BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1
Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.1.1
Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007, 912), perpustakaan memiliki dua arti yakni: “Perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb”, dan “Perpustakaan merupakan koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan”. Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Hasugian (2004, 81), “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh suatu perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”. 2.1.2
Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tujuan dari
perpustakaan. Akan tetapi, Sulistyo-Basuki memiliki pengertian lainnya tentang tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah: a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi. b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar. c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.
6
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai. e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal. Dapat dikatakan tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi, mengolah informasi, menyediakan sarana dan prasana dalam menggunakan koleksi perpustakaan, menyediakan jasa pelayanan yang terbaik bagi pemustaka dan sivitas akademik. 2.2
Perpustakaan Digital
2.2.1
Pengertian Perpustakaan Digital Perpustakaan digital juga memerlukan keahlian pustakawan untuk
mengatalog buku namun perpustakaan digital lebih memerlukan teknisi digital dalam pengelolaan bahan pustaka untuk penyediaanya dalam web perpustakaan. Saleh (2010, 3) mengartikan perpustakaan digital, yaitu : Perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber-sumber dan staf ahli untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan murah untuk digunakan oleh komunitas tertentu atau ditentukan. Pada tahun 1990-an di Amerika Serikat dan Eropa Barat muncul suatu fenomena baru dalam pengelolaan dan pelayanan perpustakaan yaitu perpustakaan digital (digital libraries). Fenomena ini sangat cepat meluas ke berbagai negara sehingga pertumbuhannya sangat pesat. Kemajuan pesat dalam teknologi telekomunikasi dan informasi menimbulkan peluang sekaliagus tantangan bagi berbagai pihak untuk menciptakan institusi penghimpun, pengelola, dan penyedia informasi yang semakin lama semakin luas cakupannya, dan semakin beragam jenis jasanya. Perpustakaan digital sebagai konsep dan aplikasi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Internet dan Web, bersama dengan berbagai aplikasi terbaru lainnya seperti e-learning, e-research, e-commerce, blog dan sebagainya.
7
2.2.2
Tujuan Perpustakaan Digital Setiap organisasi memiliki tujuan agar organisasi tersebut berkembang dan
semakin maju. Demikian halnya dengan perpustakaan sebagai suatu instansi yang memiliki tujuan-tujuan agar informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dapat dinikmati oleh pemustakanya. Adapun tujuan dari perpustakaan digital menurut North American Digital Library (1995, 1) yakni: 1.
2.
3. 4.
5.
Untuk memperlancar pengembangan sistematis, mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi serta ilmu pengetahuan dalam bentuk digital. Untuk meningkatkan secara ekonomis dan efisien pemesanan informasi untuk seluruh masyarakat pemakai, mendorong usaha kerja sama yang sangat mempengaruhi investasi sumber penelitian, komputerisasi dan jaringan komunikasi. Untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama di antara peneliti, pengusaha, pemerintah, masyarakat yang berpendidikan. Untuk membawa peraturan kepemimpinan internasional dalam pembangkitan dan penyebaran ilmu pengetahuan di dalam area yang strategis. Untuk memperbesar pembelajaran seumur hidup dari seluruh masyarakat.
Sedangkan menurut Suprihadi (2005, 2), tujuan perpustakaan digital adalah Agar supaya koleksi perpustakaan tersebut cepat dan mudah di akses, ringkas dalam penyimpanan serta mudah dalam pengadaan, sehingga isi atau content sebuah digital library adalah sama dengan perpustakaan konvensional. Hanya saja bentuk format penyimpanan yang berbeda, dimana digital library menggunakan format penyimpanan yang berbeda, dimana digital library menggunakan format elektronik. Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan perpustakaan digital adalah untuk memperlancar, mempengaruhi investasi, memperkuat komunikasi dan kerja sama di antara peneliti, pemerintah dan masyarakat, mempermudah dan memperingkas waktu penelusuran dan penyimpanan tanpa mengubah isi atau content sehingga tetap sama dengan perpustakaan konvensional. Perbedaan keduanya terdapat dalam format penyimpanan dimana perpustakaan digital menggunakan format elektronik.
