BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Hakikat Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Susanto, 2013: 49). Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain (Sukayati danSuharjana, 2009:1). Wahyudi dan Kriswandani (2013: 10) menyimpulkan, matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. (Susanto, 2013: 189) menyatakan pada hakikatnya, matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dalam arti matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada matematika. Sejalan dengan kurikulum Matematika KTSP, Depdiknas tahun 2006 dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pengajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan prosestersebut berpusat pada guru mengajar matematika (Wahyudi dan Kriswandani, 2013: 13).
10
11
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Susanto (2013: 49) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika disekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat di mana ia tinggal. Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di SD adalah agar siswa mampu menggunakan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Depdiknas (2006) tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah, sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.1.3 Fungsi Pembelajaran Matematika di SD Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau yang berkaitan dengan urusan angka-angka berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya (Susanto, 2013: 49).
12
Wahyudi dan Kriswandani (2013: 17) menyatakan bahwa pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan dasar terutama pembelajaran matematika di tingkat SD diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa sehingga guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Pentingnya mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa sejak dini karena: 1. Perhitungan angka selalu digunakan dalam segi kehidupan. 2. Hampir semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika sesuai bidang tertentu. 3. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, teliti dan kritis siswa. 2.1.1.4 Standar Kompetensi Matematika Untuk mencapai tujuan suatu pembelajaran diperlukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah sesuai dengan kurikulum. Standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas III semester 2 disajikan lebih rinci dalam tabel, sebagai berikut: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas III Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bilangan 3. Memahami pecahan 3.1 Mengenal pecahan sederhana sederhana dan penggu3.2 Membandingkan pecahan sederhana naannya dalam pemecahan 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan masalah dengan pecahan sederhana Geometri dan Pengukuran 4. Memahami unsur dan 4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sifat-sifat bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya sederhana 4.2 Mengidentikasi berbagai jenis dan besar sudut
13
5. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah
5.1 Menghitung keliling persegi dan persegi panjang 5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang 5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang
2.1.1.5 Ruang Lingkup Matematika Menurut Depdiknas (2006) mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Bilangan, (2) Geometri, (3) Pengolahan Data. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran. 2.1.2 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Nurgiyantoro (1988: 58) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru. Harold Spears (dalam Suprijono, 2011: 2) menyatakan Learning is to observe, toraed, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Suprijono (2011: 3) menyimpulkan belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Susanto (2013: 4) menyimpulkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
14
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Berdasarkan beberapa pengertian belajar peneliti menyimpulkan, belajar adalah suatu proses usaha seseorang secara sadar menunjukkan perubahan perilaku, mendapatkan pemahaman dari yang ‘tidak tahu’ menjadi ‘tahu’, serta hasil dari pengalaman. Hasil Belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011: 5). Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013: 13) mengemukakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Suprijono (2011: 7) menyatakan yang harus diingat, hasil belajar adalah prubahan perilaku secara keseluruhanbukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Slameto (2010: 17) mengemukakan hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Susanto (2013: 5) menarik kesimpulan tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yangterjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.... Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Peneliti menyimpulkan hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari
suatu
proses
yang
di
dalamnya
terlibat
sejumlah
faktor
yang
mempengaruhinya, hasil didapat dari tes pada setiap akhir pembelajaran, untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pembelajaran. 2.1.2.2 Faktor - faktor yang Memperngaruhi Hasil Belajar Sudjana (dalam Susanto, 2013: 15) bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor
15
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Slameto (2012: 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu (siswa) yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern dalah faktor yang ada di luar individu. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor - faktor Intern Faktor intern terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1) Faktor jasmani Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Pertama yaitu kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, proses belajar akan terganggu selain itu juga siswa cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan ngantuk. Kedua adalah cacat tubuh yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. 2) Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah: intelegansi/kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. a. Intelegansi/kecerdasan Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam merefleksi rangsangan atau menyesuaikan dirdi dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menetukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi individu semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. b. Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka sisawa mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
16
c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minta siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. d. Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik. e. Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar atau siswa mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. f. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). g. Kesiapan Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini timbuk dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. 3) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat mempengaruhi belajar, baik secara jasmani maupun rohani. 2. Faktor – faktor Ekstern Faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajar yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode beelajar dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat
17
Masyarakat merupakan faktor ekstren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. 2.1.3 Model Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy Berbantuan Media Flash Card 2.1.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning tipe TAI Mukarimah (2014: 72) menyatakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.... Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut di identikkan dengan strategi pembelajaran. Suprijono (2011: 54) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang angotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya Cooperative Learning sama dengan kerja kelompok (Rusman, 2013: 202). Menurut Roger (dalam Huda, 2011: 29) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok–kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajaranya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain. Slavin dalam Rusman (2013: 201) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mengalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kepompok. Riyanto (2010: 267) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik
18
(academic
skill),
sekaligus
keterampilan
sosial
(social
skill)
termasuk
interpersonal skill. Menurut Rusman (2013: 205-207) pembelajaran cooperative mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama.... Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Secara Tim, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. 2. Didasarkan pada Manajeman Kooperatif, manajemen kooperatif memiliki 3 fungsi yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencana, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, (c) fungsi manajemen sebagai kontrol. 3. Kemauan untuk Bekerja Sama, tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. 4. Keterampilan Bekerja Sama, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2011: 54). Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri (Rusman, 2013: 201). Suprijono (2011: 65) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut: Tabel 2.2 Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru Fase 1 : Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa siap belajar mempersiapkan siswa Fase 2 : Present information Mempresentasikan informasi kepada Menyajikan informasi siswa secara verbal Fase 3 : Organize students into Memberikan penjelasan kepada siswa learning teams tentang tata cara pembentukan tim Mengorganisir siswa ke dalam belajar dan membantu kelompok tim-tim belajar melakukan transisi yang efisien
19
Fase 4 : Assist team work and studeny Membantu kerja tim dan belajar Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau Penghargaan
Pembelajaran Cooperative sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, mempunyai tujuan, tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan belajar berkelompok secara Cooperative, siswa dilatih dan di biasakan untuk saling berbagi pengetahuan, tanggung jawab, tugas dan pengalaman. Jadi peneliti menyimpulkan
model
pembelajaran
Cooperative
merupakan
kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk saling bekerja sama
dan
bertanggung jawab membantu memecahkan permasalahan. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikkologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdaasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011: 46). Slavin dalam Miftahul Huda (2013: 200) menyatakan Team Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasi pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik. TAI
(Team
Assisted
Individualization)
adalah
salah
satu
jenis
pembelajaran (Cooperative Learning). Frase Team Assisted Individualization dapat di terjamahkan sebagai “Bantuan Individual Kelompok (BiDaK)”. Model Pembelajaran TAI ini sering pula dimaknai sebagai Team Accelerated Instcuction. 2.1.3.2 Langkah–langkah Penerapan Model TAI Rusman (2013: 404) memaparkan bentuk pembelajaran TAI ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan
20
pembelajaran individual. Slavin (dalam Isjoni dkk, 2007: 68) membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa bentuk, yaitu: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournaments (TGT), Teams Assisted
Individualization
(TAI),
Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition (CIRC), dan Jigsaw. Fathurrohman (2015: 78) mengemukakan adapun tahapan rancangan penerapan model kooperatif tipe TAI pada sebuah pokok bahasan menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI Unsur Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI 1. Teams 1) Pembentukan kelompok di mana siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang. 2. Placement Test 2) Prosedur pembentukan kelompok berdasar pretes himpunan dan dirangking berdasarkan perolehan nilai. 3. Teaching Group 3) a. Pembagian handout dan LKS untuk masingmasing siswa. b. penjelasan secara singkat pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan itu oleh guru. 4. Student Creative 4) Siswa akan belajar secara individu materi yang terdapat pada handout dan mengerjakan soal-soal yang terdapat LKS. 5. Teamm Study 5) Siswa berdiskusi tentang materi dan mengoreksi jawaban LKS dengan teman satu kelompok. 6. Whole-Class Units 6) a. Perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. b. Kelompok lain memberikan tanggapan pertanyaan. c. Evaluasi hasil diskusi dan penyempurnaan jawaban siswa oleh guru. 7. Facts Test 7) Pelaksanaan tes akhir dan siswa mengerjakannya secara individu. 8. Team Scores and 8) Pengumuman skor tiap kelompok selama satu siklus Team Recognition penetapan dan pemberian penghargaan bagi kelompok super, kelompok hebat, dan kelompok baik.
