BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Pragmatik Pragmatik cenderung mengkaji pada penggunaan bahasa dibandingkan struktur dan kaidahnya. Linguistik dibagi kedalam lima cabang yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Pragmatik adalah urutan cabang ilmu linguistik yang terakhir. Berikut ini penulis akan memaparkan definisi pragmatik yang dikemukakan oleh pakar bahasa. Yule (1996: 3) menyebutkan empat definisi pragmatik yaitu, 1) pragmatics is the study of speaker meaning, yang artinya pragmatik memfokuskan
pada
kajian
bagaimana
makna
ujaran
yang
dikomunikasikan oleh penutur dan bagaimana ujaran tersebut dapat diinterpretasikan oleh penutur; 2) pragmatics is the study of contextual meaning, pengertian kedua ini menjelaskan bahwa kajian pragmatik melibatkan interpretasi apa yang dimaksudkan seseorang dalam konteks tertentu dan bagaimana konteks berpengaruh pada apa yang dikatakan; 3) pragmatics is the study of how more gets communicated than is said, pengertian keetiga ini memaparkan bahwa pragmatik mengeksplorasi bagaimana pendengar dapat membuat kesimpulan tentang apa yang dikatakan
dalam
rangka
untuk
mencapai
penafsiran
arti
yang
dimaksudkan oleh pembicara. Dapat juga diartikan bahwa pragmatik
berusaha menginvestigasi makna penuturan yang tidak terkatakan atau tidak tampak; 4) pragmatics is the study of expression of relative distance, yaitu pragmatik menjelaskan bahwa pembicara menentukan seberapa banyak yang perlu dikatakan yang terkait dengan seberapa jauh atau dekatnya pendengar. Sejalan dengan Yule, Levinson (1983: 6) berpendapat "Pragmatics is the study of the relations between language and context that are basic to an account of language understanding". Dengan kata lain pragmatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks berdasarkan pemahaman bahasa. Selain itu Levinson juga membatasi pengertian pragmatik dengan mengemukakan bahwa "Pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts, and aspects of discourse structure" (1983: 27). Dengan kata lain, pragmatik adalah ilmu yang mempelajari deixis, implikatur, perkiraan, tindak tutur, dan aspek struktur wacana. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna dari suatu tuturan yang disampaikan oleh penutur berdasarkan konteks.
2.1.1 Tuturan Tuturan merupakan sesuatu yang dituturkan, diucapkan, atau diujarkan oleh penutur. Leech (1983: 14) menjelaskan bahwa tuturan disebut sebagai suatu tindakan konkret dalam suasana tertentu "...the
term utterance to refer to
complete communicative units, which may consist of single words, phrases, clauses and clause combinations spoken in contexts" dengan kata lain konteks
yang dimaksud disini adalah latar belakang para partisipan yaitu penutur dan petutur yang terlibat dalam percakapan berdasarkan waktu percakapan, dan tempat terjadinya percakapan. Tuturan adalah penggunaan bahasa dalam bentuk lisan atau tulisan melalui struktur linguistik yang berhubungan dan tidak hanya terdapat pada kalimat saja. Kridalaksana (1993: 221) menjelaskan bahwa tuturan adalah wacana yang menonjolkan serangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu.
2.1.2 Aspek-aspek Situasi Tutur Apabila seseorang hendak berbicara, terlebih dahulu terbentuklah suatu pesan di dalam benak orang tersebut. Jika saatnya telah tiba, maka pesan itu dilontarkan menjadi ujaran yang dapat didengar oleh banyak orang yang diajak bicara. Pelontaran atau ujuaran ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ialah penutur (speaker), petutur (hearer), pokok pembicaraan (topic), tempat bicara (setting), dan suasana bicara (situation scene). Saat seseorang melakukan tindak tutur, terdapat adanya aspek tertentu yang membuat tuturannya menjadi berarti. Menurut Leech (1983: 13-14) membagi aspek situasi tutur ke dalam lima bagian, yaitu: 1. Penutur dan Petutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatik tertentu di dalam sebuah komunikasi. Sementara itu, petutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam tindak tutur. Di dalam peristiwa tutur peran penutur dan petutur dilakukan secara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra
tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban, dan sebagainya. 2. Konteks Tuturan Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks sebagai latar belakang pengetahuan yang diperkirakan, dimiliki, disetujui, bersama oleh para partisipan serta menunjang interpretasi penyimak terhadap apa yang dimaksud pembicara melalui suatu tuturan tertentu. 4. Tujuan Tuturan Setiap situasi tuturan mengandung maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah suatu hal yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatar belakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dengan kata lain, kedua belah pihak yakni penutur dan petutur terlibat dalam suatu kegiatan yang mengacu pada tuturan tertentu. 3. Tindak Tutur sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu. Dari tindakan verbal tersebut akan dihasilkan suatu tindakan atau aktivitas yang diinginkan oleh penutur. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tindak tutur dalam luang lingkup pragmatik bersifat konkret karena pragmatik menjelaskan keberadaan siapa, dimana, kapan, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan.
