BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Kehidupan manusia tidak lepas dari belajar, baik secara individu maupun dalam kelompok. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai aktifitas untuk memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan , dan sikap. Dalam Husdarta dan Yudha M. Saputra (2013:2), mengemukakan bahwa: “Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses komunikasi. Belajar merupakan proses komunikasi antara pengirim (sender) dengan penerima (receiver) dan dalam proses itu terjadi saling tukar biasanya secara informasi (message). Kegiatan proses belajar mengajar ini berlangsung secara disengaja. Sedang Menurut Arief S. Sadiman dkk (2009:2) , “Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti”. Salah satu pertanda bahwa seseoran telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah aktifitas pada diri seorang untuk memperoleh pengetahuan. Dalam belajar terjadi proses komunikasi untuk penyampaian informasi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang karena adanya pengalaman baru.
8
9 b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu yang baru yang dapat berupa nilai atau kemampuan. Didalam sebuah pembelajaran terjadi kegiatan timbal balik antara guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Maka dari itu guru harus mengupayakan untuk menyusun program pembelajaran secara sistematis. Sehingga, perhatian peserta didik terhadap mata pelajarannya dapat meningkat. Menurut Syaiful Sagala (2010:61), bahwa : “Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan konsep komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Sedangkan menurut Aunurrahman (2012:34), “Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa peserta didik yang belum terdidik, menjadi peserta didik yang terdidik, peserta didik yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi peserta didik yang memiliki pengetahuan”. Berdasarkan pengertian diatas inti dari pembelajaran adalah suatu proses belajar dimana aktivitas yang terdapat di dalamnya berupa interaksi belajar mengajar antara peserta didik dan guru dalam suasana edukatif yang dilalukan dengan penuh kesadaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. c. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman belajar. Menurut Oemar Hamalik (2008:73) tujuan belajar terdiri dari tiga komponen, yaitu :
10 1) Tingkah laku terminal. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. 2) Kondisi-kondisi tes. Komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi di mana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. 3) Ukuran-ukuran perilaku. Komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Tujuan belajar sendiri merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:22) berpendapat bahwa : “Tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Keberhasilan belajar peserta didik merupakan prasyarat bagi program belajar selanjutnya. Keberhasilan belajar peserta didik berarti tercapainya tujuan belajar peserta didik, dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar perantara bagi peserta didik”. Sementara tujuan pembelajaran menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2013:9), “Tujuan dalam pembelajaran mempunyai tingkatan mulai dari tujuan ideal sampai tujuan khusus yang konkrit dan dapat diukur. Tujuan yang terukur ini harus dapat dicapai pada tingkat mikro kelas. Dalam tujuan pembelajaran sudah tergambar apa saja yang ingin dicapai”. Jadi tujuan utama dari pembelajaran adalah agar peserta didik dapat mencapai kompetensi seperti apa yang telah diharapkan, dan untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik. Untuk itu seorang guru harus memiliki atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
11 d. Ciri Belajar dan Pembelajaran 1) Ciri belajar Belajar merupakan sesuatu yang berlangsung sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun, sebenarnya kita telah melewati proses belajar. Aunurrahman (2012:48) menyatakan: “Definisi belajar mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Pendapat yang telah dikemukakan oleh tokoh tersebut sejalan dengan pernyataan Syaiful Sagala (2010:53) tentang ciri-ciri perubahan yang spesifik setiap perilaku belajar bahwa: a) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. b) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. c) Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar. d) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral. e) Belajar adalah proses interaksi. f) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks. Pendapat lain tentang ciri-ciri perubahan perilaku belajar dikemukakan oleh Agus Suprijono (2009:4) yaitu: a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. d) Positif atau berakumulasi. e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of experience. g) Bertujuan dan terarah. h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
12 2) Ciri pembelajaran Menurut Oemar Hamalik (2008:65) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah: a) Rencana, ialah ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. b) Kesaling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. c) Tujuan, sistem pembelajaran tertentu yang hendak di capai. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri khas belajar terletak pada perubahan perilaku yang relatif tetap dalam diri peserta didik yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Perubahan
tersebut
merupakan
hasil
latihan,
pengalaman
dan
pengembangan dimana hasilnya dapat diamati selama periode waktu tertentu.
2. Komponen Pembelajaran a. Pengertian Komponen Pembelajaran Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, peserta didik, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
13 Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. b. Macam-macam Komponen Pembelajaran Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan mengguankan metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajarmengajar merupakan suatu kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut H.J Gino dkk, (2000:30) komponen pembelajaran meliputi : 1. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; 2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif; 3. Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif; 4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan; 5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan; 6. Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan; 7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar–mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut saling berinteraksi dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.
14 3. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Oemar Hamalik (2008:26) mengemukakan bahwa : “Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Dewasa ini keaktifan peserta didik belajar mendapat tekanan utama dibandingkan dengan keaktifan peserta didik yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan peserta didik”. Menurut Samsudin (2008:40), “Metode pengajaran adalah cara atau teknik dalam menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik serta bagaimana peserta didik
diperlakukan selama pembelajaran tersebut”.
