BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 2.1.1. Pengertian Minat Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa hasil tidaknya mencapai tujuan pendidikan bergantung pada kegiatan perkuliahan yang terjadi dan minat siswa didalam belajar. Minat merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendukung keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keadaan didalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”. 1 Seseorang yang mempunyai minat pada suatu obyek, dia akan tertarik dengan obyek tersebut. Biasanya orang tersebut akan selalu mengikuti perkembangan informasi tentang obyek tersebut. Minat pada suatu obyek akan mendorong seseorang untuk mencari tahu dan mempelajari obyek tersebut dan dia akan mengikuti aktivitas yeng berhubungan dengan obyek tersebut.
1
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, hal. 180. .
13
“Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih”.2 “Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”.3 “Minat adalah seseorang yang minat terhadap suatu objek yang timbul dari dirinya sendiri. Minat bisa dinyatakan karena menyukai suatu hal dalam bentuk aktivitas yang diminatinya. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang besar terhadap sesuatu”.4 Berdasakan
pendapat yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan
bahwa minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik pada sesuatu obyek atau
menyenangi sesuatu obyek, semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat biasanya ditunjukkan melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa indikator dari minat antara lain adanya perasaan senang, adanya keinginan, adanya perhatian, adanya ketertarikan, adanya kebutuhan, adanya harapan, adanya dorongan dan kemauan. 2.1.2. Faktor faktor Yang Perguruan Tinggi
Mempengaruhi Minat Melanjutkan Studi ke
Melanjutkan studi ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan studi dari pendidikan menengah ke pendidikan tinggi. aktivitas yang dilakukan di perguruan tinggi adalah belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
2
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html, Diakses 23 Maret 2013, pukul 10.00. 3 W. S, Winkel, 2004, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta, Media Abadi, hal, 197. 4 Baharudin, 2007, Loc.Cit, hal.24.
14
Dalam hal ini aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi dalam penelitian ini disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Slameto faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. “Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu : a. Faktor jasmaniah, seperti : faktor kesehatan,cacat tubuh. b. Faktor psikologis, seperti : intelegensi, perhatian, minat, bakat motif, kematangan kesiapan. c. Faktor kelelahan. 2. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu : a. Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasai siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,tugas rumah. c. Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat”.5 Syaiful Bahri mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : 1. “Faktor Intern (faktor dari dalam siswa), meliputi : a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti : rendanya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik. b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti : labilnya emosi dan sikap. c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti: terganggunya alatalat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). 2. Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa), meliputi : a. Lingkungan keluarga, seperti : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, seperti : wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
5
Slameto, 2003, Op. cit, hal. 54-71.
15
c. Lingkungan sekolah, meliputi : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti : dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah”.6 Menurut Oemar Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: 1. “Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan,, sikap, kebiasaan, dan minat. 2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. 3. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. 4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi. 5. Faktor assosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman. 6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranan dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru. 7. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat berhubungan dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan. 8. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan niat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhanya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. 9. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar. 10. Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan 6
Syaiful Bahri, 2011, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 235-236.
16
lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif”.7 2.1.3. Minat Anak Melanjutksn Studi ke Perguruan Tinggi Minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik paada sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat ditunjukkan melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang pendidikan tertinggi di Indonesia.8 Perguruan tinggi adalah satuan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi dan dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik dan akademi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi adalah kecenderungan yang mengandung unsur perasaan senang, keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus sekolah menengah yaitu Perguruan Tinggi.
7
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, hal.32.
8
Arif Rohman, 2011, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hal. 224.
17
2.2. Konsep Pendidikan 2.2.1. Pengetian Pendidikan Secara etimologis atau kebahasaan, kata ‘pendidikan’ beasal dari kata dasar „didik‟ yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Berubah menjadi kata kerja „mendidik‟ yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Istilah ini pertama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu „paedagogiek‟ yang berarti ilmu menuntun anak, dan „paedagogia‟ adalah pergaulan dengan anak-anak, sedangkan orangnya yang menuntun/mendidik anak adalah ‘paedagog’. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan ,menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Dalam bahasa Inggris dikenal education (kata benda) dan educate (kata kerja yang berarti mendidik). “Dalam terminologi Jawa dikenal dengan istilah „panggulawentah‟ yang berarti pengolahan, penjagaan, dan pengasuhan baik fisik dan maupun kejiwaan anak. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. Kata mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan yaitu kegiatan mendidik dan peserta didik”.9 Semua orang pasti mengenal pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di
9
Arif, Rohman, 2011, Ibid, hal. 6.
18
sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen. Pendidikan
merupakan kegiatan menusia memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dalam keadaan sadar. Pengertian pendidikan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.10 2.2.2. Tujuan Pendidikan “Tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran ke mana pendidikan itu diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan”. 11 Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan bisa dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan
kepentinganya yang ingin dicapai melalui
berbagai kegiatan, baik di jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
10 11
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal3. Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal, 101.
