BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian “Analisis Parameter Jaringan HSDPA pada kondisi indoor dengan metode walktest Menggunakan Software TEMS Investigations dan G-Net Track Pro” ini dikembangkan berdasarkan beberapa referensi yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Penggunaan beberapa referensi tersebut bertujuan untuk menentukan batasan-batasan masalah yang kemudian akan dikembangkan lebih lanjut pada penelitian ini. Referensi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa penelitian serupa, dimana masing-masing penulis dari penelitian tersebut menggunakan metode penyelesaian, variable input - ouput dan kondisi objek yang berbeda satu sama lain untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka kaji. Berikut merupakan uraian singkat dari referensi tersebut. 1.
Analisis dan Perancangan Indoor Building Coverage (IBC) untuk MultiOperator Pada Gedung Bidakara 2 pada tugas akhir ini penulis menganalisa dan membangun jaringan seluler indoor yang efektif dan efisien maka penulisan melakukan integrasi jaringan GSM indoor, jaringan CDMA indoor , jaringan indoor WCDMA dan Wireles Fidelity (Wifi) untuk mengetahui kualitas sinyal output yang dihasilkan oleh semua jaringan setelah diintegrasi. Simulasi pada penelitian ini meggunakan menggunakan software RPS ( Radiowave Propagasi Simulation ) dengan model propagasi indoor COST 231 Multiwall. Model propagasi COST 231 Multiwall sangat cocok digunakan dalam penelitian ini karena propagasi ini ikut memperhitungan loss dinding dengan menggunakan metode walktest. Sedangkan pada penelitian kali ini mengambil studi kasus pada menara picocell pada gedung matahari duta plaza Denpasar , Bali. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Analisis Kualitas Sinyal Layanan Internet jaringan HSDPA Pada Menara Picocell dengan Mengunakan Software G-nettrack Pro dengan TEMS 6
7
Investigations dan membandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis menggunakan Metode Walk Test. 2.
Analisa dan perancangan HSDPA di stasiun kereta-api bandung. Pada tugas akhir ini penulis membahas tentang IBC (Indoor Builiding Coverage ) IBC (Indoor Building Coverage) merupakan jaringan yang menjadi solusi untuk menguatkansinyal dalam gedung. Karena pada umumnya sinyal dalam gedung yang diterima dari jaringan outdoor memiliki kualitas sinyal yang rendah, hal ini disebabkan oleh loss dari struktur gedung serta jarak BTS yang cukup jauh sehingga coverage areanya tidak mencapai dalam gedung. Sehingg sinyal yang diterima oleh user menjaditidak memuaskan. Stasiun Kereta-Api merupakan salah satu tempat yang mempunyai tingkat aktifitas yang tinggi dimana pengguna jasa Kereta-Api pada saat menunggu keberangkatan menyempatkan waktu untuk browsing atau meng-unduh data yang dimana jaringan layanan yang digunakan adalah HSDPA.Stasiun Kereta-Api Bandung mempunyai luas lahan 46.930m2 dengan luas bangunan 4.768m2 dan tinggi banguna 4,5m yang menyebabkan tidak semua wilayah digedung tersebut tercakup. Dari kelemahan tersebut, solusi adalah dengan memperbaiki sinyal daya terima di Stasiun Kereta-Api Bandung dengan perancangan IBC yang dalam pengaplikasiannya menggunakan software TEMS untuk melakukan walktest lalu mensimulasikan dengan software RPS. Dari hasil perhitungan radius antena, maka untuk skenario 1 dibutuhkan 31 cell yang terdiri dari 12 cell untuk gedung utara, 12 cell untuk gedung selatan, dan 7 cell untuk area rel kereta.Skenario 2 dibutuhkan 10 cell yang terdiri dari 4 cell untuk gedung utara, 4 cell untuk gedung selatan, dan 2 cell untuk area rel kereta. Sedangkan Skenario 3 dibutuhkan 3 cell yang terdiri dari 1 cell untuk gedung utara, 1 cell untuk gedung selatan, dan 1 cell untuk area rel kereta. Setelah melakukan simulasi menggunakan software RPS 5.4 maka didapatkan RSCP untuk skenario 1 sebesar - 46,6 dBm, skenario 2 sebesar 48,44 dBm, dan skenario 3 sebesar -55,21 dBm . Oleh karena itu dengan hasil
8
