BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Teori-teori yang dapat mendukung penelitian ini diantaranya adalah teori pembelajaran bahasa Inggris, hakikat belajar, model penelitian kooperatif tipe picture and picture, hasil belajar dan juga di dukung dengan hasil-hasil penelitian relevan beserta kerangka pikir. Berikut ulasan dan penjabaran dari teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikirnya. 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Inggris Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Wells (1987) memaparkan bahwa tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang
7
8
digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa Inggris bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan sekolah. Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks situasi. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dipajankan dan dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan
sebagai
berikut.
1)
Mengembangkan
kompetensi
berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah, 2) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1) Mendengarkan, 2) Berbicara, 3) Membaca, 4) Menulis, dan (5) Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan.
9
2.1.2 Model Kooperatif Tipe Picture and Picture Sulhan (2010:45) berpendapat bahwa persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam hal ini mempunyai pengerian bahwa ada perbedaan individu yang perlu dikembangkan potensinya. Setiap anak harus bisa berperan untuk menggali dan mengembangkan potensi ini. Disisi lain harus diciptakan kerja sama yang baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan rasa saling menghargai dan mampu bekerjasa sama dengan baik. Menurut
Eko
(2011),
pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatu
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pengertian model pembelajaran kooperatif merupakan Lie (2008:12) merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pengertian model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2008:5) suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Johnson & Johnson (dalam isjoni 2009:17), prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah sebagai berikut. (a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. (b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. (c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. (d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. (e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. (f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
10
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran kooperatif tipe picture and picture menurut Istarani (2011:7) adalah sebagai berikut. a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. b. Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam
perkembangakan
selanjutnya
sebagai
guru
dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.Gambargambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
11
e. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan. g. Kesimpulan/rangkuman. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture menurut Istarani (2011:8) adalah sebagai berikut. a) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b) Melatih berpikir logis dan sistematis. c) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir. d) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. e) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas. 2.1.3 Pembelajaran Konvensional Dalam dunia pendidikan, pembelajaran ini juga disebut dengan pembelajaran
ekspositori.
Pembelajaran
konvensional
merupakan
suatu
pembelajaran yang sering digunakan oleh para guru dan pembelajaran ini memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu, lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada ketrampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pembelajaran berpusat pada guru. Paradigma yang menjadi acuan dari pembelajaran konvensional ini adalah paradigma mengajar. Menurut Sanjaya dalam Rusmono (2012:66), menyebutkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori dengan nama strategi pembelajaran langsung, karena
12
dalam strategi ini materi pembelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, karena materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional antara lain, a) siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar, b) pembelajaran ini lebih mengutamakan hasil daripada proses, c) kegiatan utamanya adalah menerangkan dan siswa mendengarkan/mencatat yang disampaikan guru, d) dalam pembelajaran konvensional, metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dengan diiringi penjelasan serta pembagian tugas dan latihan, atau, metode ekspositori yang kemudian memberikan contoh soal dan penyelesaiannya serta memberi soalsoal latihan dan siswa disuruh mengerjakannya, e) aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode konvensional (ekspositori) dan aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar. 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Uno (2008:213), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang dikarenakan adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2009:7) bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006:3) hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Slameto
(2010:54)
menyertakan
sejumlah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, yang termasuk di dalamnya
13
adalah (1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), (2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), (3) Faktor kelelahan. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk diantaranya (1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), (2) Faktor sekolah (model mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, model mengajar, dan tugas rumah), (3) Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Dari beberapa pengertian oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan pikiran setelah melakukan pembelajaran. Perubahan tersebut mencakup semua perubahan yang bersifat progresif yang diharapkan kearah yang lebih baik. Bagi seorang siswa hasil belajar ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi pada seorang siswa mulai dari belum pandai setelah belajar maka menjadi pandai. Perubahan ini tentunya setelah siswa berinteraksi dengan lingkungannya yang diukur melalui tes, tugas, pengamatan, atau evaluasi. 2.1.5 Hakikat Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar seperti yang diutarakan oleh Slameto (2010:2) bahwa mendefinisikan belajar adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Gulo (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang baik dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Sejalan dengan pendapat tersebut, Yamin (2007:7) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, siswa harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses belajar.
14
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam kehidupan yang berguna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain dan lingkungannya. Lingkungan disini dapat berupa lingkungan formal dan informal. Lingkungan formal contohnya adalah tempat dimana siswa mendapatkan pengetahuan secara khusus seperti sekolah. Sedangkan lingkungan nonformal adalah lingkungan dimana siswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara tidak langsung serta dapat melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam proses belajar ini, seseorang dikatakan belajar apabila seseorang tersebut telah mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik serta mengalami peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Apabila seseorang belum mengalami perubahan tingkah laku dan belum mengalami peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, maka seseorang tersebut belum dapat dikatakan mengalami proses belajar. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya : kemauan, kebosanan, kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang tidak berasal dari dalam diri seseorang, misalnya seperti keluarga dan sekolah 2.1.6 Pengaruh Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Picture and picture adalah salah satu model belajar yang menggunakan media gambar dan dilakukan dalam kegiatan kelompok, diskusi, beserta tanya jawab. Langkah – langkah kegiatan picture and picture sendiri lebih ditekankan pada memasangkan gambar atau mengelompokkan gambar pada tatanan atau urutan yang benar. Sehingga dalam model ini sangar diterapkan keaktifan kerja dalam kelompok dan juga rasa senang terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Dari penerapan model tersebut, siswa dapat termotivasi untuk lebih inten dalam materi ajar dan pasti berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Pengaruh positifnya berupa naiknya nilai rata – rata kelas atau rata – rata dari hasil belajar para siswa. Jika dibandingkan dengan menggunakan model yang biasa atau ceramah saja, komunikasi kurang berjalan lancar dan para siswa hanya duduk diam tanpa ada aktifitas atau kegiatan dalam pembelajaran di kelas.