8
2.2.3
Keuntungan Perpustakaan Digital Secara ekonomis perpustakaan digital lebih menguntungkan dibandingkan
perpustakaan konvensional karena perpustakaan digital menggunakan koleksi digital untuk dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan pustaka dalam format cetak. Koleksi digital lebih berjangka panjang sehingga mengurangi biaya pemeliharaan bahan pustaka. Menurut Indonesian Digital Library Networking (2005, 2) keuntungan dari perpustakaan digital adalah: 1.
Sebagai sumber pengetahuan Salah satu tujuan dari perpustakaan adalah memenuhi keperluan informasi dan menyediakan bahan rujukan bagi pemustakanya. Untuk mempermudah dan mempersingkat waktu dalam pencarian informasi maka perpustakaan mengembangkan koleksinya menjadi digital. Dengan demikian pemustaka lebih cepat mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya.
2.
Media penyebaran pengetahuan Informasi dan bahan rujukan yang dimiliki oleh perpustakaan harus disebarluaskan. Jika seluruh informasi berbentuk tercetak maka akan sulit informasi tersebar, oleh karenanya koleksi pada perpustakaan konvensional harus dialihkan ke format digital. Dengan demikian informasi dan pengetahuan akan menyebar dan berkembang lebih cepat. Sehingga akan muncul ilmu-ilmu baru di lapisan masyarakat yang akan membantu masyarakat dalam kegiatannya.
3.
Untuk penyimpanan Penyimpanan koleksi digital pada perpustakaan digital sangat mudah dan hemat biaya. Dalam menyimpan koleksi digital hanya dibutuhkan media penyimpanan yang sangat kecil seperti flashdisk, CD-ROM dan hard disk untuk menyimpan. Kesulitannya adalah diperlukan akses listrik dan media komputer serta jaringan untuk dapat mengakses kembali informasi tersebut.
4.
Untuk perawatan/preservasi Pada perpustakaan konvensional, perpustakaan memerlukan obat pembasmi serangga pada buku dan biaya lainnya seperti sarana penyimpanan yakni rak buku dan lainnya. Sedangkan pada perpustakaan digital diperlukan peng-update-an anti virus untuk menjaga agar koleksi digital tidak terkena virus.
9
2.2.4
5.
Media promosi/etalase hasil karya sivitas akademika Selain menjadi media penyebaran pengetahuan, perpustkaan digital juga dapat digunakan sebagai media promosi bagi hasil karya sivitas akademika. Penelitian sivitas akademika sebelumnya dapat membantu peneliti selanjutnya dalam meneruskan penelitian lanjutan berikutnya atau sebagai acuan dalam mengerjakan penelitian baru.
6.
Mencegah duplikasi dan plagiat Dalam mengubah bentuk tercetak ke dalam bentuk digital perpustakaan digital harus melabel koleksi digital yang dimilikinya dan mendaftarkannya secara hukum agar mendapat perlindungan secara hukum untuk mencegah terjadinya duplikasi dan plagiarisme informasi. Layaknya koleksi bahan digital, koleksi digital pun memiliki perlindungan hukum yang mengatur dikarenakan informasi dalam bentuk digital mudah di akses dan disebarluaskan ke semua lapisan pemustaka.
