9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembelajaran Saintifik 2.1.1. Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Kurniasih dan Sani (2014:29) adalah : “Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstroksi konsep, hukuman atau prinsip melalui tahap-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukuman atau prinsip yang “ditemukan”.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sudarwan didalam buku Majid (2014:194) mengungkapkan bahwa “pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian proses pembelajaran harus dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan , dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa akan semakin tingginya kelas siswa. Secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014:34) adalah :
9
10
Hosnan (2014:34), “pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa untuk mempermudah peserta didik dalam memahami berbagai materi yang diajarkan, pembelajaran saintifik ini melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan , dan menyimpulkan. 2.1.2. Kesesuaian Pendekatan Saintifik dengan Teori Belajar Pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori belajar Bruner, Piaget, dan Vygotsky (Kurniasih dan Sani 2014:30). a. Teori Belajar Bruner Teori belajara Bruner disebut juga teori balajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar ini. Menurut pendapat Carin dan Sund (Dalam Kurniasih dan Sani 2014:30-31), “pertama
individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan prosesproses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektualnya. Ketiga, satusatunya cara agar seseorang dapat memepelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatanuntuk melakukan penemuan. Keempat, denagan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Dengan begitu, empat hal tersebut sesuai dengan proses kogniif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. b. Teori Belajar Piaget Teori ini memandang bahwa perkembangan kognitf adalah sebagai proses, yang mana anak secara aktif membangun sistem makana dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pangalaman dan interaksiinteraksi mereka. Pembelajaran menurut teori ini adalah dengan memusatkan perhatian kepada berpikir atas proses mental anak, mengutamakan pean siswa, memaklumi adanya perbedaan individual. Prose-prose kognitif yang dibutuhkan dalam rangka membangun konsep, hukum dan prinsip dalam pemikiran seseorang melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan
11
hipotesis, mengumpulkan data , menarik kesimpulan yang terdapat dalam pembelajaran dengan pendekatak saintifik,. c. Teori Belajar Vygotsky Pembelajran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar mengani tugas-tugas yang elum dipelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau luga itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari dalam Kurniasih dan Sani, (2014:32)) .
2.1.3. Pendekatan Ilmiah dan Non Ilmiah dalam Pembelajaran Pembelajaran
berbasis
pendekatan
ilmiah
lebih
efektif
hasilnya
dibandingkan dengan penbelajaran tradisional. Hasil penelitian Daryanto (2014:55) membuktikan bahwa, “pada pembelajaran tradisinal retensi informasi dari guru sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 15%. Sedangkan pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% dan setelah dua hari perolehan kontekstual sebesar 50-70%”. Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan panduan nilai-nilai, prinsip-prinsip atau ktiteria ilmiah pembelajaran menurut Kurniasih dan Sani (2014-:35-36) adalah sebagai berikut: (1) Subtansi atau materi pembelajaran bebasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, (2) penjelasan guru, responden peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur pemikiran logis,(3) mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifkasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran,(4) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotelik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan antara satu dengan yang lain dari subtansi atau materi pembelajaran, (5) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasionaldan objektif dalam meresponden subtansi atau materi pembelajaran,(6) berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan , (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan menarik system penyajiannya.
12
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non
ilmiah yang meliputi sebagai berikut : 1. Intuisi, sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Kemampuan intuisi ini biasanya didapat secara cepat tanpa melalui sebagai proses panjang dan tanpa disadari, namun demikian, intuisi sama sekali menafsirkan dimensi alur piker yang sistematik. 2. Akal sehat, guru dan peseta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran karena memang hal itu menunjukan ranah sikap keterampilan., dan pengetahuan yang benar. 3. Prasangka, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sebagainya) yang menjadi pelakunya. 4. Penemuan coba-coba, tindakan atau aksi coba-coba sering kali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan cara cobacoba selalu bersifat tidak terkontrol,tidak memiliki kepastian dan tidak bersestematika baku. 5. Berpikir kritis, kemampuan berpikir krits itu ada pada semua orang. Khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umunya dimiliki oleh orang yang berpendidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil eksperimen yang valid dan reliable, karena pendapatannya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
2.1.4. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik Menurut Kurniasih dan Sani (2014:33) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berpusat pada siswa 2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukuman atau prinsip. 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
13
Menurut Daryanto (2014:53) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik yaitu “Berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukuman atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dapat mengembangkan karakter siswa. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik meliputi: pembelajaran berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sain dalam mengontruksi konsep, hukuman atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi, serta dapat mengenbangkan karakter siswa. 2.1.5. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014:54) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: “(1)Untuk meningkatkan kemamapuan intel, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi ;(2)Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;(3)Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa meras bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan ;(4)Diperolehnya hasil belajar yang tinggi ;(5)Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah ;(6)Untuk mengembangkan karakter siswa .”
