6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Pelajaran ini diberikan sejak masih bangku SD sampai perguruan tinggi. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Suriasumantri (1995:257) menyatakan bahwa belajar bahasa akan lebih mudah jika pembelajaran bersifat holistik, realistik, relevan, bermakna, dan fungsional, serta tidak lepas dari konteks pembicaraan. Pengajaran bahasa sebenarnya dilandasi oleh pandangan bahasa holistic (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan utuh, dan dalam proses belajar sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dalam proses pembelajaran bahasa holistic guru menjadi model dalam berbahasa (membaca dan menulis), serta bertindak sebagai fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting bagi peserta didik untuk membantu meningkatkan rasa nasionalisme dan untuk belajar bahasa Indonesia harus satu kesatuan yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
7
2.1.2 Menulis 2.1.2.1 Pengertian Menulis Menulis adalah sebuah aktivitas yang kompleks, bukan sekedar mengurutkan kalimat-kalimat, namun lebih daripada itu. Menulis merupakan proses menuangkan pikiran. Proses menulis adalah salah satu upaya untuk mewarisi dan meneruskan idea atau gagasan kepada orang lain agar ide tersebut tetap terpelihara dan tetap “Hidup” (Kartono, 2009: 17) sejalan dengan pendapat Kartono, bahwa menulis adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang mengkomunikasikan informasi secara tidak tatap muka kepada orang lain, seperti pernyataan Tarigan (2008:3) bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Agar informasi yang disampaikan ke orang lain dapat tersampaikan dengan baik, menulis harus diperhatikan tata penulisannya dan aspek bahasa tulisnya yang diungkapkan oleh Hasani (2005: 2) menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penuls harus mampu memanfaatkan kemauan dalam menggunakan tat tulis, struktur bahasa dan kosakata. Ada empat (4) prinsip yang mendukung seseorang untuk terampil dalam menulis (Haryon, 2007:89-90) yaitu sebagai berikut : a. Aktif berpikir adalah kegiatan yang jauh lebih aktif daripada “Membaca”. Dalam menulis seseorang harus aktif dalam berpikir tentang materi yang akan disampaikan dan kemudian secara aktif juga menyatakan dengan bahasa yang sesuai agar mudah dipahami oleh pembaca lain. b. Keterampilan membaca menjadikan seseorang dapat menulis dengan baik. c. Meniru adalah kegiatan melihat sambil mendengarkan petunjuk yang diberikan oleh orang-orang yang terampil. d. Latihan menulis adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus jika seseorang ingin terampil menulis
8
Berdasarkan keempat prinsip diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang terampilan dalam menulis harus terlibat aktif dalam mencari gagasan membaca kemudian berlatih dengan orang yang sudah terampil dan melatih diri untuk menulis. 2.1.3 Menulis Peristiwa Faktual Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia faktual dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi, bisa juga diartikan sebagai sesuatu hal yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Untuk bisa orang lain mengetahui peristiwa faktual, perlu untuk di informasikan. Salah satunya dengan cara menulis peristiwa tersebut. Menurut Pujiono, menulis peristiwa faktual merupakan sebuah proses komunikasi atau pemberian ide, gagasan, dan pikiran dengan bahasa yang dapat dipahami oleh orang lain dalam bentuk atau wujud bahasa tulis yang berdasarkan fakta-fakta. Adapun macam-macam menulis faktual di antaranya sebagai berikut: 1) Narasi Narasi merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya atau kronologis dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat menarik hikmah dari cerita itu. Menurut Pujiono (Pardiyono, 2007:94) naratif adalah jenis teks yang sangat tepat untuk menceritakan kejadian masa lalu, yang menonjolkan problem experience dan resolution dengan maksud menghibur dan seringkali dimaksudkan untuk memberikan pelajaran moral. 2) Deskripsi Deskripsi merupakan suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan peristiwa yang terjadi, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan oleh penulis. Deskripsi merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan faktual dalam peristiwa sejarah, meliputi apa (what), di mana (where), kapan (when), dan siapa (who). Jawaban dari pertanyaan tadi merupakan deskripsi faktual tentang sebuah peristiwa.