Oleh karena itu, secara umum pembahasan tentang metode mengajar bukan hanya bersinggungan dengan diskusi tentang apakah pelajaran perlu diberikan secara keseluruhan (whole method) ataukah sebagian (part method), tetapi juga tentang metode yang berhubungan secara langsung dengan memperlakukan peserta didik dan pengaturan waktu. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda. b. Macam-macam Metode Pembelajaran Uraian gaya mengajar menurut Moska Mostton seperti dikutip Agus S. Suryobroto (2001:37), “setiap gaya mengajar terdapat tujuan dan
15 hakikat yang mendasarinya”. Hakikat setiap gaya mengidentifikasikan bahwa penerapan pada gaya yang diberikan sangatlah fleksibel terhadap rintangan yang harus dilalui oleh setiap gaya. Hakikat tersebut memberikan gambaran yang jelas pada setiap gaya. Pengurangan yang terjadi akan menghilangkan pelaksanaan gaya tersebut yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan. Selain itu, perilaku waspada, yaitu perilaku yang wajar pada setiap struktur gaya akan menjamin pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Ketika guru menjadi ahli menggunakan setiap gaya tersebut, dia akan lebih fleksibel dan mampu mengubah gaya tersebut, sehingga mencapai lebih banyak tujuan dan mendapatkan lebih banyak peserta didik yang berhasil. 1) Gaya A : Komando (Command) Tujuan dari gaya ini adalah untuk mempelajari cara mengerjakan tugas dengan benar dan dalam waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan yang dibuat oleh guru. Dalam model ini semua aktivitas pembelajaran, keterlaksanaannya hanya dan sangat tergantung pada guru. Dapat dikatakan peserta didik ’akan bergerak’ hanya bila gurunya
memerintahkannya
untuk
bergerak.
Situasi
demikian
menyebabkan peserta didik pasif dan tidak diperkenankan berinisiatif. Akibatnya peserta didik tidak mampu mengembangkan kreativitas, khususnya kreativitas dalam bergerak. Hakikat: respon langsung terhadap stimulus. Penampilan harus akurat dan cepat. Model sebelumnya direplikasi. 2) Gaya B : Latihan (Practice) Gaya ini memberikan peserta didik untuk berlatih secara individu dan mandiri, serta menyediakan guru waktu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada peserta didik secara individu dan pribadi. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam model tugas, guru mendelegasikan sebagian kewenangannya pada peserta didik. Guru memberikan tugas belajar gerak, idealnya secara tertulis berupa kartu tugas, peserta didik diberi kesempatan dan
16 kewenangan untuk menentukan sendiri kecepatan dan kemajuan belajarnya. 3) Gaya C : Timbal Balik (Resiprocal) Pada gaya ini, peserta didik bekerja dengan temannya dan memberikan umpan balik kepada temannya itu, berdasarkan criteria yang ditentukan oleh guru. Hakikat: peserta didik bekerja sama dengan teman; menerima umpat balik langsung; mengikuti kriteria yang dirancang guru;
dan
mengembangkan
umpan
balik
dan
keterampilan
bersosialisasi. 4) Gaya D : Evaluasi Diri (Shelfcheck) Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara mengerjakan tugas dan memeriksa atau mengevaluasi pekerjaan sendiri. Peserta didik mengukur sendiri kinerjanya berdasar kriteria gerak yang diberikan. Hakikat: Peserta didik mengerjakan tugas secara individu dan mandiri, memberikan umpan balik untuk dirinya sendiri dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh guru. 5) Gaya E : Inklusi (Inclusion) Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara memilih tugas atau kegiatan yang bisa ditampilkan dan memberikan tantangan untuk mengevaluaisi pekerjaan sendiri. Dalam hal ini penentuan tingkat kemampuan ditentukan sendiri oleh peserta didik yang bersangkutan. Mengingat beragamnya tingkat kemampuan peserta didik dan sebagai konsekuensi dari pemberian kebebasan bagi peserta didik untuk menentukan sendiri di tahap kesulitan mana dia akan belajar, maka pelaksanaan model ini memerlukan kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana. Hakikat: Tugas yang sama dirancang menggunakan level kesulitan yang berbeda. Peserta didik menentukan level terendah tugas mereka dan berlanjut pada level berikutnya. 6) Gaya F : Penemuan Terpadu (Guided Discovery) Tujuan dari gaya ini adalah untuk menemukan konsep dengan menjawab serangkaian pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hakikat:
17 dengan menanyakan serangkaian pertanyaan dengan spesifik, secara sistematik akan menuntun peserta didik untuk menemukan target yang ditetapkan dan belum diketahui sebelumnya oleh peserta didik. 7) Gaya G : Penemuan Konvergen Pada gaya ini, Peserta didik mencari solusi dari masalah dan belajar untuk mengklarifikasi isu dan menghasilkan kesimpulan dengan menggunakan prosedur yang logis, beralasan, dan berpikir kritis. Hakikat: guru mengajukan pertanyaan. Struktur instrinsik dari tugas atau pertanyaan membutuhkan satu jawaban tepat. Peserta didik terlibat dalam kegiatan berfikir (atau kegiatan kognitif lainnya) dan berusaha mencari satu jawaban atau solusi yang tepat. 8) Gaya H : Penemuan Mandiri/Produksi (Divergen) Tujuan gaya ini adalah untuk melibatkan Peserta didik untuk memproduksi atau menghasilkan respon ganda terhadap satu pertanyaan. Hakikat: peserta didik terlibat dalam memproduksi respon divergen terhadap atu pertanyaan. Struktur instrinsik tugas tau pertanyaan memberikan peluang respon ganda. Respon ganda tersebut dinilai
dengan
prosedur
Mungkin-Terlihat-Menarik
(Possible-
Feasible-Desirable procedure), atau dengan aturan verifikasi dari disiplin yang diberikan. 9) Gaya I : Program Rancangan Individu Peserta didik (Individual Programme) Tujuan gaya ini adalah untuk merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi dengan berkonsultasi dengan guru. Hakikat: peserta didik merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi. Peserta didik memilih topik, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, mencari jawaban, dan menyusun informasi. Peserta didik memilih area tema umum.