Menurut Kusniasih dan Sani (2014:33) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: “(1)Untuk meningkatkan kemamapuan intel, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi ;(2)Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;(3)Terciptanya
14
kondisi pembelajaran dimana siswa meras bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan ;(4)Diperolehnya hasil belajar yang tinggi ;(5)Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah ;(6)Untuk mengembangkan karakter siswa .”
2.1.6. Prinsip- Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014:58) beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah “(1) Pembelajaran berpusat pada siswa ; (2) Pembelajaran membentuk konsep dari siswa sendiri (3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme; (4) Pembelajaran memeberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukuman, dan prinsip ; (5) Pembelajaran mendorong terjadinyapeningkatan kemampuan berpikir siswa ; (6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru ; (7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dan komunikasi ;(8)Adanya proses validasi terhadap konsep, hukuman, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.”
Menurut Kurniasih dan Sani (2014:34) beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah “(1) Pembelajaran berpusat pada siswa ; (2) Pembelajaran membentuk konsep dari siswa sendiri (3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme; (4) Pembelajaran memeberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukuman, dan prinsip ; (5) Pembelajaran mendorong terjadinyapeningkatan kemampuan berpikir siswa ; (6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru ; (7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dan komunikasi ;(8)Adanya proses validasi terhadap konsep, hukuman, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran meliputi: Pembelajaran berpusat pada siswa, Pembelajaran membentuk konsep dari siswa sendiri, Pembelajaran terhindar dari verbalisme, Pembelajaran memeberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukuman, dan prinsip, Pembelajaran mendorong terjadinyapeningkatan kemampuan berpikir
15
siswa, Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dan komunikasinya. 2.1.7 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini. 1.
Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan
tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan
16
peserta didik secara langsung. Menurut Daryanto (2014: 61-62) menerangkan jenis-jenis observasi, yaitu : a. Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. b. Observasi terkendali (controlled observation). Pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi. c.Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. .
2.
Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda pertanyaan
dengan
dimaksudkan
penugasan untuk
yang menginginkan
memperoleh
tanggapan
tindakan
nyara,
verbal.
Istilah
“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Ada beberapa fungsi bertanya menurut Kusniasih dan Sani (2014:43-44). (1)Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; (2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; (3)
17
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya; (4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan; (5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; (6) Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan; (7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok; (8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul; dan (9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan informasi/mencoba Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Misalnya, Pada mata pelajaran, peserta didik harus memahami konsep-konsep Akidah Akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik kesimpulan
atas
hasil
percobaan;
dan
(7)
membuat
laporan
dan
mengkomunikasikan hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka guru harus melakukan: (1) merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid
18
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. 4.
Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar Kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,adalah memeproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegitan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencarisolusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini digunakan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar.” Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif (Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013:221)”. Dengan demikian berarti bahwa dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
19
5. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antara informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut. Selanjutnya secra bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara indivudu membuat kesimpulan. 6. Mengkomunikasikan Pada tahapan akhir/diharapkan peserta didik mampu mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama atau secara idividu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat secara bersama dan hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peseta diduk tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan ini bertujuan agar guru dapat mengetahui secara benar atau ada yang harus diperbaiki. 2.1.8 Skenario Pembelajaran Pendekatan Saintifik 1. Guru megucapkan salam 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru mengigatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi yang baru yang akan dipelajari 4. Guru menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran serta memberikan motivasi belajar kepada siswa ( materi bangun ruang) 5. Mengamati : guru meminta siswa mengamati gambar yang telah disediakan dipapan tulis ( gambar kotak penghapus papan tulis, pot bunga, tempat pensil atau pena, kotak tisu, lemari )
20
6. Menanya : guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa dalam mengajukan pertanyaan yang belum dimengerti oleh siswa. 7. Mengumpulkan informasi/mencoba, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya mendapatkan informasi dari penjelasan guru saja tetapi siswa dapat mengunpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara seperti membaca buku teks, mengamati suatu objek/kejadian dan dapat juga dilakukan melalui eksperimen. 8. Menganalisis / mengolah data : guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang ada dibuku. 9. Menarik kesimpulan, dalam proses pembelajaran guru dan siswa bersamasama menyimpulkan pembelajaran 10. Mengkomunikasikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis. 11. Tindak lanjut dengan memberikan tugas rumah (PR) 2.2
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional menurut Martinis dan Yamin (2013:59) Merupakan pembelajaran yang mengutamakan hasil yang terukur dan guru berperan aktif dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menghapal materi yang disampaikan oleh guru dan materi pelajaran lebih didominasikan tentang konsep, fakta, dan prinsip.
Menurut Kellough dalam Yamin (2013:184) dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat otoriter, berpusat pada kurikulum, terarah, formal, informative, dan diktator, yang mengakibatkan situasi kelas berpusat pada pembelajaran. Sedangkan menurut Brandes dalam
Yamin (2013:182) bahwa
dalam kelas konvensional adalah pendidik merupakan orang yang mempunyai banyak informasi, bekerja untuk memindahkan pengetahuan, bertanggung jawab
21
untuk mengajar pemelajaran, deeasa dan professional, mempunyai keahlian untuk membuat keputusan yang benar tentang belajar. Kemudian dalam kelas konvensional peserta didik, menerima pelajaran secara pasif, meniru apa yang dimodelkan pembelajaran, mengikuti pengarahan dari pembelajar atau buku-buku teks, dinilai pada penguasaan keterampilan, dikelompokkan menurut kemampuan, mengerjakan tugas yang sama seperti peserta didik yang lain, dinilai dengan membanding kerja dengan peserta didik lain ( Cox dalam Yamin 2013:183). 2.2.1 Karakteristik Pembelajaran Konvensional Sebagai Berikut: 1) Guru menganggap semua kemampuan siswa sama 2) Menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar 3) Mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah 4) Pemisahan antar bidang studi nampak jelas 5) Memberikan kegiatan yang tidak bervariasi 6) Berkomunikasi dengan satu arah 7) Iklim
belajar
menekankan
pada
pencapaian
efek
instruksional
berdasarkan orientasi kelompok 8) Mengajar hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar dan informasi dari guru 9) Hanya menilai hasil belajar 2.2.2 Skenario Pembelajaran Konvensional Menurut Yamin (2013:185) Adapun skenario pembelajaran konvensioal adalah sebagai berikut:
Guru mengucapkan salam
Guru mengecek kehadiran siswa
22
Guru mengingatkan kepada peserta didik materi pelajaran yang lalu, kemudian mengemukakan materi yang akan dipelajari
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran
Peserta didik memperhatika tujuan belajar hanya untuk menguasai materi pelajaran.
Guru memberikan defenisi atau cara-cara ,menjelaskan defenisi, memberi contoh persoalan yang sederhana kebentuk yang kompleks
Guru menugaskan peserta didik membuat pertanyaan
Peserta didik berusaha memahami keteragan dan penjelasan atau contohcontoh yang diberikan guru
Peserta didik melakukan penguatan eksternal terhadap materi
Guru memintak jawaban peserta didik sesuai dengan materi yang telah diberikan
Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah diberikan
Peserta didik memperhatikan kesimpulan yang disampaikan guru dan menjawab pertanyaan serta bertanya hal yang belum jelas
Guru member tugas rumah (PR) untuk
perbaikan dan pendalaman
materi. 2.3 Hasil Belajar 2.3.1 Pengertian Hasil Belajar Purwanto (2013:44-45) “mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukan nya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input
23
secara fungsioal. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Sementara itu Nawawi dalam Susanto (2013:5) “ mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian. Hasil belajar juga dapat sebagai suatu ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran. 2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Susanto (2013:12) “(1) Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan;(2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah , masyarakat.