tersebut dapat dikatakan perencanaan yang dilakukan menghasilkan coverage area yang bagus. 3. Analisis perbandingan power transmit pada jaringan 3g terhadap kualitas ec/no dan received signal code power dalam hubungan intensitas trafik. Pada tugas akhir ini penulis membahas Pentransmissian sinyal dari UE harus dapat dikontrol sehingga Node B menerima sinyal yang berkekuatan sama dari beberapa UE. Power control berguna untuk mengatur transmit power pada terminal UE dan Node B, yang berguna untuk memaksimalkan kapasitas dan meminimumkan power dan juga level interferensi. Tujuannya adalah agar Node B menerima level power yang sama dari semua UE pada coveragenya dimana jarak masing-masing UE tidak seragam. Node B menggunakan fast power control system untuk menaikkan atau menurunkan power transmit dari UE. power transmit berpengaruh terhadap kekuatan sinyal atau RSCP dengan user lainnya, semakin banyak user akan semakin banyak power yang digunakan dan menaikkan level interferensi. Sehingga semakin banyak user maka cell akan mengkerut dan menyebabkan berkurangnya coverage Tabel 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art) No. 1
Nama Penulis Kahfi Kurnia
Judul
Metode
Hasil
Analisis Dan Perancangan Indoor Building Coverage (IBC) Untuk Multioperator Pada Gedung Bidakara 2
Melakukan integrasi jaringan GSM indoor jaringan GSM indoor, jaringan CDMA indoor , jaringan indoor WCDMA dan Wireles Fidelity (Wifi) untuk mengetahui kualitas sinyal output yang dihasilkan oleh semua jaringan setelah diintegrasi. Simulasi pada penelitian ini meggunakan menggunakan
Hasil keluaran dari software RPS berupa gambar dengan tiga parameter yang ditinjau yaitu kuat sinyal, perbandingan penyebaran sinyal terhadap interferensinya, dan delay yang terjadi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jika penempatan antenna indoor tersebar ke seluruh daerah cakupan, maka hampir seluruh area mendapatkan kuat sinyal yang baik yakni mendekati 70dBm namun pada kasus yang demikian menyebabkan adanya interferensi yang menyebar di seluruh area dengan nilai dari 40dB hingga 0dB serta tidak terjadi delay di
9
2
3
Andrei Panca Wardana
software RPS ( Radiowave Propagasi Simulation ) dengan model propagasi indoor COST 231 Multiwall.dengan menggunakan metode walktest
semua lantai meskipun letak antenna indoor di ubah-ubah.
Analisa dan perancangan HSDPA di stasiun keretaapi bandung menggunakan metode drivetest
Menggunakan Metode Walktest menggunakan TEMS Investigations dengan parameter RSCP , Ec/No dan Perhitunagn model Multi wall
Analisis perbandingan power transmit pada jaringan 3g terhadap kualitas ec/no dan received signal code Power dalam hubungan intensitas trafik
Menggunakan Metode drive test dengan parameter RSCP dan Ec/No menggunaka software TEMS Investigations 9
Setelah melakukan walktest dengan menggunakan operator 3, maka diketahui nilai RSCP yang buruk dan tidak memenuhi standar KPI, yaitu sebesar -104,22 dBm untuk gedung utara, -105,54 dBm untuk gedung selatan, -95,42 dBm untuk area rel kereta. Sedangkan nilai Ec/No yang didapat juga tidak bagus yaitu sebesar -19,63 dB untuk gedung utara, -20,15 dB untuk gedung selatan, -17,05 dB untuk area rel kereta Dari hasil drive test untuk perubahan power transmit, hasil plot RSCP terbaik menggunakan power 448 dBm pada sektor 2 dengan range -74 dBm sampai 0 dBm, hasil terburuk menggunakan power 430 dBm pada sektor 3 dengan range -83 dBm sampai -78 dBm. Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan perubahan power transmit hanya berdampak besar terhadap kekuatan sinyal Perubahan power transmit tidak mempengaruhi kualitas Ec/No karena Ec/No sangat dipengaruhi oleh jumlah user, dalam hubungannya dengan intensitas trafik, perubahan power transmit tidak terlalu mempengaruhi perubahan nilai intensitas trafik voice secara signifikan, karena voice lebih dialihkan ke jaringan 2G dalam prinsip kerjanya, namun semakin buruk kualitas Ec/No maka intensitas trafik semakin
10
tinggi dan juga sebaliknya semakin baik kualitas Ec/No maka intensitas trafik akan semakin kecil sedangkan RSCP yang merupakan kuat sinyal mempengaruhi jangkauan sinyal bagi kenyamanan user dalam melakukan panggilan.
