BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori Pada Bab II tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas
mengenai hasil belajar, belajar dan pembelajaran, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 4 SD, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia, kalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, pembelajaran cooperative script, tujuan pembelajaran cooperative script, unsur penting dan prinsip utama pembelajaran cooperative script, dampak model pembelajaran cooperative script, model pembelajaran cooperative script, langkah-langkah serta penerapan model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.
2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Menurut Purwanto (2009:44) hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
5
6
Menurut Sudjana, Nana (2009:22) mengemukakan "Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya". Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor. (Heri 2012:5) Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009:5-6) secara garis besar terbagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. a)
Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. c)
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi
hasil belajar Bahasa Indonesia di antaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
2.1.1.1 Pengertian Belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati dan Asra 2008:38)
7
Menurut
Gagne
dalam
Sumarjhono
(dkk).
(2012:13)
mengartikan
pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang berada diluar diri siswa, yang dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut Sugandi (dkk). 2000:16 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Dengan demikian suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa. Menurut Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Morgan (dalam Heri 2012:5) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar dalam hal ini merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terdijadi dalam diri seseorang. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”. Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
8
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. (Suyitno, 2004:2) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs (1979:3) dalam dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: Siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi.
9
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar a.
Belajar menurut Wingo dalam Sumiati dan Asra (2008:41-43) didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitumeliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu. 2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatankegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang abstrak. 3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap siswa. b.
Prinsip belajar pada aktivitas Siswa Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa antara lain :
1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami 2) Belajar merupakan transaksi aktif 3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga dapat berupaya mencaai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya 4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan 5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan
10
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa Menurut Masnur Muslich (2008:207) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa adalah: 1). Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa 2). Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa 3). Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
2.1.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.
11
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam buku Udin S. Winataputra (2008:40) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
2.1.1.5 Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas 4 SD Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya, Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan: 1) Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri. 2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar. 3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. 4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan disekolah. 5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.
12
6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
2.1.1.6 Tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa SD memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa negara. 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk menigkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2.1.1.7 Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis
13
2.1.1.8 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas 4 semester 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Semester 2 Standar Kompetensi
7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf
7. Membaca Memahami
Kompetensi Dasar
teks
melalui membaca intensif.
melalui
membaca 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan
intensif,
membaca
lafal dan intonasi yang tepat.
nyaring, dan membaca 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan pantun.
lafal dan intonasi yang tepat.
2.1.1.9 Kalimat Utama Paragraf Pada sebuah paragraf terdapat kalimat utama dan pikiran pokok/ide pokok untuk memahami hal tersebut hendaknya terlebih dahulu memahami arti kalimat.
2.1.1.10 Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri mempunyai pola intonasi final dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas klausa. (KBBI, 2008) Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang arti kalimat: Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:146) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, huruf latin, kalimat di
14
mulai dengan huruf kapita dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!); Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca tanda koma (,),tanda titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Menurut Keraf (1984) dalam Nyoto dan Plilipus (2009:54) mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Chaer (2000) mendefinisikan kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971;Elson dan Picket, 1969). Hal yang sama pada Kridalaksana dalam Nyoto dan Philipus (2009:54) merumuskan kalimat sebagai satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Disisi lain Lamuddin (2009:149) kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah). Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang diperjelas oleh kalimat-kalimat lain dalam suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat utama adalah kalimat yang berisi gagasan utama. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memperjelas, menguraikan, atau berupa rincian-rincian tentang kalimat utama. Dengan kata lain, kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan penjelas. Kalimat utama bisa terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir paragraf, atau di awal sampai akhir paragraf. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri, mengandung pikiran lengkap dan mempunyai intonasi final ujaran/tulisan.
15
Berikut ini ciri-ciri kalimat utama: 1) Kalimat bersifat umum 2) Kalimat tersebut dijelaskan oleh kalimat lain 3) Kalimat tersebut memuat kata kunci yang diulang pada kalimat berikutnya 4) Kalimat
tersebut
mempunyai
koherensi
dengan
kalimat
lain
(Koherensi/kesinambungan) Tanda-tanda koherensi: a)
Pengulangan kata kunci
b) Adanya kata ganti c)
Adanya kata tugas ( kata penghubung, kata sambung, dsb. )
d) Apabila paragraf tersebut paragraf induktif, kalimat terakhir berupa kesimpulan yang ditandai dengan kata jadi, memang demikian, dan sejenisnya. 2.1.1.11 Pengertian Paragraf Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf. Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.
16
1) Bagian-bagian paragraf Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.