18 10) Inisiasi Peserta didik Tujuan gaya ini adalah agar peserta didik mampu menginisiasi atau memprakarsai pengalaman belajar, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan kriteria yang
telah
disepakati
sebelumnya.
Hakikat:
Peserta
didik
memprakarsai gaya yang ia lakukan baik satu kegiatan maupun serangkaian kegiatan. Peserta didik mempunyai pilihan untuk memilih gaya manapun di dalam spektrum. Peserta didik harus mengenal deretan gaya yang terdapat dalam spektrum. 11) Gaya K : Melatih Diri (Shelf Teaching) Gaya ini memberikan peserta didik kesempatan untuk membuat keputusan maksimal tentang pengalaman belajarnya tanpa adanya campur tangan langsung guru. Gaya ini sangat jarang digunakan di sekolah. Gaya ini sangat cocok dikembangkan sebagai hobi atau kegiatan hiburan. Hakikat: peserta didik memprakarsai pengalaman belajarnya
sendiri,
merancangnya,
menampilkannya,
dan
mengevaluasinya. Peserta didik memutuskan seberapa besar ikut campur gurunya.
4.
Metode Inklusi a. Pengertian Metode Inklusi Pada awalnya pengertian pendidikan inklusi dimaknai sebagai pembelajaran yang diperuntukan bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Pembelajaran ini sangat memperhatikan perbedaan individu yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pada tulisan ini akan dibahas pembelajaran
inklusi secara mendalam kaitannya
dengan proses
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Metode pembelajaran inklusi adalah suatu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan yang bertujuan agar peserta didik kreatif dan mendapatkan
19 kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak juga peserta didik diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan untuk memulai belajar suatu gerakan, serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali peserta didik harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan. Gaya (metode) mengajar menurut Agus S Suryobroto (2001:38) “pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan peserta didik”. Sedangkan, menurut Husdarta & Yudha M. Saputra dalam Adhim Rahtawu (2015:31), “Gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh peserta didik”. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola
lingkungan
dan
atmosfer
pengajaran
untuk
tujuan
mengoptimalkan jumlah waktu aktif belajar dari para peserta didik yang dipandang sebagai indikator terpercaya untuk menilai efektivitas pembelajaran. Bila gaya mengajar tidak direncanakan, maka guru PJOK akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi. Metode atau gaya mengajar inkusi merupakan cara mengajar yang dilakukan guru, yaitu bentuk-bentuk pembelajaran telah dirancang guru berdasarkan tingkatan tertentu dari cara yang mudah , sedang dan cara yang sulit. Dalam hal ini, peserta didik diberi kebebasan untuk mengikuti tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing. Seperti dikemukakan Husdarta dan Yudha M.Saputra (2013:34) bahwa, “Peranan guru diberikan guru harus mempersiapkan kriteria untuk masing – masing tahapan tugas”. Pendapat tersebut menunjukan bahwa, gaya mengajar inklusi menekankan pada tingkatan kesulitan gerakan yang akan dipelajari. Gerakan yang akan dipelajari digolongkan atau dikelompokkan ke dalam beberapa kriteria tingkat kesulitan. Dengan kata lain , metode inklusi ini merupakan cara belajar dilakukan tahap demi tahap. Dari tugas ajar yang
20 telah dirancang guru, peserta didik dapat memilih aktivitas dianggap mampu untuk mampu melakukannya. Peranan peserta didik adalah mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkat kesulitan. Peserta didik dapat memilih aktivitas yang dianggap mampu. Peserta didik dapat melanjutkan aktivitasnya pada level berikutnya yang lebih sulit, jika level sebelumnya telah dikuasai atau dianggap mampu. Berdasarkan karateristik metode ajar inklusi tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar yang dilakukan tahap demi tahap memberi kemudahan bagi peserta didik untuk bisa berkembang lebih cepat terhadap penguasaan gerak keterampilan yang dipelajari. Hasil yang dicapai pada tahap awal bisa menjadi modal untuk mempelajari materi berikutnya yang lebih sulit atau lebih kompleks. Kemampuan fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktivitas mempraktekkan gerak berulang– ulang. Dengan meningkatnya daya tahan fisik dan gerak menjadi siap untuk mempelajari gerakan–gerakan yang semakin sukar atau berat (Kompleks). b. Anatomi Metode Inklusi Menurut Muska Mosston yang dikutip oleh Agus S. Suryobroto (2001:63) anatomi dari gaya inklusi adalah: Tabel.2.1. Konsep Gaya Mengajar Inklusi Pembelajaran Keputusan Pra-Pertemuan Guru Dalam Pertemuan Guru Peserta didik dan Peneliti Pasca Pertemuan Peserta didik dan Guru (Sumber. Agus S. Suryobroto, 2001: 63) Berdasarkan bagan diatas dapat diketahui tugas guru dan peserta didik, yaitu: 1) Peran Guru a) Membuat keputusan-keputusan pra- pertemuan. b) Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang sesuai dengan perbedaan individu dan yang
21 memungkinkan peserta didik untuk beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit. 2) Peran Peserta didik a) Memilih tugas ajar yang telah tersedia. b) Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya. c) Peserta didik mencoba tugasnya. d) Sekarang peserta didik menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan berhasil atau tidaknya dengan tugas awal. e) Mencoba tugas berikutnya. f) Peserta didik menilai/menafsir hasilnya,prosesnya dilanjutkan. c. Tujuan Metode Inklusi Menurut Agus S Suryobroto (2001:63), tujuan metode (gaya) inklusi meliputi : 1) Melibatkan semua peserta didik 2) Penyesuaian terhadap perbedaan individu 3) Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri 4) Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan setiap peserta didik. 5) Belajar melihat hubungan antara kemampuan merasa dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. 6) Individualisasi dimungkinkan, karena memilih di antara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan. d. Pelaksanaan Metode Inklusi Menurut Agus S Suryobroto (2001:64), pelaksanaan metode (gaya) inklusi meliputi : 1) Menjelaskan gaya ini kepada peserta didik. Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sangat bagus. 2) Peserta didik disuruh memulai 3) Amati dan memberi waktu bagi peserta didik untuk melakukan gaya ini
22 4) Memberi umpan balik kepada peserta didik tentang peranan peserta didik dalam pengambilan keputusan dari penampilannya dalam tugas: a) Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas b) Fokuskan perhatian pada penggunaan umpan balik yang netral, agar peserta didik mengambil keputusan mengenai taraf tugas yang sesuai dengan kemampuannya. c) Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan peserta didik dan kriteria yang menyangkut penampilan dalam tugasnya.