2.2 2.2.1
Propagasi Jaringan Indoor Propagasi gelombang Radio Propagasi gelombang radio adalah proses perambatan gelombang radio dari
antena pemancar sampai ke antena penerima. Pada saat proses propagasi gelombang sangat mungkin terjadi redaman propagasi berupa redaman gedung atau pathloss, yaitu penurunan level daya sinyal ketika terjadi proses propagasi gelombang radio. Model propagasi outdoor merupakan model propagasi yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik propagasi gelombang radio. Profil lingkungan seluler yang dipakai pada model propagasi outdoor, yaitu wilayah urban yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan ketinggian gedung yang beragam (Dista N.R,2011). Namun selain propagasi outdoor terdapat model propagasi dalam ruangan ( Indoor ). Faktor pembeda utama antara jaringan indoor dan jaringan outdoor adalah pada kondisi propagasi. Secara umum berikut adalah kondisi yang terjadi pada perancangan indoor. 1. Jarak yang di-cover cukup sempit (± 100m ) 2. Perubahan posisi karena mobilisasi 3. Penyebab loss diantaranya dinding, furniture dan manusia dari kondisi diatas, terlihat bahwa propagasi indoor sangat tergantung pada refleksi, difraksi, penetrasi dan scattering (Fajar.A,2013). Akibatnya, multipath sangat mungkin terjadi pada jaringan indoor. Bahkan, kemungkinan terciptanya kondisi path yang line of sight bisa jadi tidak ada. Berikut penjelasan dari beberapa faktor penyebab pada lingkungan propagasi indoor yang mepengaruhi gelombang radio
11
A. Refraksi Pada lingkungan indoor, kondisi ini tidak terlalu signifikan namun sinyal tidak melalui obyek, dimana akan terjadi pembiasan atau refraksi. Jadi sinyal akan berada diluar posisi yang berbeda dari yang diharapkan. Sehingga suatu penghalang akan merubah jalur radiasi
Gambar 2.1 Refraksi Sumber : Hammond dkk,2005
B. Scattering Kondisi ini terjadi ketika ada obyek dimensi yang sebanding dengan radiasi panjang gelombang pada media transmisi. Jika jumlah obyek tiap volume sangat besar, maka efek scattering juga akan besar. Scattering terjadi apabila ada permukaan kasar tidak teratur
Gambar 2.2 scatering Sumber : Hammond dkk,2005
2.2.2
Model Propagasi Indoor Propagasi adalah proses perambatan gelombang elektromagnetik dari suatu
tempat ke tempat lain. Fading merupakan komponen utama yang dapat mengganggu performansi sistem.Fading menyebabkan suatu kondisi dimana sinyal yang diterima terlalu jelek untuk dilakukan pemrosesan lebih lanjut. Model
12
propagasi gelombang dilatarbelakangi oleh konsep dari dua antena (pemancar dan penerima) pada udara bebas yang dipisahkan oleh jarak d (km).Model propagasi umumnya menjelaskan perkiraan rata-rata kuat sinyal yang diterima penerima pada jarak tertentu dari pemancar. Setiap proses propagasi akan menimbulkan rugi-rugi propagasi (Sudiarta, dkk. 2013). Terdapat bebrapa model – model propagasi indoor yaitu One slope Model, Keenan Motley model, Cost 231 MultiWall Model dll. propagasi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu terdiri dari One Slope Model ( Kondisi tanpa penghalang ). 2.2.3 One Slope Model Pada pemodelan propagasi indoor terdapat beberapa model yang sangat populer salah satunya yaitu One Slope Model yang merupakan pemodelan yang termudah untuk menghitung rata-rata level sinyal dalam gedung tanpa memerlukan pengetahuan secara terperinci mengenai tata letak bangunan. Dimana path loss dalam dB merupakan fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima antena. L(d ) Lo 10 n log (d ) …………………………………………..(2.1)
( sumber :razak,Ulfiah,F,2009. 1) Keterangan : Lo
= referensi nilai loss untuk jarak 1 m dengan satuan dB
n
= path loss eksponen, dan
d
= jarak dalam satuan m Tabel 2.2 Parameter Empiris one slope model f (GHz)
Lo (dB)
n
Keterangan
1,8
33,3
4,0
Kantor
1,8
37,5
2,0
Ruangan terbuka
1,8
39,2
1,4
Koridor
1,9
38,0
3,5
Bangunan kantor
1,9
38,0
2,0
Lorong
1,9
38,0
1,3
Koridor
13
2,45
40,2
4,2
Bangunan kantor
2,5
40,0
3,7
Bangunan kantor
5,0
46,4
3,5
Bangunan kantor
5,25
46,8
4,6
Bangunan kantor
Sumber : mikas dkk, ---
2.3
Redaman Bahan Material Pada saat gelombang elektromagnetik bertemu atau menbarak suatu
material, gelombang tersebut akan menjadi lebih lemah atau terendam. Sebagai energi sinyal diserap dan di rubah menjadi bentuk energi yang lain, dan sebagian lainnya diteruskan berpropagasi. Besarnya pelemahan daya sinyal yang terjadi berbeda-beda tergantung dari jenis bahan material tersebut (Faisol,2012). 2.4
Perkembangan Teknologi HSDPA High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) merupakan pengembangan
teknologi 3G yang memungkinkan kecepatan data sampai 8- 10 Mbps. Tujuan utama HSDPA adalah untuk meningkatkan user throughput maksimum untuk pengiriman paket data dari sisi downlink dan mengurangi delay transmisi paket (Round Trip Delay). Evolusi WCDMA dengan menggunakan Teknologi HSDPA mampu meningkatkan transmisi data dengan peralatan jaringan WCDMA yang telah ada. Implementasi HSDPA ini tidak mengubah hierarki kerja dari sisi UTRAN, akan tetapi perubahan besar yang terjadi pada bagian MAC karena terjadi penambahan entitas MAC-hs (Medium Acces Control High Speed) pada sublayer MAC dari node B. selain itu. UE dengan kapabilitas HSDPA bisa co-exist dengan UE WCDMA pada carrier yang yang sama. Teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan kecepatan transmisi data yang tinggi dengan tetap mempertahankan kapabilitas dengan peralatan jaringan WCDMA yang telah ada diantaranya: AMC (Adaptif Modulation and Coding ), HARQ ( Hybrid Automatic Repeat Request ), dan paket scheduling.(wardhana L,2010).