2) Tujuan pembentukan paragraf a)
Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema
b) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
3) Struktur paragraf Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama. a)
Ciri kalimat topik:
(1) Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri (2) Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain (3) Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi b) Ciri kalimat pendukung: (1) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (2) Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea (3) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi (4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik
17
4)
Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
a)
Kesatuan Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi
alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. b) Kepaduaan (Koherensi) Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan. c)
Kelengkapan Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap. d) Panjang Paragraf Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
18
Memperhitungkar, 4 hal : 1) Penyusunan kalimat topik, 2) Penonjolan kalimat topik dalam paragraf, 3) Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan 4) Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf. e)
Pola Sususnan Paragraf Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat
asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain (1) pola runtunan waktu, (2) pola uraian sebab akibat, (3) pola perbandingan dan pertentangan, (4) pola analogi, (5) pola daftar, dan (6) pola lain.
Ada tiga teknik pengembangan paragraf : 1) Secara alami Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. 2) Klimaks dan Antiklimaks Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks. 3)
Umum Khusus dan Khusus Umum Dalam bentuk Umum ke Khusus utama diletakkan di awal paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf, disebut paragraf induktif.
19
5) Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama a)
Paragraf deduktif Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf
dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus. Contoh paragraf deduktif : Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru. b) Paragraf induktif Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum. Contoh paragraf induktif : Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien. c)
Paragraf campuran Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan
akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali. Contoh paragraf campuran : Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
20
6) Unsur-unsur paragraf Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya a)
Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
b) Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: 1) Deduktif
: kalimat utama diletakan di awal alinea
2) Induktif
: kalimat utama diletakan di akhir anilea
3) Variatif
: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada
akhir alinea 4) Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea c)
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
2.1.2 Hakekat Model Pembelajaran Menurut Suprijono (2010:45-46) model pembelajaran merupakan Perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
21
Mills (dalam Agus 2009:45) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupaka interprestasi terhadap hasil opservasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan ladasan praktik pembelajaran hasil penemuan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasiyan pada tingkat oprasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guri di kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arends (dalam Agus 2009:46) model pembelajaran Mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termaksuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedursistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Trianto (2009:46) suatu model pembelajaran adalah Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sinyaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama, Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memitivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Tiap-tiap model, pembelajaran membutuhksan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran cooperative script memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia
22
meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain.
2.1.2.1 Pembelajaran Cooperative Script Cooperative script atau skrip kooperatif merupakan metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikthisarkan, bagianbagian dari materinya yang dipelajari. Belajar cooperative script bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperative script, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 orang berpasangan sebangku untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Dalam belajar cooperative script siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan bahwa “Cooperative Script merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”.
Pembelajaran cooperative script bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-maslah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script. Di dalam kelas siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
23
ketuntasan materi yang disajikan oelh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama belajar secara cooperative siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi naskah bacaan dan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adanya mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Sebagaimana
model-model
pembelajaran
lain,
model
pembelajaran
cooperative script memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Coperative Script Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 2002:42). Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secra individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah Manfaat penerapan belajar cooperative script adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di
24
samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas social di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.. Pembelajaran cooperative script disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Cooperative Script dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Cooperative Script
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya membantu, dan saling memberikan motivasi siswa sehingga ada interaksi promotif.
yang
mendominasi
kelompok atau menggantungkan diri pda kelompok.
Adanya
akuntabilitas
individual
yang Akuntabilitas individual sering
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap diabaikan sehingga tugas-tugas anggota kelompok, dan kelompok diberi sering umpan balik tentang hasil belajar para seorang anggotanya
sehingga
dapat
diborong anggota
oleh
salah
kelompok
saling sedangkan anggota kelompok
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan lainnya hanya “mendompleng”
25
dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok
belajar
biasanya
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, homogen. etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan
kelompok
dipilih
secara Pemimpin
kelompok
demokratis atau bergilir untuk memberikan ditentukan
oleh
pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
dibiarkan
kelompok
sering
guru
atau untuk
memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan dalam Ketrampilan sosial sering tidak kerja gotong royong seperti kepemimpinan, secara langsung diajarkan. kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada
saat
belajar
berlangsung
guru
pemantauan
melalui
kooperatif terus
sedang Pemantauan melalui observasi
melakukan dan
observasi
intervensi
sering
tidak
dan diakukan oleh guru pada saat
melakukan intervensi jika terjadi masalah belajar dalam kerja sama antar anggota kelompok.
kelompok
sedang
berlangsung.
