BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang
relevan
dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam penelitian. Landasan teori ini berfungsi sebagai kerangka acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitian untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, serta membantu dalam penyusunan instrumen penelitian. 2.1.1
Teori Atribusi Teori
atribusi
mempelajari
proses
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010). Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dan lain-lain ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu (Ayuningtyas, 2012). Situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang disebut dengan dispositional attributions dan situational attributions (Gordon and Graham, 2006). dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang seperti keperibadian, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar yang 9
10
dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena teori ini dapat menjelaskan faktor internal pemeriksa khususnya karakteristik personal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor diantaranya kompetensi, motivasi dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit karena pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap kualitas audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. 2.1.2
Pendekatan Kontijensi Pendekatan kontijensi yang digunakan oleh para peneliti dalam penelitian
seperti ini adalah dalam rangka memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya dipertimbangkan dalam rancangan penelitian. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, sehingga para peneliti berkesimpulan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhinya. Jogiyanto (2004) menjelaskan bahwa suatu variabel moderasi (moderating variable) atau (VMO) adalah suatu variabel independen lainnya yang dimasukkan kedalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan variabel dependen dan variabel independen sebelumnya. Variabel moderasi ini diidentifikasikan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai kesimpulan hubungan kausal yang hasilnya konflik, baik konflik signifikansinya maupun konflik arahnya. Jika hasil-hasil penelitian sebelumnya bertentangan atau konflik, mungkin ada variabel lain yang
11
memoderasi hubungan kausal sebelumnya. Dalam penelitian ini, pendekatan kontijensi akan digunakan untuk mengevaluasi pengaruh kompetensi dan pengalaman kerja. Berdasarkan uraian diatas terdapat penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal atau eksternal yaitu motivasi yang memoderasi pengaruh kompetensi dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit. 2.1.3
Kualitas Audit Arens and Loebbecke (2000), Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan
mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan, kualitas audit merupakan ketaatan pada standar profesi dan perikatan kontrak selama audit berlangsung (Lowenshon et al., 2005). Menurut Deis dan Giroux (1992), empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga
12
2.1.4
Kompetensi Auditor yang kompeten adalah auditor yang mempunyai hak atau
kewenangan untuk melakukan audit menurut hukum dan memiliki keterampilan dan keahlian yang cukup untuk melakukan tugas audit, BPKP (2009). Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau kewenangan melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi itu (mandate audit) atau penugasan. Auditor sebagai individu mempunyai hak dan kewenangan untuk melakukan audit berdasarkan surat tugas audit. Kompetensi menurut hukum (dasar kewenangan) lazimnya dicantumkan didalam surat tugas audit dan laporan hasil audit. Kompetensi ditunjukan pula dengan keharusan bagi setiap auditor untuk memiliki keterampilan atau kemahiran profesi auditor yang diakui umum untuk melakukan audit. Karena itu secara profesi tidak semua orang boleh melakukan audit. 2.1.5
Pengalaman Kerja Seorang auditor harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya
(Mulyadi, 2002). Pengalaman kerja auditor adalah pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan (Nugraha, 2012). Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor internal untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak
13
yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor, Ayuningtyas (2012). 2.1.6
Motivasi Reksohadiprodjo (1993) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuasaan dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan kerja. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
14
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu
sebagai referensi. Berikut adalah ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penelitian ini, yaitu: Singgih dkk. (2010) melakukan penelitian kualitas audit yang dilakukan oleh Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia. Variabel dalam penelitian ini adalah independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas sebagai variabel bebas sedangkan kualitas audit sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukan bahwa: a)
Independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
b)
Independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
c)
Independensi merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap kualitas audit Ardini (2010) melakukan penelitian kualitas audit yang dilakukan oleh
semua auditor yang ada di Surabaya yang tercatat di direktori IAI Surabaya. Variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi sebagai variabel bebas sedangkan kualitas audit sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukan bahwa Variabel kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit adalah signifikan.
15
Sukriah dkk. (2009) melakukan penelitian kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Inspektorat sepulau Lombok. Variabel dalam penelitian ini adalah Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi sebagai variabel bebas sedangkan Kualitas Hasil Pemeriksaan sebagai variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Alim dkk. (2007) melakukan penelitian kualitas audit yang dilakukan oleh seluruh auditor yang ada di wilayah Jawa Timur. Variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi dan independensi sebagai variabel bebas sedangkan kualitas audit sebagai variabel terikat dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan kompetensi dilakukan kualitas audit secara signifikan . Penelitian ini menemukan bukti bahwa interaksi antara etika auditor dan kompetensi tidak memiliki efek signifikan terhadap kualitas audit. Martini (2011) menguji pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas audit dan untuk menguji pengaruh variabel paling dominan terhadap kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor independen di sepuluh Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukan
bahwa
independensi,
pengalaman,
due
professional
care,
akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dimana
16
independensi, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor sangat dominan berpengaruh terhadap kualitas audit. Kadhafi dkk. (2014) menguji Pengaruh independensi, etika dan standar audit terhadap kualitas audit inspektorat aceh. Populasi dalam
penelitian ini
sebanyak 32 orang yang terdiri dari Auditor Inspektorat Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: independensi, etika dan standar audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Aini (2009) menguji Pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit. Populasi dari penelitian ini adalah auditor independen dari kantor akuntan public di DKI Jakarta dengan kuesioner yang disebarkan kepada auditor sebanyak 100 kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit Arisinta (2013) menguji pengaruh kompetensi, independensi, time budget pressure, dan audit fee terhadap kualitas audit. Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi, independensi, time budget pressure, dan audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit.