BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti”ilmu”artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis diterima oleh akal sehat,sedang objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, dan pengalaman pengamatan melalui pancaindera. Pengetahuan Alam itu sudah jelas artinya yaitu pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Pengetahuan itu sendiri artinya sesuatu yang diketahui oleh manusia, untuk mengetahui sesuatu, manusia dapat menggunakan inderanya, dengan cara mendengar, melihat ,merasa, mencium, dan sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indriawi dikategorikan sebagai pengetahuan empiri, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting dari seluk beluk adanya pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan memiliki tiga kriteria,yaitu : 1) Adanya satu sistem gagasan dalam pikiran 2) Persesuaian antara gagasan dan benda-benda sebenarnya,dan 3) Adanya keyakinan tentang persesuaian itu Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Hendro Darmodjo 1992 (dalam Usman Samatowa 2010 : 2) mengatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam,mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membantu persepektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Einsten mengatakan bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat pengalaman menjadi suatu sistem pola berfikir yang logis. JD Bernal menyatakan bahwa IPA dapat dipandang sebagai instusi, metode, kumpulan pengetahuan, suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi, salah
5
6
satu faktor penting yang mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam.
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anakanak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan,padahal mereka perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan - keterampilan proses IPA sebab diharapkan akhirnya mereka berpikir dan memiliki sikap ilmiah maka pelajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (Srini.M.Iskandar,1996:17). 1) Mengamati apa yang terjadi. 2) Mencoba memahami apa yang diamati. 3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi. 4) Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Mata Pelajaran IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punya tentang alam dengan penemuan-penemuan
yang
didapatkan.
Selain
itu
materi
harus
dimodifikasi,keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihkan harus disesuaikan dengan perkembangan anak-anak. Ada berbagai alasan yang menyebabkan suatu mata pelajaran dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alasan-alasan itu dapat kita golongkan menjadi empat golongan besar : 1) Mata Pelajaran IPA berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari. 2) Mata Pelajaran IPA bagian kebudayaan bangsa. 3) Mata Pelajaran IPA melatih anak berfikir kritis. 4) Mata Pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu, mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan.
7
2.1.1.1 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam Setiap ilmu memiliki karakteristik tertentu yang merupakan pembeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Karakteristik ilmu pengetahuan alam berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial. Apabila ilmu pengetahuan alam bersifat pasti dan murni,ilmu pengetahuan sosial bersifat progresif. Karakteristik ilmu alam dasar adalah : 1) Merupakan disiplin ilmu yang ajeg 2) Objek penelitian berupa gejala alam,jenis-jenis alam yang terdapat pada ciptaan Allah,Seperti tanah, air, binatang, planet, kedokteran dan kesehatan , pengobatan ,udara,perminyakan,biologi manusia ,fisika,kimia,lingkungan ,kehutanan ,dan sebagainya. 3) Memerlukan uji laboratorium 4) Memerlukan uji eksperimental 5) Bersifat objektif 6) Berkelanjutan 7) Dapat dirasakan hasilnya 8) Rasional 9) Bersifat matematis , dan 10) Bersifat teknologis, yakni dapat diterapkan dalam kehidupan manusia untuk berbagai kepentingan. Sejarah tentang ilmu alam diawali oleh banyaknya pertanyaan dari para filsuf Yunani tentang keberadaan alam ini,sebagaimana Thales melihat air dan memandang segala sesuatu berasal dari air,sehingga berpendapat bahwa alam ini berasal dari air. Sesungguhnya manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial,yaitu berfikir, al-insan hayawanu neathq, artinya manusia adalah makhluk yang berfikir. Oleh karena itu, lahirnya ilmu pengetahuan tentang alam atau ilmu alamiah berasal dari pemikiran manusia tentang jati diri alam. Ilmu Alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam atau ilmu kealaman,yang dalam bahasa inggris disebut natural science atau disingkat science. ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta,termaksud bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip. ilmu alam dasar hanya mengkaji konsep-
8
konsep
dan
prinsip-prinsip
dasar
yang
esensial.