9
3) Recount Recount didefinisikan sebagai satu jenis teks yang dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang aktivitas di masa lalu. 4) Eksposisi Merupakan tulisan yang tujuan untamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan (Kuncoro, 2009:72). Dengan demikian, eksposisi dapat memberikan informasi tambahan kepada pembaca 5) Eksplanasi Eksplanasi merupakan perluasan pertanyaan faktual untuk mengetahui alasan dan jalannya sebuah peristiwa (Sjamsuddin:1996). Mengapa (why) dan bagaimana (how) merupakan pertanyaan analisis-kritis yang juga menuntut jawaban analisiskritis yang bermuara pada penjelasan atau sintesis sejarah. Jawaban dari pertanyaan tadi merupakan eksplanasi faktual tentang sebuah peristiwa 6) Prosedur Pardiyono (2007:125) petunjuk tentang langkah-langkah yang harus dilakukan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dapat dikemas dalam suatu teks jenis prosedur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prosedur merupakan tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Jadi dalam menulis peristiwa yang faktual berdasarkan prosedur, yaitu menulis peristiwa yang nyata atau fakta sesuai urutan dari terjadinya peristiwa tersebut sampai selesainya peristiwa tersebut.
2.1.4 Pengertian Komentar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komentar merupakan ulasan atau tanggapan atas berita, pidato, dan sebagainya (untuk menerangkan atau menjelaskan). Untuk mengomentari suatu peristiwa, diharapkan bukan hanya sekedar berkomentar baik buruknya suatu peristiwa namun dianalisis dan dievalusi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi atau membantu memperbaiki hal tersebut, yang sering disebut juga mengkritik. Kritik merupakan tanggapan disertai uraian pertimbangan baik buruk suatu karya pendapat, atau informasi. Untuk mengkritik harus ada suatu masalah yang terjadi atau stimulus. Menurut Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau
10
jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Setelah berkomentar, diharapkan seseorang dapat memberikan solusi dalam hal yang dikometari tersebut atau dengan memberikan saran. Menurut Kamus Bahasa Indonesia saran merupakan pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Dalam mengomentari sebuah peristiwa, harus sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan tepat sasaran sesui dengan stimulus yang diberikan. Syarat memberikan solusi atau saran yang baik sebagai berikut: 1. Menyampaikan kelebihan dan kekurangan 2. Menyatakan alas an yang logis 3. Menyampaikan jalan keluar 4. Menggunakan bahasa yang santun 5. Menghindari kalimat yang menyinggung perasaan orang lain
2.1.5 Aspek-aspek menulis peristiwa faktual Keraf (2007: 121-146: 139) menyatakan bahwa karangan yang baik harus mencakup aspek judul karangan, isi atau gagasan, organisasi, tata bahasa, diksi atau pilihan kata, ejaan. Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Judul Judul harus menarik dan sesuai dengan tema. Di bawah ini adalah syaratsyarat judul yang baik yaitu: 1) Judul harus relevan, yaitu judul harus berkaitan dengan tema 2) Judul harus proaktif, judul harus menimbuulkan keiingintahuan pembaca terhadap isi karangan 3) Judul harus singkat, yaitu judul haus memiliki rangkaian yang singkat dan jelas b. Isi atau gagasan Gagasan merupakan pesan yang akan disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Gagasan dapat berupa pengetahuan, pendapat, renungan, keinginan, perasaan dan emosi. Isi atau gagasan dituangkan secara tertulis dapat memberi manfaat bagi pembaca karena isi dalam karangan merupakan inti dari karangan tersebut.