19
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 12 2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Di Sekolah W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran mengatakan bahwa ada lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor yang ikut berperan terhadap proses belajar-mengajar didalam kelas yaitu: a. “Pribadi siswa, yang mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya kreativitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalam belajar, kondisi mental dan fisik. b. Pribadi guru, yang mencakup hal-hak seperti aneka sifat kepribadian, penghayatan nilai-nilaikehidupan, daya kreativitas, motivasi kerja, keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan berbagai prosedur didaktis, gaya memimpin, kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kependidikan yang lain. c. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, yang mencakup hal-hal seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas, pembagian tugas di antara para guru. Penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan kurikulum pengajaran dan pengawasan terhadap pelaksanaannya, hubungan dengan orangtua. d. Faktor-faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial ekonomis, keadaan sosio-politik, keadaan musim dan iklim, ketentuanketentuan dari beberapa instansu negara yang berwenang terhadap pengeloalaan pendidikan sekolah”.13 Bahwa ada lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor keadaan awal di pihak siswa yang ikut berperan suatu kondisi dalam diri siswa dalam belajar yaitu:14 1. Karakter-Hasrat-Berkehendak Semua ini berkaitan dengan arah dan tujuan dari belajar. Karakter atau watak menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian.
12
Undang-undang No. 2003 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naisonal, BAB II
pasal 3. 13 14
W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 151-152. W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 167-217.
20
2. Motivasi Belajar Keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. 3. Perasaan, Sikap, Dan Minat Aktivitas psikis kecenderungan subyek menerima atau menolak untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. 4. Lingkungan Hidup Keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada perkembangan siswa. Lingkungan hidup di sini dibatasi pada lingkungan hidup keluarga siswa, ditinjau dari keadaan sosio-ekonomis dan sosio-kultural. Keadaan sosio ekonomis menunjuk pada kemampuan finansial siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa keadaan ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang. Keadaan sosio kultur menunjuk pada lingkungan budaya yang di dalamnya siswa bergerak setiap hari. 5. Perkembangan Kepribadian Keadaan fisik menunjuk pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan
alat-alat
indera.
Keadaan
staabilitas/labilitas mental.
21
psikis
menunjuk
pada
2.3. Pendidikan Orang Tua 2.3.1. Pengertian Pendidikan Menurut Arif Rohman, pendidikan dapat diartikan sebagai berikut : 1. “Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana. 2. Dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainya sebagai subyek yang berupaya mengembangkan diri. 3. Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran. 4. Terdapat nilai yang diyakini kebenaranya sebagai dasar aktivitas. 5. Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi internal individu anak. 6. Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik, psikologik, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual pada peserta didik”. 15 Menurut Undnag-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud pendidikan adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.16 2.3.2. Pendidikan Orang Tua Pendidikan orang tua menyangkut pendidikan bapak dan ibu. Kedua orang tua sama-sama berperan dalam mendorong kelanjutan studi anak-anaknya, karena mereka yang terdidik tau apa manfaat pendidikan. Kenyataanya tidak semua orang tua (bapak dan ibu) mempunyai tingkat pendidikan sama dan oleh karena itu pengaruhnya terhadap kelanjutan studi anak akan berbeda pula.
15 16
Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 10. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1.
22
“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pendidikan yang akan dicapai, dan kemampuan peserta didk yang akan dikembangkan”.17 Jenjang
pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal dan informal tidak mengenal jenjang. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar yang mendasari jenjang pendidikan berikutnya. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 17 ayat (1) dan (2) bahwa : “(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat “.18 “Pendidikan menengah adalah merupakan kelanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan 17
Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 223. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1 dan ayat 2. 18
23
formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang pendidikan tertinggi di Indonesia. Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi. institut, atau universitas”. 19 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. 2.4. Pendapatan Orang Tua 2.4.1. Pengertian Pendapatan Pendapatan orang tua mempunyai peran penting dalam pembiayan anak melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari tahun ke tahun biaya melanjutkan ke perguruan tinggi semakin mahal. Dengan pendapatan orang tua yang tinggi anak pasti dapat merasakan melanjutkan ke perguruan tinggi, apabila pendapatan orang tua rendah pasti anak tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.“Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan”.20 “pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan jasa yang dihasilkan”.21
19
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 18 dan
19. 20
http://rezadaniss.blogspot.com/2012/05/pendapatan.html, Diakses 7 Maret 2014, pukul
11.09. 21
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2062044-defenisi-pendapatanmenurut-para-ahli/, Diakses 7 Maret 2014, pukul 10.05.
24
“pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen,royalti dan sewa”.22 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah uang yang diterima yang timbul akibat adanya penjualan atau penyerahan jasa yang dihasilkan. 2.4.2. Pendapatan Orang Tua Yang
dimaksud pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah
sejumlah uang atau imbalan ditentukan dalam rupiah yang diterima selama orang tua bekerja selama satu bulan. Jika kita memperhatikan lingkungan disekitar kita, maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja. Setiap pagi para petani pergi ke sawah untuk mengerjakan saawahnya, para pegawai pergi kekantor untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh imbalan. Penuhi kelangsungan hidup suatu rumah tangga, maka keluarga tersebut harus berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi kebutuhanya. Kebutuhan semakin meningkat seiring kemajuan zaman. Untuk itu setiap orang akan bekerja keras untuk memperoleh pendapatan guna mencukupi maacam-macam kebutuhan rumah tangga. Sebagian dari pendapatan keluarga atau uang masuk dibelanjakan guna membeli segala hal yang diperlukan untuk hidup (bisa disebut konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja akan tetapi mencakup seluruh pemahaman barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
22
http://koeeko.wordpress.com/2012/03/27/pendapatan/, Diakses 7 Maret 2014, pukul 11.00.
