6
BAB II Kajian Pustaka 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5). Slameto (2003:2) mendevinisikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya”. Dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dengan pendidik untuk mengembangkan kemampuan, kecerdasan yang dilakukan dalam proses belajar. 2.1.2
Metode Pembelajaran Discovery Menurut Sund (Roestiyah, 2001:20) discovery adalah proses mental dimana siswa
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: panas, magnet, gaya, cahaya, dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud
6
7
prinsip antara lain: magnet dapat menarik benda, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, maupun membuat magnet. Discovery Learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Metode discovery menurut Mulyasa (2006:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Menurut saya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, melihat sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat menemukan sendiri. 2.1.3 Pentingnya metode discovery Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan prestasi siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: a. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa dan dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. c. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kernampuannya masing-masing.
8
d. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. e. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. f. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Dengan demikian metode discovery sangatlah penting dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2.1.4 Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran Menurut
Soli.A(2008:7.12) pembelajaran dengan menggunakan
metode
discovery penemuan dapat ditempuh dengan langkah-langkah kegiatan: 1) Kegiatan Persiapan a) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa (need assessment). b) Merumuskan tujuan pembelajaran. c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas. d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan (1) Kegiatan Pembukaan a) Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan. b) Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan. c) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. (2) Kegiatan Inti a) Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
9
b) Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan. c) Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
untuk
d) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. e) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan. f)
Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
g) Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. h) Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. (3) Kegiatan Penutup (1) Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. (2) Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan. (3) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.
Metode discovery yang dapat dilakukan oleh guru untuk penemuan pada pelajaran IPA dalam penelitian ini, dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berkut: 1) Kegiatan Pra Pembelajaran a) Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas. b) Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan. c) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan. d) Menjelaskan meteri pelajaran.
10
e) Mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan dalam bentuk lembar tugas. f) Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan masalah melalui lembar tugas. g) Membagikan lembar tugas siswa. h) Menunjukkan dan mengenalkan alat peraga yang akan diamati. i) Menyuruh siswa untuk mengamati alat peraga yang sudah ditentukan yang diberi perlakuan. j) Menyuruh siswa menghimpun informasi atau data dari hasil pengamatannya. k) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan. l) Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. m) Menyuruh siswa melaporkan hasil temuannya. n) Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. o) Melakukan evaluasi. p) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik. Langkah-langkah kegiatan penerapan metode discovery dengan menggunakan metode penemuan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Perubahan Benda dan Sifat Benda Serta Kegunaanya pada siswa kelas VI SD Negeri I Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
2.1.5
Hakikat IPA
11
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut: 1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. 4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna . 5. Universalitas,kebenaran penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk). 2.1.6
Perubahan Benda dan Sifat Benda Serta Kegunaanya Penelitian ini mengambil mata pelajaran IPA pada materi pokok Perubahan Benda
dan Sifat Benda serta Kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk perubahan benda antara lain pelapukan, perkaratan, dan pembusukan. Pelapukan ada 2 macam yaitu : a. Pelapukan biologi b. Pelapukan kimia
12
Perkaratan terjadi karena adanya interaksi senyawa logam, air dan udara. Pembusukan terjadi karena adanya pertumbuhan dan aktivitas jamur atau bakteri. Logam bersifat keras dan kuat tidak tembus air, pada umumnya sulit di bentuk. Kayu bersifat keras,karet dan plastik bersifat lentur dan tidak tembus air benda –benda tersebut dapat berfungsi dengan baik jika ada kesesuaian antara bahan pembuat benda dan tujuan pembuatan benda. 2.1.7
Hasil Belajar Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Iskandar (2001 : 12) hasil belajar IPA berupa fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting bagi kemajuan hidup manusia,cara kerja memperoleh itu di sebut proses IPA dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berpikir. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. 2.2 Kajian yang Relevan Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode discovery dalam pembelajaran akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Seperti penelitian yang dilakukan diantaranya oleh:
13
Yuana F.(2008:42) Menyimpulkan bahwa hasil penelitian dengan menerapkan metode discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 3 Kartasura. Dalam penelitiannya siswa terlibat aktif untuk melihat, mengamati, dan menganalisis proses terjadinya baik dalam menangani masalah atau mengemukakan pendapatnya atas inisiatif sendiri dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri serta bersifat terbuka diharapkan nantinya akan tertanam konsep yang lebih mantap dalam diri siswa. Penelitian dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA ini menggunakan perubahan benda akibat pelapukan,pembusukan dan perkaratan dalam penerapan metode discovery berporos pada terselenggaranya kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan materi yang dibahas yaitu perubahan benda dan sifat benda. Dalam penerapan metode discovery ini melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, melihat sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa kelas VI pada pelajaran IPA dapat meningkat dengan baik dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery. 2.3
Kerangka Pikir Keberhasilan proses pembelajaran itu harus di dukung dengan metode yang tepat
sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Berdasarkan teori menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Penerapan metode discovery mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah . Mencari sumber sendiri, dan
14
mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Sehingga hasil belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Pembelajaran dengan metode discovery yang dilakukan ini lebih menekankan pada pengalaman langsung diduga hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri I Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan meningkat. 2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat diturunkan hipotesis
tindakan antara lain sebagai berikut : Penerapan pembelajaran dengan metode discovery diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI di SD Negeri I Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester I Tahun pelajaran 2011/2012.