Maskoeri
Jasin
(Srini.M.Iskandar,1996:17).
2.1.2 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Asep Jihad (2012:1) belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Adapun menurut Skinner (dalam M.Sobry, 2013:3) belajar adalah sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
2.1.2.1 Hasil Belajar Menurut Abdul Rahman (dalam Asep Jihad 2012:14), mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Juliah (dalam Asep Jihad 2012:15), segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Agus Suprijono 2009:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik adapun kemampuan tersebut adalah :
9
1) Dominan kognitif adalah knowleadge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman , menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan,
menentukan
(mengorganisasikan ,merencanakan,
hubungan),
synthesis
membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). 2) Dominan afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing(nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi). 3) Dominan psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Berdasarkan menurut para ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar adapun kemampuan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.1.2.2 Fungsi Evaluasi Menurut Purwanto (2009:7) Pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1) Penempatan, siswa adalah pribadi dengan karakteristik yang unik dan khas, keunikan dan kekhasan itu dalam pembelajaran memerlukan layanan pendidikan yang berbeda. Pribadi yang unik dan khas itu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dalam layanan pendidikan. Idealnya, karena setiap siswa mempunyai karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda maka layanan pendidikan seharusnya diberikan secara individual. 2) Seleksi, Seleksi calon siswa dilakukan untuk mendapatkan siswa yang baik untuk di terima. Siswa yang baik di maksudkan sebagai siswa yang di prediksikan akan berhasil mengikuti program pendidikan sekiranya di terima dan mengikuti program. Sebaliknya, seleksi akan menolak siswa yang di perkirakan akan gagal seandainya di beri kesempatan mengikuti program. 3) Diagnostik, istilah diagnostik adalah istilah yang biasa di gunakan oleh dokter untuk mengetahui penyebab sakit. Pemeriksaan diagnostik di lakukan agar
10
dokter dapat menentukan sebab-sebab penyakit yang di derita pasien seperti dokter, guru juga berkepentingan untuk mengetahui sebab-sebab pada seorang anak yang menghadapi suatu masalah. Sebab-sebab suatu masalah di perlukan agar guru dapat memberikan layanan bantuan kepada siswa sesuai dengan sebab-sebab masalahnya. 4) Pengukur keberhasilan, Fungsi lain tes adalah mengukur keberhasilan, dalam pembelajaran,
siswa
mengusahakan
proses
belajar
dalam
dirinya.
Pembelajaran dan belajar di lakukan berdasarkan tujuan pembelajaran. Pada akhirnya proses belajar mengajar itu diukur menggunakan tes untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
2.1.2.3 Instrumen penilaian Menurut Jihad dan Haris (2012:67) Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun instrument penilaian dalam
standar penguasaan.
Penyusunan instrument penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan.Istilah instrument penilaian disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa teknik tes dan nontes. Untuk dapat mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran digunakan teknik-teknik penilaian adapun teknik-teknik penilaian secara garis besar mempunyai dua macam teknik penilaian, diantaranya adalah (Fitrial Izhaman, 2013) 1) Teknik Tes Teknik tes digunakan sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakaian waktu atau kapan digunakan tes tersebut adapun beberapa model tes tersebut, yaitu : a) Tes Awal Tes ini sering kita dengar dengan istilah pre-test. Tes ini digunakan pada saat akan berlangsungnya penyampaian materi yang akan diajarkan oleh guru kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik
11
b) Tes Akhir Tes ini lebih banyak diketahui dengan post-test. tes ini dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran suatu materi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi dan pokok penting materi yang dipelajari. Materi tes ini barkaitan dengan materi yang telah diajarkan kepada siswa sebelumnya, terutama materi tentang sub-sub penting pelajaran. c) Tes Formatif Tes ini merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan, tes ini dilaksanakan biasanya di tengah-tengah perjalanan program pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan “ujian harian”. Materi tes ini adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa sebelumnya. Soalnya bisa dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan menyampaikan materi selanjutnya. Dan apabila materi belum dapat dikuasai secara menyeluruh, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum dipahami. 2) Teknik Non-Tes Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2012:69) Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat dan kepribadian melalui : a) Pengamatan Yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas. b) Skala sikap Yaitu alat penilaian yang digunakan untuk menggungkapkan sikap siswa melalui pengerjaan tugas dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa.
