BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Open access (OA) Gerakan open access bukanlah suatu hal yang baru di dunia. Pada tahun 2003 UNESCO telah melakukan suatu gerakan Berlin Declaration on Open access to Knowledge in the Sciences and Humanities. Tujuan dari gerakan open aceess ini memberikan paradigma baru mengenai penyebarluasan
ilmu
pengetahuan dengan dukungan dari kemajuan teknologi berupa internet. Di Indonesia sendiri gerakan open access baru muncul pada tahun 2009 dengan diluncurkannya suatu sarana komunikasi ilmiah yang disebut Portal Garuda. Untuk lebih merangsang para akademisi untuk menghsilkan karya ilmiah pada tahun 2012 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah. Hal ini merupakan wujud peran aktif Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam mendukung gerakan open access. 2.1.1 Pengertian Open access Gerakan Open Access (OA) merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk memberikan akses sebesar–besarnya untuk untuk menyebarkan karya ilmiah. Dengan adanya open access komunikasi ilmiah yang dilakukan oleh para akademisi yang di tuangkan dalam bentuk karya ilmiah dapat terjalin dengan baik tanpa terjadinya pelanggaran yang merugikan pihak lain. Beberapa orang ahli memberikan defenisi mengenai Open access. Suber (2012, 4) mendefenisikan 9
“Open access (OA) literature is digital, online, free of charge, and free of most copyright and licensing restrictions”. Disini Suber menekankan bahwa open access merupakan suatu ketersedian bahan bacaan secara digital, online yang tidak terikat dengan hak cipta dan ijin untuk menggunakan. Kemajuan teknologi menciptakan paradigma baru di dunia publikasi, karya yang dihasilkan dapat disebarluaskan melalui media internet. Sehinngga masyarakat bebas untuk mengakses karya ilmiah untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. The Budapest Open access Initiative (2002) menyatakan bahwa: For various reasons, this kind of free and unrestricted online availability, which we will call Open Access, has so far been limited to small portions of the journal literature. But even in these limited collections, many different initiatives have shown that open access is economically feasible, that it gives readers extraordinary power to find and make use of relevant literature, and that it gives authors and their works vast and measurable new visibility, readership, and impact. Untuk berbagai alasan, seperti ini ketersediaan online gratis dan tak terbatas, yang akan disebut open access, sejauh ini terbatas pada bagian-bagian kecil dari literatur jurnal. Namun dalam koleksi terbatas, banyak inisiatif yang berbeda menunjukkan bahwa akses terbuka secara ekonomis layak, yang memberikan pembaca kekuatan yang luar biasa untuk menemukan dan memanfaatkan literatur yang relevan, dan yang memberikan penulis dan karyakarya mereka yang luas dan terukurnya visibilitas baru, pembaca, dan pengaruhnya. Open acces dapat diartikan kondisi dimana terciptanya masyarakat ilmiah dengan ketersedian literatur ilmiah secara bebas di internet. Sehingga
10
memungkinkan masyarakat menemukan literatur yang relevan dan memberikan kemampuan visibilitas yang lebih terukur. Berlin Declaration on Open access to Knowledge in the Sciences and Humanities (2003) memberikan defenisi menganai open access sebagai berikut: Disseminating knowledge is only half complete if the information is not made widely and readily available to society. New possibilities of knowledge dissemination not only through the classical form but also and increasingly through the open access paradigm via the Internet have to be supported. We define open access as a comprehensive source of human knowledge and cultural heritage that has been approved by the scientific community. Menyebarluaskan pengetahuan hanya tidak lengkap jika informasi tersebut tidak dibuat secara luas dan tersedia untuk masyarakat. Kemungkinan baru diseminasi pengetahuan tidak hanya melalui bentuk klasik tetapi juga dan semakin melalui paradigma akses terbuka melalui internet harus didukung. Dapat didefinisikan sebagai suatu akses terbuka sumber pengetahuan manusia yang komprehensif dan warisan budaya yang telah disetujui oleh komunitas ilmiah. Dalam membangun akses terbuka ilmu pengetahuan membutuhkan penyebaran luasan ilmu pengetahuan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Melalui
internet
memungkinkan.
paradigma Sehingga
penyebarluasan
tersedianya
ilmu
sumber
pengethuan
ilmu
sangatlah
pengetahuan
yang
komprehensif dan menjadi warisan budaya yang disetujui oleh komunitas ilmiah. Dengan open access diharapkan dapat menciptakan suatu masyarakat yang lebih peka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Kepekaan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan diharapkan dapat menciptakan masyarakat ilmiah. Dengan bantuan dari internet tentunya penyebarluasan ilmu pengetahuan dapat terlaksana 11
dengan lebih mudah dan lebih dapat menyentuh seluruh kalangan masyarakat. Masyarakat ilmiah menghasilkan dan menggunakan karya ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Sehingga open access merupakan suatu cara menyebarkan dan menggunakan karya ilmiah yang dihasilkan. Fatmawati (2013, 98) dalam artikelnya mengemukakan bahwa “Open access bisa didefinisikan sebagai ketersediaan bebas dari publikasi jurnal ilmiah melalui internet”. Pendapat di atas menjelaskan terlihat bahwa OA merupakan penerapan teknologi komunikasi dalam penyebaran ilmu pengetahuan dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap penyebaran ilmu pengetahuan. Sehubungan hal tersebut di atas diperlukan adanya akses sebesar-besarnya sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat dijadikan sumber informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sedang dikaji. Dengan open access kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam komunikasi ilmiah seperti harusnya mengeluarkan biaya untuk dapat mengakses suatu suatu sumber informasi dapat diminimalisir. Seperti yang ditulis oleh Lossau (2008, 20) bahwa “Open access is free access to knowledge at no charge to the user”. Dapat diterjemahkan open access adalah akses gratis ke pengetahuan tanpa biaya kepada pengguna. Selain itu Morrison (2006) menuliskan bahwa “Open access literature is free online to anyone, anywhere, to read, download, and use, providing that the authors is properly cited”. Dapat diterjemahkan Open access literature adalah online gratis untuk siapa saja, di mana saja, membaca, mendownload, dan digunakan, dengan memberikan yang dikutip oleh penulis dengan benar. Ditambakan oleh Swan 12
(2014) bahwa “The Open access research literature is composed of free, online copies of peer-reviewed journal articles and conference papers as well as technical reports, theses and working papers”. Defenisi tersebut dapat diterjemakan bahwa open access research literature adalah yang tersedia secara gratis, dalam bentuk salinan online artikel jurnal peer-review dan makalah konferensi serta laporan teknis, tesis dan kertas kerja. Dengan open access pengguna tidak harus direpotkan dengan hak cipta yang melekat pada pengarang. Karena pengarang telah membebaskan karya ilmiahnya untuk digunakan oleh khalayak ramai. Seperti yang tertulis pada website University of St Andrew (2014) bahwa: Open access (OA): Open access in this context means research literature that can be freely accessed by anyone in the world via the internet so that it can be used without licensing restrictions for research, teaching or other purposes. Copyright holders control the right to permit open access and have the right to be properly acknowledged. Open access (OA) dalam konteks ini berarti literatur penelitian yang dapat diakses secara bebas oleh siapa saja di dunia melalui internet sehingga dapat digunakan tanpa pembatasan perizinan untuk penelitian, pengajaran atau tujuan lainnya. Pemegang hak cipta mengontrol hak untuk mengizinkan akses terbuka dan memiliki hak untuk menjadi benar diakui. Untuk kepentingan penelitian, pengajaran, atau tujuan lainnya pemegang hak cipta membebaskan perizinan penggunaan karya ilmiahnya. Pemegang hak cipta tidak begitu saja terlepas dari karyanya, karena hak moral yang melekat pada pemegang hak cipta tetap ada dengan menyertakan nama sebagai sumber tulisan berikutnya.