Gambar 2.1 Ilustrasi Metode Inklusi
Keterangan: A = tingkat kesulitan tinggi B = tingkat kesulitan sedang C = tingkat kesulitan rendah e. Implikasi Metode Inklusi Menurut Agus S Suryobroto (2001:64), implikasi metode (gaya) inklusi meliputi : 1) Salah satu keuntungan yang sangat penting dari gaya ini adalah memperhatikan perbedaan individu dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan untuk maju dan berhasil. 2) Memungkinkan peserta didik untuk melihat ketidaksesuaian antara aspirasi atau pengetahuan mereka dengan kenyataan. Mereka akan belajar untuk mengurangi kesenjangan antara kedua hal ini.
23 3) Fokus perhatian ditujukan kepada individu dan apa yang dia dapat lakukan dari pada membandingkannya dengan yang lain. 4) Peserta didik mengembangkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik.
5. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar mengajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (2005:3), “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran.”. Menurut Agus Suprijono (2009:5), “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Pendapat Gagne (1985) yang dikutip dari Agus Suprijono (2009:5) menyebutkan ada lima macam hasil belajar berikut ini : 1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar deskriminasi, konsep prinsip, dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan guru disekolah. 2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan berikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. 4) Keterampilan motorik, yaitu keterampilan untuk melakukan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang memperngaruhi tingkah laku seseorang didasari emosi, kepercayaan - kepercayaan, serta faktor intelektual.
24 Bloom yang dikutip dari Agus Suprijono (2009:6) mengatakan bahwa: “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Domain Kognitif adalah Knowledge (pengetahuan), comprehenshion (pemahaman), application (menerapkan), analysis (menguraikan), synthesis (mengorganisasi), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), organization (organisasi), characterization (karakter). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial dan intelektual”. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Namun hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pembelajaran
dikatakan
berhasil
apabila
perubahan-
perubahan yang tampak pada peserta didik merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialami yaitu proses yang ditempuh melalui program
dan
kegiatan
yang
dirancang
dan
dilaksanaan
oleh
pendidik/pengajar dalam proses pengajarannya. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari peserta didik itu sendiri. Hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar
25 sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam dunia pendidikan, tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik (kemampuan atau keterampilan, bertindak atau berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari proses pembelajaran. Dan setelah itu dapat dinilai untuk dijadikan hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dapat diperoleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. b. Tujuan dan Fungsi Hasil Belajar Menurut teori yang dikemukakan, Nana Sudjana (2005:3) menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar pada akhirnya berfungsi sebagai : 1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Maka dari itu penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar peserta didik, strategi mengajar guru, dll. 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar peserta didik dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
26 Sedangkan tujuannya untuk : 1) mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbaga bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan peserta didik dibandngkan dengan peserta didik lainnya. 2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para peserta didik kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. 3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya. 4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan para orang tua peserta didik. Jadi tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah untuk melihat tercapaiannya proses pembelajaran yang telah diberikan guru terhadap peserta didik, dengan tujuan dapat mengetahui kesulitan belajar peserta didik dan untuk itu guru dapat memotivasi peserta didik untuk melakukan usaha perbaikan agar hasil belajar yang telah diterima bisa lebih baik darisebelumnya. c. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar merupakan langkah yang dilakukan untuk menilai hasil belajar, jadi penilaian hasil belajar digunakan untuk melakukan
evaluasi
terhadap
proses
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan. Menurut Nana Sudjana (2005:3), “ Penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu”. Karena itu, dalam menilai hasil belajar, peran tujuan yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai peserta didik menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan dalam kegiatan penilaian. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:200), “Penilaian hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar peserta didik melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar”.