5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.
2.1.3 Konteks Definisi konteks menurut Leech (1983: 13) "Any background of knowledge assumed to be shared by speaker and hearer and which contributes to hearer's interpretation on what speaker mean by a given utterance", maksudnya konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang dibagi bersama-sama oleh penutur dan petutur yang menolong petutur untuk mengartikan maksud tuturan penutur. Begitu juga dengan pendapat Grundy (2000: 72) yang mengemukakan, "In the case of implicature, context helps us to determine what is conveyed implicitly but not explicitly stated by the speaker", artinya dalam implikatur konteks dapat membantu menentukan apa yang disampaikan oleh penutur secara tersirat. Cruse (2006 : 35) mengemukakan bahwa konteks merupakan elemen yang harus ada dalam interpretasi ujaran dan perasaan. Berikut beberapa aspek penting dalam konteks yang dikemukakannya: 1. Ujaran dan ekspresi sebelum dan sesudahnya, 2. Situasi fisik pada saat percakapan berlangsung, 3. Situasi yang lebih luas, meliputi hubungan sosial dan kuasa, dan 4. Pembagian pengetahuan antara penutur dan petutur.
Selain itu, Cutting (2003 : 3) mendukung aspek-aspek dalam konteks yang dikemukakan oleh Leech (1983: 13) yang membagi konteks menjadi tiga bagian yaitu: a. Situational Context Dalam konteks situasi terdapat tuturan penutur sehubungan dengan hal-hal yang dilihat disekitarnya saat melakukan percakapan. Cutting (2005: 4) mengemukakan "The situational context is the immediate physical co-presence, the situation where the interaction is taking place at the moment of speaking". Dengan kata lain konteks situasi melibatkan bahasa tubuh saat berinteraksi. Seperti contoh berikut: They were like this, swollen up like this "This" adalah kata ganti demonstratif yang digunakan saat berbicara untuk menunjukkan suatu perumpamaan agar pembicara dan pendengar dapat melihatnya sama-sama. b. Background Knowledge Context Ini merupakan konteks pengetahuan penutur tentang petutur dan pengetahuan umum lainnya. Konteks ini terbagi menjadi 2, yaitu cultural knowledge dan interpersonal knowledge. Cultural knowledge merupakan pengetahuan umum yang dimiliki setiap orang dalam pikirannya mengenai berbagai bidang kehidupan dengan kata lain cultural knowledge merupakan pengetahuan bersama tentang hal yang sedang dibicarakan, sedangkan interpersonal knowledge merupakan pengetahuan yang spesifik dan merupakan pengetahuan pribadi mengenai partisipan yang ada dalam percakapan. Seperti contoh berikut:
"Rock music was born twins: there were two siblings styles, one derived from country and western, one from rhythm and blues. These two sources were distinct and separate corners of the music industry, one white, stemming from Nashville, Tennessee, and Wheeling, West Virginia, the other black, stemming from Chicago, Memphis, Houston, St. Louis, and Kansas City. But of course, there was an overlap between the two styles and their locations, especially both had wide national followings." Kelompok yang mampu memahami dengan baik teks di atas seharusnya kelompok yang memiliki minat dalam musik populer Amerika Utara. Dalam komunitas itu akan ada sekelompok kecil yang tahu semua tentang rhythm dan blues, penyanyi dan bandnya, bahkan sejarah dan letak geografisnya. Kelompok kecil ini mungkin saja bisa membentuk discourse communities seperti yang di jelaskan oleh Swales (1990). c. Co-textual context Co-textual context atau yang lebih dikenal dengan ko-teks, yaitu pengetahuan penutur tentang apa yang telah dituturkannya. Selivan (2013) mengemukakan "Co-text, the linguistics environment of a word". Dengan kata lain ko-teks merupakan lingkungan linguistik dari sebuah kata. Seperti contoh pada kata key, bagaimana kita menginterpretasi apakah itu a key to a door, a key on a keyboard, atau a key to solving the problem, sebenarnya yang dikaji bukanlah context dari sebuah tuturan melainkan co-text. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur.
