BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
PERSPEKTIF/PARADIGMA KAJIAN Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman
mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigm kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan
konstruktifis,
naturalistik
atau
interpretatif
(constructivis,
naturalistic
or
interpretative approach), atau perspektif post-modern (Hartono, 2004:16). Paradigma ini menggunakan pendekatan induksi, yaitu sebagai suatu proses mengambil kesimpulan didasarkan satu atau lebih fakta atau bukti-bukti. Paradigma kualitatif menolak bentuk terstruktur dari penelitian. Pendekatan kualitatif juga menolak pengaturan-pengaturan penelitian secara artifisial. Penelitian dengan menggunakan kualitatif lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) dimana fenomena atau perilaku yang diamati akan terjadi. Pendekatan ini merupakan penelitian yang lebih terfokus dan mendalam (Hartono, 2004:16). Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif yng memiliki tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti mulai berpikir secara induktif yaitu menangkap bebragai fakta atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisanya dan kemudian
berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang
diamati itu (Bungin, 2010:6). Disini peneliti akan meneliti tetang bagaimanakah strategi kepemimpinan organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. khususnya unit area sales manajer Medan. Dalam hal ini peneliti mencari data dan menganalisisnya dari sudut pandang atasan (manajer) dan bawahan (marketing) sehingga akan terlihat bagaimana dinamika yang terjadi dalam komunikasi organisasi upward dan downward dalam lingkungan organisasi tsb. Dengan demikian, peneliti mencoba menginterpretasikan temuan berdasarkan cara pandang yang digunakan atasan dan bawahan pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 6 ini mengungkap bagaimana individu menyampaikan unit area sales manajer Medan. Paradigma
Universitas Sumatera Utara
informasi atau pendapat kepada individu lainnya dalam ruang lingkup organisasi khususnya antara atasan dan bawahan.
2.2
KAJIAN PUSTAKA
Dengan adanya kajian teori maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:
2.2.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2007:9). Dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori&Praktik” yang ditulis oleh Marhaeni Fajar, para ahli mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing: 1. Sarah Trenholm da Arthur Jensen (1996:4) mendifinisikan komunikasi demikian: “A process by which source transmits a massage to a receiver through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran). 2. Hovlland (1948:371),Janis&Kelley (1953) mendifinisikan komunikasi demikian: ”The process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu.” (Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya). 3. Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata , gambar-gambar, angka-angka dan lainnya. 4. Gode (1959), komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. 5. Barrlund (1964), komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. 6. Ruesch (1957), komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan suatu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Dari definisi di atas dapat ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan diatas dengan tujuan yakni mengubah dan membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. 2.2.1.1 Karakteristik Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Adapun karakteristik komunikasi itu sendiri adalah (Fajar 2009:33-34): 1. Komuniksi suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan secara berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor dan unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, hasil atau akibat yang terjadi. 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai suatu tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secra sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. 3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berjalan dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang, misalnya: bahasa. 5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunkasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi. 2.2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi sebagai penggerak organisasi, karena tujuan organisasi mustahil atau sulit dicapai tanpa adanya komunikasi. Menurut Sentot Imam Wahjono dalam bukunya “Perilaku Organisasi” komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam suatu kelompok/organisasi yaitu: 1. Fungsi kendali (kontrol/pengawasan): Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi semua aturan dan hirearki wewenang dalam organisasi. 2. Fungsi motivasi, yaitu dengan komunikasi dapat menjelaskan kepada para anggota apa yang harus dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi pengungkapan emosi, dengan komunikasi para anggota dapat mengungkapkan kekecewaan, atau rasa puas yang mereka rasakan. 4. Fungsi informasi, dengan komunikasi semua keputusan dapat diambil dan dapat diteruskan kepada semua anggota organisasi (Wahjono,2010:218).
Masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa organisasi. Hidup manusia selalu berada dalam organisasi, mulai dari organisasi kecil seperti keluarga, hingga organisasi besar seperti perusahaan besar atau bahkan negara.
