6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan disesuaikan untuk memungkinkan antara penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Kurikulum yang saat ini digunakan di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK dan KTSP mempunyai kesamaan yakni pembelajaran dan penilaian menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi dan penilaian berbasis kelas. KBK mempunyai perbedaan dengan KTSP yakni dikembangkan oleh tim pusat kurikulum departemen pendidikan nasional, sedangkan KTSP dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan sekolah dengan tetap berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangkan KTSP di sekolah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. SNP dikembangkan oleh BSNP. Terdapat 8 Standar Nasional Pendidikan yang harus diacu oleh sekolah dalam penyelenggaraan kegiatannya yaitu: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan
7 utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, sedangkan Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan (BSNP, 2006: 4). KTSP ditandatangani pada 23 Mei 2006 dan diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2006/2007. Menurut Mulyasa (2007: 19) KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP merupakan suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Susilo (2007: 12) menyatakan bahwa KTSP adalah suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Pengertian KTSP dalam SNP Pasal 1 Ayat 15, KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai potensi sekolah dan karakteristik siswa serta sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sejalan dengan pengertian diatas Sanjaya (2008: 128) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan KTSP sebagai kurikulum operasional. Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional, dalam pengembangannya KTSP tidaklah terlepas dari ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional; kedua, para pengembang KTSP dituntut harus memerhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi UndangUndang No. 20 Tahun 2003 Ayat 2, yakni kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; ketiga, para pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran.
8 b. Landasan Pengembangan KTSP KTSP memiliki Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang melandasinya diantaranya adalah Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengemukakan bahwa SNP terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pasal 35 Ayat 2 mengemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pasal 36 Ayat 2 menyebutkan kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Pasal 38 Ayat 1, 2 menyebutkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah, serta kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan supervise dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten atau kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 berisi tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi kelulusan (SKL) dan standar kompetensi isi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
9 kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan. Ayat 1 mengemukakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan ayat 2 berisi tentang Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Aturan Pelaksanaan SKL dan Standar Isi. Peraturan tersebut mengemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan. c. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah atau madrasah. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; Beragam dan terpadu; Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; Relevan dengan kebutuhan hidup; Menyeluruh dan berkesinambungan; Belajar sepanjang hayat; Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (BSNP, 2006: 5). Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, berarti peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
10 bertanggung jawab. Memiliki posisi sentral berarti proses pembelajaran yang berlangsung berpusat pada peserta didik. Beragam dan terpadu berarti pengembangan kurikulum memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jenis kelamin. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yakni kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Relevan dengan kebutuhan kehidupan yang berarti pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Menyeluruh dan berkesinambungan mengandung arti bahwa substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. Belajar sepanjang hayat berarti kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. Prinsip yang terakhir yakni seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah berarti kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
11 dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan moto Bhineka Tunggal Ika dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). d. Karakteristik KTSP Sanjaya (2008 : 129) mengemukakan bahwa KTSP dilihat dari desainnya terdiri atas 4 desain, yakni kurikulum sebagai disiplin ilmu, atau yang dikenal dengan kurikulum subjek akademis; kurikulum pengembangan individu yang sering kita kenal dengan kurikulum humanistik; kurikulum berorientasi pada kehidupan masyarakat atau yang kita kenal dengan rekonstruksi sosial; serta kurikulum teknologis. Konsep dasar dan desain kurikulum diatas jika dihubungkan maka, KTSP dapat dikatakan memiliki semua unsur tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP itu sendiri. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.Pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang harus dipelajari itu selain sesuai dengan namanama disiplin ilmu juga ditentukan jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Kriteria keberhasilan tersebut dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran. KTSP sebenarnya menyarankan kepada setiap guru menggunakan sistem penilaian proses misalnya dengan portofolio, namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran. KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu yakni menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya CTL, inkuiri, pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. Secara tegas dalam struktur kurikulum terdapat