14
2.4.1 Arsitektur HSDPA Arsitektur HSDPA terdiri dari tiga bagian, yaitu (Anonim, 2008): 1) User equipment (Perangkat mobile yang digunakan untuk mengakses layanan UMTS) 2) Access network 3) Core network
Gambar 2.3 Arsitektur HSDPA Pada jaringan 3G dan Global System For Mobile Telecommunications (GSM) (Sumber: Fajar A, 2011)
Skema Struktur Jaringan HSDPA : 1. User equipment Merupakan perangkat atau terminal pada sisi pelanggan yang berupa headset untuk mengirim dan menerima informasi (Fajar Akbar IT telkom bandung ) 2. Node B Merupakan perangkat untuk mengkonversi aliran data antara interface Uu dan Iub, juga berperan dalam radio resource management.( Fajar Akbar IT Telkom bandung 3. RNC ( Radio Network Controller ) Radio Network Controller (RNC), di GSM disebut BSC: bertanggung jawab untuk mengontrol sumber radio dalam jaringan satu atau lebih Node B terhubung ke RNC). Suatu RNC yang dengan beberapa Node B membentuk Radio Network Subsystem (RNS). (Fajar Akbar IT Telkom Bandung) 4. Core Network
15
Pada bagian core network, terdiri dari beberapa bagian:
Serving GPRS Support Node (SGSN): berfungsi sama halnya seperti MSC/VLR tetapi secara khusus digunakan untuk servis Packet Switched (PS).
Gateway GPRS Support Node (GGSN): berfungsi sama halnya seperti GMSC tetapi berhubungan dengan layanan-layanan PS.
2.4.2 Kanal Fisik HSDPA HSDPA diperkenalkan dengan tiga jenis kanal fisik. Dua diantaranya digunakan sebagai kanal kontrol dan satu yang lain sebagai kanal transportasi data. Kanal-kanal tersebut adalah sebagai berikut (Agung ayu,2008 ). 1. HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel) HS-DSCH merupakan kanal transport yang mirip dengan DSCH pada WCDMA, HS-DSCH bekerja pada arah downlink pada HSDPA, dan dapat digunakan untuk mengirim paket data untuk beberapa user dalam satu sel. 2. HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel) HS-SCCH merupakan sebuah kanal fisik. Kanal ini beroperasi dengan menggunkan modulasi QPSK, dengan spreading factor 128. HS-SCH digunakan untuk signaling pada arah downlink yaitu dari node B menuju UE sebelum memulai penjadwalan TTI (Time Transfer Interval). 3. HS-DPCCH (High Speed Dedicated Physical Control Channel) Sama seperti HS-SCCH, kanal HS-DPCCH juga termasuk kanal fisik. Kanal ini merupakan kanal yang bekerja pada arah uplink, yaitu menurut UE
menuju
Node
B.
