diajarkannya. Dalam kelas yang efektif, para murid bukanlah sekelompok orang yang menerima pengetahuan. Mereka adalah pencipta pengetahuan.11 a. Interaksi antara Guru Murid dan metode belajar Berbagai
cara
belajar
accelerated
learning
yang
dikembangkan oleh para pakar, diantaranya cara belajar dengan pendekatan KUASAI (MASTER) oleh Colin Rose dan empat tahap pembelajaran oleh Meier. Master merupakan bagian dari cara belajar Accelerated learning yang merupakan singkatan dari Motivating your mind, Acquiring the information, Searching out the meaning, Triggering the memory, Enhibiting what you know, dan Reflecting how you have learned dan ini merupakan langkah dasar dalam cara belajar cepat.12 Dalam Master, Rose berusaha menemukan kembali cara belajar yang menyenangkan seperti masa anak-anak—sebelum “belajar”—yang sekarang telah terkacaukan dengan “bersekolah” serta menemukan kembali rasa tertarik “menjelajah” masa anak-anak bagaimana ia melihat, mendengar, mencium, meraba, dan bahkan mengecap, dunia yang tak terbayangkan dimana ia menemukan
10
Ibid., hlm. 93 Hernowo (Divisi Kecendekiawanan IJABI), Pabila fisik tak bergerak, otak takkan beranjak, Artikel Internet, Resensi buku : The Accelerated learning Handbook---A Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs, pengarang : Dave Meier, Penerbit : McGraw-Hill, New York, tahun 2000. 12 Rose & Malcolm, J. Nicholas, terj Accelerated learning for the 21st Century, oleh Dedi Ahimsa, (Bandung: Nuansa, 2000), 94-97) 11
21 dirinya sendiri yang merupakan masa kritis ketika ia mencoba mengerti dan memahami semuanya. 13 Menurut Mihaly Csiksentmihalyi sebagaimana dikutip oleh Rose dan Malcolm menyatakan bahwa syarat pembelajaran yang efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan “seperti masa anakanak”
(bukan
kekanak-kanakan),
yang
mendukung
dan
menggembirakan. Mihaly mengatakan “selama beberapa tahun pertama kehidupan, setiapa anak adalah “mesin belajar” kecil yang tidak kenal lelah mencoba dan mencoba lagi gerak-gerak baru, katakata baru setiap hari." 14 Salah satu alasan mengapa anak-anak bisa belajar dengan baik adalah bahwa mereka belum mengembangkan prakonsepsi bagaimana seharusnya belajar. Mereka juga belum mengembangkan anggapan bahwa bermain dan bekerja adalah kegiatan yang masing-masing berdiri sendiri. Bermain adalah bagian penting dari pengalaman belajar. Ketika kita sedang menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik dan lebih mudah. Dalam KUASAI hal pertama yang harus dilakukan pembelajar adalah dengan dimulai dari kerangka pikiran pembelajar itu sendiri. Yang dimaksud di sini adalah perasaan dan keyakinan dalam belajar. Menurut teori Quantum Learning, apabila di dalam ruangruang kelas dapat dibangun emosi positif di antara para siswa, pembelajaran akan berjalan tidak loyo dan tidak membosankan. Permasalahannya adalah bagaimana membangun emosi positif siswa dalam belajar ? Dikemukakan pembentukan emosi positif pertama, bermula dari sang guru. Guru harus memiliki emosi positif terlebih dahulu. Guru harus memberikan teladan—dalam bahasa Jawa, istilah "guru" sama dengan "digugu dan ditiru". Tanpa diawali oleh guru, mustahillah para siswa mau dan mampu memiliki emosi positif. Colin Rose & Malclom, Ibid., hlm. 92. Ibid. hlm. 93
22 Kedua, everything speaks (segalanya berbicara). Warna cat ruang kelas, pakaian guru, posisi duduk murid, dan seluruh komponen yang ada di ruang kelas dapat mempengaruhi terbangunnya emosi yang positif. Dan, ketiga, minat atau ketertarikan terhadap sebuah mata pelajaran.15 Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, dalam The Learning Revolution, mengatakan bahwa, pada era sekarang, keberhasilan penerapan sebuah teknik—teknik tersebut dapat disebut sebagai "the best techniques"—bergantung pada adanya tiga unsur di dalam teknik tersebut. Tiga unsur itu adalah simple, fun, dan effective.16 Namun tiga hal terakhir, menurut penulis lebih merupakan pendekatan dan bukan merupakan sebuah metode. Hal tersebut ditunjang oleh Tapscott dalam sebuah artikel Mizan Online menunjukkan telah lahirnya sebuah generasi baru di era menjelang milenium baru dengan nama "Generasi Net". Inilah generasi yang berumur 2 hingga 22 tahun yang sangat terampil dalam mengoperasikan komputer atau mesin-mesin digital. Mereka belajar dengan peralatan baru tersebut dalam balutan metode atau teknik yang fun, simple, dan effective. Dalam istilah digital, teknik-teknik yang menyenangkan, mudah, dan efektif itu disebut proses yang ngedutainment (mendidik sekaligus menghibur).17 Lewat perumusan metode yang fun, simple, dan efektif, seorang manusia pembelajar akan dirangsang semangatnya untuk berusaha dengan keras "menguasai" materi yang dipelajarinya. Seperti anak balita yang diberi sebuah mainan baru. Tanpa bertanya "apa itu?", anak balita tersebut langsung termotivasi untuk mengguncangguncang, mengecap, membaui, dan melakukan segalanya agar mengenal betul mainan baru itu. 15
http://www.mizan.com/portal/template/BacaPlong/kodeplong/199, 10 Juli 2003 Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, The Learning Revolution,, (Bandung: Kaifa, 1999), hlm. 101 17 http://www.mizan.com/portal/template/BacaPlong/kodeplong/199, Op.Cit. 16
23 Dalam Quantum Learning, proses penelitian yang dilakukan sang anak tersebut dinamai global learning (belajar secara menyeluruh).18 Kita, manusia dewasa, pernah melewati masa-masa penting yang disebut global learning. Inilah sebuah metode belajar yang mengarahkan kita untuk menguasai detail. Quantum Learning mendefinisikan global learning sebagai "cara efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stres." Ada beberapa hal agar belajar dapat berhasil dan menyenangkan, antara lain : a. Menciptakan lingkungan tanpa-stres (relaks)—lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi. b. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan—anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya subkel pelajaran itu. c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif—pada umumnya ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ia humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur, dan dukungan antusias. d. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. e. Menantang otak untuk dapat berfikir jauh ke depan dan mengekplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek. f. Mengonsolidasikan
bahan
yang
sudah
dipelajari—dengan
meninjau ulang dalam periode-periode waspada yang relaks. 19 18 !
