BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian ini diuraikakan teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian, terdiri dari berbagai pustaka. Dari sejumlah pustaka tersebut, mengkaji obyek yang sama namun mempunyai ciri tersendiri karena perbedaan latar belakang, pandangan dan penelitian yang diperoleh masing - masing ahli. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang berkaitan dengan: (1) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) Hasil Belajar Matematika 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning (2007), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.
5
6
Kesimpulan pengertian pembelajaran kooperatif yang telah dipaparkan para ahli, yakni, pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, serta di dalamnya menekankan kerjasama. 2.1.1.2 Pembelajaran Kooperatif Model STAD Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (Muslimin, 2000) Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa (Slavin, 1994) Menurut Nur dalam Chotimah, (2007) model STAD mempunyai karakteristik antara lain: a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok basal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. (Nur dalam Chotimah 2007). Sintaks Model Pembelajaran STAD, ada enam langkah. Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti berikut. Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD Langkah Tindakan Guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Langkah 2 Menyajikan informasi pelajaran Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Langkah 4 Membimbing kelompok belajar Langkah 5 Evaluasi Langkah 6 Pemberian Penghargaan (Sumber : Robert Slavin 1995 dalam Parlan, 2006:17)
7
2.1.2 Hasil Belajar Matematika 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Moedjiono (1994:4) bahwa “ hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar “. Karti Soeharto (1984: 40) menyatakan bahwa belajar ditandai oleh ciri-ciri yaitu, (1) Disengaja dan bertujuan, (2) Tahan lama, (3) Bukan karena kebetulan, (4) Bukan karena kematangan dan pertumbuhan. Menurut Anni ( 2004 : 4 ) bahwa hasil belajar adalah perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Berdasarkan pernyataan ahli tentang hasil belajar dalam konteks penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang karena disengaja, bertujuan, tahan lama dan bukan karena kebetulan. 2.1.2.2 Pengertian Matematika Pada dasarnya matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya, 1997:176). Sedangkan menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matematika berhubungan dengan kajian benda abstrak, menggunakan simbol, serta berhubungan dengan gagasan dan aturan-aturan. Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Beberapa pendapat ahli tentang pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengkajian benda abstrak yang disusun dalam sistem aksiomatik, adanya gagasan, aturan, dan penggunaan simbol dan penalaran.
8
2.1.2.3 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan pelajaran yang wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Materi matematika di SD antara lain tantang Kelipatan Persekutuan Terkecil dan Faktor Persekutuan Terbesar. Pembelajaran Matematika di SD harus mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Matematika tersusun secara hierarkis, yang satu dengan yang lain berkaitan erat. Konsep-konsep matematika pada tingkat lebih tinggi tidak mungkin lebih dipahami, sebelum memahami konsep sebelumnya dengan baik. Ini berarti bahwa belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan kepada pengalaman belajar yang terdahulu. (Depdiknas 2006). Salah satu contoh hirarki belajar yang terkait dengan Kelipatan Persekutuan Terkecil dan Faktor Persekutuan Terbesarl adalah seperti bagan berikut: KPK (Kelipatan Persekutuan terkecil)
FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
Kelipatan Persekutuan
Faktor Persekutuan
Kelipatan
Faktor
Perkalian
Pembagian
Perkalian
Pembagian
Gambar 2.1 Skema Kelipatan Persekutuan Terkecil dan Faktor Persekutuan Terbesar Sumber : Teori Belajar Gagne ( dalam PPPPTK Matematika Yogyakarta)
9
Beberapa pemaparan tentang pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika memerlukan suatu keterkaitan antara konsep yang dipahami dengan konsep yang belum dipahami, didasarkan pada pengalaman terdahulu, bertahap, dan berurutan secara sistematis. Untuk memberi pemahaman pada siswa pembelajaran hendaknya dimulai dari yang sudah diketahui, mudah, sederhana, real, nyata, dan dari kasus-kasus khusus kearah yang belum diketahui, sulit, rumit, abstrak. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika dengan model STAD diantaranya adalah PTK karya Deden M La Ode yang berjudul : Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IV SDN To’bulung Palopo (Januari 2010) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa dengan penerapan model STAD siswa lebih berminat menjalani pembelajaran, lebih berani berekspresi, mengemukakan pendapat dan bekerjasama dalam kelompok, sehingga hasil belajar meningkat secara signifikan. Persamaan penelitian yang penulis lakukan adalah pada instrumen yang digunakan, jenis penelitian sama - sama penelitian tindakan kelas, instrumen yang digunakan berupa tes dan non tes. Perbedaan terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variabel, dan subyek penelitian. Banyak penelitian tentang hasil belajar matematika tetapi tentunya masih bisa dilakukan penelitian yang sejenis dengan metode dan strategi yang berbeda sesuai dengan perkembangan ilmu bahasa dan teknologi. Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk siswa Sekolah Dasar sangat dibutuhkan strategi belajar yang tepat dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi, semangat,untuk tumbuhnya minat memahami materi pembelajaran. 2.3 Kerangka Pikir Masalah yang ada pada pembelajaran matematika adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal Ini disebabkan guru kurang kreatif mengembangkan metode pembelajaran, dalam proses pembelajaran cenderung berpusat
10
pasda guru. Pembelajaran seperti itu membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajarpun rendah. Pembelajaran kooperatif model STAD siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki sehingga terjadi pemahaman yang sama mengenai hal yang mereka diskusikan. Hal tersebut membawa dampak pada peningkatan hasil belajar. Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.2
Kondisi Awal
Hasil belajar Matematika rendah
Tindakan
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Kondisi Akhir
Hasil Belajar Matematika siswa Meningkat
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Melalui penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Mrisi kecamatan Tanggungharjo, kabupaten Grobogan, semester I tahun pelajaran 2011 / 2012”.