2.2 Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai sesuatu yang sebenarnya kita lakukan ketika berbicara. Dalam berlangsungnya percakapan, kita melakukan beberapa
tindakan seperti melaporkan, menyatakan, memperingatkan, menjanjikan, mengusulkan dan menyarankan. Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan penutur dan petutur serta objek yang sedang dibicarakan. Menurut Yule (1996: 46): "in attempting to express themselves, people do not only produce utterance containing grammatical structures and words, they perform actions via those utterance. Actions performed via utterances are generally called speech acts." Dengan kata lain, tindak tutur adalah produk atau hasil kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika sedang berkomunikasi. Menurut Austin (1962) dalam buku Pengajaran Pragmatik (Tarigan, 2009: 34) tindak tutur terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. 1. Tindak Lokusi Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau hasil suatu ungkapan linguistik. Tuturan yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi ujaran yang diungkapkan oleh penutur contohnya "I'm hungry", tuturan tersebut dari segi lokusi memiliki makna sebenarnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. 2. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi yaitu pengucapan dari suatu pernyataan, penegasan, laporan, tawaran, janji dan pertanyaan. Tindak tutur ilokusi erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. Yule (1996: 48) Illocutionary act is performed via the communicative force of an utterance.
We might utter to make statement, an offer an explanation, of for some other communicative purpose. Tindak ilokusi dapat diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu. Seperti contoh "I'm hungry", yang maksudnya adalah meminta makanan, merupakan suatu tindak ilokusi dan secara tidak langsung penutur minta dibawakan makanan oleh mitra tuturnya. 3. Tindak Perlokusi Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang berupa tanggapan atau efek yang dihasilkan dari maksud suatu ujaran penutur. Tindak tutur perlokusi dapat dilihat dari beberapa verba yang digunakan. Beberapa verba itu antara lain membujuk,
menipu,
mendorong,
membuat
jengkel,
menakut-nakuti,
menyenangkan, melegakan, memalukan, menarik perhatian, dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi dapat menghasilkan efek atau daya ujaran terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, takut, sedih, senang, putus asa, kecewa, dan sebagainya. Contoh: A: "Go away!" B : (smiling and keep sitting on his/her chair) Pada tuturan tersebut telihat bahwa penutur (A) meminta mitra tuturnya (B) untuk pergi meninggalkan ruangan, tetapi reaksi yang dilakukan (B) adalah tersenyum dan tetap diam saja di tempat duduknya. Tindak seperti itulah yang disebut dengan tindak perlokusi. Tindakan atau reaksi yang terjadi pada tindak perlokusi tidak selalu sesuai dengan yang dikehendaki oleh penuturnya,
Ketiga tingkatan tersebut merupakan teori yang dikemukakan oleh Austin dalam buku Pengajaran Pragmatik. Penulis hanya akan mendalami tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam implikatur percakapan fim Glee Season 1.