Boby DePorter & Mike Hernacki, Op.Cit., hlm. 22 Colin Rose & Malclom J. Nicholas, Ibid., hlm. 93.
24 Dalam KUASAI/Master, sebagaimana ditulis di atas bahwa perasaan (emosi) positif tentang belajar adalah sangat penting bagi para pembelajar. Perasaan dan keyakinan ini digunakan untuk menggambarkan/memicu pikiran keberhasilan yang telah kita alami di hari-hari sebelumnya. Perasaan “bisa” dan “tidak bisa” dipengaruhi oleh perasaan sadar dan tidak sadar, sebagaimana orang sering tidak sadar mengatakan tidak bisa mengerjakan sama sekali, sebaliknya kita juga bisa mengatakan bisa mengerjakan seluruhnya keberhasilan itu.20 Hal penting lain dalam kerangka pikiran adalah melakukan peneguhan yang positif. Peneguhan adalah pernyataan positif yang mengungkapkan apa yang kita pilih untuk mencapainya. Misalnya : “saya pembelajar yang percaya diri” atau “saya penulis yang handal” dan lain-lain. Belajar sering menjadi tegang dan jenuh, hal ini dialami hampir seluruh pelajar dan membuat hilangnya konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang dipelajari. Untuk menghilangkan ketegangan dan mendapatkan konsentrasi belajar yang baik serta dengan energi yang penuh, Colin Rose mengemukakan beberapa langkah yang membantu para pelajar lebih baik dalam berkonsentrasi, pertama : perhatikan suara batin. Sering para pelajar berfikir negatif dan membuat stres, misalnya oh jangan! Jangan baca al-Qur'an aku tak bisa, oh tidak ! jangan pakai bahasa Inggris aku tak becus grammar. Jangan biarkan pikiran-pikiran seperti ini menyelinap dalam benak kita ketika sedang belajar karena perasaan ini akan melemahkan konsentrasi belajar. Kedua, mengubah posisi. Jika pelajar sedang duduk, maka berdirilah, jika sedang berdiri maka bergeraklah. Pikiran dan tubuh sangat erat sehingga dengan mengubah posisi, pikiran juga dapat bergeser terhadap hal yang baru. Ketiga, memaksimalkan oksigen dalam tubuh, yaitu melakukan istirahat dalam jangka pendek (yang selanjutnya di katakan jeda), yaitu dengan cara pejamkan mata, tarik nafas dalam20
Ibid., hlm. 32-33
25 dalam selama satu atau dua menit dan lakukan berkali-kali. Hal ini akan membuat kita merasa santai—dikuatkan dan mungkin tersenyum dan mendapatkan inspirasi. Kata “inspirasi” berasal dari bahasa latin yang berarti “tarik nafas.” Keempat, mengganti pikiran negatif dengan peneguhan (perasaan positif yang membuat motivasi) belajar.21 Bobbi dalam bukunya Quantum Learning, lebih menegaskan lagi, mengapa jeda waktu sangat diperlukan dalam proses belajar karena dalam proses belajar yang paling banyak diingat adalah informasi/materi yang pertama dan terakhir didengar atau dipelajari. Oleh karena itu semakin banyak melakukan jeda waktu akan semakin banyak mengingat materi/informasi, karena banyaknya jeda pendek ini berarti akan memperbanyak “pertama” dan “terakhir.” Alasan lainnya adalah pada saat pikiran menjadi lelah, perubahan keadaan mental saat melakukan jeda akan membuat sel-sel otak menjadi segar dan dapat belajar dengan mudah.22 Dalam membentuk kerangka pikiran yang baik, hal terakhir yang harus dilakukan adalah menentukan/menetapkan tujuan dan visi dari belajar itu. Karena tujuan dan visi yang jelas akan mampu memacu motivasi yang lemah. Untuk mencapai tujuan atau hal-hal yang kita inginkan maka harus membulatkan tekad. Tekad untuk berhasil ini bersumber dari dua hal berikut, pertama, memiliki visi yang akan dicapai, kedua memiliki keyakinan yang kuat untuk mencapai visi tersebut. Karena dua hal di atas akan mampu menciptakan keteguhan dan kemauan (minat).23 Dari beberapa hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk membuat siswa belajar dengan baik dan mudah ada tiga komponen yang mempengaruhi pelajar dalam melakukan aktivitas belajar, yaitu pikiran, suasana hati dan kenyamanan fisik. Begitu juga seorang guru
21
Colin Rose, Op.Cit., hlm. 37-38 Bobbi DePorter, Op.Cit., hlm. 85-86 23 Colin Rose, Op.Cit., hlm. 38-40 22
26 dapat mengendalikan kondisi pelajar/murid ketika seorang guru mempengaruhi pikiran, suasana hati, dan sikap mereka. Permasalahannya adalah bagaimana guru bisa membuat cara mengajarnya disukai oleh para peserta didik ? Sebagian besar guru memulai pengajarannya dari apa isi, yaitu apa yang akan saya ajarkan ? padahal, hal pertama yang lebih penting dalam mengajar adalah “bagaimana saya akan mengajar ?, bagaimana saya dapat membentuk kerangka pikiran para peserta didik sehingga kondusif untuk belajar. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk persiapan melakukan pengajaran di kelas, yaitu : 1. Memberi informasi sebelum pelajaran agar para siswa memiliki gambaran yang akan mereka hadapi dan mengetahui pokok bahasan yang dapat dikembangkan di ruang kelas. 2. Tata ruang yang mengundang/kondusif untuk belajar, seperti bunga di atas meja, dendang musik ketika para pelajar masuk kelas, poster/gambar-gambar dinding yang mengundang inspirasi, tempat duduk disusun melingkar agar mudah berkomunikasi 3. Pancing
setiap
peserta
untuk
menyatakan
harapan
dan
kekhawatiran, sehingga mereka datang ke sekolah tanpa otak yang kosong. 4. Melihat visi pembelajar 5. Mejelaskan manfaat, sehingga mereka memiliki motivasi untuk memperhatikan. 6. Membuka strategi proses belajar 7. Variasi kegiatan dan jeda waktu pendek yang bersifat reflektif, misalnya diskusi/bicara dengan teman sebelah tentang materi yang baru saja diajarkan. Atau juga bisa diadakan role playing untuk menggugah energi yang produktif.