27 Lebih lanjut Nana Sudjana (2005:08) mengungkapkan bahwa: “Pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian”. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain sebagai berikut: 1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian. 2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap
saat
proses
belajar
mengajar
sehingga
pelaksanaanya
berkesinambungan. 3) Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan peserta didik sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Dengan demikian, inti penilaian hasil belajar adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Penilaian hasil belajar merupakan langkah yang dilakukan untuk menilai hasil belajar, jadi penilaian hasil belajar digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Modifikasi Alat a. Pengertian Modifikasi Modifikasi adalah penyesuaian alat atau perlengkapan pada suatu kegiatan yang akan dilaksanakan, modifikasi biasanya digunakan bila suatu lembaga, misalnya sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap maka dibuatlah modifikasi alat, agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
28 Menurut Samsudin (2008:58), “Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP”. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunnya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar peserta didik dalam belajarnya. Sepaham dengan hal yang telah disampaikan sebelumnya Rusli Lutan dalam skripsi Eka Yuni Yanti (2012) menjelaskan bahwa: “Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa. Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan; 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. Dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan, peneliti berpendapat bahwa modifikasi adalah pengembangan materi dengan cara merubah keadaan, bentuk, fungsi, susunan tanpa merubah hakikat aslinya, semua pengembangan itu dilakukan bertujuan untuk mempermudah proses belajar sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. b. Tujuan Modifikasi Menurut Rusli Lutan yang dikutip oleh Samsudin (2008:59), menyatakan bahwa modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diperlukan dengan tujuan agar : 1) Peserta didik memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran 2) Meningkatkan kemungkinan keberasilan dalam berpartisipasi 3) Peserta didik dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Menurut
Aussie
yang
dikutip
oleh
Samsudin
(2008:60),
pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan :
29 1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa. 2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak. 3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat disbanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa. 4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternative dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmanai dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan lebih mudah menyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan dberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi. Dari uraian singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1) Pertama, guru-guru penjas harus mempunyai pengetahuan tentang apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi dalam pembelajaran penjas. 2) Kedua, guru penjas harus tahu pula alasan-alasan mengapa harus dilakukan modifikasi. c. Aspek Analisis Modifikasi Menurut Samsudin (2008:60) berpendapat bahwa aspek analisis modifikasi tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan dan evaluasinya. 1) Modifikasi tujuan pembelajaran Modifikasi pembelajaran bila dikaitkan dengan tujuan pembelajaran, dimulai dari tujuan yang paling rendah sampai dengan tjuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan pembelajaran ini dapat dilakukan
30 dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni tujuan perluasan, tujuan penghalusan dan tujuan penerapan. 2) Modifikasi materi pembelajaran Modifikasi materi pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa komponen dasar, yakni komponen keterampilan, klasifikasi materi, kondisi penampilan, jumlah skill, dan perluasan jumlah perbedaan respons. 3) Modifikasi lingkungan pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran
modifikasi
lingkungan
pembelajaran
ini
dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti diuraikan dibawah ini : a) Peralatan Peralatan (apparatus) ialah sesuatu yang dapat digunakan dan
dimanfaatkan
oleh
peserta
didik
untuk
melakukan
kegiatan/aktivitas diatasnya, dibawahnya, di dalam/diantaranya, misalnya bangku swedia, gawang, star block, mistar peralatan lompat tinggi, bola, alat pemukul dan sebaginya. Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya biasanya kurang memadai dalam arti kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya peralatan standar orang dewasa. Guru dapat menambah/ mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Misalnya memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya, maupun menggantinya dengan peralatan lain. Sehingga, dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. b) Penataan ruang gerak Guru
dapat
mengurangi
atau
menambah
tingkat
kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang
31 gerak peserta didik dalam kegiatannya. Misalnya melakukan dribbling, pas bawah atau lempar tangkap di tempat, atau bermain di ruang kecil atau besar. c) Jumlah peserta didik yang terlibat Guru
dapat
mengurangi
atau
menambah
tingkat
kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah peserta didik yang terlibat dalam melakukan tugas ajar tersebut. Misalnya
belajar pas bawah sendiri,
berpasangan , bertiga, berempat dan seterusnya. Menurut Aussie yang dikutip oleh Samsudin (2008:64), komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi meliputi : 1) 2) 3) 4) 5)
Ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang digunakan. Lapangan permainan Waktu bermain atau lamanya permainan Peraturan permainan Jumlah pemain Sedangkan secara opperasional menurut Ateng yang dikutip
oleh Samsudin (2008:64), mengemukakan modifikasi permainan sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Kurangi jumlah pemain dalam setiap regu Ukuran lapangan diperkecil Waktu bermain diperpendek Sesuaikan tingkat kesulitan dengan karakteristik anak Sederhanakan alat yang digunakan Ubahlah peraturan menjadi sederhana , sesuai dengan kebutuhan agar permainan dapat berjalan dengan lancer. 4) Modifikasi evaluasi pembelajaran Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari peserta didik pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat mengubah focus perhatian peserta didik dari bagaimana seharusnya suatu skill dilakukan menjadi bagaimana skill itu digunakan atau apa tjuan skill itu.
32 7.
Permainan Bolavoli a. Pengertian Permainan Bolavoli Permainan bolavoli merupakan cabang olahraga yang cukup populer yang diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Dia adalah seorang Pembina pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada organisasi
Young
Man
Cristian
Association
(YMCA)
di
kota
Massachusetts, Amerika Serikat. Mula-mula permainan bolavoli diberi nama Mintonette, di mana permainanya hampir serupa dengan permainan badminton. Jumlah pemain tidak terbatas, sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengembangkan kesegaran jasmani para buruh di samping bersenam umum. Kemudian permainan diubah menjadi Volleyball yang artinya memvoli bola berganti-ganti. Pada tahun 1992 YMCA berhasil mengadakan kejuaran nasional bolavoli di negara Amerika Serikat. Pertandingan bolavoli yang pertama tahun 1947 di polandia. Pada tahun 1948 IVBF( Internasional Volley Ball Federation ) didirikan dengan beranggotakan 15 negara dan berpusat di Paris. Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928, yang dibawa oleh serdadu-serdadu Belanda, serta guru yang di datangkan dari Belanda, sewaktu mereka bertugas di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, bekas angkatan
perang
Belanda
yang
bergabung
dengan
TNI,
ikut
mempopulerkan bolavoli. Pada PON III tahun 1953 di Medan (sumatera Utara) bola voli mulai dipertandingkan. Pada tahun 1954, Surabaya dan Jakarta mulai membentuk organisasai bolavoli nasional, atas jasa Dr. Azis Saleh, waktu itu menjabat komisaris teknik KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Setelah diadakan pertemuan IBVOS (Surabaya) dan PERVID (Jakarta), bersepakat membentuk Organisasi bolavoli nasional. Dan pada tanggal 22 januari 1955, lahirlah Organisasi persatuan Bolavoli Indonesia(PBVSI), dengan ketuanya W.J. Latumenten. Prestasi yang pernah dicapai Indonesia adalah juara Asia dalam Asian Game IV tahun 1962, Ganefo I di Jakarta, juara putra Sea Games XI di Manila, juara putri Sea Games XII di Singapura.