11
c. Organisasi karangan Dalam menulis harus terdapat paragraf. Paragraf yang baik harus menerapkan azas-azas yang berkenan dengan gagasan (The Liang Gie, 1992: 31). Azas-azas tersebut adalah: 1) Kejelasan, paragraf dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. 2) Keringkasan, karangan harus singkat dan langsung ke pokok sasaran dan tidak mengulang-ulang kata. 3) Ketepatan, karangan mengandung penataan terhadap berbagai aturan ketatabahasaan, ejaa, tanda baca, dan kelaziman bahasa tulis. 4) Kesatupaduan, harus menyatu dengan tema yang sudah ditetapkan. Kesatuan gagasan menjadi landasan seluruh karangan (keraf, 2004: 139) 5) Pertautan, suatu karangan harus berkaitan antara kalimat satu dengan yang lainnya, alinea yang satu dengan yang lain. 6) Pengharkatan, bahwa butir-butir ide mengungkapkan dengan penekatan atau menonjolkan tertentu sehingga pembaca menjadi berkesan. Organisasi karangan terdiri dari 3 yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Berikut penjelasan organisasi karangan secara terperinci: 1) Pendahuluan Pendahuluan merupakan pengantar dari sebuah karangan untuk masuk ke isi, agar pembaca mengetahui pokok masalah. 2) Isi Isi berupa pernyataan, data, fakta, contoh yang diambil dari pendapat umum, pendapat para ahli dan hasil penelitian. Menurut Keraf (1982: 104107) penyusuanan isi karangan harus kritis dan logis sehingga isi karangan meyakinkan dan benar. 3) Penutup Penutup berisi kesimpulan yang tetap mempertahankan tujuan dari karangan yang ditulis. d. Tata Bahasa Tata bahasa dalam menulis peristiwa faktual adalah susunan bahasa yang dapat dipahami pembaca. Susuanan bahasa yang baik akan menghasilkan kalimat efektif. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
12
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009). e. Diksi atau pilihan kata Pilihan dan perdayagunaan kata mengacu pada kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oeleh penulis atau pembaca (Keraf, 1982:105). Jadi pemilihan kata sangat mempengaruhi pembaca dalam memahami sebuah tulisan. f. Ejaan Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu 1) Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad. 2) Aspek morfologis
yang menyangkut penggambaran satuan-satuan
morfemis. 3) Aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Karangan yang baik harus memperhatikan pemakaian ejaan yang berlaku. Ejaan tersebut meliputi pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan unsure serapan, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. g. Kebersihan dan kerapian Menurut Keraf (1984:250) karangan dikatakan bersih apabila tidak ada coretan, penulisan antar kata satu dengan yang lain tidak berjejal-jejal. Maka dalam menulis peristiwa faktual, kebersihan adalah satu faktor untuk dinilai.
2.1.6 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Indonesia Pencapaian tujuan Bahasa Indonesia ditetapkan oleh Badan Standart Nasional (BSNP) harus dimiliki oleh kemampuan siswa yang berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara
13
efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi guru. Oleh karena itu, dalam pembelajar di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk pelajaran Bahasa Indonesia yang ditujukan bagi siswa kelas 5 SD disajikan melalui tabel berikut ini.
Standar Kompetensi (SK) 6. Mengungkapkan pikiran dan
Kompetensi Dasar (KD) 6.1 Mengomentari persoalan faktual
perasaan secara lisan dalam diskusi
disertai alasan yang mendukung dengan
dan bermain drama.
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
2.1.7 Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22). Hasil belajar sangat penting dalam proses pembelajaran karena hal tersebut guru bias mengerti kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik setelah pembelajaran selesai. Menurut Bloom (Suprijono, 2011: 6), “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, mengorganisasikan, menilai. Domain afektif meliputi: sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotorik meliputi
Initiatory,
Pre-routine, dan
Rountinized.” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah peubahan tingkah laku pada yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2010:10) meliputi:
14
1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis. 3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial. Syah (2006: 144) “ mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”sebagai berikut : 1) Faktor internal anak, meliputi: a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa yaitu Intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi. 2) Faktor eksternal anak, meliputi: a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf adminitrasi dan teman-teman sekelas. b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.
