BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Proses Belajar “Proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar”8 Keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlangsung interaksi guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar yang merupakan
kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya aktifitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktifitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. Guru berperan sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran. Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dalam proses belajar mengajar.
2.1.2. Matematika Matematika adalah salah mata pelajaran yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang mempunyai berbagai cabang seperti hitung, pengukuran, statistik, dll.
8
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori belajar & Pembelajaran. Jogjakarta. 2010. Hlm. 16.
9
10
Matematika termasuk ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, yang berdiri sendiri dan bukan cabang dari ilmu alam. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang mempelajari konsep bilangan, pengkuran dan geometri, aljabar, serta pengolahan data. Konsep-konsep matematika dibangun melalui proses penalaran deduktif. Namun, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran agar matematika mudah di pelajari Berdasarkan beberapa pengertian matematika, dapat diambil kesimpulan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan kuantitatif sehingga memudahkan manusia untuk berfikir yang logis.
2.1.3. Tujuan Belajar Matematika Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling penting di dalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan pembelajaran matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam rencana pembelajaran matematika. “Tujuan diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus”.9 Tujuan umumnya:
9
Muchtar A. Karim dan dkk, GBPP Mata Pelajaran Matematika SD Kurikulum 1994 Depdikbud 1997, Malang, 1997, hlm. 10-11.
11
1.
Mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;
2.
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajarai berbagai ilmu pengetahuan.
Jadi tujuan umum ini terutama menekankan pada penataan nalar siswa, pembentukan sikap siswa, dan ketrampilan siswa untuk menerapkan matematika. Tujuan khusus: 1.
Menumbuh dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;
2.
menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika;
3.
mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SLTP;
4.
membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.
2.1.4.
Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
“Banyak pihak yang menganggap bahwa Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pemdekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari”10
10
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, Yogyakarta, 2011, hlm. 20.
12
“Realistic Mathematics Education, yang diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistic (PMR), adalah sebuag pendekatan belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri belanda”.11
2.1.5.
Benda Konkret Segitiga, Segiempat dan Lingkaran Matematika dapat diangkat sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan
hubungan antara struktur dan mengkatagorikan hubungan diantara struktur. Dienes yaitu salah satu tokoh teori belajar matematika mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda atau obyek dalam bentuk permainan Konsep abstrak matematika menjadi konkret, maka siswa pada tingkatan yang rendah akan mudah memahami dan mengerti hal ini sesuai dengan pendapat Jean Peaget yaitu salah satu tokoh teori belajar . Ia berpendapat bahwa “perkembangan kognitif anak sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional konkret”. Pada usia 7 sampai 11 ini akan lebih dipahami jika menggunakan objek-objek konkret dan anak terlibat langsung didalamnya. Hal ini menjadi dasar bahwa guru dalam pembelajaran seharusnya menggunakan benda-benda konkret yang dapat melibatkan anak secara aktif.
11
4.
Nyimas Aisyah, dkk, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD, Jakarta, 2007, hlm. 7-
13
Setiap konsep bisa dipahami dalam matematika yang harus dipahami anak perlu segera diberi penguatan supaya mengendap, melekat, dari tahap ke tahap serta tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola piker maupun pola tindakannya. Untuk keperluan inilah maka diperlukan melalui berbuat dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang akan mudah dilupakan dan sulit dimiliki.
2.1.6.
Proses Belajar Matematika “Proses belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam mata pelajaran Matematika setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Proses belajar tersebut berupa kemampuan-kemampuan baru yang meliputi pola
perbuatan,
nilai,
makna,
sikap,
apresiasi,
kecakapan,
ketrampilan yang berguna untuk menyelesaikan problematika dalam mata pelajaran Matematika khusunya dan problematika sosial pada umumnya”.12
Sebagai bukti telah dikuasainya kemampuan-kemampuan baru oleh peserta didik dinyatakan dengan nilai yang berupa angka-angka. Makin tinggi nilai yang diperoleh peserta didik berarti makin tinggi pula tingkat kemampuan-kemampuan baru yang dikuasai. Penilaian kelas dapat dilakukan melalui tehnik tes (tertulis, praktek dan perbuatan) dan bisa juga berupa tehnik non tes (tugas, praktek dan portofolio). 12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm. 2
14
Adapun jenis penilaian kelas meliputi ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, proses belajar Matematika yang dimaksud adalah nilai mata pelajaran Matematika tentang macam-macam bangun datar yang diperoleh siswa kelas 1 SD Negeri Candirejo 1 Kabupaten Semarang. Sedangkan yang dimaksud dengan Bangun datar meliputi: segitiga, segi empat dan lingkaran.
2.2.
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang ada kaitanya dengan variable penelitian yang dilakukan. “Upaya meningkatkan prestasi belajar matematika tentang masalah yang melibatkan uang melalui matematika realistik di kelas III SDN 1 Pedosono, Kaliworo, Wonosobo semester II 2009/2010”.13 Hasil sebelum dilakukan tindakan siswa yang memenuhi KKM sebesar 65 hanya 31%, pada siklus I naik menjadi 79% dan pada siklus II mencapai 100%” “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui PMR dalam menyelesaikan matematika soal cerita pada poko bahasan satuan panjang siswa kelas IV SD Negeri
13
Ika Puji Astuti. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar matematika tentang masalah yang Melibatkan uang Melalui Matematika realistic di Kelas III SDN 1 Pedosono, Kaliworo Semester II 2009/2010. Salatiga UKSW. Skripsi Tidak Terbit.
15
Gejayan”14, dapat disimpulkan bahwa penerapan model PMR meningkatkan hasil belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan siswa dari silkus satu yang hanya 54% sedangkan siklus II mencapai ketuntasan 82%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model PMR dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi siswa. Penelitian tentang Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yang walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini, dengan demikian penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan penggunaan PMR pada peningkatan proses belajar siswa dan aktifitas siswa terhadap matematika daripada pembelajaran konvensional.
2.3.
Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah
tindakan dengan cara mengajar menggunakan alat peraga yang ada dikelas untuk merubah gaya mengajar guru yang monoton saat mengajar pelajaran Matematika tentang Bangun Datar.
14
Miftakhul Janah. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui PMR dalam menyelesaikan matematika soal cerita pada poko bahasan satuan panjang siswa kelas IV SD Negeri Gejayan. Salatiga UKSW. Skripsi Tidak Terbit.
16
KONDISI AWAL
Guru belum menggunakan
Penugasan siswa pada materi
benda-benda konkret
Bangun Datar masih rendah
Dalam pembelajaran guru
TINDAKAN
menggunakan benda-benda konkret
KONDISI AKHIR
Siklus I dalam pembelajaran menggunakan benda-benda konkret kelompok besar
melalui media benda-benda
Suklus II dalam pembelajaran
konkret dapat meningkatkan
menggunakan benda-benda
hasil belajar siswa tentang
konkret kelompok kecil
bangun datar
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Penggunaan Metode Pembelajaran Matematika Realistik
2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam Gambar 1, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan benda-benda konkret dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas I SD Negeri Candirejo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II Tahun Pelajaran 2011/1012”.