2.3 Tindak Tutur Ilokusi Tindak tutur ilokusi atau illocutionary act merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dari apa yang disampaikan oleh penutur, yang berkaitan dengan partisipan bicara antara penutur dan petutur, serta waktu dan tempat berlangsungnya tindak tutur. Searle (1976: 1) mengemukakan, "...the basic unit of human linguistics communication is illocutionary act" yakni, tindak ilokusi merupakan unit dasar komunikasi linguistik manusia. Sedangkan Leech (1983: 199) menguraikan tindak ilokusi sebagai, "performing an act in saying something." Dengan kata lain tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertentu. Tindak ilokusi juga menampilkan fungsi ujaran pada saat ujaran itu diucapkan, maka akan ada maksud lain yang diinginkan oleh penutur. Jadi, selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, tindak ilokusi juga dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Searle membagi tindak ilokusi menjadi lima bagian, yaitu, asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
2.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Ilokusi Tindak ilokusi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Searle (1975) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi ke dalam lima fungsi di bawah ini. 1. Asertif
Tindak tutur ini berfungsi untuk memberi tahu penutur mengenai sesuatu yaitu melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Misalnya: menyatakan (stating), menegaskan (asserting), menunjukan (showing), menyebutkan (mentioning), melaporkan (reporting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). Dilihat dari segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni termasuk kategori kerja sama (kolaboratif). 2. Direktif Tindak tutur ini dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya menyuruh (commanding), memohon (requesting), menyarankan (advising), dan merekomendasi (recommending). 3. Komisif Tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang menyatakan bahwa penutur akan melakukan sesuatu. Ilokusi ini terikat pada suatu tindakan di masa depan atau yang akan datang. Misalnya: menjanjikan (promising), bersumpah (swearing), menawarkan (offering), memanjatkan doa (praying), menolak (refusing), mengancam (treathening). 4. Ekspresif Pada umumnya para pakar menyatakan bahwa ekspresif merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap seseorang teradap keadaan atau sesuatu. Tindak tutur ini juga berperan untuk memberitahukan sikap psikologis penutur, misalnya: berterima kasih (thanking), mengucapkan selamat (congratulating), memaafkan
(forgiving),
mengecam, memuji
(praising),
mengucapkan belasungkawa (giving condolences), mengkritik (critizing),
mengeluh (complaining), menyalahkan (blaming), menyesal (regreting). Tindak tutur ilokusi ini cenderung menyenangkan, karena itu secara instrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi-ilokusi ekspresif mengecam, menyesal dan menyalahkan. 5. Deklaratif Hasil ilokusi ini mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realita, misalnya: mengundurkan diri, membaptis, memecat, memeberi nama, menjatuhkan hukuman, dan sebagainya. Tindakan-tindakan ini merupakan kategori tindak tutur yang sangat khusus.
2.3.2 Tindak Ilokusi Asertif Tindak ilokusi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yang salah satunya menurut Searle (1979) dalam Leech (1993: 164) yaitu tindak ilokusi asertif. Pada tindak ilokusi asertif ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapan,
misalnya
menyatakan,
mengusulkan,
membual,
mengeluh,
mengemukakan pendapat dan lain-lain. Menurut Searle (1978: 12), tujuan dari tindak tutur asertif ini yaitu menitikberatkan pada penutur untuk mengutarakan sesuatu yang sedang menjadi masalah dan terhadap kebenaran ungkapan yang di utarakan. Semua jenis tindak tutur asertif ini wajib berada pada dimensi taksiran yang mencakup benar atau salah. Namun Searle tidak lanjut mengklasifikasikan tindak ilokusi asertif pada beberapa klasifikasi selanjutnya. Pada perkembangan selanjutnya, Levinson (1983: 240) menyebutkan jenis tindak ilokusi asertif yaitu pernyataan dan kesimpulan. Tindak ilokusi asertif pernyataan menurut Levinson, yaitu: - I state John at Sue's house because his car's outside
- I say to you that solar energy was invented by God and myself Sedangkan Leech (1983: 192) mengklasifikasikan jenis tindak ilokusi asertif menjadi menyatakan (stating), melaporkan (reporting), mengumumkan (announcing), memprediksi (predicting), menegaskan (asserting), dan mengeluh (complaining). Penulis menemukan contoh jenis tindak ilokusi menyatakan (stating), menegaskan (asserting), dan melaporkan (reporting) menurut Leech, yaitu: - Jim believed that no one had arrived
(stating)
- Bill assured Pat that he will telephone her
(asserting)
- Jim reported that no one had arrived
(reporting)
Pada tindak ilokusi asertif terdapat verba-verba yang biasanya digunakan untuk menunjukan sebuah pernyataan dari penutur. Leech (1983) bahwa verba asertif biasanya dipakai dalam konstruksi S verb (...) that X', dengan S sebagai subjek (mengacu pada penutur), dan 'that' mengacu pada suatu proposisi misalnya affirm (menguatkan), report (melaporkan), state (menyatakan), allege (menduga), assert (menegaskan), forecast (meramalkan), predict (memprediksi), announce (mengumumkan),
insist
(mendesak).