12
c) Angket Yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis. d) Catatan harian Yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya. e) Daftar cek Yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap prilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan siswa atau belum. Selain dari 5 teknik nontes yang dikemukakan oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2012), teknik nontes juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2011 : 67) yang terdiri dari : a) Wawancara Wawancara sebagai alat penilaian, yang digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengguntungkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu, hubungan dapat dibina lebih baik sehingga siswa lebih bebas mengemukakan pendapatnya. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas ( tak berstruktur).
Dalam wawancana berstruktur kemungkinan
jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang dibuatnya. Sedangkan wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. b) Skala penilaian Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan prilaku individu pada suatu titik continum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tinggi sampai yang rendah. Rentangan ini bisa berupa huruf (A, B, C, D) angka (4, 3, 2, 1) atau 10, 9, 8, 7, 6, 5 sedangkan rentang kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang
13
c) Sosiometri Sering kita temukan siswa disekolah yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya, ia tidak bisa bergaul, suka menyendiri, jarang berkomunikasi, pendiam dll. Salah satu salah cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri, terutama dalam hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya, adalah dengan cara teknik sosiometri, dengan teknik ini dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain. Dari 8 Teknik non-tes dapat disimpulkan bahwa teknik nontes merupakan salah satu teknik dalam mengenali dan memahami peserta didik. Teknik nontes berkaitan dengan prosedur pengumpulan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya yang bersifat kualitatif dan tidak dapat digali melalui teknik tes. Terdapat lima cara yang bisa digunakan dalam mengumpulkan data melalui teknik nontes, yaitu pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian dan daftar cek, wawancara, skala penilaian, dan sosiometri. Dari kedua instrumen penilaian diatas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian dengan teknik tes dimana tes yang dipakai adalah post tes (tes akhir) dengan bentuk tes pilihan ganda.
2.1.2.4 Manfaat Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi dalam pendidikan memberi manfaat kepada berbagai pihak dalam beberapa hal menurut Purwanto ( 2013:10) diantaranya kepada : 1) Bagi siswa Siswa mempunyai kepentingan terhadap hasil penggukuran dan evaluasi dalam pendidikan, terutama hasil belajar. Tanpa pengukuran dan evaluasi hasil belajar, siswa mungkin tidak termotivasi untuk belajar. Menurut Gronlund dan linn Evaluasi hasil belajar memberi manfaat bagi siswa (dalam Purwanto 2013:10) karena :
14
a)
Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa dapat menilai apakah cara belajarnya sudah efektif untuk mencapai hasil dan memperbaiki dan meningkatkannya dimasa mendatang
b) Hasil belajar menginformasikan hasil jerih payah siswa dalam belajar. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskannya dan semakin termotivasinya untuk meningkatkan menjadi lebih baik. Hasil belajar yang rendah akan memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. 2) Bagi guru Guru mempunyai kepentingan untuk mengetahui hasil evaluasi pendidikan karena : a)
Dengan evaluasi guru dapat mengetahui efektivitas mengajarnya. Hasil belajar menginformasikan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai melalui proses pembelajaran. Dengan melihat hasil evalusi, guru menilai efektivitas proses pembelajarannya.
b) Hasil belajar merupakan cerminan hasil kerja guru berdasarkan hasil belajar siswa, guru akan mendorong untuk memperbaiki proses pembelajarannya agar hasil belajar yang dicapai lebih optimal. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskan dan memotivasi untuk terus meningkatkan, sedangkan hasil belajar yang rendah memacu guru untuk memperbaiki pembelajarannya. 3) Bagi sekolah Bagi sekolah manfaat dari hasil evaluasi pendidikan adalah : a)
Hasil belajar mencerminkan prestasi sekolah mengelola pembelajaran, hasil belajar ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebijakan sekolah yang menjadi konteknya. Sekolah berkepentingan untuk mengetahui hasil belajar untuk menjadi informasi apakah kebijakan sekolah mempunyai dampak positif bagi peningkatan hasil belajar.