MenurutGoldhaber (1986)komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu: 1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan. 2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dengan cara efektif. 4. Mengadakan seleksi, pengembangan dan penilaian anggota organisasi 5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan orang untuk member kontribusi. 6. Mengendalikan prestasi. Beberapa para ahli juga memiliki persepsi mengenai komunikasi organisasi (Amir Purba, dkk., 2010:118-119) 1. Persepsi Redding dan Sanborn Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman informasi dalam organisasi yang kompleks. 2. Persepsi Katz dan Kahn Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah suatu system terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energy ini menjadi produk atau servis kepada lingkungan. 3. Persepsi Zelko dan Dance Zelko dan Damce mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu system yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal. 4. Persepsi Thayer
Universitas Sumatera Utara
Thayer menggunakan pendekatan system secara umum dalam memandang komunikasi organisasi. Komunikasi sebagai arus dari yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam bebeerapa cara. Thayer memperkenalkan tiga sistem organisasi dalam organisasi yaitu: a) Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas atau beroperasinya organisasi: b) Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan; c) Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi, yang termasuk bagian ini adalah hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan. 5. Persepsi Greenbaunm Bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Greenbaunm membedakan komunikasi internal dan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinator pribadi dan tujuan organisasi masalah menggiatkan aktifitas.
2.2.2.1 Proses Komunikasi Organisasi Proses komunikasi dalam organisasi melibatkan manajer dan bawahan dalam penyampaian informasi. Manajer memberikan pengarahan kepada bawahan agar tugas ataupun tujuan dapat tercapai. Dalam hal ini manajer dapat menggunakan komunikasi secara lisan maupun tulisan sebagai cara untuk berinteraksi. Atasan harus berkomunikasi dengan bawahan dan sebaliknya juga antar sesama manajer dan sesama bawahan. Komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan komunikan menyangkut beberapa unsur yang terlibat dalam proses pesan sampai kepada umpan balik (Amir Purba, dkk., 2010: 120-121).
UMPAN BALIK
Pikiran Pengolahan PENGIRIM
Penggunaan saluran
Penerimaan
untuk menyampaikan
Pengelolaan
informasi
Pemahaman
GANGGUAN
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2.2.1 Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi
Pada dasarnya karyawan menginginkan informasi mengenai hal-hal secara mendasar yang ingin mereka ketahui, yaitu: 1. Posisi mereka dalam hubungannya terhadap struktur otoritas formal.Posisi mereka dalam hubungan organisasi informal dangan penghargaan terhadap kekuatan status individu, penerimaan dan lain sebagainya 2. Peristiwa yang berhubungan dengan keamanan ekonomi mereka untuk mengembangkan rasa bangga terhadap pekerjaan mereka. 3. Informasi operasional yang akan memampukan mereka untuk mengembangkan rasa bangga terhadap pekerjaan mereka.
2.2.2.2 Dimensi-dimensi Komunikasi Dalam Kehidupan Organisasi Ada beberapa dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan
organisasi
yang dikutip dari Effendy (2006:122-130) A. Komunikasi Internal Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai: “Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontallyand vertically within the firm which gets work done (operation and management).” (Pertukaran gagasan diantara administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (beroperasi dan manajemen).) Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklarifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Ia membuat kelompok-kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup berkomunikasi dengan penanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
kelompok. Dan jumlah kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya organisasi. Untuk memperoleh kejelasan, komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis, yaitu: a) Dimensi Komunikasi Internal Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan horizontal. 1) Komunikasi Vertikal Komunikasi
vertikal,
yakni
komunikasi
dari
atas
ke
bawah
(downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbalbalik (two-way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal,
pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasanpenjelasan dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran,
pengaduan-pengaduan,