Koleksi Perpustakaan Digital Koleksi perpustakaan digital menurut Juansyah terdiri dari dokumen
digital atau dokumen elektronik. Dokumen elektronik mempunyai format bermacam-macam antara lain format html atau hypertext mark up language, Portable Document Format (PDF), Microsoft Word atau MS-Word, Microsoft Excel terutama untuk dokumen teks. Sedangkan dokumen gambar (grafis) terdapat dalam format JPEG, GIF, dan sebagainya. Media dalam menyimpan koleksi digital atau elektronik bermacam-macam anatara lain, dalam harddisk komputer (internal) yang tidak bebas dibawa kemana-mana. Terdapat juga di dalam media yang bisa bebas dibawa seperti harddisk eksternal, disket, CD atau CD-ROM maupun DVD, dan flash disk atau dikenal juga dengan nama handy drive. Bahkan saat ini dokumen elektronik bisa disimpan secara virtual di server internet. Jika membutuhkan dokumen tersebut maka dapat diperoleh dengan cara koneksi ke internet. 2.3
Infrastruktur Perpustakaan Digital Infrastruktur
adalah
prasarana
yang
menyediakan
cara
untuk
menyebarluaskan informasi. Menurut Siregar (1997, 2), “Infrastruktur mempunyai peranan yang besar untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
10
daya saing. Infrastruktur perpustakaan digital antara lain adalah jaringan Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN)”. Perpustakaan digital tidak dapat diakses tanpa didukung sarana dan prasana yang memadai. Oleh karenanya, perpustakaan digital haruslah memikirkan infrastruktur yang baik agar informasi digital tersebut dapat diakses dan disebarluaskan. Kendala terbesar dari perpustakaan digital adalah jaringan yang baik untuk mengakses dan media lainnya untuk dapat melihat, memanggil kembali (recall) dan menyimpan informasi digital tersebut seperti komputer PC atau netbook. Pemustaka pada umumnya mengharapkan informasi yang tepat dan cepat, sehingga perpustakaan juga harus mempertimbangkan desain tampilan pada web perpustakaan digitalnya dengan tampilan yang menarik sehingga pemustaka ingin mengunjungi web perpustakaan digital tersebut, bentuk tulisan dan warna font pada menu yang mudah dibaca dan sub-sub menu yang terintegrasi dengan baik terhadap kebutuhan informasi yang diinginkan. Serta dibutuhkan kemudahan dalam ketentuan/peraturan mengakses atau mengunduh koleksi digital. 2.4
Koleksi Digital
2.4.1
Pengertian Kolesi Digital Menurut Zed (2004, 5), “Koleksi digital adalah rekaman video seperti
kaset dan video film, mikrofilm, mikrofis, dan bahan eletronik lainnya seperti disket, pita magnetik, dan kelongsong elektronik (catridge) yang berhubungan dengan teknologi komputer”. Koleksi digital berupa rekaman video berupa kaset dan video kini digunakan oleh pemustaka sebagai media tempat penyimpanan musik dan video klip. Mikrofilm dan mikrofis sebagai tempat penyimpanan koleksi berseri, manfaatnya adalah untuk menghemat penempatan bahan pustaka. Covi dan Kling mengetengahkan pandangan bahwa perpustakaan digital merupakan rangkaian aktitifitas manusia yang melibatkan pengguna, penulis, pustakawan dan penyelidik dengan informasi elektronik, sumber informasi, perangkat computer dan faham-guna.
11
National Science Foundation mendaftar tiga (3) karakteristik utama pustaka digital, yaitu: a.
b.
c.
Pustaka digital adalah kumpulan sumber-sumber elektronik dan asosiasi kemampuan teknikal untuk menciptakan, menelusuri/mencari, dan menggunakan informasi. Dalam arti sebuah kehadiran dan perbaikan peningkatan penyimpanan informasi dan system temukembali (retrieval) yang memanipulasi data digital dalam beberapa media (teks, gambar, suara) dan hadir dalam jaringan yang didistribusikan. Isi/konten pustaka digital termasuk data, metadata yang menggambarkan beragam aspek dari data, dan metadata yang terdiri dari links atau hubungan erat metadata lainnya, apakah internal atau eksternal pada pustaka digital. Pustaka digital adalah konstruk-koleksi dan diorganisasi oleh (dan atau) sebuah komunitas pengguna/pemakai dan kemampuan fungsionalnya untuk mendukung kebutuhan informasi dan menggunakan komunitasnya. Dalam arti mereka hadir dan adanya perbaikan peningkatan dan integrasi variasi institusi informasi sebagai tempat fisik dimana sumber diseleksi, dikoleksi, diorganisasi, memelihara, dan akses dalam dukungan komunitas pengguna. Institusi informasi termasuk, diantara yang lainnya, perpustakaan-pustaka, museum, arsip, dan sekolah, tapi pustaka digital juga memberi dan melayani latar komunitas lainnya, termasuk ruang-kelas, kantor, laboratorium, rumah, dan lingkup publik.
