BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap
beberapa pendapat para ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1998: 14), “Matematika adalah ilmu dedukatif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul yang padat arti dan sema-camnya, sehingga para ahli dapat mengembangkan sebuah sistem Matematika”. Dari pendapat tersebut, Matematika adalah abstrak, sedangkan karakteristik siswa usia Sekolah Dasar masih berfikir secara konkret. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Hudoyo (1990: 4), “Matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkies penalarannya deduktif”. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk mengetahui antara dunia anak yang belum berfikir secara deduktif dan dunia Matematika yang bersifat deduktif. Selain itu, “Matematika adalah terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif” (Russeffendi: 1989: 23). Berdasarkan teori tersebut, Matematika merupakan ilmu deduktif dimana dari dalil-dalil yang bersifat deduktif tersebut setelah dibuktikan kebenarannya akan diakui secara umum. Terlebih lagi, menurut Kerami dan Sitanggang (2002: 158), Matematika merupakan pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar Matematika di Sekolah Dasar adalah memahami setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol, kemudian mengaplikasikan konsep-konsep ke situasi yang baru. 2.1.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan motorik, atau penguasaan nilai–nilai sikap. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan yang dihasilkan digolongkan ke dalam hasil belajar. Misalnya perubahan perilaku yang terjadi karena kematangan. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan) dimana proses mental dan emosional terjadi. Hasil belajar anak didik dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : a. Motivasi adalah sebagai sumber motor penggerak aktivitas. b. Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan terhadap suatu obyek) c. Aktivitas adalah keadaan siswa pada waktu kegiatan pembelajaran. Menurut H.Udin S Winata Putra (2004) perubahan perilaku pada hasil belajar dikelompokkan ke dalam 3 ranah yaitu pengetahuan (kognitif), ketrampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai atau sikap (afektif). 2.1.2 Pembelajaran Matematika Menurut Djati (2002: 39), ada dua macam bilangan bulat yaitu bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat positif atau disebut bilangan bulat asli adalah 1, 2, 3,…; sedangkan bilangan bulat negatif adalah -1, -2, -3,…. Peano dalam Djati (2002: 39) menyatakan bahwa bilangan bulat positif sebagai suatu himpunan unsur yang memenuhi postulat berikut; (1) terdapat suatu bilangan bulat positif 1; (2) setiap bilangan bilangan positif a mempumyai suatu pengikut
(a dinamakan pendahulu dari
bilangan bulat 1 tidak mempunyai pendahulu; (4) jika
=
); (3)
, maka a = b; (5) setiap
himpunan bilangan bulat positif yang memuat 1 dan pengikut dari setiap anggotanya akan memuat semua bilangan bulat positif. Bilangan positif (atau nol) dapat dipandang sebagai yang menyatakan “banyaknya” anggota suatu himpunan, dalam arti merupakan simbol yang menyatakan sifat suatu himpunan unsur ini. Suatu himpunan dan himpunan lain yang memiliki pedoman 1-1 dengan ini, mempunyai simbol sama. Sanusi (2010) mengemukakan bahwa model pembelajaran Group Investigation berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar yaitu untuk dapat belajar,
seseorang harus memiliki teman atau pasangan. Kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi. 2.1.3 Hasil Belajar Matematika Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian,hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. Syah, Muhibbin ( 1997:91-92 ) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat dari 3 aspek , yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek institusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka–angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari–hari. Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah melakukan program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar Matematika harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan Matematika yang telah tercantum dalam
kurikulum dengan tidak
melupakan hakekat Matematika itu sendiri. Hasil belajar dikelompokkan berdasarkan hakekat Matematika yang meliputi Matematika sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika meliputi pencapaian produk, proses, dan sikap ilmiah.
Dalam segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Matematika dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari–hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari–hari. Dari segi ilmiah siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda–benda yang ada di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, dapat bekerjasama dan mandiri serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah. 2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation Salah satu model pembelajaran yang saat ini sedang populer dalam pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Group Investigation, model ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Sejak dipopulerkan sekitar tahun 2002 model pembelajaran ini mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan model pembelajaran tertentu maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini hanya guru yang menjadi aktor didepan kelas, dan seolah-olah gurulah sebagai satusatunya sumber belajar. Perkembangan teknonologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian rupa, dimana setiap orang dapat memperoleh informasi dari seluruh dunia hanya di dalam kamar saja dengan layanan internet, maraknya penerbitan guru dan sumber-sumber lain yang tidak kita duga. Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model pembelajaran apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik perhatian atau minat setiap peserta didik. Dan kreatif, setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif model pembelajaran Group Investigation untuk kalangan SD memang paling cocok karena hampir semua mata pelajaran dapat menggunakan model
ini. Setiap model harus kita persiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Modell pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar PBM tidak monoton. Dari namanya sudah bisa ditebak bahwa model pembelajaran Group Investigation ini tentunya menggunakan media pembelajaran berupa gambar dan menekankan pada proses dan cara mereka berpikir dalam mengurutkan gambar yang tersedia. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dapat menggunakan Power Point atau software yang lain. 2.1.4.1 Langkah-langkah Model Group Investigation a) Grouping Guru menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memi-lih topik, merumuskan permasalahan. b) Planning Guru menetapkan hal-hal yang akan dipelajari, bagimana mempelajari, siapa melakukan apa, dan apa tujuannya. c) Investigation Masing-masing siswa saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat referensi. d) Organizing Anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis. e) Presenting Salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengeva-luasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan/ tanggapan. f) Evaluating
Masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengeva-luasi pembelajaran yang dilakukan, dan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. 2.1.4.2 Kelemahan dan k\Kebaikan Model Group Investigation Kelemahan : 1. Memakan banyak waktu. 2. Banyak siswa yang pasif. 3. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. Kebaikan : 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing–masing siswa. 2. Melatih berpikir lebih logis dan sistimatis. 3. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus. 2.3 Kerangka Pikir Model pembelajaran Group Investigation merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran Group Investigation, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Siswa dalam model pembelajaran Group Investigation menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika
mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu. Tujuan model pembelajaran Group Investigation adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Secara garis besar model pembelajaran Group Investigation sangat mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar siswa terutama hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 3 Rejosari. 2.4 Hipotesis Tindakan Penerapan model pembelajaran Group Investigation diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 3 Rejosari.