b) Hasil belajar merupakan sebuah bentuk pertanggung jawaban sekolah kepada orang tua siswa dalam keluarga. Dengan spesialisasi dan kompleksnya kebutuhan anak menghadapi masa depan maka orang tua mempercayakan pendidikan anaknya kepada sekolah. Hasil evaluasi pendidikan akan menjadi
15
sarana untuk melaporkan kepada orang tua tentang kemajuan belajar anak yang dipercayakan pendidikan anaknya kepada sekolah. c)
Hasil evaluasi merupakan paparan informasi (exposure) kepada orang tua calon siswa sebagai bahan mempertimbangkan memilih sekolah yang akan memperoleh kepercayaannya mendidik anaknya. Dalam memilih pendidikan untuk anaknya, masyarakat memerlukan informasi mengenai kinerja sekolah. Evaluasi pendidikan menyajikan informasi mengenai kinerja sekolah yang dapat diakses oleh masyarakat.
4) Bagi masyarakat Orang tua atau masyarakat mempunyai kepentingan terhadap hasil evaluasi pendidikan dalam hal : a)
Orang tua mempunyai informasi untuk memberikan penilaian kepada sekolah sebelum memilih sekolah yang akan dipercayanya memberikan pendidikan kepada anaknya.
b) Hasil evaluasi dapat menjadi media pertanggung jawaban sekolah kepada masyarakat yang telah memberi kepercayaan untuk mendidik anak-anaknya. 5) Bagi pemerintah Manfaat evaluasi bagi pemerintah adalah : a)
Hasil evaluasi dapat digunakan oleh pemerintah untuk menyusun patok mutu (benchmarking) pendidikan. Kualitas penyelengaraan pendidikan dapat saja bervariasi antar daerah, namun mutu minimal perlu ditetapkan. Kebijakan itu dapat duambil berdasarkan informasi dari hasil evalusi pendidikan.
b) Evaluasi dilakukan untuk menjaga agar kualitas out put sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara terus menerus. Tuntutan kebutuhan terhadap pendidikan berubah sangat cepat. Pemerintah bertanggung jawab dalam perumusan regulasi yang memberikan jaminan akan berlangsungnya kesesuaian layanan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan berupa hasil evaluasi pendidikan. Dari kelima manfaat evaluasi yaitu bagi sekolah, guru, siswa, pemerintah dan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa evalusi sangat banyak digunakan
16
dan bermanfaat untuk mengetahui output siswa, guru dan sekolah dalam menjalankan program pendidikan, apabila out put nya baik maka sekolah juga akan dipandang baik
2.1.3 Minat Belajar Menurut Hurlock 1999 (dalam Makmun Khairanim 2013:139), Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Adapun minat menurut Gunarso 1995 (dalam Makmun Khairanim 2013:136), Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Sedangkan minat menurut Slameto ( 2013 : 180), adalah suatu rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Dari ketiga definisi minat menurut para ahli, minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. dan suatu rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
2.1.3.1 Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar 1) Unsur-unsur minat a)
Perhatian Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal
ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Sumadi
17
Suryabrata “perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.” Kemudian Wasti Sumanto berpendapat “perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu
aktivitas.” Aktivitas yang
disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya. b) Perasaan Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan didefinisikan “sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf.” Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam belajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar. “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek.” c) Motif Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan “sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.” Menurut Sumadi, Suryabrata, motif adalah “keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.” Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar
penggeraknya
yang
18
mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi termotivasi untuk belajar, maka dia akan
bila seseorang sudah
melakukan aktivitas belajar dalam
rentangan waktu tertentu Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan minat peserta didik. Sehingga peserta didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar. 2) Fungsi minat dalam belajar Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis sebagai berikut: a)
Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.