25
hidup. Sedangkan kebutuhan hidup bukan menyangkut barang-barang materi saja. Contohnya pengeluaran untuk biaya pendidikan putra putrinya. “keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajarselain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan temannya, hal ini pasti akan menganggu belajar anak”.23 Ada keluarga yang miskin, adapula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai tetapi adapula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuannya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anakanaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Anak-anak dari lapisan bawah banyak yang terpaksa putus sekolah dan kemudian bekerja karena orang tua mereka tidak mampu lagi menyekolahkan mereka dan sewaktu masih dapat bersekolah pun anak-anak tersebut banyak yang harus mencari uang untuk membantu ekonomi orang tua. “Taraf
kemampuan
ekonomi
keluarga
yang
tinggi
akan
menguntungkan bagi belajar anak, karena kebutuhan anak dalam
23
Slameto, 2003, Op.cit. hal. 63.
26
menjaga kesehatan jasmani dan perlengkapan alat-alat belajar dapat terpenuhi”.24 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua adalah mencakup rata-rata pendapatan ayah dan ibu berupa uang setiap bulan pada satu atau lebih sektor mata pencaharian. Pendapatan dapat diukur berdasarkan kepunyaan dan ketidakpunyaan serta kekayaan atau aset yang dimilikinya. Semakin banyak kekayaan atau aset yang memiliki pendapatan yang tinggi dan semakin sedikit kekayaan yang dimiliki berarti pendapatanya semakin rendah. Tinggi rendahnya pendapatan orang tua akan mempengaruhi dalam kelanjutan studi anaknya. 2.5. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi 2.5.1. Pengertian Persepsi Menurut Slameto, persepsi dapat diartikan sebagai berikut :“Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkunganya”.25 Menurut Leavit, persepsi adalah “Perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu”26 Menurut Bimo Walgito, persepsi adalah 24
W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 216. Slameto, 2003, Op.cit, hal. 102. 26 Leavitt, http://adityaromantika.blogspot.com/2010/12/persepsi.html, Diakses 21 Maret 2014, pukul 06.15. 25
27
“stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera yang iterpretasikan dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu”27 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu yang iterpretasikan dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.
2.5.2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi Guna memahami persepsi lebih dalam, perlu diketahui faktor-faktor yang berperan dalam persepsi. Bimo Walgito, menyatakan, Beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) Objek atau stimulus yang dipersepsi; (2) Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) Perhatian yang merupakan syarat psikologis. Berikut adalah penjelasannya: 1. “Objek atau stimulus yang dipersepsi. Obyek dari luar diri seseorang baik berupa benda, kejadian, atau pun sikap dari orang lain biasanya merupakan sumber stimulus bagi seseorang. 2.
Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf.
Melalui alat indera yang dimiliki seseorang, stimuli yang ada diterima oleh seseorang.
Dengan
syaraf
sebagai
pusat
kesadaran,
seseorang
menginterpretasikan stimuli yang diterima.
27
Walgito, Bimo, 2003, Pengatar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, hal. 88.
28
akan
3. Perhatian. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek”.28 2.5.3. Proses terjadinya persepsi Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito, terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. “Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat endera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. 2. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal 3. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini disebut proses psikologi. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya”.29 2.5.4. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia bagaimana seseorang memandang atau mengartikan kegunaan melanjutkan studi ke perguruan tingg yang iterpretasikan dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.
28 29
Walgito, Bimo, 2003, Ibid, hal. 89. Walgito, Bimo, Op.cit, hal. 90.
29
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera.kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap kegunaan
melanjutkan
studi
ke
Perguruan
Tinggi
adalah yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu dan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi tentang pengetahuan dan manfaat lulusan dari perguruan tinggi.
30
2.8.
Kerangka Berfikir Penelitian Lulusan SMA
Melanjutakan Ke Perguruan Tinggi
Tidak Lanjut
Lanjut
Identifikasi Faktor Penyebab
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian “Faktor Penyebab Ketidaklanjutan Studi Ke Perguruan Tinggi Dikalangan Anak Lulusan SMA Di Desa Lanjan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Lulusan SMA yang dimaksud adalah anak lulusan dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Lulusan SMA terdiri dari anak yang melanjutkan dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Melanjutkan ke perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ketidaklanjutan melanjutkan ke perguruan tinggi adalah ketidaklanjutan anak dalam melanjutkan pendidikanya
31
ke perguruan tinggi. Ketidaklanjutan ini terjadi karena ada berbagai faktor yang menjadi penyebab tidak melajutkan ke perguruan tinggi. Sehingga banyak anak lulusan SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ada beberapa yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam penelitian ini penulis akan mencari faktor apa yang menjadi penyebab anak lulusan SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
32