Verba-verba
ini
berfungsi
untuk
menunjukkan sebuah ungkapan yang termasuk ke dalam jenis tindak ilokusi asertif yang lebih cenderung terhadap kebenaran sebuah proposisi. Berdasarkan cara penyampaiannya, Leech (1983: 175) mengkategorikan tindak ilokusi asertif ke dalam 2 jenis yaitu tindak ilokusi asertif eksplisit (performative) dan tindak ilokusi asertif implisit (non performative). Sebuah ujaran yang bersifat eksplisit pada ujarannya memunculkan verba performatif, sedangkan ujaran yang bersifat implisit pada ujarannya tidak memunculkan verba performatif. Sebagai contoh:
- He did not do it
(implisit)
- I state that he did not do it
(eksplisit)
- I maintain that he did not do it
(eksplisit)
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa terkadang daya ilokusi sebuah ujaran bersifat implisit dan tidak ada pula verba performatifnya. Begitu halnya yang terjadi dalam tindak ilokusi asertif. Oleh karena itu, pembubuhan verba performatif sangatlah penting. Berikut ini beberapa contoh yang mengandung daya ilokusi yang implisit. - I know John's at Sue's house because his car outside (Levinson, 1983) I state that John's at Sue's house because his car outside Verba performatif terlihat secara implisit ini menunjukan jenis tindak ilokusi asertif 'menyatakan' sehingga terbentuk pola S (Vp) that X. - Be careful (Leech, 1983) I order you to be careful Verba performatif terlihat secara implisit. Ini menunjukan jenis tindak ilokusi asertif 'menyuruh'. Sehingga terbentuk pola S (Vp) that X. Penelitian ini hanya memfokuskan pada jenis tindak ilokusi asertif menyatakan. menegaskan, dan melaporkan berdasarkan klasifikasi Leech seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Searle (1979: 2) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara tindak ilokusi yang satu dengan yang lainnya. Searle juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa ragam dimensi yang membedakan tindak ilokusi yang satu dengan yang lainnya, diantaranya; 1. Perbedaan pada poin atau tujuan dari tindak ilokusi
Poin atau tujuan dari sebuah laporan (report) yaitu untuk menyampaikan informasi satu arah mengenai dunia nyata (Leech: 1983). Poin atau tujuan dari penegasan (affirmation) yaitu untuk membuat pendengarnya yakin akan hal yang diujarkan oleh penutur (Searle dan Vanderveken, 1985: 184). Poin atau tujuan dari jenis tindak ilokusi menurut Searle disebut sebagai poin ilokusi. Poin ilokusi merupakan bagian dari daya ilokusi namun sifatnya berbeda, misalnya poin atau tujuan dari permintaan perintah memiliki poin yang sama tetapi daya ilokusinya berbeda. 2. Perbedaan pada isi proposisi yang ditentukan oleh IFIDs (Illocutionary Force Indicating Devices) Perbedaan ini dapat dijelaskan melalui contoh antara jenis tindak ilokusi asertif laporan (report) dan prediksi (prediction). Laporan memiliki isi proposisi berupa pernyataan mengenai hal dimasa lampau dan saat ini, sedangkan prediksi memiliki isi proposisi berupa pernyataan mengenai hal dimasa yang akan datang. Begitu pula halnya dengan jenis ilokusi asertif pernyataan, memiliki isi proposisi berupa penjabaran terhadap hal yang diyakini penutur untuk keuntungan pendengarnya (Searle dan Vanderveken, 1985: 183). Sementara untuk penegasan memiliki proposisi yang berupa kebenaran penyataan yang berkaitan dengan poin ilokusi untuk meyakinkan pendengarnya (Searle dan Vanderveken, 1985: 184). 3. Perbedaan terhadap daya atau kekuatan dimana poin ilokusi tersebut disebutkan. Perbedaan ini berfungsi untuk membedakan jenis ilokusi asertif berupa penegasan. Sebagai contoh menurut Searle (1979: 2) diantara dua kalimat "I suggest we go to the movies" dengan "I insist that we go to the movies" kedua
kalimat tersebut memiliki poin yang sama, namun tingkat kemampuannya berbeda melalui penggunaan verba yang berbeda. Verba insist memiliki daya atau kekuatan jauh lebih kuat dibanding dengan verba suggest. Selain dari perbedaan yang dikemukakan oleh Searle, adapun pengertian dari pernyataan, penegasan, dan laporan menurut Oxford Dictionary (UK), yaitu: 1. Stating
: Express something definitely or clearly in speech or writing.
2. Asserting
: State a fact or belief confidently and forcefully.
3. Reporting : Give a spoken or written account of something that one has observed, heard, done, or investigated. Untuk memperjelas penelitian, penulis memaparkan verba performatif asertif dan pengertiannya dalam bahasa inggris menurut Vanderveken (1990: 169) ke dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Assertive Performative Verbs Assertive Performative Verbs
Meaning
Assert
The primitive assertive in English is "assert", which names the force of assertion. It is sometimes used in the stronger sense of positively asserting as opposed to denying, in which case it is a strong assertive relative to its primitive use.