13
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut di atas maka yang disebut dengan open access adalah ketersedian karya ilmiah secara gratis yang dapat diakses melalui internet tanpa pembatasan perizinan untuk dibaca, didownload, dan digunakan untuk kepentingan pengajaran serta melestarikan warisan budaya yang disetujui komunitas ilmiah dan pengaruhnya dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Open access memiliki beberapa indikator yaitu: free access (free online to read, download, and use), free of charge, free of most copyright, without licensing restrictions. 2.1.2 Bentuk dan Jenis Open access Pada website Goergia State University Library (2015) tertulis jenis- jenis open access yang dapat dioperasikan. Gerakan open access yang tergolong masih baru di dunia komunikasi ilmiah menyebabkan dalam penerapannya masih mengembangkan standar. Terdapat banyak tipe dasar open access yang dapat dioperasikan, sebagai berikut: There are many types of open access, perhaps because it is such a young movement that it's still developing standards. That said, there are three basic types: Green – refers to self-archiving generally of the pre or postprint in repositories. Gold – refers to articles in fully accessible open access journals. Hybrid – some times called Paid Open Access, refers to subscription journals with open access to individual articles usually when a fee is paid to the publisher or journal by the author, the author's organization, or the research funder. Terdapat banyak cara yang dilakukan dalam menjalankan open access, mungkin karena hal tersebut open access masih mengembangkan standar dalam pelaksanaannya, yaitu: hijau (Green OA) - mengacu pada diri pengarsipan umumnya pra atau pasca-cetak dalam repository. Emas (Gold OA) - mengacu pada artikel di jurnal sepenuhnya dapat diakses akses terbuka. Hybrid (Hybrid 14
OA) - beberapa kali disebut open access yang dibayar, mengacu pada jurnal langganan dengan akses terbuka untuk artikel individu biasanya, ketika biaya dibayarkan kepada penerbit atau jurnal oleh penulis, organisasi penulis, atau penyandang dana penelitian. Terdapat tiga jenis dasar dalam menjalankan open access, yaitu: hijau (Green OA) untuk open access yang hanya sebatas repository umumnya jenis ini terdapat pada perguruan tinggi yang menghasilkan karya-karya Grey Literatur, sehingga karya tersebut hanya dipublikaiskan melalui repository perpustakaan. Emas (Gold OA) untuk jenis open access yang memberikan kebebasan untuk mengakses artikel-artikel yang terdapat pada database yang melakukan open access. Hybrid (Hybrid OA) jenis open access yang dilakukan dengan melanggan suatu jurnal dengan mengeluarkan biaya, namun pelanggan jurnal memberikan akses yang bebas kepada siapa saja yang ingin menggunakan jurnal tersebut. Hybrid OA merupakan bentuk dari gold OA, yang digunakan untuk menjalankan konsep yang digunakan dalam penerapan OA. Stevan Harnad yang dikutip oleh Suber (2012, 53) menuliskan bahwa dalam mengoperasikan open access dapat berjalan dalam dua bentuk. Dituliskan bahwa: Two delivery vehicles dominate the current discussion: journals and repositories.The OA movement uses the term gold OA for OA delivered by journals, regardless of the journal’s business model, and green OA for OA deliveredby repositories. Self-archiving is the practice of depositing one’s own work in an OA repository. Dalam menjalankan open access dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu open acces journal (gold open access) dan open access repository (green open 15
access). Open access journal merupakan cara menjalankan open acces dengan menggunakan jurnal . Open acess journal merupakan nama lain dari menjalankan bisnis jurnal. Suatu lembaga melanggan jurnal lalu membuka akses ke jurnal tersebut untuk diakses secara bebas. Open access repository merupakan suatu cara open access melalui repositori lembaga. Karya ilmiah yang dihasilkan suatu lembaga di simpan dalam deposit lembaga yang dipublikasikan melalui repositori. Pengarsipan sendiri (sefl-archiving) adalah nama lain dari open access repository. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dalam menjalankan open access dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui open access journal (Gold Open Access) dan melalui open access repository (Green Open Access). 2.1.2.1. Open Access Journal ( Gold OA) Dalam implementasinya open access dalam bentuk jurnal disebut gold OA. Suber (2012; 49-50) menuliskan “OA journals are like non-OA journals except that they’re OA. Like conventional journal publishers, some OA journal publishers are for-profit and some are nonprofit”. Defenisi tersebut dapat diterjemahkan open access journal seperti jurnal non-open access kecuali bahwa jurnal tersebut melakukan open access. Seperti penerbit jurnal konvensional, beberapa penerbit jurnal open access adalah untuk-profit dan beberapa ada yang nirlaba. Maksudnya bahwa open access journal sama seperti jurnal tercetak (konvensional) hanya saja, jurnal di publikasikan melalui internet. Open access journal ada yang tujuannya mencari keuntungan dan ada yang tujuannya tidak untuk mencari keuntungan. Ditambahkan lagi oleh Lukman & et. all (2014) memberikan defenisi “open access journal atau akses terbuka dapat didefinisikan 16
sebagai jurnal dengan teks penuh (full texts) yang tersedia dan dapat diakses gratis di web/internet”. Seperti pendapat ahli di atas bahwa gold open access merupakan suatu cara melakukan open access yang lebih mengarah kepada jurnal konvensional dalam bentuk fulltext. Suatu open access dapat disebut sebagai gold open acces apabila struktur dan konten yang ditawarkan sesuai standar yang tersedia dan dapat diakses gratis di web/internet. Sedangkan Bailey (2007) menyatakan bahwa secara umum terdapat tiga bentuk open access journal sebagai berikut: 1. Born-OA publishers typically let authors retain the copyright to their articles and use the Creative Commons Attribution License or a very similar license. 2. Conventional publishers As the open access movement has gained momentum, conventional commercial and nonprofit journal publishers have begun to experiment with open access publishing programs or to establish permanent open access programs. 3. Non-traditional publishers as the entity or individual who selects the material to be published, makes the decisions, and pays the bills (Bradley & et. All ; 2011). (1) Lahir-OA penerbit biasanya membiarkan penulis mempertahankan hak cipta untuk artikel mereka dan menggunakan lisensi atribusi kreasi pengetahuan umum atau lisensi yang sangat mirip. (2) penerbit konvensional sebagai gerakan akses terbuka telah mendapatkan momentum, penerbit jurnal komersial dan nirlaba konvensional telah mulai bereksperimen dengan akses terbuka program penerbitan atau untuk membangun program akses terbuka permanen. (3) penerbit non-tradisional sebagai entitas atau individu yang memilih material yang akan diterbitkan, membuat keputusan, dan membayar tagihan.
17
Ada beberapa bentuk dasar dalam mengoperasikan open access journal yaitu: born-OA publishers, conventional publishers, dan non-traditional publisher ketiga bentuk mengoperasikan open access memiliki kelebihannya masingmasing. 2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Journal (Gold OA) Open access journal yang dinyatakan oleh para ahli adalah bentuk konvensioanal dari cara melakukan open acces. Open access journal juga memberikan manfaat untuk masing-masing pemangku kepentingan. Manfaat yang paling penting melakukan open access journal adalah hubungan antara pemilik jurnal dengan pembaca akan semakin cepat di seluruh dunia. Jurnal yang dipublis secara online tentunya memberikan kemudahan untuk pembaca untuk mengaksesnya. Kemudahan akses ini dapat menciptakan komunikasi ilmiah yang lebih efektif dan efisien. Suatu artikel jurnal yang dihasilkan oleh seorang penulis dapat langsung mendapat feedback dari pembaca baik mengenai kualitas ataupun hal- hal lain dari jurnal tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui sudah sejauhmana kualitas dari jurnal yang hasilkan. Penulis juga dapat melihat seberapa cepat dan jauh perkembangan ilmu yang sedang dikaji. Antelma (2004) menyatakan bahwa “open access journal
mempercepat waktu publikasi karya, meningkatkan
penggunaan jurnal dari pada jurnal tercetak dan berpengaruh dalam peningkatan impact fector suatu jurnal”. Suatu jurnal yang open access akan memudahkan pengguna untuk mengakses, pengguna tidak harus menunggu untuk dapat memanfaatkan jurnal 18
sesuai dengan kepentingan. Dengan masuk ke dalam database jurnal, penguna dapat langsung membaca, men-download, dan meng-copy jurnal yang tersedia. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengirim jurnal apabila jurnal masih dalam bentuk tercetak dapat di minimalisir. Jurnal yang dipublikasi secara online lebih mudah untuk diketahui berapa kali jurnal tersebut diakses dan dijadikan rujukan. Sehingga dapat diketahui seberapa besar impact factor jurnal tersebut. 2.1.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Gold Open Access Gold open access dan green open access merupakan dua hal yang berbeda, walaupun keduanya merupakan produk dari open access. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kelamahannya masing-masing. Sehingga kedua metode ini saling melengkapi satu dengan yang lain. Seperti yang disampaikan oleh Suber (2012, 58-65a) bahwa gold open access memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan di bandingkan dengan green open access, yaitu: a. Kelebihan gold open access,yaitu: 1. Gold OA articles needn’t labor under restrictions imposed by tollaccess publishers fearful of OA; 2. Gold OA is always immediate; 3. Gold OA can always be libre, even if it doesn’t take sufficient advantage of this opportunity; 4. Gold OA provides OA to the published version 5. Gold OA performs its own peer review, without depending on tollaccess journals to perform it; 6. Gold OA can be self-sustaining, even profitable. b. Kelemahan gold open access, yaitu: 1. Gold OA cannot be mandated without infringing academic freedom; 2. OA journals is still tied up in subscriptions to toll-access journals; 3. Gold OA policy can only cover the new articles that faculty are willing to submit to OA journals; 4. Gold OA only works for postprints; 5. Gold OA to emerge in their fields. 19
Menurut Suber bahwa open access journal menawarkan keunggulan yang dimiliki dalam menjalankan open access antara lain: artikel jurnal tidak membutuhkan tenaga yang berkerja sebagai pembatasan yang diberlakukan oleh penerbit sebagai akibat dari open access. Open access journal mempercepat publikasi, selalu memperoleh kebebasan dalam menjalankan dan dapat mengambil setiap kesempatan. Selalu menerbitkan karya dalam bentuk jurnal. Menampilkan masukan dari teman sejawa (peer review) tanpa harus bergantung pada sarana untuk mengakses jurnal. Ketika dana untuk menjalankan open access harus dihentikan, gold open access memiliki kemampuan untuk mengahsilkan dana dengan melakuakn kegiatan yang sifatnya berorientasi profit. Gold open access memiliki kelemahan dalam penerapannya, tidak dapat berada dibawah pengawasan tanpa melanggar kebebasan akademik. Harus melakukan hubungan kerjasama dengan vendor penyedia jurnal. Biasanya pada akademik jurnal yang di publikasikan hanya halaman sampul dari suatu artikel baru yang fakultas ijinkan untuk dibuka aksesnya. Hanya berkerja pada karya yang sudah selesai dikerjakan dalam bentuk akhir atau sudah siap untuk di publikasikan. 2.1.2.2. Open Access Repository (Green OA) Karya ilmiah yang dihasilkan pada suatu instansi pendidikan tinggi seperti, skripsi, tesis, dan disertasi tidak memiliki penerbit yang mempublikasikannya. Sehingga karya-karya tersebut hanya dapat diakses melalui salah satu layanan yang terdapat di lembaga penyedia biasanya perpustakaan instansi yang disebut repository. Pappalardo & et. all, (2007, 11) memberikan defenisi “A digital 20
repository is an online archive in which authors and academics can deposit their work, with the intention that it will be openly available in digital form”.Dapat diterjemahkan bahwa suatu repositori digital adalah sebuah arsip online di mana penulis dan akademisi dapat mendepositkan pekerjaan mereka, dengan maksud bahwa hal tersebut akan terbuka dan tersedia dalam bentuk digital. Maksudnya bahwa suatu arsip online di mana penulis dan akademisi dapat menyimpan pekerjaan mereka, dengan maksud bahwa karya ilmiah akan tersedia secara terbuka dalam bentuk digital. Suber (2012, 52) menyatakan bahwa“OA repositories are online collections or databases of articles”. Defenisi tersebut diterjemahkan Repositori OA repositori adalah koleksi online atau database dari artikel. Ditambahkan oleh Swan (2014) bahwa “Institutional repositories are digital collections of the outputs created within a university or research institution”. Diterjemahkan bahwa repositori institusional adalah koleksi digital dari output dibuat dalam universitas atau lembaga penelitian. Selain itu Chapple (2015) menyatakan Sbahwa “A repository is a collection of resources that can be accessed to retrieve information. Repositories often consist of several databases tied together by a common search engine”. Defenisi tersebut dapat diterjenmahkan sebagai berikut bahwa
repositori adalah kumpulan sumber daya yang dapat diakses untuk
digunakan informasi yang dihimpun didalamnya. Repositori sering terdiri dari beberapa database yang diindeks oleh mesin pencari umum.