27 8. Pujian dan hadiah yang menyenangkan dan sederhana bagi yang “melakukan dengan benar” atau “berhasil.”24 Menguraikan Fakta untuk memahami isi dari materi yang disampaikan atau dibaca dari sebuah buku, maka siswa harus membaca sekilas atau bertanya terlebih dahulu untuk membangun kesan pertama tentang pokok pembahasan/topiknya dan memahami gagasan inti materi. Membaca sekilas dan membuat catatan beberpa menit sebelum proses belajar mengajar dimulai adalah langkah awal dari belajar yang merupakan cara baik untuk menggambarkan sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa sehingga kita tidak melakukan pengulangan materi yang telah dipahami oleh siswa.25 Sebagaimana seorang anak kecil, belajar adalah langkah demi langkah, sedikit demi sedikit yang akhirnya berkembang. Demikian juga dalam mempelajari sesuatu yang bersifat menantang tidak harus langsung dimulai dari awal namun mengeksplorasi topik dan memulai dengan sesuatu yang paling menarik. Untuk membuat rasa tertarik dan tetap berkonsentrasi dalam belajar, menurut Rose cara yang mudah yaitu dengan membuat pertanyaan yang ditulis di sehelai kertas untuk memotivasi agar otak tetap terfokus pada guru atau buku yang sedang dipelajari, mengapa ? karena harus mencari jawabannya.26 Bila membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang ditentukan atau untuk memecahkan masalah, maka membaca yang demikian membaca dengan memiliki tujuan, yaitu minat. Membuat pertanyaan dengan mudah misalnya dengan menggunakan kata “mengapa saya harus membaca ?” atau “bagaimana hal ini bisa membantu belajar saya ?” atau juga “bagaimana cara membaca buku ini ?” dengan demikian apa yang disampaikan oleh
24
Ibid., hlm. 44-45 Colin Rose, Op.Cit., hlm. 49-50 26 Ibid. 25
28 guru dengan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, maka konsentrasi belajar akan lebih baik. Menurut Rose, belajar yang ideal adalah dengan memfokuskan semua indra ke dalam aktivitas belajar.27 Karena pada dasarnya dalam belajar baik membaca, melihat, mendengar maupun melakukannya, sesungguhnya dengan melibatkan semua indera. Bila dalam belajar baru dapat menggunakan salah satu indera dalam belajar, maka hasilnya belum maksimal. Cara belajar ini oleh Rose dikatakan pembelajar multi indrawi. Walaupun beberapa orang memang memiliki gaya belajar yang dominan, pembelajar “multi indrawi” memiliki peluang besar untuk mencapai kesuksesan.28 Menurut Colin Rose, ada beberapa hal agar pembelajaran dapat dikembangkan para pembelajar dalam menerima atau membaca materi pelajaran, misalnya dengan memberi tanda pada hal-hal yang telah dipelajari dengan menggunakan warna-warna stabilo atau spidol (bila buku itu milik pribadi) untuk mempermudah dalam melihat kembali catatan/bahan itu sehari, seminggu maupun setahun kemudian. Hal ini memudahkan dalam mengulang bahan/materi yang penting serta tidak banyak membuang waktu untuk membaca bahan-bahan yang kiranya tidak penting dibaca. Selain hal di atas efek warna-warni dari penandaan tersebut dapat mempengaruhi emosional otak kita, sehingga belajar akan terasa mudah dengan rangsangan tersebut. Berbeda dengan bentuk visual yang mudah diingat, suarapun bisa lebih mudah, jika sebuah alinea sulit untuk dipahami maka harus di pahami dengan membaca secara dramatis dengan bahasa yang lebih mudah dan disukai. Bagi mereka yang lebih mudah belajar dengan mendengar maka rekaman suara materi akan mempermudah cara belajar, karena bisa didengar kapanpun kita suka dan di manapun. Cara yang lain adalah 27 28
dengan
Ibid, hlm. 58. Ibid., hlm. 57.