Reassert
To reassert is to assert for a second (or subsequent) time, often in response to hesitation or denial.
Negate
To negate a proposition is simply to assert the truth functional negation of that proposition. The negation of the assertion that Johnny is good is the assertion that Johnny is not good.
Deny
"Deny" is systematically both assertive and declarative. In the assertive sense to deny a proposition is to negate that proposition by asserting the contrary or opposite proposition.
Correct
Claim, affirm, state
There is generally, perhaps always, a preparatory condition to the effect that the denial is a denial of something that has been affirmed. Further, while virtually any claim may be negated, denial seems to be related to matters of some importance and perhaps also related to accusation (further preparatory conditions). I may negate a claim that it is snowing outside by saying that it is not snowing, but it would take special contextual factors for me to want to deny it. On the other hand, I would naturally deny a (false) assertion that I had neglected to inform you of a contractual deadline To correct someone, maybe myself, is to presuppose that a mistake has been made in a previous assertion, and to assert a slightly different propositional content to replace it. For example, "Judy is not 19 years old, she is 20." "Claim" also names the illocutionary force of assertion inasmuch as it has the same illocutionary point, mode of achievement, degree of strength, propositional content, preparatory and sincerity conditions. There are differences of conversational nuance in that "claim" tends to connect the assertion to the speaker by way of right or " ownership ". Similarly, "affirm" names the same force but has conversational overtones of being or rendering "firm". "State", while naming the same force as well, has a nuance of entering into a larger or more formal discourse as a "statement". In many uses of these verbs, there is an additional preparatory condition to the effect that what is asserted is a matter of some importance.
Disclaim
The act of disclaiming is the illocutionary denegation of a claim. We might conversationally pair "assert" in its primitive use with "negate", "assert" in its less primitive and stronger use, as well as "affirm" with "deny", "claim" with "disclaim", and "state" with, perhaps, "retract".
Declare
The verb "to declare" while being the primitive declarative, also has an assertive use very like that of "assert". This is why grammar calls "declarative sentences" those that are in the indicative mood and which generally serve to make assertions. In its assertive use, to make a declaration is to affirm publicly a proposition that directly concerns the speaker with the perlocutionary intention of making this known. So we commonly say of a politician that he has
Tell
Suggest
made a declaration when he has publicly asserted his electoral intentions. In the same sense, we declare our sins, our feelings or our love. In this use, declaration is an assertion with a public mode of achievement having the perlocutionary intention of rendering public something to which the speaker has direct and privileged access (in the first person). The verb "tell" in English has both an assertive and a directive use. One can tell someone that something is the case (assertive), or tell him to do something (directive). To tell in the assertive sense that something is the case is generally to make a strong assertion in a rather peremptory way (mode of achievement) that presumes (preparatory condition) virtual certitude and hence implies no reasonable option of critique. This peremptory mode of achievement is recurrent in the performative uses, as in "He is there, I tell you." "Suggest" also has a directive and an assertive use. I can suggest both that you do something and that something is the case. In the assertive use, to suggest something is to bring it to the mind of the hearer without necessarily explicitly affirming it and without a strong commitment to its truth. Hence, to suggest is to assert with a weak degree of strength. There is often an implicit mode of achievement as well, but it is sometimes explicit as in " I suggest that you are in error."
Guess
"Guess" has an illocutionary use in which it means to assert a proposition weakly without a high level of commitment to its truth but rather with the preparatory condition that one presupposes its probability. There is no strong sense that there is proof or evidence that can be called upon. I might guess, for example, that "it will take about five minutes to get to the ball field" or to "print out a few pages".
Predict, forecast, foretell
The illocutionary force of a prediction is that of an assertion with a special condition to the effect that the propositional content represents a state of affairs future to the time of utterance, and a preparatory condition such that the speaker is expected to have good reasons and evidence for believing what is predicted. To forecast is to make a special kind of prediction in that it is based on relatively clear signs of how something (the weather, for example) seems to be shaping up (additional propositional content conditions). To foretell is to "tell" in advance, often something rather vague (propositional content condition). There
is a preparatory condition to the effect that the authority (of certitude or of relevation) is purported to be strong. So one might have good reasons to predict an eclipse, or to predict that George will be late. One can with some confidence forecast tomorrow's weather. And there are those who will foretell the coming of a new era of peace To report is to assert with the propositional content condition to the effect that the propositional content is about either the past in relation to the time of utterance, or, in some cases, the present. One reports on what has happened or on what is happening now, and one predicts with regard to the future.