33 Permainan bolavoli merupakan cabang olahraga beregu atau tim. Permainan bolavoli dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari enam orang pemain. Permainan bolavoli dimainkan di atas lapangan berbentuk empat persegi panjang berukuran 18 X 9 meter yang dipisahkan oleh net. Pelaksanaan permainan bola voli yaitu dengan memvoli atau memantulkan bola. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak terjadi pukulan ganda. Bola divoli atau dipantulkan sebanyak tiga kali dan selanjutnya diseberangkan kedaerah permainan lawan. Seperti dikemukakan Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001:43), bahwa: “Pada dasarnya prinsip bermain bolavoli adalah memantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola di mainkan sebanyakbanyaknya tiga kali sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring dan masuk sesulit mungkin”. Seiring dengan upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik, maka unsur-unsur dalam permainan bolavoli mengalami perubahan. Dalam sejarahnya, perkembangan bolavoli menyangkut empat hal pokok, yaitu: Teknik, Peraturan permainan, sarana dan perlengkapan, dan perkembangan bentuk permainan. Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan keterampilan gerak, dirancang agar bola yang dimainkan dapat dilewatkan melalui jaring ke lapangan lawan sehingga lawan tidak mampu
mengembalikan
bola
atau
mengalami
kesulitan
untuk
mengembalikan bola dengan baik, tanpa mengabaikan peraturan permainan bola voli. Pada awalnya servis dilakukan, semata-mata hanya membuka permainan. Dalam perkembangannya, servis dimanfaatkan sekaligus sebagai serangan. Caranya pemain yang melakukan servis melompat ke udara setelah bola dilambungkan, mirip pelaksanaan spike. Kini teknik itu sudah menjadi bagian keterampilan bermain bolavoli. Demikian juga dengan teknik spike, Dalam permainan bolavoli sekarang bukan hanya pemain depan yang berfungsi melakukan serangan, tetapi pemain belakang pun mampu melakukanya. Tentu pelaksanan seperti itu tidak melanggar
34 peraturan. Telapak kaki saat tolakan dilakukan tidak didalam daerah depan (daerah tiga meter). Pelaksanaan spike itu membutuhkan power yang besar untuk mampu melompat ke atas depan melakukan serangan. Berkaitan dengan hal tersebut Menurut Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001:37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasanya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Dengan demikian permainan bolavoli dari tahun ke tahun akan semakin berkembang baik itu teknik maupun peraturan, semata-mata untuk tujuan rekreasi agar diperoleh kesenangan dan kegembiraan. b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli Menguasai teknik dasar bolavoli merupakan syarat mutlak agar dapat bermain bolavoli dengan baik. Teknik dasar bolavoli merupakan serangkaian gerakan yang harus dilakukan dalam permainan bolavoli. Dalam permainan bolavoli ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block,dan smash. Menurut Sunardi dan Dedhy Whinata (2011:15), “ Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bolavoli”. Sedangkan Munasifah (2009:26) menyatakan, “Penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur kondisi fisik , taktik, dan mental”. Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli merupakan suatu proses gerakan tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik baiknya dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaiakan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam bermain bolavoli. Dengan meguasai teknik dasar bolavoli, maka mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang optimal. Adapun
35 macam-macam teknik dasar bolavoli menurut Sunardi dan Deddy Whinata (2011:15) bahwa, “Teknik dasar bermain bolavoli terdiri dari: (1) servis (2) smash (spike) , (3) bendungan (block), (4) passing bawah, (5) passing atas,”. Teknik dasar dalam permainan bolavoli menurut Nuril Ahmadi (2007:20), ”Dalam permainan bola voli ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknk-teknik dalam permainan bola voli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block, dan smash”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli terdiri servis, passing atas, passing bawah dan smash. Teknik dasar ini dalam permainan bolavoli harus dikuasai dengan benar karena bila salah dalam melakukannya maka pemain tersebut dianggap melakukan kesalahan dan juga teknik dasar ini menjadi salah satu unsur menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan. Sehingga penguasaan teknik dasar menjadi faktor yang penting dan harus dipahami dan dikuasai dengan benar. c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bolavoli Penguasan teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat mendasar untuk mencapai prestasi bolavoli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bolavoli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan teratur. Menurut Dieter Beutelstahl (2012:8) berpendapat, “Teknik merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”. Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, Selain fisik, taktik, dan mental faktor penting dalam bermain bolavoli adalah teknik, karena teknik merupakan suatu proses gerak tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik mungkin dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam permainan bolavoli. Teknik bermain bolavoli merupakan aktifitas jasmani
36 yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Berdasarkan tiga pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, penguasan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting baik secara individual maupun secara kolektif dalam bermain bolavoli di samping faktor fisik, taktik dan mental. Dengan menguasai teknik dasar bolavoli akan mendukung penampilan seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya suatu tim dalam pertandingan. Pentingnya penguasaan teknik dasar permainan bolavoli menurut Sunardi dan Deddy Whinata (2011:16) mengingat halhal sebagai berikut: 1) Hukuman kesalahan teknik terhadap pelanggaran permainan yang hubungannya dengan kesalahan dalam melakukan teknik. 2) Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan. 3) Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahankesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap. 4) Permainan bolavoli adalah permainan yang cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan teknik yang lebih besar. 5) Penguasan taktik-taktik yang tinggi hanya memungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam bolavoli cukup sempurna. Penguasaan teknik dasar bolavoli dengan baik adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi bolavoli baik secara individu maupun secara tim. Kemampuan yang dimiliki individu akan memberikan sumbangan untuk kemenangan tim, karena bolavoli permainan tim.