merangkum
materi
yang
dipelajari
kemudian
29 diucapkan. Aktivitas ini akan memberi peluang mengingat materi lebih lama.29 Hal di atas dapat dimanfaatkan mereka yang memiliki gaya belajar linguistik, visual, dan auditori. Bagi yang memiliki gaya kinestetik tentu juga berbeda cara pengajiannya. Karena gaya belajar terakhir ini lebih kompleks artinya melibatkan seluruh indera (multi indera) maka berjalan selagi membaca atau mendengar adalah sangat membantu dalam belajar yang lebih mudah. Gaya belajar yang terakhir memerlukan sesuatu untuk mengekspresikan kesukaannya, berjalan atau bergerak dalam beberapa menit dapat memberi inspirasi dalam belajar. Terlebih bila sesuai dengan topik pembelajaran maka gaya belajar ini akan melakukannya dengan gambar, model, atau grafik untuk membantu ekspresikan belajarnya.30 Selain ekspresi yang perlu dilakukan adalah mengambil jeda untuk memikirkan kembali apa yang telah dipelajari sambil duduk santai apa yang telah kita baca, lihat dan dengarkan. Melihat kembali materi dengan “mata pikiran” dan membuat “film” dalam otak agar pengetahuan tersebut dapat melekat lebih lama dan kapan saja dapat kita panggil kembali untuk dimunculkan rekaman dari “film” tersebut. Belajar bersama teman dengan mengembangkan beberapa pertanyaan untuk berdiskusi akan mampu menimbulkan pertanyaan yang mendalam, yang kurang terpikirkan sebelumnya karena teman biasanya lebih dekat sehingga tidak akan sungkan atau takut dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Karena saling bertanya dan saling menjawab maka akan menimbulkan pengetahuan baru yang kurang dipahami oleh teman juga sebaliknya akan lebih memahamkan apa yang telah dipelajari. Dengan melakukan beberapa hal di atas, maka pelajar multi indrawi akan mampu mengubah cara belajarnya menjadi pelajar yang 29 30
Ibid., hlm. 58 Ibid., hlm. 59
30 “sukses” karena yang dilakukan secara langsung dan diulang akan melekat lebih lama dalam otak. Dalam
accelerated
learning
ini
untuk
meningkatkan
kemampuan otak dalam mengingat selain hal-hal di atas adalah dengan peta belajar/peta pikiran. Peta pikiran menggunakan pengingatpengingat visual dan sensorik dimana otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan.31 Hal ini akan lebih memudahkan pelajar dalam mengingat pelajaan/informasi karena peta belajar melibatkan kerja kedua otak (otak kiri dan otak kanan). Yang sering disebut dengan pendekatan keseluruhan otak.32 Beberapa fakta/materi yang telah kita terima kadang teringat hanya diawalnya saja. Sesuatu yang dilakukan sebentar tanpa mengulanginya peluang hilang sangat besar, karena itu perlu adanya pengulangan/pelatihan. Seperti halnya “Otak itu seperti otot, ketika sengaja menggunakan serangkaian kecerdasan berarti melatih otak.”33 Oleh karena itu semakin sering menggunakan otak untuk berfikir maka akan semakin meningkat kecerdasan tersebut. Oleh karena itu untuk mengubah pengetahuan permukaan (dangkal) menjadi pengetahuan yang mendalam, harus melakukan sesuatu agar mengakar di otak. Setelah memperoleh fakta/informasi dasar, harus segera mempelajari detailnya. Dalam pandangan Rose, belajar bukanlah sesuatu yang dilakukan untuk siswa, namun siswalah yang melakukannya.34 Sebagaimana kata Howard yang dikutip oleh Colin Rose bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Maka benarlah bila seorang mahir dalam sesuatu dan tampak cerdas namun belum tentu di bidang yang lain. Sebagian besar sekolah yang berkembang (formal) hanya mengajarkan kecerdasan linguistik/logis saja sehingga 31
Boby DePorter, Op.Cit., hlm. 152. Ibid. 33 Colin Rose, Op.Cit., hlm. 75 34 Ibid. 32
31 tidak semua orang mampu mengikutinya. Karena kecerdasan yang dimiliki seseorang berbeda, masing-masing memiliki ciri khas sendiri. Oleh karena itu menjadi sebuah penjara, sekolah bagi seorang yang secara alami tidak memiliki kecerdasan linguistik (bahasa) dan matematis (logis). Berikut ini beberapa kecerdasan yang dimiliki setiap orang dalam jenis yang berbeda-beda yang dapat dikembangkan dalam diri setiap orang dengan melalui latihan. 1. Kecerdasan matematis/logis 2. Kecerdasan linguistik 3. Kecerdasan intrapersonal 4. Kecerdasan visual/spasial 5. Kecerdasan interpersonal 6. Kecerdasan fisik 35 Hal yang sangat penting dalam pendekatan ini adalah pembelajaran kerjasama. Tidak ada yang mampu mengalahkan hasil kerja
dari
menonjolkan
kelompok/tim. pembelajaran
Dalam
pendidikan
konvensional,
yaitu
formal
sering
menonjolkan
kemampuan individu dan persaingan. Dalam accelerated learning pembelajaran kerjasama akan lebih efektif dan mudah dalam belajar. Agar pembelajaran kerja sama dapat efektif maka ada beberapa unsur yang harus ada, yaitu : a. Anggota pembelajar harus saling bergabung b. Menggabungkan hasil kerja c. Harus sepakat untuk tujuan kelompok yang jelas d. Mengganti pimpinan kelompok sesering mungkin e. Memberi waktu untuk bercermin/menilai diri f. Mempercerah kelompok g. Bersaing dengan kelompok lain. 36 35 36
Colin Rose, Op.Cit., hlm. 85-86. Ibid., hlm. 101-103.
32 Ingatan
sangat
dominan
dalam
pembelajaran.