dan
sebagainya
kepada
pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal-balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi internal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon yang banyaknya bergantung pada besarnya dan kompleksnya organisasi. Akan tetapi, bagaimanapun, komunikasi vertikal yang aman, terbuka dan saling mengisi merupakan pencerminan sikap kepemimpinan yang demokratis, yakni jenis kepemimpinan yang paling baik diantara jenis-jenis kepemimpinan lainnya. Untuk memperoleh kejelasan mengenai hubungan komunikatif yang bagaimana yang sebaiknya antara pimpinan (komunikator) dengan staf atau bawahan (komunikan), kita dapat menelaah konsep yang telah dikembangkan oleh Profesor Harry Ingham, yaitu apa yang dikenal sebagai Johari Window. Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
I
II
OPEN AREA
BLIND AREA
Known by ourselves and known by others Known by others not known by ourselves III
IV
HIDDEN AREA
UNKNOWN AREA
Known by ourselves but not known by other
Not known by ourselves and not known by others
Gambar 2.1
Johari Window
Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi Area I, yakni Open Area atau bidang terbuka menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didasari sepenuhnya oleh yang bersangkutan,
juga oleh orang lain. Ini
berarti adanya keterbukaan atau, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain. Area II, yakni Blind Area atau bidang buta menggambarkan bahwa perbuatan seseorang diketahui oleh orang lain, tapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang dilakukannya. Area III, yaitu Hidden Area atau Bidang Tersembunyi, adalah kebalikan dari Area II, yakni bahwa apa yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tapi orang lain tidak dapat mengetahuinya. Ini berarti bahwa orang ini bersikap tertutup. Ia merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak perlu diketahui orang lain. Yang terakhir ialah Area IV,Unknown Area, Bidang Tak Dikenal yang menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak didasari oleh dirinya
sendiri dan tidak diketahui oleh
orang lain. Seorang manajer atau administrator yang baik, dalam arti kata menyadari pentingnya mengembangkan komunikasi dengan bawahan, akan berusaha memperluas Area I karena semakin luas bidang ini akan semakin terjalin komunikasi yang sehat, terbuka, dan timbal-balik. Ia bersedia untuk mendengarkan pendapat dan saran, bahkan kritik dari staf atau bawahan
2) Komunikasi Horizontal
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berada dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirsahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal tersebut kadang-kadang terjadi apa yang disebut komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal atau yang disebut komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. b) Jenis Komunikasi Internal 1) Komunikasi persona (personal communication) Komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: •
Komunikasi tatap muka (face to face communication)
•
Komunikasi bermedia (mediated communication)
2) Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil dapat juga besar, tetapi berapa orsang yang termasuk dalam jumlah kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk dalam kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu dalam komunikasi kelompok dibedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.
B. Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.
Universitas Sumatera Utara
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakuakan sedemikian rupa sehingga khalayak memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak dapat melalui berbagai bentuk seperti: -
Majalah organisasi
-
Press release
-
Artikel surat kabar atau majalah
-
Pidato radio
-
Pidato televisi
-
Film dokumenter
-
Brosur
-
Leaflet
-
Poster
-
Konferensi pers
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebar kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya controversial (menyebabkan adanya yang pro dan yang kontra di kalangan khalayak), maka ini disebut opini publik (public opinion). Opini publik ini sering sekali merugikan organisasi. Karenanya harus dapat diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.
2.2.3 Kepemimpinan Organisasi Kepemimpinan
berasal
pemimpin
yang
berarti
seorang
pribadi
yang
mempunyai kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disuatu bidang sehingga dia mampu memepengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi pencapaian suatu maksud atau beberapa tujuan.(Kartono, 1993: 76)
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah kegiatan organisasi dan
faktor
yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi.