15
c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercermin dalam seluruh kepribadiannya. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Menurut Allen dan Yen dalam Wardani, Naniek Sulistya,dkk (2012 : 48) Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrument yang sering digunakan seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. 1) Tes Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu (Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan. Tes adalah salah satu contoh instrument atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. (Sudjana, 2011 : 35). Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi,dkk, 2009) dalam (Wardani, Naniek Sulistya,dkk, 2012 : 48). Dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengukur seberapa paham siswa dengan pelajaran yang guru sampaikan yang berbentuk rangkaian pertanyaan. 2) Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengukur suatu kegiatan yang dalam ranah afektif dan psikomotorik, berbeda dengan tes yang mengukur kegiatan siswa dalam ranah kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, beberapa
16
diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik, dan portofolio (Wardani, Naniek Sulistya,dkk, 2012 : 73). Ketercapaian tujuan pembelajaran yang dapat diketahui dari hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes tertulis dan non tes (observasi). Ada instrumen butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunakan tes, untuk menilai aspek kognitif, apabila pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap akan menggunakan instrumen butir-butir pernyataan, untuk menilai aspek afektif. Tujuan dalam suatu pembelajaran dapat dikatakan sukses apabila siswa tuntas KKM. Menurut Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012 : 117), KKM merupakan kriteria yang paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dan harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
2.1.8 Picture and picture Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Menuriut Suprijono (2009) picture and picture merupakan streategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut: a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
17
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. e. Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
berbagi
kepemimpinan
dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and picture ini menurut (Agus,2009;125) terdapat enam langkah yaitu: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. b. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya
18
sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. d. Guru
menunjuk
siswa
secara
bergilir
untuk
mengurutkan
atau
memasangkan gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi. e. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. f. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat menjawab persoalan bagaimana belajar itu bermakna, menyenangkan, kreatif, dan sesuai dengan realita yang ada serta lebih melibatkan siswa aktif belajar, baik secara mental, intelektual, fisik, maupun sosial. Model pembelajaran picture and picture yang merupakan media gambar. Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
menulis
peristiwa
yang
faktual
dan
mengomentarinya
menggunakan metode picture and picture adalah sebagai berikut:
dengan
19
1) Langkah persiapan Dalam langkah persiapan ini, adapun kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut: a) Guru menentukan tujuan yang dicapai oleh siswa dan menyampaikannya kepada siswa agar siswa mengerti tujuan yang akan dicapai b) Menentukan gambar yang akan digunakan Dalam hal ini guru menentukan gambar-gambar yang faktual. Diusahakan gambar yang digunakan gambar yang menarik sehingga siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran c) Menentukan cara bekerja siswa dalam kelompok. Dalam tahap ini guru membentuk kelompok dan siswa bekerja dengan baik sesuai dengan arahan guru. 2) Langkah Pelaksanaan Dalam tahap ini siswa secara berkelompok mengamati beberapa gambar yang diberikan oleh guru dan menuliskan apa yang mereka lihat kemudian siswa memberikan komentar yang sesui dengan gambar dan karangan yang mereka buat. 3) Tindak Lanjut Dalam tahap ini guru meminta siswa untuk membacakan apa yang sudah ditulisnya.
2.1.9 Jelajah alam Sekitar (JAS) Menurut Ridlo (2005) kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran biologi. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif afektif, dan psikomotornya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan menyikapi dan penguasaan bermasyarakat. Pendekatan pembelajaran JAS dapat didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti & Kartijono, 2005). Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik dan dunia
20
nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata. 2.1.9.1 Komponen-komponen Pendekatan JAS Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya dilaksanakan secara terpadu. Adapun komponen-komponen JAS adalah sebagai berikut: a. Eksplorasi Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah b. Konstruktivisme Sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui alat inderanya, melihat, mendengar, menyentuh, mencium dan merasakannya. Menurut Lorsbach & Tobin (1992) dalam Suparno (1997), selama proses berinteraksi dengan lingkungan, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Jadi pengetahuan ada dalam diri sesorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru). Paserta didik sendiri yang harus mengartikan pelajaran yang disampaikan guru dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Dalam pembentukan pengetahuan, menurut Piaget (1970) terdapat dua aspek berpikir yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek operatif lebih penting karena menyangkut operasi intelektual atau sistem transformasi. Berpikir operatif inilah yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi. c. Proses Sains Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu. Sesuatu diamati karena menarik perhatian, mungkin memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini perlu dipecahkan melalui suatu proses yang disebut metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut
21
ilmu. Menurut Huxley (1964), metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran.
2.2 Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Kristiyani dalam skripsinya tang berjudul “Peningkatan minat dan kemampuan menulis menggunakan media gambar seri siswa kelas 4 SD negeri Kledokan semester II tahun ajaran 2011/2012” Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata siswa 79.6 dan presentase siswa yang mencapai KKM sebesar 79,10%, sedangkan pada siklus II rata-rata siswa meningkat secara signifikan menjadi 82.8 dan presentase siswa yang mencapai KKM menjadi 90.62%. Penelitian yang dilakukan Ismartoyo dan Aini Indriasih dalam skripsi yang berjudul “Penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar pada perkembangbiakan tumbuhan di Sekolah Dasar” hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa mempengaruhi hasil belajar sebesar 64,8% setelah menggunakan pendekatan Jelajah Alam sekitar meningkat menjadi 64,29 % yang termasuk kategori sangat aktif dan hasil belajar siswa dengan presentase menunjukkan 80,57 % setelah melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar hasil belajar siswa meningkat dengan presentase 88,93% termasuk kategori sangat memuaskan. Oleh karena itu, peneliti juga optimis bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil untuk meningkatkan kemampuan menulis peristiwa faktual serta mengomentarinya dan hasil belajar pada siswa kelas 5 di SDN Ledok 02 pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan pendekatan JAS.