Untuk
membawa
informasi
signaling
Acknowledgement / Negative-Acknowledgement (ACK/NACK). Kanal ini akan memberitahukan apakah data yang sudah ditransmisi pada arah downlink telah sukses didekodekan atau tidak
16
Gambar 2.4 Kanal Fisik yang Digunakan Pada Teknologi HSDPA Sumber ; Anonim, 200
2.5
Fitur – Fitur HSDPA Pada HSDPA Untuk meningkatkan performansi sistem pada jaringan
WCDMA, pada HSDPA dilakukan perubahan perubahan pada radio interfaces yang berpengaruh pada physical layer dan transport layer. Fitur fitur tersebut antara lain adalah penggunaan AMC, HARQ serta fast scheduling (Anonim, 2008). 1. Adaptive Modulation and Coding (AMC) AMC merupakan teknologi utama pada HSDPA dimana feedback dari UE digunakan untuk menentukan skema coding dan modulasi yang akan digunakan berdasarkan CQI (Channel Quality Indicator). Proses ini dilakukan untuk setiap TTI dengan tujuan untuk memaksimalkan data rate dari UE dengan kondisi kanal yang baik. Modulasi pada HSDSCH dilakukan secara adaptif dengan pemilihan modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) atau 16 QAM (Quadrature Amplitude Modulation) 2. Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ) HARQ meningkatkan performansi dan menambah ketahanan terhadap error pada link adaptation. Penerima akan mengirim NACK melalui HSDPCCH ketika mendeteksi error pada paket data yang diterima setelah 7.5 time slot dari akhir TTI HSDSCH. Teknologi HARQ mengkombinasikan FEC (Feed Error Correction) dan ARQ untuk menyelamatkan informasi dari kegagalan transmisi sebelumnya untuk keperluan decoding pada UE 2.6
Konsep Sel
17
Cell adalah coverage area dari Radio Base Station. Pembagian sel-sel dalam sistem seluler dimodelkan dalam bentuk hexagonal agar mempermudah penggambaran pada layout perencanaan ( niama d, 2013 )
Gambar 2.5 Bentuk cell fiktif, Ideal dan Nyata
Sel merupakan cakupan daerah yang dilayani oleh sekelompok kanal tertentu. Ada tiga macam struktur sel berdasarkan ukuran sel dan keadaan trafik (HR Kumeni,IT Telkom,2010) : A. Sel Besar (Makro Cell) macrocell lebih terkonsentrasi di daerah pinggir kota untuk melayani pemakai telepon selular yang lebih sedikit. Sel ini mempunyai cakupan hingga 30 k.( niama d.2011).
Gambar 2.6 BTS (Base Transceiver Station)
B. Sel Kecil (Mikro Cell). sel sel yang berukuran kecil ( microcell ) terkonsentrasi ditengah perkotaan karena untuk melayani pemakai telepon selular dengan jumlah besar, sedangkan sel-sel yang berukuran besar. Sel ini mempunyai cakupan hingga 1 km. ( niama d.2011)
18
Gambar 2.7 Menara Rooftop
C. Pico Cell Sel ini digunakan untuk melayani suatu kapasitas trafik sinergi dari segi luasan. Sel ini mempunyai cakupan hingga 10 - 100 m. Picocell biasanya
digunakan
untuk
jaringan
indoor
atau
di
dalam
gedung(HR.Kumeni,2012) D. Femtocell. Yaitu teknologi micro BTS yang menggunakan level daya rendah,menggunakan frekuensi resmi seperti yang digunakan jaringan seluler, dikoneksikandengan backhaul jaringan Internet, digunakan untuk memperluas coverage dan meningkatkan kapasitas, dan pemasangannya. (HR.Kumeni,2012) secara auto configuration. Cell ini umumnya dirancang untuk digunakan di rumah atau perusahaan kecil dan menengah. Manfaat Femtocell antara lain meningkatkan kualitas jaringan yang di hasilkan ketika berada dalam rumah/bangunan. Ekspansi jaringan di tempat yang tepat dengan tambahan sel dan peningkatan kapasitas, serta akurasi lokasi di mana aktivitas pelanggan berada. (Telkomsel Uji Coba Femtocell Dengan Manfaatkan Jaringan 3G, 2012). Ukuran sel pada system komunikasi seluler dapat dipengaruhi oleh: 1. Kepadatan pada traffic. 2. Daya pemancar, yaitu Base Station (BS) dan Mobile Station (MS). 3. Dan faktor alam, seperti udara, laut, gunung, gedung-gedung, dll. Akan tetapi batasan-batasan tersebut akhirnya ditentukan sendiri oleh kuatnya sinyal radio antar Base Station (BS) dan Mobile Station (MS).
