BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Hakikat Matematika Matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, kemudian fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir (Hestiningrum, 2012). Hudoyo (1988) menyatakan bahwa matematika adalah tentang ideide, konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkies penalarannya deduktif. Lebih lanjut Russeffendi dalam Mulyana (2008) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisidefinisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil yang telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Sejalan dengan Hudoyo, James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Mulyana, 2008). Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah bahasa simbolik yang terdiri dari ide-ide, konsepkonsep abstrak yang terbagi dalam cabang-cabangnya yaitu aljabar, analisis, dan geometri untuk memudahkan dalam berfikir. b. Definisi Belajar menurut Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri (Sardiman, 2012). Glasersfelt menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan, tapi pengetahuan selalu sebagai akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tapi lebih melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi dari pengetahuan yang sudah diperoleh
5
6 (Suparno, 2001). Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2012). Selain itu belajar adalah bagaimana menghubungkan teks dengan kondisi nyata atau kontekstual (Suprijono, 2012). Bruner juga menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru dengan mengasimilasikan pengetahuan yang sudah dimiliki (Budiningsih, 2005). Sejalan dengan pendapat tersebut Robbins juga mendefinisikan belajar sebagai suatu proses menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah dipahami dengan pengetahuan baru (Trianto, 2010). Berdasarkan beberapa definisi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuan baru dengan mengasimilasikan dan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru sehingga pengetahuannya menjadi berkembang. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010). 1) Faktor Intern (dari dalam diri) a) Faktor Jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. b) Faktor Psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c) Faktor Kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor Ekstern (dari luar diri) a) Faktor Keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b) Faktor Sekolah yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di ata ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c) Faktor Masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. c. Definisi Hasil Belajar Matematika Proses belajar yang terjadi pasti akan mendapatkan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005). Lebih lanjut Arikunto (2006)
7 mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil yang telah dicapai seseorang yang telah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Sejalan dengan Arikunto, Nawawi mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat keberhailan siswa dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai materi pelajaran tertentu. Berdasarkan dari beberapa definisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa secara aktif membangun pengetahuan baru dan mengalami proses belajar terlebih dahulu untuk mendapatkan skor dari hasil tes. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suprijono, 2005). Ranah kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Ranah afektif terdiri dari receiving (sikap menerima), responding( memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Ranah psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Menurut Lindgren, hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya kemampuan kognitif yang dimiliki siswa setelah secara aktif membangun pengetahuan baru dan mengalami proses belajar untuk mendapatkan skor dari hasil tes. Berdasarkan karakteristik matematika dan definisi hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan kognitif yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar matematika yang berupa skor dari hasil tes. 2. Motivasi Belajar a. Definisi Motivasi Motivasi diawali dari kata ‘motif’ yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2012). Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Muhibbin (2003) mengungkapkan bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu . Hal ini berarti motivasi
8 merupakan pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Sejalan dengan Muhibbin, Santrok (2008) mengungkapkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Selanjutnya Donald mengungkapkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang dengan ditandai munculnya ‘feeling’ dan dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2012). Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan kondisi internal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara gigih dan terarah dalam mencapai tujuan. b. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar (Sardiman, 2012). Selain itu, motivasi belajar adalah dorongan yang berfungsi sebagai penguatan bersemayamnya segala informasi dalam memori siswa (Suprijono, 2012). Sejalan dengan Suprijono, Uno (2010) mendefinisikan motivasi belajar sebagai dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Beberapa ahli mengungkapkan definisi tentang motivasi belajar, dari itu dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau dorongan internal dan eksternal dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang berfungsi sebagai penguatan bersemayamnya segala informasi dalam memori siswa. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut (Muhibin, 2003). 1) Motivasi instrinsik, merupakan hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. 2) Motivasi ekstrinsik, merupakan hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang dapat mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar itu mempunyai beberapa indikator. Indikator motivasi belajar menurut Uno (2010) adalah sebagai berikut. 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita–cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar.
