BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1
Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut
Hilgard
dan
Bower
(dalam
Purwanto,
2002:82
)
mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu
yang
disebabkan
oleh
pengalamannya
yang
berulangulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang." Hal lain dikemukakan oleh Mudzakir dan Sutrisno (2001:34), bahwa: "belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya." Sementara Wittig (dalam Syah, 2006 : 90), mengemukakan bahwa belajar : merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman 2.1.2
Faktor- faktor Belajar Menurut Ahmadi (2001:130) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu: 1. Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pengajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal. 2. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif.
6
7
3. Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalamannya sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. 2.1.3
Hasil Belajar Menurut Rusyan (200:65) dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar berpendapat : "Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat Sedangkan Menurut Sudjana (2000 :28) hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar Dengan menilai hasil belajar murid-muridnya sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha muridnya saja tetapi sekaligus juga menilai hasil usahanya sendiri. Menilai hasil belajar siswa berfungsi untuk dapat membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran, mengetahui status anak dalam kelas, membantu guru dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi guru kegunaan hasil belajar bagi administrator adalah untuk memberi laporan kemajuan murid kepada orang tua, member ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan (Suryabrata. 2002:299)
2.1.4
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA), (Djojosoediro: 3) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Ilmu yang merngaji semua gejala alam yang dapat diindra.Pendekatan yang paling sesuai untuk mempelajari IPA
8
adalah dengan memanfaatkan alat – alat indra atau dengan bantuan peralatan yang dapat mmbantu pengamatan terhadap gejala alam. Menurut Sagan (dalam Eniwati, 2006:59) menyatakan tentang sains sebagai berikut ; “Tujuan sains adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari bagaimana aturannya, memecahkan keteraturan yang ada dari pertikel-pertikel subnuklir yang mungkin membawa komponen utama semua materi ke makhluk hidup, komunitas sosial manusia, dan kemudian kosmos secara keseluruhan. Persepsi kita mungkin mengalami distorsi oleh latihan praduga atau bahkan karena keterbatasan indera kita yang tentu saja menerima secara langsung tetapi hanya sebagian kecil dari gejala alam. Sains didasarkan atas eksperimen, pada kemauan untuk menentang dogma lama, pada keterbukaan untuk melihat alam seperti apa yang sesungguhnya. Serta merta sains kadang-kadang membutuhkan keberanian, paling tidak keberanian untuk mempertanyakan kebijaksanaan kinvesional”. Menurut Dra. Widiasih, M.Pd .IPA adalah merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat eksperimental, bahwa eksperimen adalah kunci kebenaran IPA.Akhirnya setiap teori atau hipotesis IPA harus diuji dengan percobaan. Dalam pembelajaran IPA kita tak mungkin terlepas dengan ketrampilan proses, hal itu sesuai dengan alasan yang dikemukakan oleh Carin (1992) tentang pentingnya ketrampilan proses yaitu : 1. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tak terpisahkan dari metode eksperimen.mengetahui IPA tidak sekedar mengetahui materi ke-IPA-an saja tetapi juga terkait dengan mengetahui bagaimana caranya untuk mengumpulkan fakta dan menghubungkan faktafakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan. 2. Ketrampilan proses IPA merupakan ketrampilan belajar sepanjang hayat yang dapt digunakan bukan saja untuk mempelajari berbagai macam ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
9
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mengkaji semua gejala alam yang dapat diindra.Pendektan yang paling sesuai untuk mempelajari IPA adalah dengan pemanfaatan alat-alat indra atau dengan bantuan peralatan yang dapat membantu pengamatan terhadap gejala alam. Dalam pembelajaran, guru berupaya untuk merancang, memilih dan menggunakan media ( alat peraga ) serta melakukan berbagai metode yang tepat agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPA di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat IPA. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dan dalam tingkat berfikirnya. Hal ini terjadi karena tahap berfikir mereka masih belum formal, siswa pada kelas rendah masih berada pada tahapan operasional konkrit. Teori perkembangan intelektual Piaget dalam Erman (2008:6) melalui proses asimilasi dan
akomodasi,
struktur kognitif
seseorang
berkembang
dari tingkat
sensorimotorik sampai dengan berpikir formal dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Sensorimotorik (umur: 0 – 2 tahun) b. Praoperasional (umur: 2 – 7 tahun) c. Berpikir konkrit (umur: 7 – 11 tahun) d. Berpikir formal (umur: 11 – 16 tahun) Selama tahap sensorimotorik, pengetahuan setiap individu hanya berkembang melalui interaksi indera fisiknya dengan lngkungan. Stimulus atau informasi hanya diperoleh melalui respon alat indera yang dimiliki oleh individu tersebut. Pada tahap berikutnya, yaitu praoperasional dan berpikir konkrit, individu mulai berusaha mengenal beberapa keteraturan-keteraturan dan melakukan klasifikasi atau mengelompokkan obyek-obyek yang dapat direspon oleh alat inderanya berdasarkan kemauannya atau mengikuti pola tertentu. Pada tahap berpikir konkrit, individu sudah dapat membedakan benda-benda berdasarkan kriteria-kriteria yang dapat direspon oleh alat inderanya. Bahkan individu dapat melakukan perbandingan-perbandingan logis berdasarkan kriteria-kriteria yang dapat direspon oleh alat inderanya. Berbeda dengan individu pada tahap sebelumnya, pada tahap berpikir abstrak, individu selain dapat melakukan