2.2.3.1 Teori- Teori Kepemimpinan Menurut Komang Ardana, dkk., dalam buku “Perilaku
Keorganisasian”
terdapat beberapa teori kepemimpinan yaitu: 1. Teori Sifat (Traith Theory) Bahwa pemimpin yang berhasil memiliki sifat-sifat tertentu. Ralph Stogdill (dalam Nimran,1999) mengidentifikasikan 6 klasifikasi sifat kepemimpinan, yaitu: a) Karakteristik fisik (umur, penampilan, tinggi, berat badan, dll.) b) Latar belakang sosial (pendidikan, status sosial, mobilitas) c) Inteligensia. d) Kepribadian (waspada, percaya diri, integritas pribadi). e) Karakteristik hubungan tugas (kebutuhan prestasi tinggi, insiatif, orientasi tugas). f) Karakteristik sosial (pergaulan luas, aktif). 2. Teori Perilaku Dari aspek ini ada dua dimensi yang menonjol pada persepsi seorang pemimpin yaitu, pertama inisiatifnya dalam menentukan dan mengorganisasikan struktur tugas yang harus dilaksanakan oleh anak buah. Disini gaya yang ditampilkannya adalah gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas. Kedua, tingkat atensi, apresiasi, dukungannya terhadap anak buah. Disini gaya kepemimpinannya berorientasi pada karyawan. 3. Teori Berdasarkan Onse-ciri Ciri-ciri teori ini adalah: a. Pengetahuan yang luas. Ciri ini sangat penting karena dalam menjalankan fungsinya seorang pemimpin dituntut memahami secara tepat
bukan hanya berbagai segi
kegiatan dari organisasi yang dipimpinnya, tetapi juga apa yang terjadi di sekeliling organisasi, terutama hal-hal yang diperkirakan membawa dampak kuat terhadap organisasi yang bersangkutan, dari seorang pemimpin dituntut cara berpikir dan wawasan yang onsensu, integral dan komperhensif, berarti suatu totalitas digabungkan dengan faktor-faktor eklogis yang turut berpengaruh. Cara berpikir demikian menuntut pengetahuan yang luas.
Universitas Sumatera Utara
b. Kemampuan bertumbuh dan berkembang. Salah satu faktor penyebab keberhasilan seorang pemimpin
ialah sikap dan tindakannya yang sensus terhadap segala
perubahan.yang terjadi sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi. c. Sifat yang inkusitif. Yang dimaksud dengan sifat ini ialah rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang terjadi bukan hanya dalam lingkungan organisasi yang dipimpinnya akan tetapi sekelilingnya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan tersebut. d. Kemampuan analitik. Berpikir dengan menggunakan daya kognitif dan daya nalar secara teratur dan intensif. e. Daya ingat yang kuat. Apabila seorang pemimpin memiliki daya ingat yang kuat melebihi daya ingat bawahannya, sehingga ketergantungan informasi pada orang lain berkurang. f. Kapasitas onsensusa. Peranan seorang pemimpin yang melihat kepentingan organisasi sebagai keseluruhan dan tidak terbataspada kepentingan satuan-satuan kerja yang terdapat didalamnya. g. Keterampilan komunikasi secara efektif. Baik secara vertikal maupun horizontal diagonal, tingkat efektivitas sangat dipengaruhi oleh hal ini. h. Keterampilan mendidik. Dalam hal ini seorang pendidik diharapkan mampu memberikan bimbingan dan pengarahan dan bukan bertindak dan bersikap onsensu. i. Rasionalitas. Dengan bermodalkan daya kognitif dan daya nalar yang tinggi disertai dengan pendekatan yang situasional dalam memimpin suatu organisasi, diharapkan seorang pemimpin mampu berpikir dan bertindak secara rasional, terutama dalam melakukan dan menghadapi tindakan terhadap bawahan. j. Objektifitas. Berkaitan erat dengan rasionalitas dalam berpikir, sehingga mampu bersikap objektif. k. Pragmatisme. Bahwa seorang pemimpin mempunyai sikap yang onsensus dan memiliki idealisme sehingga bersikap onsensus dalam memimpin organisasi. l. Kemampuan menentukan skala prioritas. Berkaitan erat dengan pandangan hidup yang onsensus dari setiap pemimpin dituntut kemampuan memberikan skala prioritas secara tajam.