9 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Fungsi dari motivasi belajar adalah untuk mendorong siswa melakukan kegiatan belajar, memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai tujuan pembelajaran, menyeleksi kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2012). Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi adalah sebagai berikut. 1) Tekun menghadapi tugas (bekerja terus menerus tanpa berhenti sebelum pekerjaan selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). 3) Menunjukan minat terhadap macam–macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas–tugas yang rutin (hal–hal yang bersifat mekanis, berulang–ulang begitu saja, sehingga tidak kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin pada sesuatu. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan soal – soal. 3. Pendekatan Analitik-Sintetik a. Definisi Pendekatan Analitik Sintetik Berbagai metode dan pendekatan dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Alternatif pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan holistik dan pendekatan analitik-sintetik. Pendekatan holistik merupakan model pada tingkat makroskopik yang menyoroti pentingnya keputusan yang dibuat oleh pemecah masalah. Selanjutnya pendekatan analitik sintetik sendiri adalah pemecahan masalah yang diberikan dan tidak diketahui, kemudian menuliskan persamaan yang sebenarnya setelah menggunakan arti kata dan alasan matematika, manipulasi aljabar, dan kalkulasi aljabar (Mulyana, 2008). Pendekatan analitik juga bisa dikatakan suatu proses penyelesaian yang dilakukan selangkah demi selangkah dan tiap langkah dapat dijelaskan karena berasal dari informasi dan operasi yang benar (Nasution, 2010). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan analitik sintetik adalah pendekatan yang menganalisis suatu persoalan yang ada kemudian menyelesaikanya secara sintesis atau runtut untuk menemukan jawaban.
10 Analitik sintetik dan struktural analitik sintetik (SAS) pada prinsipnya merupakan pembelajaran yang sama hanya penyebutannya saja yang membedakan. Pembelajaran SAS pada prosesnya awalnya juga diberikan satu persoalan kemudian dari persoalan yang ada dianalisis terlebih dahulu kemudian disintesis untuk mendapatkan penyelesaian akhir (Linda 2014). Pembelajaran ini menekankan bahwa pemahaman kalimat itu penting dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan untuk bisa menemukan jawaban akhir. b. Karakteristik Pendekatan Analitik Sintetik Pembelajaran analitik-sintetik termasuk pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah juga merupakan karakteristik dari pembelajaran analitik-sintetik. Karakteristik dari pembelajaran analitik-sintetik adalah: (1) pembelajaran diawali dengan mengajukan masalah matematika kepada siswa sehingga akan terjadinya konflik kognitif yang akan mengakibatkan terjadinya proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi; (2) masalah dianalisis dari hal yang cukup besar dan umum menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lebih khusus dan lebih sederhana; (3) konjektur dan pembuktian konjektur disintesis oleh siswa secara berkelompok dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif; (4) pemberian intervensi dari guru ketika menganalisis masalah, mensintesis konjektur dan pembuktian konjektur, dan ketika menyelesaikan masalah; (5) menyajikan hasil kegiatan analisis dan sintesisnya di forum kelas; (6) menerapkan teorema yang sudah diperoleh dalam menyelesaikan soal-soal, terutama tipe analisis, sintesis, dan evaluasi. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Analitik Sintetik Sternberg memberikan langkah-langkah pembelajaran analitik sintetik sebagai berikut (Mulyana, 2008) sebagai berikut. 1) Menganalisis suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana, seperti menganalisis elemen, menganalisis hubungan, menganalisis pola, dan menganalisis aturan. 2) Memadukan bagian-bagian secara logik sehingga diperoleh penyelesaian suatu masalah seperti menemukan hubungan, menemukan konsep dan menyusun pembuktian. 3) Membuat kesimpulan. Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan pendekatan analitik
11 sintetik diantaranya yaitu, 1)pendekatan ini dapat digunakan sebagai landasan berpikir analisis, 2) langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat siswa mudah mengerjakan soal yang diberikan, 3) landasan linguistik yang merupakan dasar dari pendekatan ini akan membantu siswa memahami maksud soal dengan baik. 4. Geometri a. Definisi Geometri Geometri berasal dari kata Latin “Geometria”, Geo yang berarti tanah dan metria berarti pengukuran (Moeharti, 1986). Geometri didefinisikan juga sebagai cabang matematika yang mempelajari titik, garis bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuranukurannya dan hubungannya satu sama lain. Moeharti menyatakan bahwa geometri dapat dipandang sebagai suatu studi tentang ruang fisik (Sari, 2010). Geometri dapat digolongkan ke dalam beberapa sub bab materi. Pada perkembangannya terdapat beberapa penggolongan geometri berdasarkan lingkup atau bidang kajian, antara lain: Geometri Bidang (dua dimensi), Geometri