21
Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa suatu repositori merupakan jaringan server yang menyediakan koleksi yang dihasilkan oleh kegiatan akademik. Karya ilmiah tersebut dihimpun pada suatu database dalam format The Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH) dan dikelola oleh penyedia data untuk mengekspos metadata yang tersedia. Karya ilmiah dalam bentuk metadata dipublis untuk digunakan oleh pengguna sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh universitas penyedia repositori. Seperti yang dikeukakan oleh Hasugian (2012) bahwa: Open access repository umumnya hanya dapat diakses secara terbatas oleh pengguna. Ada perpustakaan yang hanya menyediakan akses terhadap metadata dan abstrak saja, ada yang menyediakan akses penuh (fulltext) hanya kepada sivitas akademiknya, dan ada pula yang membuka ases terbuka (opened access) dengan fulltext kepada masyarakat luas. Pada website www.sehpra.ac.uk (2006) dinyatakan bahwa pada umumnya dalam menjalankan green open access dilambangkan kedalam beberapa warna sebagai berikut: 1. Green:can archive pre-print and post-print or publisher's version/PDF; 2. Blue:can archive post-print (ie final draft post-refereeing) or publisher's version/PDF; 3. Yellow:can archive pre-print (ie pre-refereeing); 4. White:archiving not formally supported. Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahakan: 1. Green: dapat arsip pra-cetak dan pasca-cetak atau penerbit versi / PDF. 2. Biru: dapat arsip pasca-cetak (yaitu draft akhir pasca peninjauan) atau penerbit versi / PDF. 3. Kuning: dapat arsip pra-cetak (yaitu pra-peninjauan). 4. Putih: pengarsipan tidak secara resmi didukung. 22
Berdasarkan pendapat tersebut di atas ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menampilkan artikel yang akan di publikasikan menggunakan green open access. Dengan menggunakan repository, penulis dapat memilih sesuai keinginan apakah ingin menerbitkan artikelnya pada saat pre- print, postprint, atau publisher’s version. Dan dapat dijadikan sebagai suatu tempat menyimpan dokumen, informasi, data disimpan, digunakan, dan dipelihara pada suatu format tertentu. Suatu open access repository menyediakan artikel-artikel secara online pada suatu database lembaga yang menyediakan open access. Pengguna hanya harus masuk kedalam database suatu open access repository
untuk dapat
mengakses artikel yang disediakan. Biasanya ada kebijakan yang diberlakukan oleh pemegang open access repository terhadap pengguna dalam hal mengakses artikel apakah itu jumlah artikel yang dapat dibaca, di-download ataupun untuk keperluan lainnya. 2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Repository (Green OA) Dalam penerapan open access repository ada berbagai macam variasi yang di berikan oleh lembaga yang memiliki hak terhadap karya ilmiah dalam mengakses karya tersebut. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh apabilah suatu
perpustakaan
menggunakan
repository.
Sebagaina
dikemukakan
disampaikan oleh Pappalardo & et. all (2007, 13-14) bahwa ada banyak manfaat untuk membangun repositori digital, termasuk kesempatan untuk memberikan jangkauan yang lebih luas dari sumber daya pendidikan ke fakultas, dan dampak positif ini mungkin pada reputasi ilmiah institusi anda. Suatu repositori digital: 23
1. Enables staff and other subscribers to have easy access to scholarly and research material generated by members of your institution; 2. Provides access to a range of materials at other institutions worldwide, where your repository forms part of a global system of interoperable repositories; 3. Provides stable, long-term archiving of information and research output there by preserving it for the future; 4. Allows for information to be widely and quickly disseminated so that it achieves the highest impact; 5. Increases the academic reputation of your institution by demonstrating the quality and relevance of the research output produced by members of your institution and by increasing your institution’s general visibility, which can translate into tangible benefits such as increased funding from both public and private sources; and 6. Facilitates greater citation of deposited articles, thereby increasing the profile of contributing authors. Pendapatan di atas menjelaskan bahwa repository memungkinkan staf dan pelanggan lainnya untuk memiliki akses mudah ke bahan ilmiah dan penelitian yang dihasilkan oleh anggota institusi anda. Menyediakan akses ke berbagai materi di lembaga-lembaga lain di seluruh dunia, di mana bentuk-bentuk repositori Anda untukan dari sistem global repositori interoperable. Menyediakan pengarsipan jangka panjang informasi dan penelitian keluaran sana dengan melestarikan untuk masa depan. Memungkinkan informasi secara luas dan cepat disebarluaskan sehingga mencapai dampak tertinggi (ini dapat dibandingkan dengan model penerbitan tradisional yang didasarkan pada membatasi, melalui harga berlangganan, akses informasi). Meningkatkan reputasi akademik institusi anda dengan menunjukkan kualitas dan relevansi dari hasil penelitian yang dihasilkan oleh anggota institusi dan dengan meningkatkan visibilitas umum institusi anda, yang dapat diterjemahkan ke dalam manfaat nyata seperti peningkatan pendanaan dari sumber-sumber publik dan swasta; dan memfasilitasi kutipan yang lebih besar . 24
Di tambahkan lagi oleh Pendit (2013) menyatakan bahwa “Setiap makalah yang di sediakan di open access repository langsung siap dibaca, tak ada penundaan yang disebabkan oleh penyuntingan, percetakan,atau pengiriman lewat pos”. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa open access repository memberikan banyak manfaat, pengguna mendapat keuntungan tanpa harus menungu lama untuk menggunakan suatu karya ilmiah. Pengarang hanya dengan mempublis karyanya maka pengguna dapat memanfaatkan karya ilmiah tersebut. Pengguna tidak harus menunggu karena naskah harus melewati penyuntingan, percetakan, atau pengiriman lewat pos. 2.1.2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Green Open Access Tidak jauh berbeda dengan gold open acess, pada penerapannya green open access juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Suber (2012, 5856) ada beberapa kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh green open access sebagai berikut: a. Kelebihan green open access, yaitu: 1. Green OA makes faster progress, since it doesn’t require the launch of new peer-reviewed journals or the conversion of old ones; 2. Green OA can be mandated without infringing academic freedom; 3. A green OA policy at a university can cover the institution’s entire research output, regardless of where authors choose to publish; 4. Green OA is compatible with toll-access publication; 5. green OA allows authors to have their cake and eat it too; 6. Green OA works for preprints as well as postprints, while gold OA only works for postprints. 7. Green OA works for other kinds of work that peer-reviewed journals generally don’t publish, such as datasets, source code, theses and dissertations, and digitized copies of work previously available only in another medium suchas print, microfiche, or film.
25
b. Kelemahan green open accessi, yaitu:
1. 2. 3. 4.