Universitas Sumatera Utara
m. Kemampuan membedakan yang urgent dan yang penting. n. Rasa tepat waktu. Ialah kemampuan yang tinggi dan dimiliki secara naluriah untuk menentukan kapan bertindak dan kapan tidak melakukan sesuatu dalam mengahdapi berbagai situasi. o. Rasa kohensi yang tinggi. Seorang pemimpin yang mampu dan menjaga kebutuhan pokok kerja para bawahannya. p. Naluri relevansi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi, seharusnya mempunyai kegiatan langsung atau tidak langsung dengan usahan pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang diterapkan untuk dicapai pada suatu kurun waktu tertentu. q. Keteladanan r. Kesediaan menjadi pendengar yang baik. s. Adaptabilitas. Sejauh mana seorang pemimpin mampu melakukan penyesuaian tertentu yang dituntut oleh suatu perubahan dalam lingkungan organisasi. t. Fleksibilitas. Dalam diri seorang pemimpin diharapkan sikap yang luwes, mampu membaca situasi secara tepat menyesuaikan gaya manajerialnya dengan situasi yang dihadapi. u. Ketegasan v. Orientasi masa depan w. Sikap yang antisipatif
4. Teori Kontingensi model Fiedler Menurut model ini ada tiga onsen dalam situasi kerja yang akan membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang paling efektif : a. Hubungan pemimpin dengan anak buah. b. Struktur tugas c. Kewibawaan posisi pimpinan
5. Teori Alur-Tujuan Menurut teori ini bahwa tingkah laku seorang pemimpin itu dapat diterima bawahan sejauh mereka menganggapnya sebagai sumber kepuasan, entah kepuasan
Universitas Sumatera Utara
langsung atau kepuasan masa depan. Artinya perilaku seorang pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu: a. Membuat pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif. b. Memberi pelatihan, bimbingan, dukungan, dan imbalan-imbalan yang perlu bagi kinerja efektif. Maka menurut model ini perilaku kepemimpinan ada empat, yaitu: •
Direktif/mengarahkan, member bimbingan.
•
Suportif/mendukung, bersikap bersahabat, perhatian terhadap kebutuhan anak buah.
•
Pertisipasif, berunding dan memamkai saran-saran bawahan.
•
Berorientasi prestasi, mematok tujuan-tujuan yang menantang dan berharap bawahan untuk bekerja keras.
6.
Teori Atribusi Kepemimpinan Teori ini oleh Robbins dan Coulter (2004) dikatakan bahwa kepemimpinan itu sekedar sebuah keterangan yang dibuat orang mengenai individu-individu lain. Dengan memakai kerangka kerja atribusi, para penelitian telah menemukan bahwa orang cenderung mencirikan kepemimpinan itu memiliki karakteristik seperti kecerdasan, kepribadian yang mudah bergaul, keterampilan verbal yang kuat, agresif, penuh pengertian dan rajin (Komang Ardana, dkk., 2008:95-96).
7.
Teori Kepemimpinan Karismatik Teori ini adalah merupakan perluasan dari teori atribusi.Beberapa karakteristik pemimpin kharismatik menurut J.A Conger dan R.N Kanungo yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) antara lain : keyakinan diri (akan kemampuan), visioner, kemampuan dalam mengartikulasikan visi, keyakinan yang kuat akan visi, perilaku yang lain dari yang biasa, penampilan sebagai agen (agen perubahan), dan kepekaan terhadap lingkungan.(Komang Ardana, dkk., 2008:96).
8.
Teori Kepemimpinan Visioner Pemimpin-pemimpin yang visioner oleh Sashkin yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) dikatakan mempunyai tiga sifat yang berkaitan dengan efektivitas dalam peranperan visioner mereka yaitu: yang pertama adalah kemampuan untuk menjelaskan visi itu kepada orang lain. Yang kedua adalah kemampuan untuk mengungkapkan visi itu bukan
Universitas Sumatera Utara
hanya secara verbal melainkan juga melalui perilaku. Yang ketiga adalah kemampuan memperluas atau menerapkan visi pada berbagai konteks kepemimpinan.
2.3 Model Teoritis Model teoritis berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan. Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah:
PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Area Sales Manager
Universitas Sumatera Utara
Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward
Pengumpulan data
Analisis Data
Observasi
Reduksi Data Menulis Laporan
Wawancara
Penyajian Data
Interpretasi data
Gambar 2.2 Model Teoritis Sumber: Modifikasi Peneliti
Universitas Sumatera Utara