37 8. Smash Bolavoli a. Pengertian Smash Bolavoli Smash adalah tindakan memukul bola yang lurus kebawah sehingga bola akan bergerak dengan cepat dan menukik melewati atas jaring menuju kelapangan lawan dan akan sulit menerimanya. Menurut Viva Pakarindo (2006:08), “Smash atau spike adalah tindakan memukul bola ke lapangan lawan ketika pertandingan sedang berlangsung”. Permainan bolavoli merupakan permainan cepat, ini dapat dilihat antara penyeragan dengan pertahanan sangat tidak seimbang. Penyerangan sangat tinggi tingkat keberhasilannya, sedangkan pertahanan sangat rendah. Hal ini terbukti dengan adanya peraturan baru tentang system rally point (game 25) jadi tidak ada regu yang akan memilih servis terlebih dahulu, kalaupun ada itu karena pertahanan tim sanggup untuk menghasilkan point. b. Cara Melakukan Smash Bolavoli Menurut Dieter Beutelstahl (2012:24), “Smash atau spike merupakan suatu keahlian yang esensial cara yang termudah untuk memenangkan angka”. Menurut Dieter Beutelstalhl (2012:25), ada empat tahap gerakan dalam melakukan smash yaitu : 1) Run-up ( Lari Menghampiri) Proses run-up ini tergantung dari jenis bola dan jatuhnya bola. Awalan kira-kira 2,5 sampai 4 meter (gambar A). Kedua langkah terakhir yang paling menentukan pada waktu take-off (mulai melompat) harus diperhatikan baik-baik kedudukan kaki (gambar B-C). Kaki yang akan take-off harus berada di tanah lebih dahulu dan kaki yang lain menyusul. Arah yang di ambil harus diatur sedemikian rupa, sehingga atlet akan berada di belakang bola pada saat take-off. Tubuh saat itu berada pada posisi menghadap net. Lengan-lengan yang menjulur ke depan diayunkan ke belakang dan ke atas sesudah langkah pertama, kemudian diayunkan ke depan sedemikian rupa sehingga pada saat atlet take-off kedua lengan itu
38 tergantung ke bawah di depan tubuh. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini :
Gambar 2.2. Tahap Lari Menghampiri Smash Dieter Beutelstalhl (2012 : 25)
2) Take-off ( Melompat) Langkah pada waktu akan melompat harus berlangsung dengan lancar dan kontinu, tanpa terputus-putus. Pada waktu take-off kedua lengan yang menjulur harus digerakkan ke atas (gambar A). Bersamaan dengan itu tubuh diluruskan (gambar B). Kaki yang digunakan untuk melompat inilah yang memberikan kekuatan pada saat take-off. Lengan yang dipakai untuk memukul, serta sisi badan bagian tersebut diputar sedikit sehingga menjauhi bola, punggung agak membungkuk dan lengan yang akan digunakan untuk memukul ditekuk sedikit. Sedangkan lengan yang lain tetap dipertahankan setinggi kepala yang berguna untuk mengatur keseimbangan secara keseluruhan. Tahap melompat dapat dilihat pada gambar berikut ini :
39
\ Gambar 2.3. Tahap Melompat dalam Smash Dieter Beutelstalhl (2012:26)
3) Hit (Memukul) Gerakan memukul hasilnya akan lebih baik apabila menggunakan lecutan tangan, lengan dan membungkukkan badan. Untuk lebih jelas lihat gambar di bawah ini :
Gambar 2.4. Tahap Memukul dalam Smash Dieter Beutelstalhl (2012:26)
40 4) Landing (Mendarat) Cara mendarat dalam setiap jenis smash sama, yaitu sesudah melakukan smash, mulai tahap mendarat ini yaitu pada saat tubuh bagian atas membungkuk ke depan. Kaki-kaki diarahkan ke depan untuk mempertahankan keseimbangan. Pemain mendarat pada kedua kakinya, dengan lutut sedikit ditekuk. Tahap landing dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.5. Tahap Mendarat dalam Smash Dieter Beutelstalhl (2012:28) Adapun cara melakukan smash (spike) menurut Munasifah (2009:20), adalah sebagai berikut : 1) Telapak tangan terbuka seperti akan menampar, jari jemari harus rapat 2) Sebelum menyentuh bola siku dilengkungkan sedangkan waktu menyentuh bola harus lurus, siku berada diatas pundak dan telapak tangan jauh di belakang badan, jangan di samping. 3) Waktu telapak tangan menyentuh bola, posisi telapak tangan di depan badan sedikit. 4) Dari kedudukan semula ke titik akan melakukan smash, usahakan jangan terlalu jauh, sehingga tidak terlalu banyak melangkah. Sebaiknya hanya melakukan 2 atau 3 langkah saja 5) Langkah terakhir sebelum melompat, harus cepat dan kuat. Bila melakukan smash dengan tangan kanan, langkah pertama dilakukan dengan kaki kiri dan sebaliknya. Langkah-langkah kecil untuk penyesuaian, tidak termasuk hitungan 2-3 langkah ini.