Report
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap verba performatif dalam sebuah tindak tutur memiliki perbedaan yang cukup jelas sehingga tabel tersebut dapat membantu penulis dalam menentukan tindak tutur ilokusi asertif yang dianalisis yaitu menyatakan (stating), menegaskan (asserting), dan melaporkan (reporting).
2. 4 Implikatur Untuk dapat memahami maksud ujaran dalam sebuah percakapan diperlukan suatu pemahaman mengenai implikatur. Pencetus yang pertama kali memperkenalkan implikatur adalah Grice (1975). Percakapan dapat berjalan dengan baik, bila adanya kesepakatan bersama antara penutur dan petutur. Kesepakatan tersebut berbentuk suatu pembicaraan yang tidak tertulis tetapi saling berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya. Grice (1975: 43), "It is clear that whatever the speaker implied, suggested, meant, etc., is distinct from what the speaker said" yang berarti implikatur adalah sebuah istilah untuk menerangkan suatu hal yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Menurut Mey (2001: 45) "A conversational implicature is, therefore, something which is implied in conversation, that is, something which is left implicit in
actual language use". Dengan kata lain implikatur merupakan sesuatu yang tersirat dalam sebuah percakapan atau sesuatu yang tertinggal secara implisit dari
penggunaan bahasa yang sebenarnya.
2. 4. 1 Jenis-jenis Implikatur Yule (1996: 40) merinci lagi implikatur di atas menjadi tiga jenis. Ketiga jenis implikatur tersebut yaitu:
2.4.1.1 Implikatur Percakapan Umum Untuk mengetahui maksud dan tujuan yang tersirat dalam sebuah tuturan yang mengandung implikatur percakapan umum tidak diperlukan pengetahuan mengenai konteks. Contohnya, pada kasus dibawah ini tidak ada latar belakang pengetahuan khusus dan konteks tuturan yang diminta untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Doobie menanyakan Mary tentang undangannya ke sebuah pesta kepada temannya Bella dan Cathy. Doobie : Did you invite Bella and Cathy? Mary : I invited Bella. Contoh implikatur pada ujaran diatas termasuk dalam implikatur percakapan umum. Ujaran I invited Bella mengandung makna bahwa Cathy tidak diundang. Pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk mempertimbangkan makna yang disampaikan. Jadi, implikatur percakapan umum merupakan sebuah percakapan yang maknanya dapat diasumsikan tidak berdasarkan latar belakang pengetahuan khusus petutur.
Sejumlah implikatur percakapan umum yang lain secara umum disampaikan didasarkan pada suatu skala nilai dan oleh karenanya dikenal sebagai implikatur berskala.
2.4.1.2 Implikatur Percakapan Berskala Implikatur lain yang sering ditemukan dalam sebuah percakapan adalah implikatur skala. Yule (1996: 41), "When producing an utterance, a speaker selects the word from the scale which is the most informative and truthful (quantity and quality) in the circumstances" Implikatur percakapan berskala disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dalam skala tertentu. Kata-kata yang memiliki implikatur skala diantaranya all, most, many, some, few, always, often, dan sometimes. Seperti dalam contoh yang dikemukakan oleh Yule (1996): I'm studying linguistics and I've completed some of the required courses. Dengan memilih kata some, penutur menciptakan suatu implikatur dari not all. Inilah salah satu contoh implikatur berskala. Dasar implikatur berskala adalah semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan. Skala dari kata all, most, dan many, bernilai lebih tinggi dari some. Seperti dalam 'some of the required courses', penutur juga menciptakan implikatur lain seperti not most dan not many. Adapula contoh lain yang menunjukan implikatur berskala. They're sometimes really interesting. Dengan menggunakan kata 'sometimes' penutur menyampaikan bentuk implikatur berskala kekerapan yang tatarannya lebih tinggi dari not always dan
not often. Implikatur berskala dihasilkan dengan menggunakan ungkapanungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan sebagai bagian dari suatu skala.