Green OA is less expensive than gold OA; Green OA is sometimes embargoed or delayed;
Green OA seldom even has the opportunity; Green OA is often limited to the final version of the author’s peerreviewed manuscript, without copy editing or final pagination; 5. Green OA may be a manageable expense. Pada dasarnya green open access memiliki kelebihan dan kelemahan dalam mengoperasikan green open access mempercepat dalam menyampaikan artikel, ketika artikel di dipublis pengguna langsung dapat menggunakannya. Tidak melanggar kebebasan akademik, karya ilmiah yang diterbitkan sebagai hasil dari kegiatan akademik di perguruan tinggi, pengarang dapat langsung menerima masukan dan saran dari pengguna. Green open access bekerja sebelum penerbitan namun hasilnya seperti artikel yang sudah di terbitkan. Green open access biasanya dijalankan untuk terbitan yang memiliki batasan dalam menerbitkanya seperti, skripsi, tesis, dan disertasi. Dalam menjalankan green open access ada beberapa kelemahan yang harus dihadapi. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan, karena harus menyediakan suatu database untuk menghimpun seluruh artikel yang dimiliki. Terkadang adanya pembatasan dalam mengakses artikel yang tersedia. Green open access jarang memiliki kesempatan, dan terkadang artikel yang tersedia belum melewati penyeleksian dari teman sejawat dan belum melewati penomoran pada halaman artikel. 2.1.3 Manfaat Open Access Gerak open access merupakan wujud dari penghapusan kapitalisme di dunia penelitian. Gerakan ini mengajak segenap stekholder untuk ikut serta dan 26
mendukung dalam pelaksanaannya. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi ilmiah, open access juga memberikan banyak keuntungan untuk setiap pemangku kepentingan yang ikut didalamnya,seperti: pengarang, pembaca, peneliti, penerbit, dan perpustakaan. Spring.com (2013) dalam artikelnya open access – broad readership, high impact what authors need to know and how they can benefit tertulis bahwa open access menawarkan beberapa keuntungan baik untuk pengarang: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Reaching larger audience; Enhancing author visibility and reputation; Providing high quality and standards; Copyright and Creative Commons; Complying with funders’ OA mandates; Citation tracking and inclusion in bibliographic databases.
Beberapa kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Menjangkau khalayak yang lebih besar. 2. Meningkatkan visibilitas dan reputasi penulis. 3. Memberikan kualitas tinggi dan standar. 4. Hak Cipta dan kreasi bersama. 5. Mematuhi amanat pemberi dana OA. 6. pelacakan Citation dan dimasukkan dalam database bibliografi. Open access pada implementasinya diharapkan memeberikan banyak manfaat terhadap menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Pengarang memeperoleh keuntungan dalam gerakan open access, antara lain : dapat menjangkau khalayak yang lebih besar, meningkatkan visibilitas dan reputasi penulis. Memberikan kualitas tinggi dan standar dalam penulisan karya ilmiah. Hak cipta dan creative commonns, hak yang melekat pada diri pengarang dalam mengembangkan ilmu 27
pengetahuan. Pengarang ikut serta dalam menjalankan pembebasan ilm pengetahuan sesuai dengan harapan dari donatur. Pelacakan citation dan dimasukkan ke dalam database bibliografi, meningkatkan impact factor dari karya ilmiah yang dihasilkan. Dalam website The Scholarly Publishing and Academic Resources Coalition (SPARC) (2013) tertulis siapa saja yang memperoleh manfaat dengan melakukan open access: a. Researchers 1. Increases readers’ ability to find use relevant literature; 2. Increases the visibility, readership and impact of author’s works; 3. Creates new avenues for discovery in digital environment; 4. Enhances interdisciplinary research; 5. Accelerates the pace of research, discovery and innovation; b. Educational Institutions 1. Contributes to core mission of advancing knowledge; 2. Democratizes access across all institutions – regardless of size or budget; 3. Provides previously unattainable access to community colleges, two-year colleges, K-12 and other schools; 4. Provides access to crucial STEM materials; 5. Increases competitiveness of academic institutions; c. Students 1. Enriches the quality of their education; 2. Ensures access to all that students need to know, rather what they (or their school) can afford; 3. Contributes to a better-educated workforce; d. Businesses 1. Access to cutting-edge research encourages innovation; 2. Stimulates new ideas, new services, new products; 3. Creates new opportunities for job creation; e. Public 1. Provides access to previously unavailable materials relating to health, energy, environment, and other areas of broad interest; 2. Creates better educated populace; 3. Encourages support of scientific enterprise and engagement in citizen science; f. Research Funders 1. Leverages return on research investment; 2. Creates tool to manage research portfolio; 28
3. Avoids funding duplicative research; 4. Creates transparency; 5. Encourages greater interaction with results of funded research. Penerapan open access menawarkan banyak keuntungan untuk pemegang kepentingan seperti pengarang, peneliti, lembaga pedidikan, publik, dan penyandang dana penelitian. Pengarang akan semakin dekat dengan pembacanya, visibilitas, dan reputasi pengarang akan semakin tinggi. Peneliti dapat memantau kemajuan dari ilmu pengetahuan dengan komunikasi ilmiah yang dibangun. Lembaga pendidikan memperoleh akses bebas tentunya meringankan biaya yang harus dikeluaran oleh lembaga apabila harus mengalokasikan sejumlah besar anggaran untuk melanggan karya ilmiah. Publik menciptakan masyarakat ilmiah yang peka dan peduli dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk memajukan kehidupan. Penyandang dana penelitian dapat melihat transparsi dalam menciptakan suatu karya yang lebih berkualitas. Dalam penelitian duplikai dana yang dihbahkan dapat dihindari. 2.2 Plagiatisme Kemanjuan teknologi informasi dan computer memberikan banyak sekali manfaat dalam dunia tulis menulis khususnya menulis karya ilmiah. Penulis yang ingin menghasilkan suatu karya dapat menemukan ide untuk tulisan yang akan dihasilkan dengan melihat karya orang lain. Banyak karya ilmiahm yang tersedia secara bebas untuk diakses dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Namun disisi lain, kemudahan yang diberikan oleh kemajuan TIK membawa dampak negatif berupa budaya copy dan paste. Hal ini sungguh sangat disayangkan, kemajuan TIK yang diharapkan memberikan kemudahan dalam dunia tulis29
menulis malah diasalah gunakan. Segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dengan seenaknya mengambil dan mengklaim bahwa suatu karya ilmiah yang dihasilkan oleh orang lain adalah miliknya yang disebut dengan plagiatisme. 2.2.1 Pengertian Plagiatisme Di dalam dunia pendidikan tinggi menulis merupakan suatu kewajiban yang melekat untuk setiap akademisi. Kegiatan menulis yang dilakuakan baik yang berhubungan dengan kewajiban sebagai seorang akademisi seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Namun masih banyak ditemukan tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh dari seuntukan oknum-oknum akademisi yang tidak bertanggung jawab dengan mengakui karya orang lain sebagai hasil karya pemikirannya disebut dengan plagiat. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia
Nomor
17
tahun
2010
tentang
Pencegahan
dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pasal 1 Plagiat adalah Perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau memcoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya, dengan mengutip seuntukan atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Dalam Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 06/E/2013 tentang Kode Etik Peneliti 2.3.2. Kode kedelapan
menyatakan
Plagiatisme secara singkat didefinisikan sebagai “mengambil alih gagasan atau kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil“ Dalam bukunya Neville (2007; 28) mendefenisikan “Plagiarism, specifically, is a term used to describe a practice that involves knowingly taking and using another person’s work and claiming it, directly or indirectly, as your 30
own”. Pendapat tersebut dapat diterjemahkan Plagiatisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah praktek yang mencakup tindakan sadar mengambil dan menggunakan karya orang lain dan mengklaimnya, langsung atau tidak langsung menjadi milik sendiri. Begitu juga dengan University of Oxford (2015) memberikan defenisi bahwa “Plagiarism is presenting someone else’s work or ideas as your own, with or without their consent, by incorporating it into your work without full acknowledgement. All published and unpublished material, whether in manuscript, printed or electronic form, is covered under this definition”. Defenisi tersebut dapat diterjemahkan Plagiatisme adalah menyajikan karya orang lain atau ide Anda sendiri, dengan atau tanpa persetujuan dari mereka, dengan memasukkan ke dalam pekerjaan Anda tanpa pengakuan penuh. Semua materi yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan, baik dalam naskah, cetak atau bentuk elektronik, yang tercakup dalam definisi ini. Pada website plagiarism.org (2014) tertulis tindakan-tindakan yang dianggap plagiatisme, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Turning in someone else's work as your own; Copying words or ideas from someone else without giving credit; Failing to put a quotation in quotation marks; Giving incorrect information about the source of a quotation; Changing words but copying the sentence structure of a source without giving credit; 6. Copying so many words or ideas from a source that it makes up the majority of your work, whether you give credit or not.
Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Mengubah pekerjaan orang lain lalu menjadikanya sebagai milik Anda. 2. Menyalin kata atau ide-ide dari orang lain tanpa memberikan kredit. 31
3. Tidak menempatkan kutipan dalam tanda kutip. 4. Memberikan informasi yang salah tentang sumber kutipan. 5. Mengubah kata-kata tetapi menyalin struktur kalimat dari sumber tanpa memberikan kredit. 6. Menyalin begitu banyak kata-kata atau ide-ide dari sumber yang itu membuat sebagian besar pekerjaan Anda, dengan memberikan kredit atau tidak dengan memebrikan kredit. Ketika menulis suatu karya ilmiah penulis harus mengutamakan nilai kejujuran dan tanggungjawab moril atas karya yang dihasilkan. Tidak jarang dalam menulis sering terjadi kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja seperti: mengambil pekerjaan orang lain lalu mengklaimnya sebagai hasil tulisan miliknya. Menggandakan kata atau ide milik orang lain tanpa menyertakan pemilik aslinya. Tidak memberikan tanda baca yang jelas bahwa suatu kata atau ide adalah milik orang lain biasanya dengan tanda baca petik dua. Memberikan peryataan yang salah tentang sumber dalam penulisan kutipan. Mengubah kata-kata tetapi mengcopy struktur kalimat dengan tidak menyertakan sumber aslinya seolah-olah kata atau ide adalah milik penulis. Mengutip terlalu banyak dari sumber baik dengan memberikan pengakuan terhadap pemilikkata atau ide ataupun tidak menyertakannya. Berdasarkan beberapa defenisi tersebut di atas, maka yang disebut dengan plagiatisme adalah suatu perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja menyajikan karya orang lain atau ide milik sendiri tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya sebagian dari karya keilmuan yang mengambil. 32
Adapun beberapa tindakan yang dikatakan plagiatisme yaitu: Turning in someone else's work as your own, copying words or ideas from someone else without giving credit, failing to put a quotation in quotation marks, giving incorrect information about the source of a quotation, changing words but copying the sentence structure of a source without giving credit, copying so many words or ideas from a source that it makes up the majority of your work, whether you give credit or not. 2.2.2
Bentuk Plagiatisme Plagiatisme yang terjadi dalam penulisan karya ilmiah dalam berbagai
macam bentuk. Seperti yang disampaikan oleh Neville (2007, 29) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk umum plagitisme yang terjadi di kalangan akademik perguruan tinggi, yaitu: 1. Copying another person’s work, including the work of another student (with or without their consent), and claiming or pretending it is your own. 2. Presenting arguments that use a blend of your own and a significant percentage of copied words of the original author without acknowledging the source. 3. Paraphrasing another person’s work, but not giving due acknowledgement to the original writer or organization publishing the writing, including Internet sites. The exceptions to this would be in relation to common knowledge. Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Menyalin pekerjaan orang lain, termasuk karya siswa lain (dengan atau tanpa persetujuan mereka), dan mengklaim atau berpura-pura itu adalah karya Anda sendiri.
33
2. Menyajikan argumen yang menggunakan campuran pendapat Anda sendiri dan persentase yang signifikan dari kata yang disalin dari penulis asli tanpa mengakui sumbernya. 3. Parafrase pekerjaan orang lain, tapi tidak memberikan pengakuan kepada penulis atau organisasi asli menerbitkan tulisan, termasuk situs internet. Kecuali hal ini yang berkaitan dengan pengetahuan umum. Sejalan dengan pendapat di atas, Putra (2011, 2-28) menyatakan bahwa plagiatisme setidaknya muncul dalam tiga bentuk yang berikui ini: 1. Plagiat Langsung (Direct Plagiatisme); 2. Plagiat karena kutipan tidak jelas atau salah kutip (Vague or Incorrect); 3. Plagiat mosaik (Mosaic Plagiarism). Plagiatisme pada karya ilmiah yang terjadi baik itu: Plagiat Langsung (Direct Plagiatisme) melakukan pengambilan kata atau istilah milik orang lain tanpa disertai pemberian atau tanpa ada penambahan sedikipun dari aslinya. Penulis
hanya
menyalin
bulat-bulat
dari
sumber
aslinya
tanpa
coba
memrepresentasikan maksud dari penulis dan tidak mencantumkan pemilik sebenarnya dari karya ilmiah tersebut. Plagiat karena kutipan tidak jelas atau salah kutip (Vague or Incorrect) Dalam suatu kutipan seharusnya terdapat kejelasan dari awal hingga akhir kalimat yang menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan kutipan yang diambil dari sumber lain. Namun dalam plagiat bentuk ini penulis kurang jelas menunjukan kalaulah kalimat yang digunakan merupakan sitiran dari karya lain. Plagiat mosaik (Mosaic Plagiarism) Penulis biasanya melakukan perombakan kalimat yang disitir seolah olah itu merupakan hasil karyanya tanpa 34
menunjukan nilai kredit dari penulis sebenarnya. dapat mencoreng dunia penulisan karya ilmiah. Karya ilmiah yang diharapkan merupakan suatu hasil temuan baru dan memberikan manfaat untuk masyarakat ilmiah, ternyata hanya hasil pencurian karya orang lain. Hal ini tentunya melanggar etika dalam penelitian karena sudah tidak adanya lagi kejujuran dan orisinalitas karya ilmiah yang tercipta. Pemerintah menyadari bahwa perlu adanya kejujuran dan orisinilitas dari suatu karya ilmiah yang dihasilkan khususnya dalam dunia pendidikan tinggi. Namun dalam kenyataannya masih banyak sekalih terjadi kecurangan dalam penulisan karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi, seperti yang terjadi di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia. Menyikapi hal tersebut
pemerintah
melaui
Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
mengeluarkan suatu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pasal 2 dinyatakan bahwa bentuk dari plagiat meliputi : a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai. 35
Suatu karya ilmiah dituntut untuk menggunakan karya penulis lain sebagai bahan rujukan gunanya untuk memperkuat pendapat atau pemikiran dari penulis. Mengutip baik istilah, kalimat, iden atau gagasan dari penulis lain bukanlah suatu hal yang dilarang. Namun harus diperhatikan rambu-rambu yang diperbolehkan sperti yang disampaikan oleh beberapa pendapat diatas mengenai bentuk dari plagiatisme. Menurut Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) (2015) ada lima tingkatan dalam plagiatisme, yaitu: 1. Uncredited Verbatim Copying of a Full Paper, or Uncredited Verbatim Copying of a Major Portion (more than 50%). within a Single Paper--An instance is where a large section of the original paper is copied without quotation marks, credit notice, reference, and bibliography; 2. Uncredited Verbatim Copying of a Large Portion (greater than 20% and up to 50%) within a Paper; 3. Uncredited Verbatim Copying of Individual Elements (Paragraph(s), Sentence(s), Illustration(s), etc.) Resulting in a Significant Portion (up to 20%) within a Paper-An instance could be where portions of original paper are used in another paper without quotation marks, credit notice, reference, and bibliography; 4. Uncredited Improper Paraphrasing of Pages or Paragraphs; 5. Credited Verbatim Copying of a Major Portion of a Paper without Clear Delineation. IEEE menyatakan terdapat lima tingkatan dalam melakukan plagiat karya ilmiah yaitu: uncredited verbatim (menyalin kata demi kata) menyalin dari kertas penuh, atau uncredited verbatim menyalin dari porsi besar (lebih dari 50%) dalam kertas tunggal, uncredited verbatim menyalin dari porsi besar (lebih dari 20% dan sampai dengan 50%) dalam kertas, uncredited verbatim
menyalin individu
elements (ayat (s), ayat (s), Ilustrasi (s), dll) menghasilkan suatu porsi signifikan (hingga 20%) dalam kertas, menggunakan kata-kata yang tidak benar uncredited 36
dari pages atau ayat, dikreditkan menyalin verbatim dari untukan utama dari kertas. 2.2.3 Jenis-jenis plagiatisme Berdasarkan tingkat plagiatisme yang terjadi dalam penulisan karya ilmiah digolongkan kedalam beberapa tingkatan. Seperti yang dikemukakan oleh Suwarjo & at. all (2012) mengutip Sudigdo (2007) dalam artikel Penelitian Identifikasi Bentuk Plagiat pada Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012 menjelaskan jenis- jenis plagiat dalam beberapa kelompok, yaitu: 1. Jenis plagiatisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarism ide, plagiatisme isi,(data penelitian), plagiatisme kata, kalimat, paragraf, dan plagiatisme total; 2. Berdasarkan sengaja atau tidak plagiatisme: plagiatisme yang disengaja dan plagiatisme yang tidak disengaja; 3. Klasifikasi berdasarkan proporsi, atau persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak : plagiatisme ringan : < 30%, plagiatisme sedang : 30-70%, plagiatisme berat atau total : >70 %. Berdasarkan pada pola plagiatisme : plagiatisme kata demi kata (word for word plagiarizing), dan plagiatisme mosaik. Selain itu masih dikenal pula istilah autoplagiarism atau self-plagiarism (vide infra). Ditambahkan lagi Rajeev (2012) menyatakan bahwa ada beberapa jenis plagiatisme, yaitu: 1. Plagiatisme total (Full Plagiarism). Whenever a writer copies the content from another source as it is, it is called full plagiarism; 2. Plagiatisme parsial (Partial Plagiarism). When a person combines data from two or three different sources in his work, it amounts to partial plagiarism; 3. Minimalistic. Plagiarism Minimalistic plagiarism is done when a person paraphrases the same content but in a different flow; 37
4. Source Plagiarism. When a person changes the construction of the sentence but does not bother to change the original wording, it amounts to mosaic plagiarism; 5. Auto-Plagiasi (Self Plagiatisme). Using one's own work, fully or partially, or even the same thoughts and reproducing it in some form or the other, has been termed as self-plagiarism by many. Sedangkan Ithenticate (2014) “Self-Plagiarism is defined as a type of plagiarism in which the writer republishes a work in its entirety or reuses portions of a previously written text while authoring a new work”. Kelima kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Full Plagiarism penulis mengambil seluruh isi dari sumber lain secara keseluruhan. 2. Partial Plagiarism penulis menggabungkan beberapa kalimat dari karya orang lain lalu mengakui sebagai karya baru. 3. Minimalistic ketika seseorang mengambil kata, ide, atau kalimat sebagai miliknya. 4. Source Plagiarism atau mosaic plagiarism ketika seseorang merubah struktur kalimat tetapi tidak merubah kata yang memabangun kalimat tersebut. 5. Self Plagiatisme atau Auto-Plagiasi seseorang mengambil kata, ide atau kalimat miliknya sendiri untuk dijadikan karya ilmiah baru.