Definisi dari pustaka digital yang mengacu pengertian yang telah dikutip adalah integrasi dan keterkaitan antar berbagai jenis format data dalam jumlah yang sangat besar, disimpan dan disebarkan melalui sebuah jaringan telekomunikasi raksasa yang bersifat global, dan terjadinya resource sharing.
12
Gambar 1: Infrastruktur Pustaka Digital (Sumber: Putu Laxman Pendit, dkk.: 2007) 2.4.2
Internet Internet adalah suatu jaringan internasional dari jaringan-jaringan yang
menghubungkan jutaan komputer di seluruh penjuru dunia. Sebagai suatu infrastruktur, jaringan ini memiliki peranan yang besar dalam penyebaran arus informasi. Dengan kata lain, prasarana ini merupakan suatu jalan raya informasi (information highway) yang digunakan untuk mengangkut berbagai muatan informasi dan menghubungkan banyak manusia di bumi. Sebenarnya jaringan ini adalah
jaringan
telekomunikasi
digital
biasa
yang
digunakan
untuk
menghubungkan berbagai computer, yang diatur suatu perangkat lunak protocol komunikasi standar yang dikenal dengan nama Transfer Communication Protocol/Internet Protocol (TCP/IP). Untuk meningkatkan kemampuan internet, berbagai perangkat lunak telah dikembangkan yang memungkinkan pembuatan, penyebaran, pengidentifikasian, dan penggunaan sumber daya jaringan tersebut. Program-program tersebut memungkinkan pengguna berkomunikasi secara elektronik, menerbitkan sumber
13
daya informasi sendiri, dan mengorganisasikan serta membentuk persepsi sendiri tentang objek-objek informasi. Dalam proses komunikasi ilmiah, para peneliti menggunakan internet untuk menjangkau audiens yang lebih luas, mengabaikan para penerbit, editor dan pustakawan, dengan merancang model komunikasi alternative. Fungsi internet dalam pustaka digital dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: a.
Komunikasi dasar Pada tingkat komunikasi dasar, electronic mail (e-mail) adalah jenis yang paling popular dari aktifitas dalam internet. Jutaan pesan dipertukarkan setiap hari diseluruh dunia melalui system e-mail menggantikan fungsi pengiriman tradisional melalui pos. Fungsi lainnya adalah forum dan obrolan online. Internet memungkinkan ribuan forum masyarakat beroperasi layaknya papan pengumuman elektronik, yang lebih dikenal dengan nama BBS (bulletin board system). Disamping itu, percakapan interaktif juga dapat dilakukan diantara sesama pengguna, seperti: Friendster, Facebook, Twitter, dan keluaran TELKOM “My Pulau”.
14
Gambar 2: Surat elektronik (e-mail) provider Gmail (Sumber: http://mail.google.com/mail/) b.
Komunikasi interaktif Pada tingkat komunikasi interaktif yang paling banyak dilakukan adalah temu-balik informasi (retrieval information). Fungsi ini layaknya penyediaan hubungan remote on log (telenetwork: jaringan luas) interaktif ke sistem komputer lain seperti Dialogue Information Services. Komunikasi interaktif saat ini berkembang dalam bentuk Weblog,
dimana
penulis/pendesign
menerima
tanggapan
dari
pengunjung dan terjadi interaksi (bertukar informasi, tanggapan, dan bahkan sanggahan).
15
Gambar 3: Weblog pribadi dari layanan situs resmi Wordpress (Sumber: http://wordpress.com/) c.