41 6) Kedudukan tangan sewaktu akan melompat berada sejauh mungkin di belakang badan. Hal ini akan memberikan lompatan yang tinggi, dan ayunan ke depan ketika melompat akan meletakkan kedua tangan pada posisi memukul yang baik 7) Kebanyakan smash dilakukan dengan posisi badan agak miring ke kiri ( bagi yang memukul dengan tangan kanan) atau miring ke kanan pada pemain yang memukul dengan tangan kirinya. Seharusnya tangan berada sejajar dengan garis lurus badan. Kepala tidak boleh miring karena bahu juga tidak miring 8) Badan menghadap arah bola yang akan dipukul dan tangan terayun sejajar dengan garis lurus badan, tidak boleh menyilang pada lebar badan. Bentuk posisi tubuh disesuaikan dengan ayunan tangan, biasanya akan melengkung karena kerasnya ayunan tangan dan persiapan untuk mendarat setelah melompat. b. Kesalahan Umum yang Dilakukan saat Melakukan Smash Bolavoli Menurut Dieter Beutelstalhl (2012:28), beberapa kesalahan yang biasa dilakukan oleh smasher pada saat melakukan smash antara lain : 1) Pemain yang memadai. Akibatnya, bola melakukan take-off tanpa kekuatan akan terpukul pada ketinggian yang kurang tepat. Seluruh gerakan tak disertai ritme yang baik, sehingga tenggang waktu antara take-off dan jump (mulai meloncat dan loncatannya sendiri) ditandai oleh keragu-raguan yang sangat mempengaruhi smash itu sendiri. 2) Kurang dapat menaksir ketinggian bola, sehingga bola itu dipukul terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3) Pergerakan kaki kurang baik, sehingga tinggi lompatan pun kurang sesuai dengan tinggi bola yang akan dipukul. 4) Ayunan lengan kurang sempurna. Kadangkala hanya satu lengan saja yang terayun. Akibatnya, lengan tidak dapat membantu memperkuat loncatan itu sendiri. 5) Terjadi suatu putaran tubuh akibat ayunan lengan yang tidak pada tempatnya. 6) Pergelangan tangan tetap kaku, sehingga bola tidak terpukul pada bagian atasnya. Pukulan seperti ini sering gagal dan bola keluar atau tersangut pada net. 7) Lengan pemukul ditekuk waktu melakukan smash. Akibatnya, bola terpukul terlalu rendah, sehingga tidak dapat melewati net.
42 B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Peserta didik : Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi
Kondisi pembelajaran Smash bolavoli yang kurang sesuai
Menerapkan metode inklusi pada pembelajaran Smash bolavoli
Melalui penerapan metode inklusi peserta didik akan lebih mudah dikoordinsikan dan lebih mudah mengerti materi pembelajaran Smash bolavoli.
Peserta didik kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran penjas Hasil belajar Smash bolavoli rendah
Siklus I : Guru dan menyusun pembelajaran meningkatkan belajar Smash menerapkan Inklusi
peneliti bentuk untuk hasil bolavoli metode
\ Siklus II : Upaya perbaikan dari tindakan siklus I apabila belum mencapai target kriteria Smash bolavoli melalui penerapan metode inklusi
Gambar 2.6. Konseptual Kerangka Berpikir (Sumber. Agus Kristiyanto, 2010 : 134)
43 Berdasarkan kerangka konseptual kerangka berpikir yang digambarkan di atas menunjukan bahwa, dalam pembelajaran smash bolavoli banyak kesulitan atau permasalahan yang dihadapi peserta didik. Dari kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran smash bolavoli, mengakibatkan hasil pembelajaran tidak optimal. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran smash bolavoli antara lain: tidak dapat melakukan gerakan dasar smash bolavoli. Kesulitan dalam pembelajaran smash bolavoli harus ditelusuri faktor penyebabnya dan dicarikan solusi yang tepat. Karena permasalahan pembelajaran smash bolavoli berbeda-beda, maka dalam merancang pembelajaran smash bolavoli disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Untuk merancang pembelajaran smash bolavoli yang berbeda-beda dari tingkatan paling mudah, sedang dan sulit dapat diterapkan metode inklusi. Kesulitan atau permasalahan yang dihadapi peserta didik. Dari kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran smash bolavoli, mengakibatkan hasil smash bolavoli tidak optimal. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran smash bolavoli antara lain: tidak dapat melakukan awalan dengan benar, melompat kedepan hingga menyentuh net , lompatan kurang maksimal, melompat dengan satu kaki, mendarat dengan satu kaki. Kesulitan dalam pembelajaran smash bolavoli harus ditelusuri faktor penyebabnya dan dicarikan solusi yang tepat. Karena permasalahan pembelajaran smash bolavoli disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Untuk merancang pembelajaran smash bolavoli yang berbeda dari tingkatan paling mudah, sedang dan sulit dapat diterapkan metode inklusi dengan modifikasi alat. Metode inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan merancang kegiatan pembelajaran yang paling mudah hingga pada tingkatan yang sulit. Rancangan pembelajaran smash bolavoli dengan metode inklusi dilakukan dari tahapan smash yang paling mudah yaitu dari awalan, tolakan, pukulan, dan pendaratan. Selain itu, pembelajaran smash bolavoli dengan menggunakan bola modifikasi dan ketinggian net modifikasi dari tingkat ketinggian yang mudah, sedang, hingga ketinggian yang sulit (standar untuk putra dan putri). Dari rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik diberi kebebasan
44 untuk melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masing– masing. Jika rancangan sebelumnya telah dikuasai kemudian dilanjutkan pada rancangan berikutnya hingga pada rancangan terakhir atau rancangan yang paling sulit. Berdasarkan karakteristik metode inklusi tersebut, metode ini memberikan kemudahan bagi peserta didik. Karena peserta didik melakukan tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuanya, sehingga tidak merasa kesulitan. Selain itu, belajar keterampilan smash bolavoli yang dilakukan secara bertahap akan memberi motivasi terhadap peningkatan hasil belajar smash bolavoli.