ukessays.com (2015) menuliskan bahwa internet membawa plagiatisme akademik kedalam beberapa jenis, yaitu: 1. Full Plagiarism:This refers to data that has been produced as one's own content, without making any changes made to the word, thoughts or ideas of the writer or the author; 2. Partial Plagiarism: This type refers to a combination of different sources, and the use of various rephrases is common; 38
3. Minimalistic Plagiarism:In this type, there is a use of someone else's concept, ideas and opinions in their own words; 4. Source Citation: When complete source information including quotes is provided, generally it is not considered into plagiarism; 5. Self-plagiarism: This form of plagiarism is mostly contented as "it is" and "is not". Plagiatiesme di kelompokan kedalam beberapa jenis sesuai dengan motif yang muncul dalam mengambilan karya. Penulis sengaja mengambil kata atau ide orang lain tanpa memberikan pemaknaan atas apa yang dituliskan oleh penulis lain. Penulis hanya mengambil kata atau ide orang lain lalu mengklaim bahwa itu adalah hasil dari pemikiranya pelanggaran ini disebut full plagiarism. Ketika penulis
hanya
mengambil
kata
atau
ide
dari
sejumlah
sumber
lalu
menggabungkanya seolah-olah itu merupakan hasil buah pikirnya pelanggaran tersebut disebut partial plagiarism. Menulis dengan ide, konsep, pendapat hanya sama hanya berbeda alur menyampaikanya. Penulis hanya mengubah urutan dari kalimat ataupun paragraf karya orang lain ini disebut minimalistic plagiarism. Ketika penulis mengubah struktur kalimat tetapi tidak mengubah kata-kata pada kalimat disebut dengan source plagiarism atau mosaic plagiarism. Disini dinyatakan bahwa self plagiarism merupakan pengambilan kata, kalimat, prase, atau paragraf dari karya tulis yang dihasilkan oleh pelaku palgiat itu sendiri. mengambil tulisan milik sendiri untuk dijadikan tulisan berikutnya tanpa pencantuman sumber yang jelas. Berdasarkan penadapat ahli tersebut di atas, penulis dapat mengetahui bahwa ada bermacam-macam jenis plagiatisme seperti full plagiatrism, plagiarism
parsial,
Auto-plagiasi,
source
plagiarism,
dan
minimalistic
plagiarism. Oleh sebab itu, dengan keanekaragamnya jenis-jenis plagiat sehingga 39
setiap insan yang akan menghasilkan karya ilmiah dapat lebih berhati-hati dalam menulis. Sehingga kesalahan saat menulis baik yang disengaja ataupun tidak disengaja dapat diminimalisir sekecil mungkin. Sedangkan Turniti.com (2012) menuliskan pada artikelnya bahwa ada 10 jenis plagiatisme, yaitu: 1. Clone: An act of submitting another’s work, word-for-word, as one’s own; 2. CTRL-C: A written piece that contains significant portions of text from a single source without alterations; 3. Find–Replace:The act of changing key words and phrases but retaining the essential content of the source in a paper 4. Remix: An act of paraphrasing from other sources and making the content fit together seamlessly; 5. Recycle: The act of borrowing generously from one’s own previous work without citation; To self plagiarize; 6. Hybrid: The act of combining perfectly cited sources with copied passages without citation in one paper; 7. Mashup: A paper that represents a mix of copied material from several different sources without proper citation; 8. 404 Error: A written piece that includes citations to non-existent or inaccurate information about sources; 9. Aggregator: The “Aggregator” includes proper citation, but the paper contains almost no original work; 10. Re-Tweet: This paper includes proper citation, but relies too closely on the text’s original wording and/or structure. Dengan sengaja memengambil karya orang lain seperti: kata, kalimat, ide, dan paragraf menjadikannya seolah-olah merupakan hasil buah pemikirannya disebut dengan Clone. Menulis untukan isi yang khusu dari teks dari suatu sumber tanpa menambahkan kata penghubung atau pemberian makna disebut CTRL+ C. Kegiatan mengubah kata kunci dan kalimat tetapi tidak memberikan pemaknaaan inti dari isi kalimat dari suatu sumber disebut find-replace. Menggabungakan kalimat dari sejumlah sumber lalu menyatukannya seolah-olah menjadi suatu karya baru disebut remix. Menggunakan kalimat kalimat dari suatu karya 40
sebelumnya untuk menghasilkan karya yang baru tanpa menyertakan sumber yang dilakukan
oleh
penulis
itu
sendiri
disebut
recycle
(self-plagiarsm).
Menggabungkan kalimat dari beberapa sumber dengan milik penulis tanpa menyertakan sumbernya disebut hybrid. Menampilkan karya baru yang diambil dari sejumlah sumber tanpa menyertakan sumber aslinya disebut mashup. Penulis memasukan sumber yang tidak menjadi rujukan dalam tulisanya disebut 404 Error. Karya ilmiah yang isinya lebih banyak menggunakan kutipan sumber dibandingkan dengan hasil pemikiran penulis disebut aggregator. Karya ilmiah yang didalamnya memiliki struktur kata atau kalimat yang mirip dengan kutipan sumber disebut re-tweet. 2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Plagiatisme Banyak pakar, buku, lembaga dan artikel memberikan pendapat mengenai alasan terjadinya palgiatisme. Seperti yang disampaikan oleh Rothschild (2011) menuliskan pada artikelnya bahwa terdapat lima alasan terjadinya plagiatisme, yaitu: 1. The Misunderstanding: This may be the number one excuse for plagiarism; 2. The Lapse of Judgment: This is an excuse often employed by professionals; 3. The Big Escape: The internet might be to blame for this common excuse; 4. The Force of Nature: This excuse is the equivalent of “the dog ate my homework” from our early school years; 5. The Honest Mistake: Is there really an ‘honest mistake’ case of plagiarism? Sort of. Banyak faktor yang menyebabakan seseorang terjebak dalam pelanggaran menulis karya ilmiah. The Misunderstanding maksudnya penulis tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai batasan-batasan dalam menggunakan karya 41
orang lain yang dijadikan bahan rujukan. The Lapse of Judgment dalam menyelesaikan karya ilmiah, penulis membeli atau membayar ahli untuk menyelesaikan karya ilmiahnya. The Big Escape dapat dimaknai sebagai suatu tindakan memanfaatkan internet, internet memberikan kemudahan untuk menemukan pengetahuan umum sehingga penulis hanya mengcopy lalu memberikan pengakuan atas karya tersebut. The Force of Nature maksudnya karya ilmiah yang dihasilkan memiliki kesamaan, biasanya penulis menulis karya ilmaih yang sama dengan teman sejawat. The Honest Mistake penulis menganggap bahwa karya ilmiahnya menyertakan sumber rujukan, tetapi melakukan kesalahan dalam pemberian pengakuan atas pemilik karya ilmiah yang disitir. Berbagai alasan yang memnyebabkan penulis melakukan plagiatisme di dunia pendidikan khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam buku The Little Book of Plagiarism: What it is and how to avoid it (2010, 2) tertulis bahwa ada beberapa alasan terjadinya plagiatisme antara lain, sebagai berikut: 1. When a student is not fully aware of what plagiarism is; 2. When a student does not fully understand the conventions required in academic writing; 3. It can be a panic response to poor time management when an essay deadline is looming; 4. If a student feels a desperate need not to be seen as a failure and so copies to try to ensure „success‟; 5. It can be a response to different academic traditions; 6. It can be a response to information overload and the ease with which text can be cut and pasted from the other electronic documents or pages on the Internet; 7. It can be an attempt not to displease a tutor; 8. The student may copy out text word for word during note taking and then forget to reword (paraphrase) the text for the assignment. Beberapa kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 42
1. Ketika seorang siswa tidak sepenuhnya menyadari apa yang dimaksud plagiatisme. 2. Ketika seorang siswa tidak sepenuhnya memahami konvensi diperlukan dalam menulis akademik. 3. Hal ini dapat respon panik manajemen waktu yang buruk ketika tenggat waktu esai yang menjulang. 4. Jika seorang siswa merasa mencontek tidak dilihat sebagai suatu kegagalan dan menyalin suatu tindakan yang dilakukan mencoba untuk memastikan "keberhasilan". 5. Plagiatisme mendapat respon terhadap tradisi akademik yang berbeda. 6. Hal ini merupakan respon terhadap informasi yang berlebihan dan kemudahan yang teks dapat dipotong dan disisipkan dari dokumen elektronik lainnya atau halaman di Internet. 7. Hal ini dapat menjadi upaya untuk tidak mengecewakan pembimbing. 8. Mahasiswa dapat menyalin kata demi kata dari teks selama pencatatan dan kemudian lupa untuk reword (parafrase) teks yang dijadikan sebagai tugas. Berdasarkan pernyataan di atas ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya plagiatisme mulai dari, Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang plagiatisme.