Guru memerhatikan secara proses kelompok Guru sering tidak memerhatikan yang terjadi dalam kelompok-kelompok proses kelompok yang terjadi belajar.
dalam
kelompok-kelompok
belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada tugas tetapi juga hubungan interpersonal penyelesaian tugas. (hubungan menghargai)
antar
pribadi
yang
saling
26
Struktur tujuan cooperative script terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran cooperative script mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran cooperative script memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Ketrampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran cooperative script. Pembelajaran cooperative script sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilan-ketrampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga ketrampilan-ketrampilan Tanya jawab.
2.1.2.3 Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Cooperative Script Menurut Saleh (2009:45) terdapat lima unsur penting dalam belajar cooperative script, yaitu: Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar cooperative script siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa
27
dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar cooperative script akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya, Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar cooperative script, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus. Kelima, Proses kelompok. Belajar cooperative script tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka kan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran cooperative script, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang memebdakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar cooperative script menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut. a.
Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b.
Tanggung
jawab
individual,
bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
28
jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan lain. c.
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah samasama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
2.1.2.4 Dampak Model Pembelajaran Cooperative Script Belajar cooperative script dapat mengembangkan tingkah laku cooperative script dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar cooperative script dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar cooperative script yaitu sebagai berikut. a.
Kelompok kecil memberikan dukungan social untuk belajar. Kelompok kecil membentuk
suatu
forum di
mana
siswa
menanyakan
pertanyaan,
mendiskusikan pendapat, belajar member pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. b.
Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan startegi pemecahan masalah.
c.
Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.
d.
Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain utnuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
29
e.
Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar cooperative script dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat
dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu.
2.1.2.5 Model Pembelajaran Cooperative Script Menurut Schank dan Abelson, (2007:33) pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Salvin,
(2000:34)
mengemukakan
bahwa
penggunaan
pembelajaran
cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Spurlin, (2007:23) menyatakan bahwa, cooperative script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya Danserau, (2007:37) menyatakan bahwa pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri.
2.1.2.6
Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script (Cooperative script) sebagai berikut: a)
Guru membagi siswa untuk berpasangan
b) Guru membagikan wacana atau materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan c)
Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
30
d) Pembicara
membacakan
ringkasannya
selengkap
mungkin,
dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. e)
Sementara pendengar menyimak, mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
f)
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
g) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru h) Penutup (evaluasi dan refleksi). Pada tahap penutup, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.
2.1.2.7 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan menggunakan beberapa tahap: 1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Pada tahap ini untuk membangkitkan minat siswa, guru menyuruh siswa membacakan satu cerita pendek sebagai apersepsi. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan setelah itu guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku. 2) Tahap Penyampaian dan Pelatihan
(kegiatan inti) adalah sebagai
bentuk penerapan belajar Pada tahap ini guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. Kemudian guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
31
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan kalimat utama dalam ringkasannya. Sementara siswa yang sebagai pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan kalimat
utama yang kurang lengkap
kemudian embantu mengingat/menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap. Selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. melakukan seperti di atas. Kemudian siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. 3) Tahap penampilan hasil, kesimpulan dan refleksi (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk belajar) Pada tahap terakhir, guru memberikan soal latihan/evaluasi secara individu dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative
Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga. Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Delita, subjek penelitiannya berjumlah 40 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 80% siswa mendapat skor ≥ 70. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 75,10 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 78,65. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 85% dan siklus 2 diperoleh 93%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa
32
mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 8%.berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperatif Script. Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Admin, Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 85% siswa mendapat skor ≥ 65. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 73,17 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 76,83. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 80% dan siklus 2 diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan
33
penelitian dengan menerapkan
model pembelajaran cooperative script pada
pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar adalah faktor model pembelajaran yang digunakan oleh guru atau pendidik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Model yang digunakan sangat berpengaruh dan berperan penting terhadap hasil belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran sangat penting untuk menunjang keberhasilah seseorang dalam belajar. Pada kondisi awal, hasil belajar bahasa Indonesia melalui kegiatan membaca dan menemukan kalimat utama pada teks cerita masih rendah. Hal tersebut terjadi karena guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang kovensional, kurang inovatif dalam mengemas pembelajaran, sehingga siswa kurang termotivasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan membaca dan menemukan kalimat utama dalam teks cerita. Diantara beberapa model pembelajaran kooperatif, yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah penggunaan model pembelajaran cooperative script. Model pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok model pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Pembelajaran
cooperative
script
disusun
guna
untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
34
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative script berpeluang besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan.
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sementara
dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran bahasa Indonesia KD: “Menentukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif” dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas 4 semester 2 SD Negeri Tlogo Tahun 2012/2013”