Sumber daya dan layanan informasi lanjutan Pada tingkat ini, fungsi yang relevan adalah pengiriman berkas elektronik yang disebut File Transfer Protocol (FTP), yang mendefinisikan protocol untuk mentransfer berkas dari satu komputer ke komputer lainnya. Sebagai tambahan, pada FTP, terdapat beberapa program (tools) lainnya yang berfungsi untuk mengakses, mengidentifikasi dan menemu-balikkan informasi yang telah dikembangkan. Program-program jenis ini disebut RADAR (Resource access, discovery, and retrieval), termasuk diantaranya Gopher, World Wide Web (WWW), dan Archie. Gopher dan World Wide Web memungkinkan pengguna mengakses dan menemu-balikkan berbagai sumber daya yang tersedia, sedangkan Archie dapat mengidentifikasi lokasi komputer yang memiliki berkas yang berisikan teks, citra, perangkat lunak atau data yang tersedia bagi umum untuk di download. Browser Netscape menyediakan berbagai informasi tambahan (Plugins) yang menambah daya informasi yang kaya di internet yang digunakan sebagai pustaka digital.
16
Dalam proses pemanfaatan internet dalam pustaka digital, suatu hal yang tak terpisahkan adalah search engine. Sama seperti pusat informasi perpustakaan yang membutuhkan alat pendukung untuk memudahkan mencari informasi buku yang diinginkan, demikian pula di internet, untuk mempercepat dan memudahkan untuk mencari informasi yang diinginkan, maka dibutuhkan suatu mesin pencari informasi dalam berbagai jenis bentuk informasi (pdf, doc, ppt, jpeg, png, rtf, wmx, wma, flv, gif, mkv dan lainnya).
Gambar 4: Search engine “GOOGLE” dari pengolah Mozilla Firefox. (Sumber: http://www.google.co.id) Melalui search engine tak jarang e-journal, e-magazine, e-books, dapat di download secara gratis maupun memerlukan biaya. Para pengguna dapat menggunakannya serta mengkoleksinya dalam digital library dari aplikasi atau fasilitas yang ada dalam server e-mail. Sebagai contoh, Gmail (Google Mail) memiliki fasilitas untuk menyimpan e-books, e-journal, video, suara (sound), bahkan proyek kita sendiri dalam server e-mail.
17
Gambar 5: E-mail library server pada Gmail (Sumber: http://books.google.com/books/)
2.4.3
Jenis-Jenis Koleksi Digital Menurut Zed (2004, 5) jenis koleksi digital adalah “Rekaman video,
seperti kaset dan video film, mikrofilm, mikrofis, dan bahan elektronik lainnya seperti disket, pita magnetik dan kelongsong elektronik (catridge) yang berhubungan dengan teknologi komputer”. Koleksi digital berupa rekaman video berupa kaset dan video film adalah koleksi yang kini digunakan oleh pengguna perpustakaan sebagai media tempat penyimpanan yang sangat relevan dengan musik dan video klip. Mikrofilm dan mikrofis sebagai tempat penyimpanan koleksi berseri, manfaatnya adalah untuk menghemat penempatan bahan pustaka. Bahan elektronik seperti disket, pita magnetik dan selongsong elektronik (catridge) digunakan sebagai media penyimpanan digital untuk bahan koleksi yang telah lama atau dokumen penting.
18
Semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, koleksi-koleksi digital pada perpustakaan tidak hanya sebatas pada rekaman video, disket, pita magnetik 2.4.4
Format Koleksi Digital Penyajian koleksi perpustakaan dalam bentuk digital dibedakan menjadi
dua bagian yakni koleksi tulis dan koleksi audio, video dan gambar. Maka Nugroho membaginya sebagai berikut (2007, 11): a. b.