10
klasifikasi atau generalisasi pada konsep-konsep konkrit, ia juga dapat melakukan klasifikasi dan generalisasi pada konsep-konsep abstrak. Bahkan pada tahap ini ia mulai dapat berteori secara logis berdasarkan hasil pengalamannya. Pada tingkat yang lebih sempurna atau kategori formal-5, individu dapat mengkaji dan menyadari konsistensi dan relevansi pengetahuan yang dimilikinya dengan teoriteori yang secara ilmiah masih berlaku. Perkembangan
intelektual
seseorang
sangat
ditentukan
oleh
kemampuan organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan kemampuan individu untuk mengorganisasi proses-proses fisik dan psikologis menjadi sistem yang teratur berupa struktur-struktur. Sedangkan adaptasi dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Kemampuan seseorang dalam asimilasi dan akomodasi ini sangat penting dalam perkembangan intelektual atau kemampuan berpikir seseorang IPA mempelajari tentang gejala alam yang kurang dapat dimengerti oleh anak yang masih dalam taraf tahapan operasional konkrit.Disini guru dituntut untuk dapat membawakan materi kedalam tahapan anak dengan model pembelajaran yang menarik,menyenangkan dan mampu diserap anak secara optimal..Sehingga mampu mencapai KKM yang telah ditetepka oleh sekolah yang bersangkutan (SDN,Gebangan 70) 2.1.5
Metode Pembelajaran IPA Efektif tidaknya penggunaan metode pembelajaran tergantung dari kemampuan guru itu sendiri (Hernawan, 2006). Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode pembelajaran ini merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang efektif siswa akan termotivasi untuk belajar. Hernawan (1977 : 41), menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, yaitu :
11
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. b. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni. c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah. d. Metode pengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan ( inkuiri ) terhadap suatu topik permasalahan. e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk bekerja sama. f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. g. Metode mengajar harus memungkinkan sswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya. Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya menurut Winataputra, dkk (1977 : 413), dalam strategi belajar mengajar dilakukan metode secara bervariasi yang memprioritaskan aktivitas siswa, diantaranya yaitu : 1)
Metode Ceramah/ekspositori
2)
Metode Tanya Jawab.
3)
Metode Diskusi
4)
Metode Demonstrasi/ eksperimen. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Metode Ceramah/ekspositori. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Metode ceramah ini masih banyak digunakan dalam pembelajaran secara klasikal. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar yang dapat diperoleh siswa.Sedangkan
metode
ceramah
bervariasi
/ekspositori
dalam
pelaksanaannya selain penyampaian secara lesan juga diselingi dengan permaian ataupun lagu-lagu yang sesuai dengan materi.
12
2. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan kemampuan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyusun hipotesis, menarik kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan. 3. Metode Diskusi. Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok, misalnya jika menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif ( CBSA ). Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problem atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. 4. Metode Demonstrasi/Eksperimen Metode demonstrasi/eksperimen merupakan metode pembelajaran yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Metode demonstrasi/eksperimen dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi/eksperimen guru harus sudah yakin
bahwa
seluruh
siswa
dapat
mengamati
obyek
yang
didemonstrasikan/eksperimenkan, serta guru mempersiapkan alat – alat yang akan digunakan dalam demonstrasi /eksperimen tersebut. Langkah-langkah metode eksperimen a. Guru bersama siswa mempersiapkan obyek yang akan dieksperimenkan. b. Guru membagikan lembar eksperimen yang akan diisi oleh siswa c. Guru mengawasi dan membimbing eksperimen yang dilakukan oleh siswa. d. Siswa melaporkan hasi leksperimen kepada guru. e. Guru memberikan tanggapan dan penguatan atas hasil eksperimen siswa f. Guru membuat kesimpulan dari eksperimen 2.1.6
Keunggulan dan kelemahan metode Eksperimen Keunggulan metode eksperimen :
13
a. Siswa menemukan sendiri pengalaman belajarnya. b. Pengetahuan lebih mudah didapat siswa karena media pembelajaran amat dekat dengan lingkungan siswa. c. Pengetahuan bersifat konkrit sehingga akan lebih bersifst permanen di dalam ingatan siswa. Kelemahan metode eksperimen: a. Pengorganisasian siswa lebih sulit. b. Siswa lebih membutuhkan bimbingan disbanding dengan metode lain c. Banyak waktu yang terbuang terutama bagi siswa yang kurang berpotensi 2.2
Kerangka Pikir
Guru dalam mengajar metodenya monoton
Hasil belajar siswa rendah
Guru menggunakan metode eksperimen
Hasil belajar meningkat
Pemanfaatan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA memegang peranan penting sebagai metode berfungsi untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan guru. Penggunaan alat eksperimen dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menambah kegiatan berusaha sendiri pada diri masing-masing siswa.
14
2.3
Hipotesis Tindakan Apabila dalam pembelajaran IPA guru menerapkan Metode eksperimen dalam IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN. Gebangan th.20112012 dalam mempelajari bagian utama tumbuhan dan hewan”, sehingga berpengaruh positif pada hasil belajarnya.