Bukan
merupakan pembelajaran jika tanpa ingatan. Oleh karena itu sebaiknya seorang pelajar mengetahui cara ingatan bekerja dan bagaimana meningkatkannya. Ingatan manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu ingatan jangka panjang dan ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pedek menyimpan informasi yang sifatnya sementara, artinya informasi itu di ingat hanya selama digunakan. Agar ingatan yang diterima jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya adalah dengan menjelajahi materi yang telah dipelajari dengan menggunakan rentang kecerdasan.37 Dalam masalah ingatan, banyak orang mengingat sesuatu dengan hal-hal yang lucu atau aneh-aneh. Oleh karena itu dalam accelerated learning ini menggunakan hal-hal yang aneh dan lucu agar mudah untuk diingat dan dapat menetap di otak. Selain hal di atas, mengingat sesuatu yang teratur belajar akan menjadi mudah. Susunan materi dikelompokkan/dikategorikan sesuai dengan kelompok atau kategorinya masing-masing. Seperti sebuah pepatah mengatakan “sebuah gambar bernilai seribu kata,”38 artinya otak juga mudah mengingat sesuatu dalam bentuk gambar-gambar, grafik atau diagram. Untuk mengingat sesuatu jangka panjang maka pengulangan sangat dianjurkan. Karena informasi pertama yang masuk hanya diterima oleh memori jangka pendek, apabila kita tidak merekam kemudian menyimpan maka akan sulit untuk mengingat sesuatu dalam jangka penjang. Sangat penting sekali bila ingatan dikaitkan dengan sesuatu agar mudah dalam merekamnya. Seperti di katakan Rose, ingatan seperti sebuah perpustakaan yang berisi ribuan buku. Apabila buku itu ditaruh seraca acak—tidak secara relevan menurut jenis atau 37 38
Ibid. Ibid., hlm. 113
33 ukuran—sangat sulit untuk mencari buku apapun karena tidak ada korelasi. Namun pengelompokan yang teratur menurut topik atau pengarangnya, mengambil dan mencari akan menjadi lebih mudah dan cepat. hal seperti inilah yang oleh Rose disebut membuat korelasi/asosiasi.39 Mengetahui sesuatu yang telah dipelajari siswa adalah hal yang sangat penting dalam pembelajaran accelerated learning. Hal ini untuk mengetahui apakah pembelajar itu tahu dirinya telah menguasai materi, yaitu dengan mengujinya. Menguji diri sendiri dapat dilakukan dengan kilasan ingatan, dapat juga dengan kartu pengingat atau membuat “film” dalam pikiran. Pengujian diri merupakan bagian dari proses belajar yang akan mampu
menunjukkan
seberapa
parah
kesalahan-kesalahan
itu
dilakukan. Namun kesalahan di sini harus dijadikan umpan balik, jadi bukan seberapa salah saya namun kesalahan apa yang telah diperbuat. Sebagian besar siswa mengatakan berapa kesalahan bukan apa yang salah dengan pekerjaanku. Oleh karena itu hal ini menyebabkan kesalahan yang diulang-ulang yang membuat sia-sia pembelajaran karena tidak mengetahui di mana letak kesalahan hanya mengetahui berapa kesalahan itu. Kalau kesalahan adalah umpan balik maka hal ini dapat digunakan untuk mengukur kemajuan belajar, memperbaiki halhal yang masih ragu atau tidak bisa. Dan kesalahan yang diperbaiki inilah yang disebut dengan kemajuan.40 Kemajuan ini dinilai untuk kemajuan belajar sendiri, hal inilah yang harus menjadi standar diri sendiri dan memeriksa kinerja belajar, karena kebanyakan orang menilai kesalahan orang lain namun kesalahan diri sendiri sering dilupakan. Cara lain untuk mengukur apa yang pembelajar ketahui adalah dengan belajar bersama teman, keluarga ataupun mentor. Masing39 40
Ibid., hlm. 115. Colin Rose, Op.Cit., hlm. 129.
34 masing kita akan melakukan curah gagasan sehingga kita tahu kekurangan kita juga akan langsung mengetahui dari teman, keluarga atau mentor tersebut.41 Dengan cara langsung mengetahui dan merenungkan maka akan melihat apa kesalahannya dan bagaimana akan memperbaikinya. Merenungkan bagaimana melakukan sesuatu (introspeksi) sebagaimana pekerjaan, belajarpun diperlukan. Sampai dimana berlajar dapat diserap, apa saja hal yang sudah berjalan dengan baik juga seperti apa mestinya nisa berjalan dengan baik ? Sebagai alat, introspeksi sebaiknya digunakan draf atau perencanaan. Alat ini digunakan mengantisipasi kemungkinan munculnya kesulitan saat menggunakan informasi atau materi yang dipelajari. Apabila mengahdapi kesulitan maka telah disiapkan dan kemungkinan kecil hati saat menghadapi hal tersebut sangat sedikit. Berikut beberapa perencanaan atau draf tersebut ; a. Hal terpenting yang telah saya pelajari adalah b. Sebagai hasilnya, saya akan melakukan c. Saya dapat menduga kesulitan awal d. Saya akan memeriksa kemajuan saya e.
Saya akan menghadiahi keberhasilan saya
f. saya akan meminta bantuan teman, keluarga atau mentor dll.42 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harus ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seseorang yang ingin berhasil, yaitu memiliki minat, memiliki tujuan yang jelas, memiliki visi dimana dalam visi tersebut ada komitmen untuk melakukannya, mau memikul tanggung jawab pribadi atas semua tindakan itu dan terus menerus merenungkan aktifitas/tindakan itu. b. Sarana dan Teknik-teknik Accelerate Learning 1. Musik dan Pembelajaran 41 42
Ibid., hlm.130-131. Ibid., hlm.
35 Semua kegiatan ada kalanya melelahkan dan ada kalanya bersemangat tinggi. Bekerja dan belajar adalah dua kegiatan yang sama-sama melibatkan otak dan seluruh tubuh. Oleh karena itu saat belajar tekanan darah dan denyut jantung akan meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, otot-otot menjadi tegang. Bila relaks atau meditasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun dan otot-otot mengendur. Musik sangat penting untuk sarana dalam belajar karena musik dapat mempengaruhi kondisi fisiologis. Musik yang dapat meningkatkan pembelajaran bisa digunakan namun perlu diketahui bahwa musik yang tidak mampu membawa
kondisi
belajar
yang
kondusif,
nyaman
dan
menggairahkan maka musik yang dipakai di sini adalah sia-sia dan tidak perlu digunakan. Menurut Georgi Lazanov, sebagaimana dikutip Bobi DePorter, musik merupakan kunci keberhasilan pada pembelajaran untuk menciptakan kondisi fisiologis pelajar : “Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.” 43 Berikut ada beberapa manfaat musik untuk meningkatkan pembelajaran dengan berbagai cara, diantaranya : a) Menghangatkan, membuat manusiawi dan membudayakan lingkungan belajar b) Membuat pikiran tenang dan terbuka untuk pelajar c) Menciptakan perasaan dan asosiasi positif dalam diri pembelajar d) Menciptakan “peningkatan” di otak e) Mendorong pembelajar multi indrawi f) Membantu mempercepat dan meningkatkan proses belajar 44
43 44
Bobi DePorter, Op.Cit., hlm. 72. Dave Meier, Op. Cit., hlm. 176.