12 komponen pengembangan diri, yakni komponen kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah, hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Berdasar pada prinsip tersebut, maka KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah, bahkan dengan program muatan lokalnya, KTSP didasarkan pada keberagaman kondisis, sosial, budaya yang berbeda masingmasing daerahnya. KTSP adalah kurikulum teknologis, karena dapat dilihat dari adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian di jabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian. Mengacu pada karakteristik-karakteristik diatas, maka KTSP adalah kurikulum yang memuat semua unsur desain kurikulum. Semua unsur desain mewarnai KTSP, akan tetapi desain KTSP sebagai desain kurikulum berorientasi pada pengembangan disiplin ilmu atau desain kurikulum subjek akademis tampak lebih dominan, hal ini tampak jelas dari pengaturan secara ketat namanama disiplin ilmu serta kriteria keberhasilan setiap siswa dalam mempelajari kurikulum. 2. Peran Guru dalam Pelaksanaan KTSP di sekolah Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut Martinis Yamin (2008: 49), guru harus memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, seperti adanya perubahan kurikulum. Guru diminta untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut, dengan cara mengikuti penataran, workshop, dan belajar dari teman lainnya. Seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas harus memahami kurikulum yang berlaku, jangan sampai ketika pelaksanaannya di lapangan, guru tidak mengetahui perangkat yang digunakan. Oemar Hamalik (2008: 53) menyatakan bahwa setiap guru perlu dan harus memahami kurikulum tempatnya bertugas dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu, agar pelaksanaan Kurikulum
13 Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berjalan efektif, guru perlu memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tugas utama guru dalam pelaksanaan KTSP adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator dan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah (Mulyasa, 2006: 109). Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP, guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bertujuan untuk memberdayakan para siswa agar memiliki kecakapan hidup sehingga guru harus mengembangkan kreativitas para siswa melalui kecakapan, memotivasi dengan iklim belajar yang kondusif (Martinis Yamin, 2008: 104). 3. Pembelajaran Matematika Berbasis KTSP Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup (Mulyasa, 2008: 180). Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilaksanakan guru untuk memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk memulai atau membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan pretest. Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim
14 pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran. Pembinaan keakraban sebaiknya dilakukan guru untuk memperhatikan perbedaan individual dan karakteristik peserta didik. Terbinanya suasana yang akrab amat penting untuk mengembangkan sikap terbuka dalam kegiatan belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik; Pretest (tes awal) adalah kegiatan yang dilakukan setelah pembinaan keakraban. Pretest memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan inti pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagai penjajagan terhadap kemampuan peserta didik pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi, kebutuhan serta kemampuan peserta didik. Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk mengakhiri pembelajaran. dalam implementasi KTSP, kegiatan menutup pelajaran (penutup) perlu dilakukan secara professional, agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran antara lain, pertama, meninjau kembali yakni dapat dilakukan dengan cara merangkum materi pokok atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar dan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau oleh peserta didik bersama guru. Kedua, mengevaluasi yakni untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran. Ketiga, Tindak lanjut yakni kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi, kegiatan ini perlu diberikan agar terjadi pemantapan pada
15 diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. B. Penelitian yang Relevan Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian-penelitian yang mendukung, diantaranya adalah Penelitian yang dilakukan Anita (2009) tentang Pelaksanaan Pembelajaran berbasis KTSP di SMP N 24 Surakarta. Penelitian tersebut mengemukakan proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru jarang mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitarnya, selain itu dalam menerapkan berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran juga jarang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran metematika di kelas juga menunjukkan bahwa pembelajaran matematika masih terpusat pada guru yang cenderung menstransfer pengetahuan matematika yang di miliki dalam pikiran siswa. Guru masih memandang bahwa matematika merupakan produk bukan proses, hal ini akan membuat pelajaran matematika menjadi tidak menarik, sehingga kebermaknaan terhadap matematika relatif rendah. Penelitian Ilmiah lainnya juga dilakukan oleh Rahayu (2008) di SMK Negeri 6 Surakarta. Penelitian yang dilakukan Rahayu memaparkan pelaksanaan KTSP yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yakni berpusat pada potensi peserta didik dan lingkungannya. Proses Kegiatan Belajar Mengajar yang merupakan inti kegiatan dalam satuan pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan strategi pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran matematika juga tidak terlepas dari dukungan institusi sekolah sebagai lembaga yang menaungi proses pembelajaran tersebut. Kesiapan perangkat pembelajaran baik dari segi administrasi, fisik, sosial dan lainnya akan memberikan pengaruh bagi pencapaian tujuan pembelajaran matematika berbasis KTSP. C. Kerangka Berpikir Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satu di antaranya adalah pembaharuan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. KTSP merupakan kurikulum terbaru saat ini. KTSP memberikan kebebasan satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kompetensi sekolah yang tetap
16 mengacu pada BSNP. Diharapkan melalui KTSP, guru dapat mengembangkan profesionalitasnya agar terjadi pembelajaran yang kreatif, inovatif serta kualitas pendidikan dapat lebih baik. Pelaksanaan pembelajaran KTSP di sekolah tidaklah mudah untuk dilaksanakan, di samping kompetensi guru, yang dapat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. yaitu siswa, sumber belajar, dan strategi mengajar. Faktor-faktor tersebut tidak selalu berjalan dengan baik, ada kalanya terjadi hambatan-hambatan, baik intern maupun ekstern. Misalnya hambatan dari dalam diri siswa, lingkungan sekitar, kendala sumber belajar dan beberapa faktor lain. Berbagai usaha diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa mempunyai kompetensi yang diharapkan oleh lingkungan. Pengembangan KTSP didasarkan pada satuan pendidikan, berarti komponen sekolah, baik kepala sekolah, guru, komite sekolah dan dewan pendidikan, harus memahami hakikat KTSP. Sekolah adalah pelaksana kurikulum, baik kurikulum nasional maupun kurikulum yang ditentukan berdasarkan kompetensi sekolah (muatan lokal). Pelaksanaan tersebut dilaksanakan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah memerlukan manajemen pengajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.