Ruang (dimensi tiga), Geometri dimensi n, Geometri bola, dan lain-lain (Moeharti 1986). b. Definisi Dimensi Tiga Materi geometri dimensi tiga juga dipelajari pada jenjang SMA. Geometri dimensi tiga merupakan salah satu bagian dari geometri yang membahas ukuran, sifat-sifat, hubungan titik, dan bidang dalam bangun ruang. Dalam ensiklopedi matematika (Notonegoro, 1992) dikatakan dimensi tiga karena mengandung tiga unsur yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Obyek dari geometri dimensi tiga merupakan benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak, misalnya titik, garis, bidang, balok, kubus, limas, bola dan sebagainya. Benda pikiran tersebut diperoleh dari benda nyata dengan melaksanakan abstraksi dan idealisasi. Pembelajaran geometri dimensi tiga secara tegas dibedakan antara pengertian, gambar, dan model dari suatu bangun geometri dimensi tiga (Iswadji, 2001). Pembelajaran geometri dimensi tiga dimulai dengan benda-benda konkret yaitu benda-benda nyata berdimensi tiga, kemudian ke dalam bentuk semi konkret yang diwujudkan dengan gambar-gambar sehingga terlihat seperti bangun berdimensi dua. Belajar dari benda konkret kemudian gambar nyata membuat siswa dapat memiliki pengetahuan tentang bangun berdimensi tiga yang sudah
12 bersifat abstrak dan ada di dalam pikiran tiap-tiap siswa. Sifat abstrak yang dimaksud adalah pengetahuan tentang sifat atau karakteristik atau atribut khusus dari benda-benda nyata tersebut. Materi dimensi tiga yang dipelajari di SMA meliputi kedudukan, jarak dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga. Berikut cakupan di tiap-tiap materi yang dipelajari pada jenjang SMA. 1) Kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang. Kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang meliputi kedudukan titik terhadap garis (titik terletak pada garis, titik diluar garis), kedudukan titik tehadap bidang (titik terletak pada bidang, titik terletak di luar bidang), kedudukan garis terhadap garis lain (dua garis berpotongan, dua garis sejajar, dua garis bersilangan), kedudukan garis terhadap bidang (garis terletak pada bidang, garis sejajar bidang, garis memotong atau menembus bidang), kedudukan bidang terhadap bidang lain (dua bidang berimpit, dua bidang sejajar, dua bidang bersilangan). 2) Jarak titik, garis, dan bidang dalam ruang Jarak titik, garis, dan bidang dalam ruang meliputi jarak titik ke titik, jarak titik ke garis, jarak titik ke bidang, jarak dua bidang sejajar, jarak dua garis bersilangan, jarak garis ke bidang, jarak dua bidang. 3) Sudut antara garis dan bidang yang saling berpotongan dan sudut antara dua bidang yang berpotongan Sudut antara garis dan bidang yang berpotongan meliputi sudut lancip antara garis dan bidang, sudut siku-siku antara garis dan bidang yang berpotongan tegak lurus. Sudut antara dua bidang yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan dan garis-garis itu tegak lurus terhadap garis potong antara kedua bidang. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini tidak semuanya diajarkan. Hanya sebagian materi saja karena keterbatasan waktu penelitian. Materi yang akan diajarkan meliputi kedudukan titik, jarak antara dua titik, jarak titik ke garis, dan jarak titik ke bidang. Materi yang diajarkan di SMA lebih sulit dari pada yang diajarkan di SMP. Lebih mudah mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang sudah diajarkan, maka dibuat peta konsep. Adapun peta konsep dari materi dimensi tiga dapat dilihat pada Gambar 2.1, pada peta konsep tidak
13 semua materi tercantum di dalamnya hanya materi yang akan diajarkan saja. Dimensi Tiga Kedudukan Titik
Kedudukan titik terhadap garis
Kedudukan titik terhadap bidang
Jarak Titik
Jarak titik terhadap titik
Jarak titik terhadap garis
Jarak titik terhadap bidang
Gambar 2.1 Peta Konsep
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian mengenai pembelajaran dengan analitik sintetik sudah dilakukan oleh beberapa orang. Widi Prastiwi, Samidi, dan Lies Lestari (2012) dalam penelitiannya menggunakan SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada pelajaran Bahasa Indonesia yang difokuskan pada kemampuan membaca menulis siswa TK kelompok B2 TK Negeri Pembina Cawas. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan mengenal membaca dan menulis pada siswa. Linda Purnamasari, Suwatra, dan Suartama juga melakukan penelitian pembelajaran SAS (2014) untuk belajar membaca permulaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SD N 2 Sinabung dan siswa kelas 1 SD N 3 Sinabung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan SAS memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran SAS rata-ratanya lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Selain itu, sudah ada penelitian dengan menggunakan pembelajaran SAS dalam matematika yang dilakukan oleh Mulyana. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2008) tentang pembelajaran analitik sintetik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa SMA. Hasil belajar dengan pembelajaran dengan analitik sintetik lebih baik dari pada dengan pembelajaran konvensional. Hasil dari sekolah dengan siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah semuanya memberikan hasil bahwa pembelajaran dengan analitik sintetik lebih memuaskan daripada dengan pembelajaran