Ketika menulis karya ilmiah mahsiswa
menggunakan sumber lain sebagai rujukan, tetapi mahasiswa tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengutip karya orang lain. Plagitisme juga terjadi disebabkan karena kurangnya pemahaman mahasiswa dalam menulis karya 43
ilmiah. Manajemen waktu yang buruk, disaat waktu untuk mengumpul karya ilmiah sudah harus dikumpul. Sehingga penulis melakukan pengambilan karya ilmiah orang lain. Plagiatisme juga terjadi karena mahasiswa beranggapan bahwa tindakan mengambil karya orang lain adalah suatu hal yang biasa. Plagiatisme dianggap sebagai tradisi pendidikan dalam menulis karya ilamiah. Dokumen karya ilmaih yang dialimediakan kedalam bentuk elektronik dan tersedia di internet sehingga memudahkan dalam melakukan copy dan paste. Penulis tiadak meminta tinjauan dari pakar atau ahli atas karya ilmiah yang dihasilkan. Penulis mengambil kalimat karya ilmiah orang lain namun tidak memberika pengakuan atas pemilik kalimat tersebut. Ditambahkan oleh Rajeev (2012) ada beberapa alasan penyebab seseorang melakukan plagiatisme, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Less time; Procrastination; Ambition of achieving higher grades; Lack of knowledge; Lack of patience; No trust in one's own ability; Sheer lethargy; Ignorance about the consequences of plagiarism.
Pendapat Rajeev dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Waktu yang kurang. 2. Penundaan. 3. Ambisi untuk mencapai nilai yang lebih tinggi. 4. Kurangnya pengetahuan. 5. Kurangnya kesabaran. 6. Tidak percaya pada kemampuan sendiri. 44
7. kurangnya semangat. 8. Ketidaktahuan tentang konsekuensi dari plagiatisme.
Loveleena Rajeev menuliskan bahwa waktu yang terlalu sedikit dalam mengerjakan karya ilmiah, penundaan dalam menyerahkan karya ilmiah yang di hasilkan, kurangnya pengetahuan dalam menulis karya ilmiah, kurangnya kesabaran dalam menulis karya ilmiah dan menganggap mengambil karya orang lain adalah jalan keluarnya. Penulis tidak memilik semangat dalam menulis karya ilmiah, menulis hanya dianggap sebagai kewajiban untuk menyelesaikan studi. Mengenyampingkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan plagiatisme. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan plagiatisme dalam penulisan karya ilmia. Keterampilan manajemen waktu yang buruk, kurangnya motivasi untuk berprestasi, peningkatan tekanan eksternal, keinginan bawaan untuk mengambil, perbedaan budaya dalam belajar. Hal-hal tersebut dapat merangsang seseorang untuk mencari jalan pintas agar masalah yang dihadapi dalam menulis karya ilmiah dapat terselesaikan tanpa adanya rasa tangguang jawab atas apa yang dilakukan. Penulis hanya berfikir bagaimana tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. 2.2.5 Dampak Plagiatisme Tindakan menyimpang dengan mencuri karya orang lain dengan harapan mendapat nila kredit yang diingikan baik disengaja maupun tidak disengaja tentunya menimbulkan kerugian. Tidak hanya menimbulkan kerugian untuk penulis asli karya yang dicuri terlebih lebih untuk orang yang mencuri. Kerugian yang timbul disebabkan oleh tindakan plagiat baik secara moral atau secara 45
materil. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 17 tahu 2010 tertuang jelas sanksi yang menanti pelaku plagiat pasal 12 tertulis bahwa: 1. Sanksi untuk mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat (4), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian seuntukan hak mahasiswa, pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa, pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa, pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa, atau pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program. 2. Sanksi untuk dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11 ayat (6), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan, penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional, pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti utama untuk yang memenuhi syarat, pemberhentian dengan hormatdari status sebagai dosen/ peneliti/tenaga kependidikan, pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan, pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Dari uraian di atas sangat jelas bahwa setiap pelaku plagiat akan mendapat sanksi dari yang teringan hingga sanksi terberat. Untuk seorang mahasiswa yang melakukan plagiat pada tugas akhir akan diberi sanksi berupa teguran hingga pemberhentian tidak dengan hormat dari ststus sebagai mahasiswa. Untuk dosen yang melakukan plagiat akan mendapat sanksi teguran hingga pemberhentian tidak dengan hormat dari status dosen/peneliti/tenaga kependidikan, atau pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Pada buku Avoiding and Detecting Plagiarism: A Guide for Graduate Students and Faculty With Examples (2012, 2) tertulis tiga alasan penting
46
mengapa mahasiswa dan lembaga pendidikan harus menghindari plagiatisme, yaitu: 1. To present the work of others as your own is dishonest; it is theft the theft of ideas and of the work of others; 2. Plagiarism undermines the mission of academic institutions. An important goal of higher education is to advance knowledge.Plagiarism erodes, even denies, the credit owed to innovators, thereby reducing the incentive of researchers to advance the state of the art; 3. The plagiarist is likely to be caught. Plagiarism is a violation of academic rules and will lead to disciplinary action, including possible expulsion. Pendapat di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Untuk menyajikan karya orang lain sebagai milik Anda sedangkan Anda sendiri tidak jujur,hal tersebut adalah pencurian pencurian ide dan karya orang lain. 2. Plagiatisme merusak
misi
institusi
akademik.
Tujuan
penting
pendidikan tinggi adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan. Plagiatisme mengikis bahkan menyangkal, pemberian kredit kepada inovator, sehingga mengurangi insentif peneliti untuk memajukan keadaan seni dalam penyebaran ilmu pengetahuan. 3. Plagiator
tersebut
kemungkinan
akan
tertangkap.
Plagiatisme
merupakan pelanggaran aturan akademik dan akan menyebabkan tindakan disipliner, termasuk kemungkinan pemberhentian dari status mahasiswa. Plagiat yang terjadi di suatu instansi perguruan tinggi tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap citra dari perguruan tinggi tersebut. Tidak hanya akan mendapat sanksi administratif tentunya hal ini akan menimbulkan 47
kerugian untuk instansi untuk kedepannya. Mungkin saja perguruan tinggi tersebut akan menjadi sorotan di kalangan dunia pendidikan nasional. Oleh karena itu, sebagai akademisi sudah menjadi kewajiban untuk jujur dan mau berusaha lebih keras untuk dapat menghasilkan suatu karya ilmiah demi mendapatkan nilai kredit yang diinginkan. Agar hal yang paling buruk menimpah penulis dalam menyelesaikan studinya baik di masa sekarang ataupun dimasa yang akan datang. 2.2.6 Kiat Menghindari Plagiatisme Dalam etika penelitian jelas tetulis bahwa suatu hasil karya haruslah orisinil dan belum pernah di publikasikan. Namun bukan berarti dalam menciptakan suatu karya ilmiah kita tidak boleh menggunakan karya dari orang lain. Dalam menulis suatu karya tentunya sangat dibutuhkan karya ilmiah lain sebagai rujukan dari tulisan turunannya. Oleh sebab itu, perlu di ketahui kiat-kiat agar suatu karya ilmiah yang dihasilkan tidak termasuk plagiat. Pada buku What's plagiarism? How you can avoid it (2012, 5) memberikan beberapa cara agar terhindar dari plagiatisme sebagai berikut: 1. Keep a running record of your research; 2. Writing your draft; 3. Final copy. Agar terhindar dari plagiat ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: Keep a running record of your research maksudnya dalam menulis harus tetap berada pada keranggka penulisan yang sudah dibuat. Writing your draft dengan menulis daftar penulisan, dalam penulisan daftar alur yang sudah terkonsep akan membantu penulis terhindar dari plagiatisme. Arah dan tujuan penulisan yang jelas membuat penulis mudah dalam mengembagkan tulisannya. 48
Sehingga penulis tidak akan kebingungan dan tidak akan melakukan penyimpangan dalam karya ilmiahnya. Final copy maksudnya pada akhirnya penulis
harus
menyertakan
seluruh
referensi
yang
digunakan
dalam
menyelesaikan karya ilmiahnya. Nevil (2007) menyatakan “Attempt to summarize or restate another person’s work, theories or ideas and give acknowledgement to that person or by always using quotation marks (or indenting lengthy quotations in your text) to distinguish between the actual words of the writer and your own words”. Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan, ketika mengadopsi kata, ide, teori, dan pengetahuan umum yang bersumber dari karya orang lain harus menyertakan pemilik sebenarnya atau selalu menggunakan tanda baca untuk memberikan tanda sebagai batas antara kalimat penulis dengan kaliamt yang dimiliki penulis lain. Pada artikel ukessays.com yang berjudul What Is Plagiarism And Different Examples English Language Essay (2015) dituliskan beberapa strategi agar suatu tulisan terhindar dari plagiatism. Strategi tersebut antara lain, sebagai berikut: 1. One needs to ensure to put into 'quotations', everything that is directly taken from text or books; 2. In order to avoid plagiarism it may be useful to paraphrase properly and not just rearrange or replace a few words; 3. Check your paraphrase against the original text to be sure you have not accidentally used the same phrases or words, and that the information is accurate. Pendapat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1. Salah satu kebutuhan untuk memastikan untuk dimasukkan ke dalam 'kutipan', segala sesuatu yang langsung diambil dari teks atau buku.