Koleksi tulis: PDF (Portable Document Format), HTML Bentuk koleksi tulis lainya adalah doc, ppt, xls, srt Koleksi audio,video dan gambar: a. Video : MOV, MPG Semakin majunya teknologi maka bermunculan jenis bentuk koleksi audio lainnya. Contoh : flv, mkv, mp4, VOB, IFO, wmv, vep. b. Audio : MP3, Real, 3ga, amr Berikut ini beberapa jenis format audio dan codec yang sering digunakan menurut Wibowo dalam blognya: 1. WAV (WAVE-form), adalah singkatan dari waveform audio format. Merupakan standar format berkas audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM, format utama untuk menyimpan data audio mentah pada Windows dan menggunakan metode yang sama dengan AIFF Apple untuk meyimpan data. Wav digunakan untuk menyimpan audio tak termampatkan, file suara berkualitas CD yang berukuran besar (sekitar 10 MB per menit). Ekstensi : .wav atau .ww Kelebihan: a. Wav menggunakan coding PCM (Pulse Code Modulation). Dengan cara ini, detil tidak hilang ketika audio analog digitalkan dan disimpan dan untuk mengedit audio highfidelity. b. Software yang dapat menciptakan WAV dan Analog Sound misalnya adalah Windows Sound Recorder. c. WAV adalah data tidak terkompres sehingga seluruh sampel audio disimpan semuanya di hard disk. Kekurangan: a. Maksimal ukuran file WAV adalah 2 GB. b. WAV jarang sekali digunakan karena ukurannya relatif besar.
19
2.
AAC (Advanced Audio Coding), adalah file format audio yang berbasis MPEG2 dan MPEG4. AAC bersifat lossy compression (data hasil kompresi tidak bisa dikembalikan lagi ke data semula, karena setelah di kompres terdapat data-data yang hilang). File AAC dikembangkan oleh Motion Picture Expert Group (Fraunhofer Institute, Dolby, Sony, Nokia dan AT&T). file AAC dikompresi dengan carayang lebih efesien pada kecepatan 128 kbps dengan suara stereo dibandingkan versi yang lebih dulu muncul, yakni mp3. AAC merupakan audio codec yang menyempurnakan MP3 dalam hal medium dan high bit rates. Ekstensi : m4a, .m4b, .m4p, .m4v, .m4r, .3gp, .mp4, .aac
Kelebihan: a. Suara lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah (dibawah 16 Hz). b. Memiliki 48 channel. c. Sample rate antara 8 Hz – 96 kHz 3.
MPEG Layer 3 (MP3), merupakan format kompresi audio yang dikembangkan oleh Moving Picture Experts Group (MPEG). Format file ini menggnakan layer 3 kompresi audio yang secara umum digunakan untuk menyimpan file-file musik dan audiobooks dalam hard drive. Format file mp3 mampu memberikan kualitas suara yang mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit. Ekstensi : .mp3
Kelebihan: a. Mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit Kekurangan: a. Bit rate terbatas b. Setelah terkompresi, kualitas file sudah berkurang 4.
Audio Interchange File Format (AIFF), merupakan format file yang tidak dikompres, yang dikembangkan oleh Apple pada Machintosh dan platform Unix. Sebuah variasi dari AIFF adalah berkas AFC yang dapat memadatkan data berkas yang dikandungnya. Berkas tersebut dimulai dengan header yang menggambarkan format internal dari data audio yang berbentuk sampling rate, jumlah saluran, identifikasi data dan sebagainya. Ekstensi : .aiff, .aif, .aifc
5.
Audio CD, file dengan ekstensi .cda merupakan representasi dari track CD-audio. File dengan format .cda dapat langsung dijalankan melalui CD-ROM, sementara filenya sendiri tidak mempunyai informasi kode modulasi apapun sehingga jika
20
dikopi ke dalam hard disk, file tersebut menjadi tidak dapat diplay. Ekstensi : .cda Kelebihan: a. Langsung dapat dibaca melalui CD-ROM
Kekurangan: a. Format harus diubah agar dapat dijalankan atau dibaca di komputer 6.