14 konvensional. Selain itu terdapat hubungan yang cukup antara kemampuan berpikir kritis matematika dan berpikir kritis matematika siswa SMA. Penelitian ini dilakukan atas dasar beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan menjadi sumber inspirasi. Sama dengan ketiga penelitian tersebut dalam penelitian ini digunakan analitik sintetik. Jika dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap hasil belajar membaca, dan ada juga yang terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika dalam penelitian ini akan dilakukan terhadap motivasi dan hasil belajar matematika. Hasil dari penelitian sebelumnya pendekatan analitik sintetik berpengaruh terhadap hasil belajar serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Berbeda dengan penelitian Prastiwi, dkk dan juga penelitian Purnamasari yang menggunakan pembelajaran dengan SAS dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk TK dan SD, namun penelitian akan dilakukan di SMA dalam mata pelajaran matematika. Penelitian yang akan dilakukan ini sama halnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Tatang Mulyana yaitu di SMA. Namun, jika penelitian yang dilakukan Tatang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidak pengaruh pendekatan analitk sintetik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dikarenakan motivasi dan hasil belajar matematika siswa SMA N 1 Getasan yang belum optimal. C. Kerangka Berpikir Hasil observasi yang dilakukan menunjukan kurangnya hasil belajar dan motivasi belajar yang terjadi di SMA N 1 Getasan ini sangat memprihatinkan . Hal ini terjadi karena kemampuan siswa yang kurang dan juga kemauan siswa untuk belajar kurang. Hasil wawancara dengan guru matematika di SMA N 1 Getasan juga menyatakan demikian. Siswa kesulitan dalam memahami materi matematika dan menyelesaikan soal terlebih lagi dalam materi geometri. Pembelajaran yang dilakukan masih konvensional dimana pembelajaran terfokus pada guru. Salah satu alternative pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan pendekatan pembelajaran analitik sintetik. Pendekatan analitik sintetik merupakan pendekatan dimana siswa harus menganalisis permasalahan yang diberika kemudian mengerjakanya secara sintetik atau runtut untuk menemukan jawabanya. Pendekatan ini akan membuat siswa berpikir secara analitik dan lebih mudah memahami materi. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap otivasi dan hasil belajar siswa.
15 Motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru itu penting. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam belajar matematika bisa membuat kegiatan belajar menjadi tidak maksimal. Jika siswa tidak punya motivasi untuk belajar pasti mereka tidak akan benar-benar fokus ketika guru mengajarkan materi. Jika siswa sudah tidak fokus pada materi yang diajarkan oleh guru pastilah tidak akan dipahami oleh siswa dan sulit diterima. Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar itu tidak mudah, guru perlu menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu pendekatan yaitu pendekatan analitk sintetik diharapkan dapat memerikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa menjadi lebih baik. Selain kurangnya motivasi belajar siswa ternyata hasil belajar siswa juga rendah. Pendekatan analitik sintetik dalam materi dimensi tiga diduga akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Tidak berbeda jauh dengan motivasi belajar alasa rendahnya hasil belajar siswa juga karena materi yang dipelajari dianggap sulit. Mengatasi kesulitan belajar siswa salah satunya menggunakan alternative pendekatan pembelajaran yang sesuai. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analitik sintetik yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sehingga menjadi lebih baik. Pendekatan analitik sintetik diharapkan berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar secara terpisah sehingga menjadi lebih baik. Pendekatan analitik sintetik diduga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sama halnya terhadap hasil belajar siswa pendektan analitik sintetik juga diduga akan memberikan pengaruh sehingga lebih baik dari sebelumnya. Jika terhadap motivasi dan hasil belajar siswa secara terpisah pendekatan analitik sintetik diduga berpengaruh, maka tidak menutup kemungkinan juga akan memberikan dampak yang baik terhadap motivasi dan hasil belajar matematika secara bersamaan. Bagan kerangka berpkir dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Pendekatan Analitik Sintetik
Motivasi Belajar
Hasil Belajar Gambar 2.2 Bagan Kerangka berpikir
16 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap motivasi belajar matematika kelas siswa X SMA N 1 Getasan. 2. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap hasil belajar matematika kelas siswa X SMA N 1 Getasan. 3. Terdapat pengaruh Pendekatan Analitik Sintentik pada Dimensi Tiga terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA N 1 Getasan.