36 Dengan memasang musik merupakan cara efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas otak kiri. Musik juga mampu mempengaruhi perasaan dan perasaan akan mempengaruhi pembelajaran. Oleh karena itu dalam Accelerated learning untuk meningkatkan dam mempercepat pembelajaran digunakan musik di ruang kelas walaupun ada waktu tertentu dalam menggunakannya. Kemudian
permasalahannya
adalah
bagaimana
memanfaatkan musik di ruang kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar ? Ada beberapa cara memanfaatkan musik di ruang kelas untuk membantu pembelajaran, yaitu : 1) Pendahuluan dalam pembelajaran. Membunyikan musik saat siswa tiba di tempat belajar dapat memberi pengaruh yang menggembirakan, menghangatkan lingkungan, menggugah minat dan dapat menenangkan pikiran. 2) Istirahat, musik yang didengarkan saat istirahat akan mempertahankan lingkungan belajar yang menyenangkan, serta membuat tetap santai dan bersemangat. 3) Berlatih belajar, musik sebagai backsound dapat digunakan selama berlangsungnya berlajar individu maupun kelompok. 4) Tema, materi yang memiliki tema yang berkaitan dapat digunakan untuk menyesuaikan suasana hati dan dapat juga untuk melengkapi pembelajaran. 5) Pratinjauan konser, musik disini digunakan sebagai iringan saat siswa meninjau materi 6) Tinjaun konser. Musik dapat juga digunakan sebagai iringan tinjauan belajar, melalui OHP, poster atau yang sejenisnya.45 2. Permainan belajar Belajar dengan semangat yang tinggi kadang terbentur dengan kondisi, baik fisik maupun non fisik. Fisik kadang rasa 45
Meier, Op. Cit., hlm. 177-178
37 sakit pada tubuh juga menghambat belajar, non fisik bad mood sering menyelinap saat berkonsentrasi belajar sudah berlangsung beberapa menit/jam. Oleh karena itu diperlukan adanya relaks agar dapat berkonsentrasi kembali. Relaks kadang ada yang memberi manfaat namun ada juga yang hanya menyia-nyiakan waktu, misalnya bermain. Kesenangan dalam bermain akan membawa ke keadaan yang memberi semangat hidup. Overstructuring dalam pendidikan modern dianggap menjadi penghancur pembelajaran. Sebagaimana kata Edward T. Hall yang dikutip Meier “salah satu kesalahan terbesar pendidikan modern adalah overstructuring yang tidak membolehkan bermain disetiaptitik pada proses pembelajaran.46 Dalam accelerated learning tidak selalu membutuhkan permainan walaupun kadang sangat diperlukan, karena permainan itu sendiri tidak selalu mempercepat pembelajaran.47 Permainan yang dimanfaatkan dengan baik dapat menambah semangat dan minat pada sebagian program belajar. Namun permainan di sini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan karena permainan kadang menarik, menyenangkan, namun tidak memberi hasil yang optimal, hal ini hanya sia-sia dan harus ditinggalkan. Pembelajaran sederhana
mengenai
dipercepat
ini
permainan,
memiliki yaitu
“jika
aturan
yang
permainan
menghasilkan peningkatan dalam pembelajaran dan prestasi kerja, gunakan. Jika tidak, tinggalkan.” 48 Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan yang digunakan secara bijaksana dalam proses belajar, diantaranya: 1) Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar 2) Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat 3) Mengajak orang terlibat penuh 46
Meier, Op.Cit., hlm. 206 Ibid. 48 Ibid., 207. 47
38 4) Meningkatkan proses belajar.49 Catatan dalam kertas post it/kartu pos, yaitu kertas kecil yang berisi ringkasan materi dalam bentuk kata-kata kunci dari beberapa topik materi pelajaran. Kartu ini dapat ditempel di tempat-tempat yang mudah dilihat atau sering dilalui sehingga semakin sering kita melihat dan membaca maka semakin lama mengendap dalam ingatan. Ada beberapa upaya untuk memastikan akan mengingat sesuatu, baik yang bersifat sederhana maupun hal-hal yang bersifat sulit, diantaranya : 1) Mempunyai niat untuk mengingat, mustahil orang akan mengingat
sesuatu
bila
mereka
tidak
memiliki
keinginan/minat, maka keputusan mengingat adalah utama. 2) Melakukan
jeda/istirahat
secara
teratur.