Selain itu Wasliman dalam Susanto (2013:13) “mengemukakn bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajar di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
24
2.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari . Penguasaan matematika secara baik sejak dini perlu ditanamkan sehingga konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar matematika maka anak akan memiliki bekal untuk menguak perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini. Dalam pembelajaran matematika tentunya tidak lepas dari ciri matematika itu sendiri (Depdikbud, 1996), yaitu (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Disamping itu matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. 2.4.1. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Tujuan pembelajaran matematika di SD menurut (Depdikbud, 1996) adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif, (2)Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, (3)Menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, (4) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah, (5) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
25
2.4.2. Materi Bangun Ruang
Menentukan Volume Kubus dan Balok
Gambar Kubus dan balok
Sering kamu temukan benda-benda yang berbentuk kubus dan balok. 1. Menghitung volume kubus dan balok dengan menggunakan kubus satuan
2. Menentukan volume kubus dan balok dengan rumus a. Volume kubus
Rumus kubus: v=s×s×s = s3
Atau
v=r×r×r = r3
26
2. Volume Balok Panjang balok = p, lebar balok =
dan tinggi balok = t.
Rumus balok: VVbalok × tt balok==pp××� × V balok = p ×
�×t Contoh : Sebuah kotak pensil berbentuk balok memiliki panjang (p) = 20 cm , lebar (l) = 8 cm, tinggi (t) = 10 cm, berapakah volume balok diatas ? Jawab: V = p ×l × t = 20 × 8 × 10 cm3 = 1600 cm3
B. Satuan Volume Agar kamu lebih memahami satuan volume. Coba perhatikan tangga satuan volume di bawah ini.
x 1000
27
Contoh:
1. 1
= 1 × 1.000.000
2. 1.000.000 3. 3
= 1.000.000
=
= 3 × 1000
= 3000
C. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Kubus dan Balok Contoh: Sebuah kotak kapur berbentuk kubus dengan sisi 10 cm. Berapa volume kotak kapur? Jawab 1: Sisi = 10 cm Volume = s × s × s = 10 × 10 × 10 × = 1000 Akuarium berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 10 cm. Kemudian akuarium itu diisi air. Berapa liter air yang diisikan ke akuarium tersebut? Jawab: p = 60 cm
l= 40 cm
t = 10 cm
V=p×l×t = 60 × 40 × 10 = 24000
= 24
Jadi, air yang diisikan ke akuarium 24 liter.
28
2.5 Kerangka Berfikir Proses pembelajaran di SDN 93/1 Lopak Aur, belum maksimal, hal ini terbukti dengan rendahnya nilai siswa pada pelajaran matematika. Guru dalam penyampain materi masih menggunakan pembelajaran konvensional, proses pembelajaran yang terpusat pada pengajar, serta penyampain materi yang monoton hanya menggunakan metode ceramah, sehinggan membuat siswa kurang memahami materi yang diajarkan. Maka dari itu agar siswa lebih mudah memahami pelajaran khususnya matematika diperlukan menggunkan pendekatan pembelajaran yang variasi yang dilakukan oleh pendidik salah satunya dengan Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat aktif, kreatif, serta inovatif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa, melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Hal ini tidak lepas dari peran seorang guru, dimana guru harus paham dengan pendekatan pembelajaran yang akan dipakai. Penerapan pendekatan yang bervariatif dan sesuai dengan aturannya akan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dalam pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang baik dan aktif.
29
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
Permasalahan yang ada
1. Penyampaian materi yang monoton 2. Suasana belajar yang terkesan jenuh dan kurang aktif sehinggan mempengaruhi minat belajar siswa 3. Siswa menganggap materi pembelajaran matematika sangat sukar.
Siwa
Kelompok kontrol
Kelompok eksperimen
Pembelajaran menggunakan metode konvensional
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
Instrumen (tes)
Hasil belajar
30
2.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh antara pendekatan saintifik terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 93/I Lopak Aur.