15
Pada pelajaran bahasa Inggris ini peneliti berupaya agar siswa lebih mengerti materi ajar yang bertema Animals dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture ini. Dalam penjelasan tentang artian kata dalam bahasa Inggris peneliti memasukkan model picture and picture agar siswa dapat mengerti dan lebih menguasai jenis – jenis, nama – nama hewan dalam bahasa Inggris. Karena dengan media gambar tersebut siswa dapat mengimajinasikan bentuk dari hewan – hewan dan dapat mengingatnya dengan mudah tanpa harus mengetahui nama – nama hewan dalam bahasa Indonesia dahulu. Model ini sangat cocok pada pengenalan nama dan jenis hewan dalam bahasa Inggris dan pada mata pelajaran bahasa Inggris. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian “Keefektifan Penerapan Model Kooperatif Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga Semester II Tahun 2012/2013” sebagai berikut. a) “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Metode Picture and picture Melalui Media Gambar Seri pada Siswa Kelas 4 SD Negeri I Timbangreja Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal” oleh Kukuh Andriawan (2010), salah satu mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diterbitkan tahun 2010. Di akhir penelitiannya, Kukuh berhasil menyimpulkan bahwa penerapan picture and picture pada siswa kelas 4 SD Negeri I Timbangreja Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal lebih efektif daripada menggunakan model konvensional/ceramah
sehingga
meningkatkan
keterampilan
menulis.
b)
“Gambaran Teknik Picture and picture Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur” oleh Adil (2010). Di akhir penelitian, Adil berhasil menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara runtut sesuai kaidah-kaidah pembelajaran picture and picture secara konsisten selama proses pembelajaran berlangsung dengan penggunaan media gambar dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk aktif dan ambil bagian dalam merangkai/menyusun gambar secara logis di depan kelas dapat
16
meningkatkan hasil belajar IPA tentang struktur panca indera dan fungsinya untuk siswa Kelas 4 SDN 237 Atue. (c.) “Penggunaan Model Picture and picture dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Kelas 4 SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012” oleh Susanti (2011), mendapatkan simpulan bahwa analisis yang dilakukan pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65 sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan sklus I siswa yang sudah tuntas sebanyak 8 siswadengan persentase 53,33% dan siswa yang belum tuntas 7 dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan sklus II jumlah yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan persentase 100%. Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa model ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Pikir Bahasa Inggis merupakan suatu pelajaran yang sering dianggap sulit, dan susah untuk dimengerti bagi siswa SD atau Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahasa Inggris sendiri sangat jarang dan bahkan tidak sama sekali digunakan dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu para siswa sangat kurang antusias dan terkesan takut akan pelajaran ini. Dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, siswa biasanya hanya membaca atau mendengarkan
dan mencari arti dari tiap-tiap kata tanpa ada
pemahaman tersendiri sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hampir tidak ada. Hal ini membuat siswa menjadi pasif dan kurang berminat mengikuti jalannya pembelajaran. Padahal, minat siswa adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Minat dapat tumbuh apabila proses pembelajaran berjalan menyenangkan, bervariasi, dan didukung oleh suasana yang kondusif. Padahal ukuran keberhasilan dari proses pengajaran dan juga belajar mengajar
adalah
penggunaan
model
pembelajaran
yang
tepat.
Model
pembelajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran sehingga
17
pencapaian hasil pembelajaran dapat optimal. Model pembelajaran dan pengajaran di Sekolah Dasar (SD) dewasa ini belum dapat berjalan secara optimal dan aktif melibatkan peran serta siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam membangun motivasi siswa dan menciptakan sebuah active learning adalah model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah model dengan menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Model kooperatif tipe picture and picture juga akan membawa siswa menjadi individu yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model Pembelajaran kooperatif tipe picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Tujuan peneliti mengadakan penelitian ini yaitu akan membandingkan hasil belajar antara kelas konvensional (tidak menggunakan model kooperatif tipe picture and picture) dengan kelas yang menggunakan model kooperatif tipe picture and picture, dimana pada penelitian pre-test akan menggunakan model yang sudah ada atau yang sebelumnya(konvensional) dan pada penelitian post-test akan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture. Jika siswa belajar dengan diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelas konvensional maka penggunaan model kooperatif tipe picture and picture teruji dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Inggris pada kelas 4 Sekolah Dasar. Dari pertimbangan diatas, peneliti membuat bagan dari kerangka pikir sebagai berikut.
18
1. Mempersiapkan model kooperatif tipe picture and picture
Kegiatan Belajar Mengajar Kelas IV
Pembelajaran Pembelajaran Menggunakan model kooperatif tipe picture and picture
2. Mengatur tempat duduk dan kelompok 3. Menerangkan model kooperatif picture and picture 4. Permainan kreatif
Meningkatnya hasil belajar pada kelas yang menggunakan model kooperatif tipe picture and picture
5. Evaluasi 1. Ceramah Pembelajaran konvensional
2. Tanya Jawab
Hasil belajar kelas Konvensional tetap / tidak meningkat
3. Evaluasi
Bagan 2.1 Kerangka Pikir 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan pada hasil belajar Bahasa Inggris yang menggunaan model kooperatif tipe picture and picture dan terdapat perbedaan pada aktivitas siswa dalam penerapan model kooperatif tipe picture and picture sebagai berikut. 1. Model kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Inggris kelas 4 SD dibanding dengan metode konvensional. 2. Langkah – langkah metode model kooperatif tipe picture and picture diduga dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan metode konvensional.