Istirahat
yang
diperlukan tidak lama-lama hanya beberapa menit melepaskan sepenuhnya dari materi yang dipelajari 3) Membuat daftar mengulang. Seperti halnya sampah maka ingatan juga diperlukan daur ulang, karena pengulangan adalah tahap terpenting dalam membentuk ingatan jangka panjang. Oleh karena itu dipelukan keteraturan pengulangan di hari-hari setelah pembelajaran dan hal ini akan membantu pembentukan ingatan jangka panjang. 4) Membuat ingatan multi-indrawi. Jika ingin mengingat, maka harus
melakukan
sesuatu
dengan
memastikan
adanya
pengalaman visual, auditori dan fisik dalam pembelajaran, karena pengalaman indrawi membentuk akan ingatan yang baik. 5) Menggunakan pencitraan. Menggunakan hal yang lucu dan aneh akan mudah ditangkap oleh otak, karena itu pencitraan yang kocak akan lebih terpateri. 49
Ibid., hlm. 206
39 6) Konser mengulang. Menggunakan musik akan membantu relaks pikiran dan belajar akan lebih mudah bila dalam keadaan relaks. Musik juga merangsang emosional otak yang memuat unsur penting ingatan jangka panjang. Di saat mendengarkan musik, otak kanan akan menangkap musiknya dan otak kiri menangkap liriknya. Hal senada adalah dengan merekam materi pelajaran pada pita kaset hal-hal yang ingin di hafal, kemudian mendengarkan rekaman tersebut bersamaan dengan musik. 7) Kartu pengingat. Hal ini digunakan untuk beberapa mata pelajaran, rumus ilmiah atau kata bahasa asing, misalnya. Karena bentuknya yang kecil sangat mudah untuk dibaca kapan dan dimanapun. 8) Membuat mnemonik. Mnemonik adalah singkatan dari istilah atau kalimat dengan menggunakan satu, dua kata sebagai pengingat, biasanya diambil dari kata depannya atau sesuai dengan keinginan kita akan membuat mnemonik yang mudah untuk diingat.50 Berberbagai teknik, metode dan media yang digunakan dalam accelerated learning akan membawa kesuksesan dalam melakukan pembelajaran. Sehingga hasil yang diinginkan dalam tujuan pendidikan akan dapat terwujud dan disinilah pendidikan menjadi salah satu generator kemajuan suatu bangsa. B. Konsep Pendidikan Islam Konsep pendidikan Islam lazim dianalogikan dengan istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib sebagaimana yang dikatakan dalam al-Qur’an. Sekalipun konotasi tarbiyah lebih luas, mengandung arti memelihara dan mendidik sekaligus mengandung makna mengajar.51 50 51
hlm. 64
Colin Rose, Op.Cit., hlm. 117-121 Amir Yusuf Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),
40 Pada Konferensi Internasional tentang Pendidikan Islam yang pertama tahun 1977 telah merekomendasikan bahwa pendidikan dalam Islam tercakup dalam istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Masing-masing istilah tersebut berkaitan dengan kepentingan manusia, masyarakatnya dan lingkungannya dalam hubungannya dengan Tuhan. Kaitan antara satu dengan yang lain secara bersamaan merupakan ruang lingkup pendidikan Islam, baik formal maupun non formal.52 Mengenai apa yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam dalam konferensi internasional pertama itu telah pula dirumuskan tujuan pendidikan Islam, bahwa pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya : spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun kolektif dan mendorong semua aspek ini kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan Islam terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada allah secara pribadi, kelompok maupun seluruh umat manusia.53 Guna mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang tersebut di atas, pendidikan
Islam
pada
dasarnya
mempunyai
prinsip-prinsip
yang
mendukungsetiap proses pendidikan yang dilaksanakan. Prinsip-prinsip pendidikan Islam itu menurut Omar Muhammad al Taumy al Syaibany terdiri dari : (1) prinsip menyeluruh (universal), (2) prinsip keseimbangan dan kesederhanaan, (3) prinsip kejelasan, (4) prinsip tak ada pertentangan, (5) prinsip realisme dan dapat dilakasanakan, (6) prinsip perubahan yang diingini, (7) prinsip menjaqa perbedaan perseorangan dan (8) prinsip
52
Ibid. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 57 53
41 dinemisme dan menerima perubahan dan perkembangan dalam kerangka metode-metode keseluruhan yang terdapat dalam agama.54 Selain prinsip=prinsip di atas, pendidikan Islam masih memiliki beberpa prinsip yang lain seperti; Pendidikan Islam sebagai proses kreatif, prinsip percaya diri sendiri, pendidikan Islam memberi kebebbasan untuk memilih, dan pendidikan berwawasan nilai.55 Pada sesnsinya, prinsip pendidikan Islam merupakan implikasi dari karakteristik (cirri-ciri) manusia menurut Islam. Menurut Ramayulis ajaran Islam mengemukakan cirri-ciri manusia yang membedakan dengan makhluk lain, yaitu fitrah, kesatuan jasad dan roh, kebebasan berkehendak. Secara umum berangkat dari keterangan di atas dan paparan prinsip yang telah dikemukakan oleh al Syaibany dan Chabib Thoha, ada dua prinsip pokok yang menjadi prinsip pendidikan Islam, yaitu prinsip pendidikan Islam adalah pendidikan terpadu dan integral, dan pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang. C. Pendidikan Dasar 1. Pengertian Pendidikan Dasar Pendidikan merupakan upaya mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Pendidikan dasar yang diselenggarakan dalam pendidikan nasional merupakan usaha ke arah kemajuan mencapai tujuan pendidikan nasional yang diharapkan. Oleh karena itu pendidikan dasar memiliki batasan tersendiri yang sekaligus membedakan dengan pendidikan lanjutan dan pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional memberi batasan “pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun
54
Omar Mohammad al Taumy al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 437-441. 55 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 33-35.
42 yang diselenggarakan selama enam tahun dan tiga tahun di SMP atau satuan pendidikan yang sederajat.”56 Jadi jelas bahwa pendidikan dasar yang merupakan bagian dari pendidikan nasional merupakan langkah awal untuk mendapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. 2. Dasar Hukum Pendidikan Dasar Pendidikan sebagai cara dalam mewariskan dan mempertahankan identitas dan situasi masyarakat serta memberikan pembekalan dan pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan. Sehingga generasi penerus memiliki kemampuan dan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan masa depan. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan landasan yuridis formal dalam bentuk perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pendidikan agar berperan secara strategis dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan utama pendidikan dasar yang diselengarakan di Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta pemerintah agar mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.57 Dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12, pada prinsipnya menetapkan jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, dapat diselengarakan pendidikan pra-sekolah, yang syarat dan tata cara pendidikan, bentuk satuan, lama pendidikan serta penyelengaraannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.58 3. Tujuan Pendidikan Dasar 56
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 14 57 Ibid 58 Karnadi Hasan, Pendidikan Dasar dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam dalam Ismail SM, Nurul Huda, Abdul Khaliq [Ed], Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: FT. IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 234-235.