49
2. Untuk menghindari plagiatisme mungkin berguna untuk parafrase yang benar dan bukan hanya mengatur ulang atau mengganti beberapa kata. 3. Periksa parafrase Anda terhadap teks asli untuk memastikan Anda tidak sengaja menggunakan frase atau kata-kata yang sama, dan bahwa informasi tersebut tepat. Penulis harus selalu menyertakan tanda baca sebagai penjelas bahwa suatu kalimat yang diambil dari karya orang lain. Tanda baca juga harus digunakan untuk memberikan batasan antara kalimat milik penulis dengan milik penulis lain yang dijadikan rujukan. Agar terhindar dari plagiatisme penulis bisa melakukan pemberian makna dari kalimat yang disitir dan tidak hanya mengutipnya saja, atau mengutip sedikat kata sebagai rujukan. Memeriksa kembali kalimat yang telah disitir sesuai atau bertentangan dengan makna kaliamt yang disitir, penulisan tidak menggunakan kalimat, kata yang sama, dan informasi yang sesuai dengan kalimat aslinya. Pada website Harvard Collega (2015) memberikan panduan untuk menghindari plagiatisme penulisan karya ilmiah. Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai tanggungjawab penulisan karya ilmiah, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keep track of yours source: print electronic sources; Keep sources in correct context; Plan ahead; Don’t cut and paste: file and label yours sources; Keep your own writing and your sources sparate; Keep your notes and your draf separate; Paraphrase carefully in your notes: acknowledge your source explicitly when paraphrasing; 8. Avoid reading a classmate’s paper for inspiration; 9. Don’t save your citations for later; 10. Quote your sources properly; 11. Keep a source trail.
50
Agar terhindar dari plagiatisme beberapa terdapat beberapa langkah yang dapat dijadikan panduan oleh penulis saat menulis karya ilmiah. Keep track of yours source: print electronic sources maksudnya penulis harus mencatat seluruh sumber yang digunakan dalam tulisan, dengan cara mencetak sumber elektronik yang digunakan. Keep sources in correct context dapat diartkan ketika menulis sumber yang digunakan harus sesuai dengan bahasan pada tulisan. Plan ahead membuat rancangan dalam menggunakan sumber, waktu, dan biaya yang dikeluarkan ketika menulis karya ilmiah. Don’t cut and paste: file and label yours sources jangan hanya melakukan cut and paste pada sumber kemudian menjadikannya untukan dari karya ilmiah. Selalu menyertakan alamat sumber secara lengkat apabila mengutip kata dari sumber. Cara ke lima Keep your own writing and your sources sparate menggunakan sumber dalam bentuk tercetak atau mencetak sumber elektronik akan menghindarkan penulis dari plagiatisme. Keep your notes and your draf separate ketika menulis harus terus memperhatikan kerangka tulisan yang telah dibuat sebelumnya. Paraphrase carefully in your notes: acknowledge your source explicitly when paraphrasing ketika melakukan perubahan kalimat dari sumber penulis harus memberikan
pengakuan secara umum bahwa kalimat tersebut
merupakan dari sumber lain dengan memberikan tanda baca sebagai pentunjuk. Cara berikutnya Avoid reading a classmate’s paper for inspiration maksudnya jangan menggunakan karya tulis milik teman sekelas sebagai inspirasi untuk menulis, karya tersebut harus dijadikan sumber dengan memberikan tanda sebagai bahan rujukan. Don’t save your citations for later maknanya bahwa 51
jangan terlalu lama menuliskan citasi karena dapat membuat penulis lupa menyertakannya dalam daftar rujukan. Quote your sources properly maksudnya selalu menggunakan tandabaca untuk menadai bahwa suatu kalimat merupakan kalimat orang lain. Keep a source trail ketika harus melakuakn revisi penulis harus tetap yakin bahwa tulisan tersebut sesuai dengan kerangka tulisan yang telah dibuat. 2.3 Open Accees dan Plagiatisme Kemajuan teknologi informasi dan computer membawa dunia komunikasi ilmia ke-era baru yang disebut dengan open access. Gerakan yang mengajak setiap insan peneliti, penulis dan para pengarang yang menghasilkan karya ilmiah untuk memberikan akses bebas terhadap karyanya. Selama ini yang menjadi orientasi penulis dalam menghasilkan karya ilmiah yang bermutu adalah nilai materil. diharapkan dengan gerakan bebas akses ini pengarang mau ikut serta menggalakan gerakan bebas akses, agar terciptanya dunia komunikasi ilimiah yang lebih berkualitas.
Tentunya dengan bantuan dari kemajuan teknologi
informasi dan komputer diharapkan hal tersebut dapat terlaksana. Dengan menculnya paradigma baru dalam penyebaran ilmu pengetahuan berupa gerakan bebas akses (open access) ada keraguan yang timbul akan terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta berupa plagiatisme. Kemudahan yang diberikan untuk mengakses sumber informasi ini munculkan kegelisahan untuk para penulis. Kegelisahan itu muncul disebabkan rasa ketakutan akan pencurian ide dan gagasan yang dihasilkan oleh penulis. Khususnya pencurian terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas akademik. 52
Namun dalam artikelnya Liaw (2009, 21-22) menyatakan bahwa beberapa argumentasi tentang mutu skripsi/tesis/disertasi hubungannya dengan pembukaan akses kekoleksi skripsi/tesis/disertasi: 1. Pembukaan akses akan meningkatkan keterpaparan (exposure) dari skripsi/tesis ke komunitas yang lebih luas, bahkan ke komunitas global melalui internet. Pembukaan akaes ini justru dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan mutu karya akademik suatau kampus. 2. Selain menjadi insentif atau ‘paksaan’ untuk penulis, pembukaan akses juga akan berdampak kepada para dosen pembimbing. 3. Bila kekuatiran tentang mutu skripsi/tesis tetap masih ada, dapat diatur agar hanya skripsi/tesis dengan nilai tertentu yang dapat diakses oleh publik. Berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa dengan memberikan akses sebesar-besarnya terhadap
skripsi/tesi
yang
dihasilkan
sivitas
akademik
memberikan damapak positif baik untuk penulis dan begitu juga terhadap dosen yang membimbing. Akuntono (2012) Menuliskan “Menurut Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia menilai transparansi dapat menekan peluang seseorang untuk berbuat kecurangan. plagiatisme di dunia pendidikan terjadi lantaran ada kesempatan. Dalam hal ini adalah tidak adanya upaya untuk mempublikasikan karya ilmiah secara lebih luas” (Kompas, 2012). Open access dalam karya ilmiah menjadi suatu paradigma baru yang membawa banyak manfaat. Salah satunya dalam pencegahan dan penanggulangan plagiatisme di peguruan tinggi, dengan transparasi dalam penyebaran karya ilmiah dapat mencegah terjadinya tindakan plagiat. Keterbukaan ilmu pengetahuan melalui suatu gerakan yang diberi nama open access. Pemegang hak cipta membuka akses sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk menggunakan karya ilmiah yang dihasilkan. Karya ilmiah yang dibuka aksesnya akan memebrikan efek positif baik 53
untuk pemegang hak cipta maupun pemangku kepentingan lainnya. Dengan open access pengarang dapat melakukan komunikasi ilmiah dengan teman sejawat di seluruh dunia melalui karya ilmiah yang dihasilkan. Pemegang hak cipta dapat langsung mengetahui sudah seberapa baik kualitas dari karya ilmiah yang dihasilkan. Open access diharapkan mampu menciptakan komunikasi ilmiah yang lebih
berkualitas.
Tetapi
dalam
pelaksanaanya
masih
banyak
terjadi
penyimpangan yang terjadi. Kemudahan dalam menggunakan dan mengakses karya ilmiah oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk melakukan penyimpangan berupa plagiatisme. Open access dan plagiatisme merupakan dua varietas yang berbeda namun keduanya saling berhubungan. Open access memberikan akses yang bebas sehingga siapa saja dapat menggunaka karya ilmiah memudahkan terjadinya pencurian karya orang lain. Tetapi disisi lain pencurian karya ilmiah yang dilakukan dapat dideteksi dengan bantuan dari open access. Oleh sebab itu, perlu diketahui seberapa besar pengaruh open access terhadap plagiatisme di perguruan tinggi.
54