2.3 Kerangka Berpikir Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi keterampilan bersastra dan berbahasa yang memiliki aspek keterampilan berbahasa yang memiliki aspek keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan aspek keterampilan sangat kompleks. Untuk dapat menulis, siswa harus melewati tahapan bisa menyimak, berbicara dan membaca.
22
Menulis seberarnya bukan hakl yang asing bagi siswa, karena dalam pelajaran pasti ada kegiatan menulis. Namun siswa merasa kesulitan jika menulis suatu peristiwa dan untukmengomentari peristiwa tersebut. Dalam menulis peristiwa yang faktual dan memberikan kritik dan saran, siswa membutuhkan kreatifitas dan pemikiran yang kritis dalam memberikan kritik dan saran, namun terkadang guru tidak mendukung dan menfasilitasi siswa untuk menuangkan kreatifitas dalam menulis dan memberikan kritik mapun saran terhadap peristiwa yang faktual. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terkhusus pembelajaran menulis, guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang menarik yang menyebabkan siswa bosan bahkan menanggap menulis peristiwa dan memberikan komentar adalah kegiatan yang sangat sulit. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan tanpa ada variasi. Sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar . Untuk itu perlu dipilih dan diterapkan model pembelajran yang menarik dan sesuai untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya. Salah satunya model pembelajaran yang di terapkan adalah dengan pembelajaran yang menyajikan dunia nyata dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Picture and picture dengan pendekatan Jelajah alam sekitar (JAS) Melalui picture and picture, siswa akan tertarik mengikuti pelajaran. Dengan menggunakan media gambar, siswa dapat memiliki imajinasi untuk menulis peristiwa yang sesui dengan gambar yang disajikan. Dan melalui Jelajah alam sekitar (JAS), siswa akan lebih tertarik lagi. Setelah siswa dihadapkan dengan media gambar kemudian benda/peristiwa konkret, siswa akan semakin berkembang dalam hal kreatifitas dan berpikir kritis. Sehingga tidak menutup kemungkinan siswa semakin tertarik untuk menulis peristiwa nyata dan mengomentarinya. Dalam picture and picture siswa menjadi sentral dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan guru hanya sebagai mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan siswa saat proses pembelajaran. Pendekatan ini membutuhkan peningkatan peran guru untuk lebih memotivasi siswa sehingga diharapkan picture and picture dengan pendekatan JAS dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah
23
tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa indonesia pembelajaran menulis peristiwa faktual serta memberi kritik dan saran.
24
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SK 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama Pembelajaran Konvensional
Menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif, jenuh dan pembelajaran menjadi kurang efektif
Guru Mendominasi Pembelajaran
Tes Formatif
Penilaian Hasil Belajar
Hasil Belajar rendah Model Picture and picture dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Tahapan
Pembelajaran Bahasa Indonesia: KD
1. Langkah persiapan: 1) Guru menentukan tujuan 2) Menentukan
gambar
yang
akan digunakan dan tempat yang akan di kunjungi 3) Menentukan
cara
bekerja
siswa dalam kelompok.
8.3 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa Guru Menjadi Fasilitator
b. Langkah Pelaksanaan c. Tindak Lanjut Tes Formatif
Penilaian Hasil belajar
Hasil belajar tinggi
Bagan. 1 Hubungan antara Hasil Belajar dan Model Picture and picture dengan Pendekatan JAS
25
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan. Pedoman itu berupa jawaban sementara atau hipotesis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka didalam peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : a) Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan pendekatan JAS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 SD Negeri Ledok 02 dapat meningkatkan kemampuan menulis peristiwa faktual dan memberikan komentar. b) Picture and picture dan pendekatan JAS dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 5 SD Negeri Ledok 02 dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia secara signifikan dengan KKM ≥ 85.