19
b) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan. c)
Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.
d) Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Belajar Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama menurut Crow and Crow 1973 (dalam Makmun Khairanim 2013:139), ada tiga faktor yang faktor-faktor yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Faktor kebutuhan dari dalam, Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. 2) Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada. 3) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu.
20
Minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat merupakan sebab dan akibat dari perhatian. Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang dipelajari maka ia mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang dipelajari maka ia mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal tersebut, sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat minat timbul karena adanya faktor interen dan eksteren yang menentukan minat seseorang menurut H.C Wetherrington 1983 (dalam Makmun Khairanim 2013 :139 ).
2.1.4 SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) A. Pengertian SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dave Meier 2000 (dalam Miftahul Huda 2013:283), bahwa anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapatkah kita membayangkan seorang anak kecil mempelajari sesuatu sambil duduk di ruang kelas untuk jangka waktu yang lama. Belajar berdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. Meier (Sidjabat, 2008) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelektual (I). Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.Bertolak dari pandangan ini, ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI yaitu : 1) Somatis “Somatic” berasal dari Bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh. Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar. Penelitian
21
neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatic menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
Untuk merangsang
hubungan pikiran tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu pembelajaran siswa dengan baik. 2) Auditori Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar. 3) Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
22
4) Intelektual Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar. Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri.
B. Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran SAVI a) Tahapan-tahapan Metode Pembelajaran SAVI Menurut Herdian (2009) pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan dikelompokkan dalam empat tahap. Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan,dan p e n a m p i l a n h a s i l . K r e a s i apapun, guru perlu dengan matang, dalam keempat tahap tersebut. 1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal: a)
Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
b) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna c)
Membangkitkan rasa ingin tahu
d) Merangsang rasa ingin tahu siswa 2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru: a)
Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
b) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
23
c)
Pelatihan memecahkan masalah
3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: a)
Aktivitas pemrosesan siswa
b) Permainan dalam belajar c)
Aktivitas pemecahan masalah
d) Refleksi dan artikulasi individu e)
Dialog berpasangan atau berkelompok
4) Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup) Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah: a)
Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b) Aktivitas penguatan penerapan c)
Pelatihan terus menerus
d) Umpan balik dan evaluasi kinerja
C. Model Penerapan Pembelajaran SAVI Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A) Pada tahap awal, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan.
24
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V) Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa dan penyampaian materi. sehingga dapat menciptakan nilai-nilai yang positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara langsung proses pembelajaran. 3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan somatic (S) Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk dikerjakan bersama teman kelompoknya (@ 5 orang siswa), kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan. Kemudian melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran. 4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk belajar Intelektual (I) Pada tahap terakhir, guru memberikan soal latihan secara individu dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
D. Implementasi model SAVI dalam pembelajaran IPA : Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan SAVI yaitu cara belajar yang melibatkan seluruh indera,belajar dengan bergerak aktif secara fisik dan membuat seluruh tubuh atau pikiran ikut terlibat dalam proses belajar. unsur-unsur pendekatan SAVI adalah belajar somatis,belajar auditori,belajar visual dan belajar intelektual. tindaka guru yang dilakukan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan SAVI adalah dengan menyatukan ke empat unsur SAVI ada dalam satu pembelajaran IPA. Fase-fase dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah sebagai berikut : Fasa 1
: Pembukaan
Fase 2
: Guru memberitahukan materi yang akan diajarkan
25
Fase 3 Fase 4
: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran : Guru membahas materi dengan metode ceramah dan tanya jawab sebagai bentuk dari penerapan belajar auditori (A).
Fase 5
: Guru memperjelas dalam menerangkan materi dengan menggunakan alat peraga sebagai bentuk dari penerapan belajar visual (V).
Fase 6
: Guru memberikan kegiatan berupa diskusi kelompok, persentasi atas hasil diskusi kemudian pengumpulan hasil diskusi sebagai bentuk belajar somatis (S).
Fase 7
: Guru memberikan latihan soal pertanyaan umpan balik kepada siswa sebagai bentuk belajar intelektual (I).
Fase 8
: Penutup.
E. Kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran SAVI Pembelajaran dalam pendekatan SAVI memiliki Kelebihan dan Kelemahan diantaranya: 1) Kelebihan Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran SAVI , menurut Dave Meier ( dalam Ella Fitriani 2013:17) adalah : 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan 3) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain 4) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar 5) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social 6) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik 7) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata 8) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
26
2) Kelemahan 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai 3) Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan waktu yang cukup lama.
2.1.5 Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Toni Agus Ardie dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Savi pada Siswa Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran IPA materi mendeskripsikan sifat cahaya di SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan dan pada siklus II juga dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan angket dan lembar evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, kualitatif, dan deskriptif kuantitatif. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut: Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran SAVI dapat dilihat dari hasil perolehan sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II yaitu untuk motivasi belajar siswa, kondisi awal total motivasi sebesar 3,36 (84,20%), pada siklus I meningkat menjadi 3,41 (85,47%), dan pada siklus II menjadi 3,49 (87,46%). Untuk hasil belajar ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 36 siswa atau 78.27%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
27
sebanyak 10 siswa dengan persentase 21,73%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa dapat diketahui bahwa dari 48 keseluruhan, siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 31,25%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa dengan persentase 68,75%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa dapat diketahui bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau 8,34%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 44 siswa dengan persentase 91,66%. Penelitian yang dilakukan oleh
Natasian, Theresia (2011) dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IVA SDN Madyopuro 1 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”. Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Pendidikan, Skripsi, Program Studi S-I Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Dasar Dan Pra Sekolah. Pembelajaran IPA model SAVI merupakan pembelajaran yang menggabung kan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Penelitian ini dirancang dengan model penelitian tindakan kelas dengan analisis data deskritif
kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus sesuai dengan alur penelitian PTK yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian mengatakan bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I pertemuan 169,15 termasuk kategori (rendah),dan pertemuan 2 yaitu 75,93 dan pada siklus II pertemuan 1 yaitu 72,30 dan pertemuan kedua 82,73 kategori (tinggi) dan hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 60,39 termasuk kategori (rendah) dan pertemuan 2 hasil belajar siswa 70,65 termasuk kategori(cukup). Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 meningkat sebesar (10,26%). sedangkan siklus II pertemuan 1 hasil belajar siswa 72,79 termasuk
kategori(cukup)
dan
pertemuan
2
mencapai
78,37
termasuk
kategori(tinggi). Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan sebesar (5,58%).
28
2.1.6 Kerangka Berpikir Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu upaya peningkatan minat dan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran SAVI. Dalam
penelitian
ini
digunakan
model
pembelajaran
SAVI,dalam
pembelajarannya guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu materi yang akan disampaikan, tujuannya apa, tanya jawab sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A), guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa, sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V), kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan bersama teman sebangkunya atau kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan, sebagai bentuk penerapan somatic (S), yang terakhir adalah guru memberikan soal latihan secara individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I). Dengan menggunakan pendekatan/ model pembelajaran yang sesuai, maka akan membantu siswa untuk memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
29
Bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Pembelajaran Konvensional Minat belajar berkurang
Hasil belajar IPA≤KKM
Minat belajar
Pembelajaran menggunakan model SAVI
Aspek-aspek Pemicu Minat Belajar : 1) Perasaan senang sebagai bentuk dari penerapan belajar visual (V). 2) Perhatian dalam belajar sebagai bentuk dari penerapan belajar auditori (A). 3) Keterkaitan pada materi dan guru sebagai bentuk dari penerapan belajar somatic (S). 4) Kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran sebagai bentuk dari penerapan belajar intelektual (I).
Minat belajar siswa meningkat
Kelebihan Model SAVI : 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri. 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. 3) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain. 4) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 6) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. 7) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 8) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Hasil belajar siswa ≥ KKM
30
2.1.7 Hipotesis Tindakan Apabila guru dapat menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran SAVI. Siswa kelas 4 SD tidak hanya memperoleh pengetahuan saja, namun siswa menjadi aktif karena dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Diharapkan dapat mengalami perubahan kearah positif sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.