43 Pendidikan dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan kemampuan dasar pada siswa supaya mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara maupun anggota umat manusia serta mempersiapan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.59 Sedangkan tujuan pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar “baca-hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP.60 Oleh karena pendidikan dasar (SD) sangat menekankan pada kemampuan dan keterampilan penggunaan bahasa serta berhitung yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka muatan pengetahuan yang
bersifat
abstrak yang
berlebihan
tidak
banyak
membantu
perkembangan kepribadian siswa. Pendekatan proses didik lebih memerlukan perhatian, karena usia pendidikan dasar anak didik belum mampu memilah-milah masalah secara rinci, oleh karena itu perlu adanya rangcangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi real siswa.61 Dengan demikian pendidikan dasar akan memberi warna bagi anak didik untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar juga merupakan awal bagi seseorang mengeyam pendidikan lewat jalur pendidikan formal atau sekolah. 4. Landasan Konstitusional Accelerated Learning dalam Pendidikan Dasar Landasan dalam menyelenggarakan program akselerasi dalam pendidikan dasar adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pemdidikan Nasional sebagai berikut 62: a. Bab IV pasal 5 ayat (4), menyatakan warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapat pendidikan khusus. 59
Ibid., hlm. 235. Moh. Uzer Usman, Op.Cit., hlm. 144. 61 Karnadi Hasan, Op.Cit., hlm. 237. 62 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, hlm. 7, 9 60
44 b. Bab V pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak : 1 (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. 2 (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. D. Implementasi Accelerated learning dalam Pendidikan Agama Islam Strategi pelayanan pendidikan yang dilaksanakan selama ini masih bersifat masal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang sahih dan sangat tepat dalam konteks pemerataan
kesempatan,
akan
tetapi
kurang
menunjang
usaha
mengoptimalisasikan pengembangan potensi sumber daya manusia secara cepat. Cukup banyak anak berbakat yang prestasinya di sekolah tidak mencerminkan potensi intelektual mereka yang menonjol. Salah satu penyebabnya adalah kondisi-kondisi ekternal atau lingkungan belajar yang kurang menunjang, kurang menantang kepada mereka untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal. Padahal, upaya untuk mencapai keunggulan melalui strategi pelayanan pendidikanmassal akan memiliki konsekuensi sumber daya pendidikan (dana, tenaga dan sarana) yang kurang menguntungkan. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu model strategi pelayanan pendidikan alternatif, yang bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya. Model strategi pelayanan pendidikan alternatif dalam manajemen pendidikan yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan
45 berdasarkan
bakat
minat
dan
kemampuannya
adalah
dengan
diselenggarakannya percepatan belajar/akselerasi pada berbagai jenjang pendidikan baik sekolah negeri maupun swasta. Keuntungan lain dengan pengembangan program percepatan belajar adalah untuk emacu pemerataan kualitas pendidikan nasional. Dari segi efektivitas penggunaan sumber daya, penyelenggaraan program percepatan belajar memiliki nilai strategis dalam memacu keterlibatan dunia swasta untuk turut berperan serta secara aktif dalam pembangunan pendidikan. Selain itu, dengan adanya pengembangan ciri-ciri keunggulan tertentu yang sesuai dengan kekhasan potensi ekonomi, sosial dan budaya daerah setempat, maka penyelenggaraan program percepatan belajar memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan daerah sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Dalam perspektif global, penyelenggaraan program percepatan belajar juga memberikan nilai positif, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan global dan persaingan antar bangsa dalam berbagai aspek kehidupan terasa semakin nyata. Sehingga dengan penyelenggaraan program percepatan belajar diharapkan lahir sumber daya manusia unggul yang bukan hanya dapat bersaing dalam lingkup nasional melainkan juga dalam lingkup global. 1. Kurikulum Siswa Akselerasi Pengembangan kurikulum program akselerasi, harus memusatkan dan mengkoordinasikan ide dan masalah serta tema yang lebih luas, rumit dan mendalam. Selain itu, juga ilmu pengetahuan secara melintang dengan sistem pemikiran, namun tidak terlepas dari kurikulum yang berlaku. Ini berarti, materi harus digali dari berbagai sumber untuk memberikan kedalaman dan keasyikan dalam penelaahannya. Hal ini dapat memberikan semangat untuk menjelajahi ilmu pengetahuan dan kemungkinan untuk menghayati getaran penemuan dalam pengalaman belajar, memacu kepada cita-cita yang lebih tinggi.
46 2. Sistem Proses Belajar Mengajar Siswa Akselerasi Pengembangan sistem proses belajar mengajar siswa akselerasi, diarahkan pada terwujudnya proses belajar tuntas. Keseimbangan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memungkinkan peserta didik berperilaku fleksibel, mempunyai ketegasan, penuh keterbukaan, berorientasi ke masa depan, percaya kepada diri sendiri, berinisiatif, penuh toleransi terhadap ketidakpastian, disiplin berani mengambil resiko dan bertanggung jawab serta berorientasi pada penyelesaian tugas. 3. Sarana dan Prasarana Bagi Siswa Akselerasi Salah satu faktor yang amat mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan pada program akselerasi seyogyanya diperhatikan aspek efisiensi, yakni sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan kemudahan tercapainya proses belajar mengajar secara efektif dan dapat mengembangkan potensi siswa. Selain itu, juga sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan setempat, karakteristik program dan taraf perkembangan psikologis siswa. Sarana dan prasarana yang dimaksud, mencakup: ruang kelas, ruang
kantor,
laboratorium,
perpustakaan,
ruang
pengembangan
bimbingan bakat, minat, tempat peribadatan, kamar mandi, kantin, pusat sumber belajar, tempat olah raga dan seni, layanan masyarakat dan tempat parkir, tempat penelitian dan pengembangan, pusat-pusat pengembangan keunggulan, pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 4. Sistem Evaluasi Pengajaran Akselerasi Evaluasi kegiatan dan kemajuan belajar pada hakikatnya adalah upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa. Evaluasi pada siswa akselerasi tidak hanya bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam rangka keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa, melainkan juga untuk memperoleh umpan balik
47 dan masukan bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dan perkembangan emosi siswa. Sedangkan teknik evaluasi pada dasarnya sama dengan siswa reguler hanya penekanannya pada pengukuran pola berpikir kritis dan sistematis serta penggalian kemampuan nalar sebagai perwujudan berpikir tingkat tinggi. Evaluasi seperti ini dilaksanakan dengan cara memberikan soal-soal ulangan harian ataupun ulangan umum dalam bentuk uraian/essai dengan pola jawaban divergen (terbuka) serta latihan penelitian sederhana dan presentasi hasil penelitian.