19
Gambar 2.8 Cell Coverage
2.6.1
Picocell Berdasarkan luas cakupannya cell dalam teknologi seluler dibagi ke dalam
beberapa bagian, yaitu cakupan dengan range 10-100 meter disebut picocell, cakupan dengan range 100-900 meter disebut micro cell, cakupan dengan range 16 km disebut macro cell dan cakupan seluas negara adalah satelit. Picocell merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki layanan seluler di dalam ruangan seperti gedung-gedung di perkantoran, mall, apartemen, kampus dan gedunggedung lainnya. Level daya penerimaan sinyal di dalam gedung rata-rata mempunyai level yang rendah karena penetrasi sinyal dari BTS outdoor ke indoor tidak maksimal.(Muhamad Ridwan,2011) 2.7
Antena Omni Directional Antena omnidirectional,yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran
sinyal ke segala arah dengan daya sama.Untuk menghasilkan cakupan area yang luas,gain dari antena omnidirectional harus memfokuskan dayanya secara horizontal (mendatar,dengan mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke bawah,sehingga antean dapat di letakan di tengah-tengah base station.Dengan demikian,keuntungan dari antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak.Namun,kesulitannya adalah pada pengalokasian frequensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi.Antena jenis ini biasanya di gunakan pada
20
lingkup yang mempunyai base station terbatas dan cenderung untuk posisi pelanggan yang melebar.(Silpina Abumi S,2011)
Gambar 2.9 Antena Omnidrectional
Pemasangan antena Ceiling Indoor omni directional ini cocok digunakan untuk basement lantai
dasar atau gedung-gedung bertingkat maupun gedung
perkantoran. Tujuan dari penggunaan antena ini adalah untuk memperbaiki kualitas sinyal di dalam gedung atau kondisi indoor yang memiliki kualitas sinyal jelek atau memiliki trafik yang sangat padat. 2.8
Parameter Kuat Sinyal dan Kualitas Level Signal
2.8.1
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP ) Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) merupakan besaran yang
menyatakan kekuatan daya pancar suatu antenna dibumi,dapat dihitung dengan rumus EIRP = Ptx+Gtx-Ltx………………………………………………(2.2) (sumber: Surjati Indra,2008)
Dimana : Ptx = Daya Pancar (dBm) Gtx= Penguatan Antena Pancar Ltx = Rugi dari pemancar 2.8.2
Receive Signal Code Power (RSCP ) Receive Signal Code Power (RSCP) Dalam perhitungan link budget, setelah
menghitung EIRP dapat juga diketahui nilai dari kuat sinyal (signal strength) yang diterima oleh UE. Pada WCDMA dan HSDPA, kuat sinyal atau Received Signal Code Power (RSCP) yang diterima oleh pengguna UE berbanding terbalik dengan jarak dari antena pemancar. Kuat sinyal :
21
RSCP (dBm) = EIRP - Wall loss – Body Loss – PathLoss – Ʃ(Handover + Fading Margin) …………………………………………… (2.3) (Sumber: Surjati Indra,.2008) Tabel 2.3 Standar Nilai RSCP WCDMA Dan HSDPA (Sumber:PT Indosat 2010 ) Interval KPI
Colour
-135.0<=x<-95
Buruk
-95<=<-85.0
Sedang
-85.0<=x<=-75
Baik
-75.0<=x<=-10
Sangat Baik
Tabel 2.4 Wall Loss (Setyawan 2013) Bahan Dasar Dinding Kayu
Wall Loss 10,1 dB
Kaca Beton
2,2 dB 30,1 dB
∑ Wall Loss
18 dB
Untuk Body Loss pada sistem WCDMA dan HSDPA adalah 0 dB. Nilai Fading Margin ditentukan oleh operator yang digunakan sebesar 5 dBm (PT Indosat). Sedangkan untuk wall loss digunakan 18 dB sebagai standar acuan yang digunakan dalam perhitungan indoor penetration, sedangkan jika perhitungan outdoor penetration nilai wall loss adalah 0 (Setyawan, 2013). 2.8.3
Energy Chip per Noise (Ec/No ) Ec/No adalah kualitas data atau suara pada jaringan operator
3G/UMTS/HSDPA, Fungsinya sama dengan RxQual di jaringan 2G. Skala 0 s.d. 6 dBm sangat baik, -6 s.d -11 dBm baik, - 11 s.d -16 dBm buruk dan <-16 dBm sangatburuk. Tabel 2.5 Standar Nilai Ec/No WCDMA Dan HSDPA (Sumber:PT Indosat 2010) Interval KPI
Colour
-30<=x<-11
Buruk
-11<=<-6
Sedang
22
-6<=x<=-0
2.9
Baik
Walk Test Walk Test adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengamati dan