2.4.1.3 Implikatur Percakapan Khusus Pada contoh-contoh sebelumnya, seluruh implikatur telah diperhitungkan tanpa adanya pengetahuan khusus terhadap konteks tertentu. Akan tetapi, seringkali percakapan kita terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana kita mengasumsikan informasi yang kita ketahui secara lokal. Inferensi-inferensi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusu seperti contoh di bawah ini di mana jawaban Tom tampak tidak relevan. (Sebuah jawaban relevan yang sederhana adalah 'ya' atau 'tidak'). Rick
: Hey, coming to the wild party tonight?
Tom : My parents are visiting. Untuk membuat jawaban Tom menjadi relevan, Rick harus memiliki sedikit pengetahuan yang mengasumsikan bahwa Tom memiliki sesuatu hal yang lain yang akan dikerjakan. Tom akan menghabiskan malam itu bersama orang tuanya, akibatnya Tom tidak bisa hadir di tempat pesta. Karena mereka menyimpang dari yang umum, implikatur percakapan khusus hanya disebut implikatur. Contoh lebih lanjut disajikan di mana penutur mengabaikan maksim tingkah laku. Ann
: Where are you going with the dog?
Sam
: To the V-E-T.
Dalam konteks lokal dari penutur tersebut, hewan tersebut dianggap mengerti kata 'dokter hewan' dan dia tidak suka dibawa ke sana, sehingga Sam menyingkat tuturannya. Dia tidak menginginkan anjingnya mengetahui jawaban yang baru saja ditanyakan oleh Ann. Contoh berikutnya, Leila baru saja berjalan memasuki kantor Mary dan memperhatikan seluruh pekerjaannya di atas meja. Tanggapan Mary tampaknya mengabaikan maksim relevansi. Leila : Whoa! Has your boss gone crazy? Mary : Let's get some coffee. Untuk
mempertahankan
asumsi
kerja
sama,
Leila
seharusnya
menyimpulkan beberapa alasan setempat (misalnya, karena pimpinannya berada di sekitar itu) mengapa membuat suatu tuturan yang tampaknya tidak relevan. Implikatur yang ada di sini secara esensial bahwa Mary tidak dapat menjawab pertanyaan di dalam konteks. Selain contoh-contoh Implikatur tersebut, masih ada contoh-contoh yang lebih menarik di mana jawaban-jawaban yang muncul terlihat mengabaikan relevansi. Bert
: Do you like ice cream?
Ernie : Is the Pope Catholic? Bert
: Do vegetarians eat hamburgers?
Ernie : Do chicken have lips? Dalam contoh di atas jawaban Ernie tidak memberikan jawaban 'ya' atau 'tidak', Bert harus berasumsi bahwa Ernie kooperatif atau melaksanakan kerja sama. Jadi Bert menganggap pertanyaan 'Pope' Ernie dan dengan jelas
jawabannya adalah 'ya'. Jadi jawabannya sudah dimengerti, tetapi sifat dasar jawaban Ernie juga mengimplikasikan jawaban terhadap pertanyaan itu, yaitu dengan jelas, 'ya' maksud tambahan yang disampaikan di dalam kasus yang seperti ini ialah bahwa pertanyaan itu tidak perlu dijawab karena jawabannya sudah jelas. Contoh ini memberikan tipe penyimpulan yang sama dengan suatu jawaban 'tentu saja tidak' sebagai bagian dari implikatur.
2. 5 Film Film merupakan hasil karya seni dan budaya yang berfungsi sebagai media komunikasi atau hiburan yang dipertunjukkan kepada khalayak atau masyarakat. Menurut Oxford Dictionary ENG (UK), "film is a story or event recorded by a camera as a set of moving images and shown in a cinema or on television". Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan atau oleh animasi. Film mempunyai banyak jenis genre, seperti Horor, Action, Drama, Thriller, Komedi, Animasi, Fantasi, Romansa. Pada penelitian ini penulis memilih film Glee Season 1. Film ini termasuk ke dalam jenis film drama musikal yang menceritakan tentang sekumpulan anak remaja di SMA McKinley yang mengikuti kompetisi drama musikal. Karakter utamanya adalah direktur glee Will Schuester (Matthew Morrison), pelatih pemandu sorak Sue Sylvester (Jane Lynch), istri Will Terri (Jessalyn Gilsig), bimbingan counselor Emma Pillsbury (Jayma Mays), dan anggota klub glee Rachel (Lea Michele), Finn (Cory Monteith), Artie (Kevin McHale), Kurt (Chris
Colfer), Mercedes (Amber Riley), Tina (Jenna Ushkowitz), Puck (Mark Salling), dan Quinn (Dianna Agron).