5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (dalam Muhsetyo,dkk 2009). Banyak ahli yang mengartikan pengertian matematika baik secara umum maupun secara khusus. Herman Hudojo menyatakan bahwa: “matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.”. Sedangkan James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljaar, analisis dan geometri.” Dalam Mulyono Abdurahman mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang betuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Pengertian belajar menurut Teori Ausubel Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan Chaza) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. (dalam Muhsetyo, dkk.2009). 5
6
2.1.2. Media Gambar Menurut Heinich dalam Udin S.Winataputra (2004 : 5.3 ) kata media berasal dari bahasa Latin “merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” (Between) yaitu perantara sumber pesan (Source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut : a.
Menurut Scharmm dalam Udin.S.Winataputra (2004:5.4) Media adalah tekhnologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
b.
Menurut Briggs dalam Udin S. Winataputra (2004:5.4) media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya.
c.
Menurut NEA dalam Udin.S.Winataputra (2004:5.4) Media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengan termasuk teknologi perangkat kerasnya. Menurut Santoso peneliti sendiri, media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Sedangkan Assosiasi Teknologi dan Komunikasi (Association of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika memberi batasan yaitu: Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset adalah contoh-contohnya.
7
2.1.3. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa bahan intruksional serta lingkungan belajar saling berinteraksi satu sama lain dalam usaha mencapai tujuan sistem tersebut. Gagne & Briggs (1978 : 3) mengemukakan bahwa pembelajaran juga dapat digambarkan sebagai usaha mencapai tujuan untuk mendorong orang lain dalam belajar. Hasil dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan program pengajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya dalam program tersebut. Membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor. Untuk dapat belajar sesuatu diperlukannya kondisi yang mempengaruhi belajar, meliputi kondisi internal yang ada pada diri orang yang belajar. Kondisi internal ini sebagai karakteristik siswa yang merupakan diskripsi umum dari sifat-sifat siswa yang akan menerima pelajaran misalnya, usia, kelas, minat, profesi, kesehatan, motivasi, tingkat prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi, atau kemampuan berbahasa asing. (Dick & Carey, 1985 : 95). Menurut peneliti, hasil belajar adalah perubahan kemampuan siswa dalam memahami dan mengapresiasikan pelajaran sesuai dengan tujuan yang ditentukan setelah melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. 2.1.4. Matematika Pengertian matematika menurut Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic language, conventions and rules, and language is a social constructions; ii) Interpersonal social processes are required to turn an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into accepted objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social. Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang memandang matematika
8
sebagai suatu konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern. Sumber http://masthoni.wordpress.com /2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dandeskripsi-matematika/ 2.2. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian pustaka di atas maka kerangka berpikir penelitianyya sebagai berikut : Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
9
2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 2 Mojorebo Semester I Tahun Ajaran 2011/2012