melakukan optimasi agar dihasilkan kriteria performansi jaringan. Yang diamati biasanya kuat daya pancar dan daya terima, tingkat kegagalan akses (originating dan terminating), tingkat panggilan yang gagal (drop call) serta FER khususnya pada kondisi indoor. Tujuan walk test yaitu : 1. Untuk analisis coverage sebuah cakupan jaringan atau cakupan sebuah sel pada suatu gedung dengan cara menggunakan sampel data user perception pada coverage area tertentu. 2. Mengkombinasikan pengukuran data dalam database tunggal untuk kecepatan dan perbandingan yang luas. Mekanisme Walk Test yaitu menggunakan telepone yang terhubung. portable computer serta penerima GPS dan antena (optional). Ditempatkan di kendaraan darat atau jalan kaki dan dijalankan ke seluruh area cakupan layanan nirkabel. Masalah yang muncul diukur lalu disimpan dalam basis data komputer, dan menandai data sesuai fungsi waktu dan lokasi. 2.9.1
Alat – Alat Walk Test Sistem diwalktest melakukan pengukuran, menyimpan data di komputer, dan
menampilkan data menurut waktu dan tempat. Beberapa tipe sistem drive test yang tersedia adalah drive test berbasis MS, berbasis receiver yang mampu mengukur semua sinyal plot yang ada dan kombinasi keduanya. Perangkat berbasis MS merupakan konfigurasi minimum yang dibutuhkan dalam melakukan drive test. Pengukuran umum seperti panggilan gagal ataupun terputus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana performa jaringan dari sudut pandang pelanggan. Alat yang dibutuhkan pada saat melakukan walk test yaitu Software TEMS ( Test Mobil system ) Version 8.0 1. Mobile Phone sony Ericson K880i 2. Laptop
23
3. GPS dan USB GPS 4. Dongle 5. Peta digital (map info) Gambar menunjukan system peralatan drive test berbasis MS termasuk dengan receiver. GPS untuk menentukan lokasi akurat suatu peristiwa yang dialami MS.
Gambar 2.10 Peralatan Drive Test
Parameter yang diukur yaitu : RSCP dan EIRP.
2.10
Software Pendukung
2.10.1 Map Info Profesional MapInfo Professional adalah produk perangkat lunak pemetaan yang diproduksi oleh MapInfo Corporation. MapInfo Professional memiliki kemampuan menggabungkan dan menampilkan peta tunggal, dengan data yang berasal dari berbagai sumber, format, maupun proyeksi. Perangkat lunak ini juga mampu melakukan overlay lapisan raster dan vektor pada peta yang sama. MapInfo cukup populer baik pada sektor bisnis maupun sektor publik. MapInfo Corporation didirikan pada tahun 1986 dan produk pertamanya adalah MapInfo untuk DOS. Perangkat lunak tersebut dapat dilakukan kustomisasi menggunakan MapCode development environment yang menggunakan bahasa pemrograman mirip C. Tahun 1990 MapInfo dirancang ulang dengan antarmuka pengguna grafis yang lebih mudah dan tersedia untuk Microsoft Windows, UNIX dan Macintosh. MapCode development environment diganti dengan bahasa yang lebih baru
24
MapBasic. Pada versi 4 produk MapInfo yang dirilis tahun 1995, berganti nama dengan MapInfo Professional. MapInfo Professional saat ini tidak tersedia lagi dalam platform UNIX dan Macintosh. Versi mapinfo yang dgunakan dalam penelitian adalah Mapinfo Pro v8.5 (Anonim. 2007)
Gambar 2.11 Tampilan Map Info
2.11
Sekilas Tentang Layout Bangunan dan Profile Matahari Duta Plaza
2.11.1 Layout Kasar Bangunan A. Layout Lantai 1
Gambar 2.12. Layout Lantai I Sumber : PT Matahari
25
B. Layout Lantai II
Gambar 2.13.LayOut Lantai 2 Sumber : PT INDOSAT
C. Layout Lantai III
26
Gambar 2.14 Layout Lantai 3
(Sumber : PT INDOSAT)
2.11.2 Profile Gedung Matahar Duta Plaza PT Matahari Department Store Tbk (Matahari) adalah perusahaan ritel yang menyediakan pakaian, aksesoris, perlengkapan kecantikan, dan perlengkapan rumah untuk konsumen yang menghargai mode dan nilai tambah. Didukung oleh jaringan pemasok lokal dan internasional terpercaya, gabungan antara mode yang terjangkau, gerai dengan visual menarik, berkualitas dan modern, memberikan pengalaman berbelanja yang dinamis dan menyenangkan, dan menjadikan Matahari sebagai department store pilihan utama bagi kelas menengah Indonesia yang tengah tumbuh pesat. Matahari membuka gerai pertamanya sebagai gerai pakaian anakanak pada 24 Oktober 1958, di kawasan Pasar Baru, Jakarta. Sejak diluncurkan sebagai pusat perbelanjaan modern yang pertama di Indonesia pada tahun 1972, Matahari telah memperluas jaringannya ke seluruh kepulauan Indonesia. Kini hadir di 62 kota, Matahari didukung lebih dari 40.000 orang karyawan di 127 gerainya dengan total 1.200 pemasok di
27
Indonesia dan 90% dari pembelian produk beli-putus berasal dari pemasok lokal, menjadikannya suatu fenomena nasional. Rangkaian produk yang dijual secara eksklusif di Matahari, dipandang konsumen sebagai merek mode terkemuka sehingga secara konsisten Matahari dikenal sebagai department store pilihan utama Indonesia. Pada tahun 2009, Matahari menjadi entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP), dan diberi nama PT Matahari Department Store Tbk (Matahari). Asia Color Company Limited, anak perusahaan dari CVC Capital Partners Asia Pacific III L.P. dan CVC Capital Partners Asia Pacific III Parallel Fund – A, L.P. (secara bersama disebut sebagai “CVC Asia Fund III”), menjadi pemegang saham utama Matahari pada April 2010 (PT. Matahari Duta Plaza, 2012). 2.12
TEMS Investigations 10 TEMS adalah kependekan dari Test Mobile System yang merupakan
perangkat keluaran Erricson untuk drive test.TEMS terdiri dari beberapa tipe yaitu: 1. TEMS Investigation : Digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor). Akan tetapi Mulai versi 4 sudah dapat digunakan untuk drive test dalam ruangan (indoor). 2. TEMS Light : Digunakan untuk drive test di dalam ruangan (indoor). Berikut tampilan pada TEMS 10 3. TEMS Automatic TEMS ini digunakan untuk drive test di luar ruangan. TEMS Automatic menggunakan system client – server untuk pengam uplink dan downlink. Pada software TEMS terdapat lima bagian penting yang harus digunakan yaitu : A. Workspace dan worksheet Workspace dan worksheet merupakan 0tampilan dari menu-menu lain , digunakan saat dalam sesi kerja. Dalam workspace dapat di bagi B. Pada menu toolbars terdapat tombol – tombol yang dicerminkan ata ditampilkan pada menu, hanya di toolbars dapat langsung di akses.
28
C. Satus Bar Status bar menampilkan symbol dan pesan singkatyang mengindikasikan status utama D. Menu Bar Menu Bar merupakan cerminana dari menu navigator D. Navigator Dari menu navigator dapat di buka njendela presentation dan mengubah range warna warna dari informasi element. Navigator secara khusus digunakan untuk mengkonfigurasikan workspace pada saat bekerja
Gambar 2.16. TEMS Investigations 10
2.12.1 Perangkat – Perangkat TEMS Perangkat TEMS ada 2 yaitu perangkat utama dan perangkat tambahan Perangkat Utamanya Yaitu : 1. Software TEMS Sofware yang digunakan untuk kerja praktek ini adalah software TEMS Investigation version 8.0 2. Handphone TEMS
29
Ada berbagai jenis Handphone yang support pada Tems investigation diantaranya adalah sebagai berikut Sony Ericsson K800i, Sony Ericsson T610, Sony Ericsson W995i 3. Kabel Data USB Serial 4. Lisensi TEMS pada dongle 5. GPS Holux-M1000 6. Aksesoris, USB to Rs 232, charger handphone untuk mobil 2.14
G-Net Track Pro G-Net Track adalah aplikasi untuk memonitor jaringan dan walk test pada
perangkat yang beroperasi sistem OS Android. Teknologi yang didukung pada aplikasi G-Net Track Pro adalah LTE, UMTS, GSM, CDMA, EVDO,HSDPA. Pengukuran juga bisa dilakukan pada lokasi indoor dan outdoor. Informasi yang bisa didapatkan dengan menggunakan software G-nettrack adalah Rxlev, Rxqual, SQI, MCC, MNC, CI, LAC, Time, Langitude, Latitude, Upload, Download, Type jaringan yang digunakan, Operator yang digunakan Fitur utama yang dimiliki oleh G-Net Track adalah :
Pengukuran parameter jaringan nirkabel
Logging nilai yang terukur dalam teks dan KML file.
Menampilkan nilai-nilai yang dikukur pada tampilan peta.
Menampilkan BTS dan melayanai garis sel di tampilan peta.
Data yang di ukur dengan G-Net Track dapat di analisis dengan bantuan alat-alat lain.
Berikut tampilan yang dimilki oleh aplikasi G-Net Track :
30
Gambar 2.17: G-Net Track Pro Sumber : G-Net Track Pro
2.15
Google Earth Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya
disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc.. Program ini memetakan bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda(Karch, t.t): 1. Google Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas; 2. Google Earth Plus, yang memiliki fitur tambahan. Google Earth Pro, yang digunakan untuk penggunaan komersial
Gambar 2.18 Kota Denpasar dari Google Earth Sumber : Google Earth