RealAudio, adalah codec audio yang dikembangkan oleh Real Networks pada tahun 1995. Codec dikembangkan untuk transmisi bandwith rendah, digunakan juga untuk streaming informasi audio dan dapat berjalan saat file audio tersebut masih di-download. RealAudio banyak digunakan oleh stasiun radio untuk streaming program-program mereka via internet secara real time. RealNetworks juga menyediakan player software gratisan dan berbayar yang bernama RealPlayer, namun untuk yang gratisan tidak dapat melakukan menyimpan audio stream sebagai file.
7.
MIDI (Music Instrument Digital Interface), merupakan standar perangkat keras dan perangkat lunak internasional untuk bertukar data di antara perangkat musik elektronik dan komputer dari merk yang berbeda.
8.
WMA (Window Media Audio), dikembangkan pertama kali untuk tujuan menyaingi MP3 oleh Microsoft. Format ini di rancang dengan kemampuan Digital Right Management (DRM) untuk proteksi penyalinan, penggadaan dan membatasi pemutaran pada PC atau peranti tertentu. WMA audio stream hampir selalu dengan file ASF.
9.
OGG dan OGG Vorbis Ogg adalah format multimedia gratisan yang di rancang untuk streaming dan penyimpanan yang efisien. Format ini dikembangkan oleh Xiph.org Foundation. Begitu pula Vorbis yang merupakan codec audio gratisan. Vorbis biasanya dipasang bersama Ogg, sehingga muncullah Ogg Vorbis. Peluncuran format dan codec ini sebenarmya respon atas rencana pemilik MP3 pada tahun 1998 yang hendak mengenakan biaya lisensi untuk format MP3.
Kelebihan: a. Mendukung berbagai macam codec
21
Kekurangan: b. Kurang popular dibandingkan MP3 c.
Gambar
: JPG, PNG
Koleksi digital yang berisi teks dan image menggunakan format dokumen PDF dengan program Adobe Acrobat
untuk interaktif e-book di internet.
Sedangkan HTML (Hyper Text Markup Language) adalah format file eletronik untuk mempublikasikan teks atau gambar ke internet. Koleksi audio/video adalah koleksi digital dengan masing-masing format untuk kemudahan pemanfaatan. 2.4.5
Sifat Koleksi Digital Sifat koleksi digital menurut Perpustakaan Nasional RI (1999, 11-12)
adalah: a. b. c.
Rekaman gambar, misalnya film, compact disc (CD), mikrofilm, dan mikrofis. Rekaman suara, misalnya piringan hitam, CD dan kaset. Rekaman data magnetik/digital, misalnya dalam bentuk disket, CD dan pangkalan data.
Masing-masing dari sifat tersebut sesuai dengan karakter jenis koleksi digital. Setiap jenis dari koleksi digital dipergunakan oleh perpustakaan untuk mempermudah pengguna dalam pencarian informasi. Biasanya koleksi digital tidak dipinjamkan, hanya dapat dipergunakan di perpustakaan. 2.5 2.5.1
Evaluasi Koleksi Pengertian Evaluasi Koleksi Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek
mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja program tersebut. Menurut Arikunto (2000, 1) menyatakan bahwa “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selajutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”. Sedangkan menurut Ajick (2009, 2) “Evaluasi adalah penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat
22
mencapai suatu program dalam proses, mengoleksi,
menganalisis dan
mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994, 49) menjelaskan evaluasi koleksi adalah : Upaya menilai daya guna dan hasil guna koleksi dalam memenuhi kebutuhan sivitas akademika serta program perguruan tinggi. Evaluasi koleksi harus dilakukan secara teratur agar sesuai dengan perubahan dan perkembangan program perguruan tinggi. Menurut Hardi (2005, 4) evaluasi koleksi adalah : Proses efektivitas dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika. Evaluasi merupakan aktivitas yang berkesinambungan yang merefleksikan perubahan dalam proses belajar mengajar dan kebutuhan pemakai. Dengan melakukan evaluasi koleksi, pustakawan bisa mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk bahan literatur yang tersedia dalam memenuhi komunitas perguruan tinggi. Dari uaraian di atas dapat disimpulkan evaluasi koleksi digital adalah kegiatan atau aktivitas mengumpulkan informasi yang dilakukan secara berkesinambungan dan teratur untuk menilai koleksi dan bahan literatur lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan sivitas akademik. 2.5.2
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Setiap kegiatan yang dirancang memiliki tujuan dan fungsi, demikian
halnya dengan evaluasi. Adapun tujuan dan fungsi dari mengevaluasi menurut Crawford (2000, 30) adalah : 1. 2. 3. 4.
Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan
23
Sedangkan tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2005) adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengetahui mutu, lingkup dan kedalaman koleksi Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi Mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan teknologi Meningkatkan nilai informasi Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui mutu, kedalaman koleksi, perubahan, kekuatan dan kelemahan koleksi, meningkatkan nilai informasi dan memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan tujuan dan kebijakan program perguruan tinggi. 2.5.3
Standar Evaluasi Umar (2002, 40) mengatakan standar yang dipakai untuk mengevaluasi
suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu : a.
b.
c.
2.6
Utility (manfaat) Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan Accuracy (akurat) Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi Feasibility (layak) Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak
Pemanfaatan Koleksi Pemanfaatan koleksi merupakan kegiatan atau aktivitas pengguna
menggunakan koleksi perpustakaan untuk mencari yang dibutuhkan bersifat ilmiah. Uraian tersebut merupakan pengembangan dari pengertian pemanfaatan menurut Kamus Besar Indonesia Kontemporer (2002, 928) yang menyebutkan bahwa pemanfaatan mengandung arti proses, cara, perbuatan pemanfaatan.
24
Menurut Handoko dalam Handayani (2007, 28), bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: 1. Kebutuhan Dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi 2. Motif Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu 3. Minat Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu Faktor eksternal meliputi: 1. Kelengkapan koleksi Banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa 2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan 3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali Dari Penyataan diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali. 2.6.1
Tujuan Pemanfaatan Koleksi Sebagai pusat informasi, perpustakaan dituntut untuk selalu memberikan
pelayanan kepada pengguna. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi bahan-bahan yang relevan bagi penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi.
25
Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 1216), ”Tujuan bermakna arahan, haluan (jurusan), yang dituju, maksud, tuntutan (yang dituntut)”. Sedangkan menurut Salim (2002, 928) pengertian pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan. Dari kedua pendapat tersebut diartikan bahwa tujuan pemanfaatan adalah sebagai proses, cara dan perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan. 2.6.2
Frekuensi Pemanfaatan Koleksi Tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung
bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada penguna. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 322), “Arti frekuensi pengguna adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Salim (2002, 425), dijelaskan bahwa ”Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”. Dari definisi di atas diketahui bahwa frekuensi pemanfaatan adalah kekerapan atau keseringan pengguna. Dalam hal ini frekuensi pemanfaatan yaitu keseringan pengguna dalam memanfaatkan koleksi buku. 2.6.3
Metode Pemanfaatan Koleksi Pemanfaatan koleksi berarti melakukan kegiatan di perpustakaan dengan
menggunakan koleksi yang disediakan oleh perpustakaan misalnya membaca di tempat, mencatat isi dari koleksi, memfotocopy serta memijam koleksi perpustakaan. Menurut Zulkarnaen (1997, 45), cara memanfaatkan koleksi buku pada perpustakaan secara umum dikategorikan sebagai berikut :
26
a.
b.
c.
d.
Meminjam Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi perpustakaan setelah mendapatkan buku yang diinginkan. Dengan melakukan pemimjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi ke meja sirkulasi. Membaca di tempat Bagi pengguna yang memiliki waktu luang dapat membaca di ruang baca yang disediakan perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada perpustakaan. Mencatat informasi dari buku Ada kalanya pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku yang berbeda. Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy) Dengan memanfaatkan fasilitas mesin foto copy, pengguna dapat memiliki sendiri informasi-informasi yang ia inginkan. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk ke perpustkaan atau pengguna yang bukan berasal dari universitas tersebut.
27