21
Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang terbukti kurang efektif, selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok (Huda, 2013: 200). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan interaksi sosial antara peserta didik yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi dengan yang lebih rendah.... Efek pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui tipe TAI ini adalah pembimbingan masing-masing individu dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014: 71). 2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model TAI Menurut Slavin (2005: 190) kelebihan dari model pembelajaran Team Assisted Individualy adalah: 1. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. 2. Melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang heterogen. 3. Memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasional yang cukup sederhana. 4. Memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, tanpa jalan pintas. 5. Memungkinkan siswa untuk bekerja sama sengan siswa-siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap positif di antara mereka. 6. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru. Sementara kekurangan dari model pembelajaran Team Assisted Individualy adalah: 1. Waktu yang diberikan guru perlu membatasi untuk meminimalisasi siswa yang bermain-main. 2. Dalam melakukan kegiatan memerlukan bimbingan dari guru. 3. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran. 4. Sulitnya mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan berbeda berdasarkan segi akademis.
22
5. Jumlah siswa yang terlalu besar dalam kelas, guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan pada siswa. 6. Kemampuan siswa yang akademisnya tinggi tidak terbiasa dalam memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya 2.1.3.4 Media Pembelajaran Flash Card Menurut Rusman (2013: 134) pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. GURU TUJUAN
PENETAPAN ISI DAN METODE
SISWA MEDIA
Gambar 2.1 Pola Pembelajaran Guru dan Media menurut Barry Morris Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran (Sukayati dan Suharjana, 2009: 6). Gerlach dan Ely (dalam Sanjaya 2006: 161) mengemukakan a medium, conceived is any person, material or event that establihs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude. Gagne (dalam Sadiman dkk, 2012: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (dalam Sadiman dkk, 2012: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Mukarimah (2013: 154) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk menggunakan Flash card untuk mengajar. Strategi mengajar Flash card ini, menggunakan teknik Constan Time Delay (CTD), banyak digunakan oleh guru pendidikan khusus dan reguler. Bahan Flash card adalah Kartu flash dengan
23
pertanyaan, masalah, gambar, kuis, teka-teki atau kata-kata. Langkah-langkahnya adalah: 1. Duduklah dengan nyaman menghadapi anak Anda. 2. Susun Flash card dalam urutan yang Anda inginkan. 3. Dari semua murid yang hadir, buatlah beberapa kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan, gambar, atau kalimat dalam Flash card tersebut. 4. Pilih dan bagikan Flash card yang sudah tersedia sesuai dengan mata pelajarannya. 5. Anda bisa gunakan timer atau memilih siapa yang tercepat di antara kelompok yang bisa menjawab. 6. Kelompok yang tidak bisa menjawab pertanyaan, masalah, gambar, kuis, teka-teki atau kata-kata harus terus berdiskusi sampai dapat. 7. Teman-teman lain memberi dukungan semangat. 8. Jika waktu sudah habis tanpa kelompok tersebut bisa menjawab maka kelompok tersebut bisa mengambil tumpukan Flash card yang lain. Poin terbanyak diberikan pada kelompok yang selalu bisa menjawab dengan cepat. Flash card merupakan media yang dapat sebagai alat untuk membantu penyampaian pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa yang dipadukan dengan permainan. Dalam penelitian ini media Flash Card dibuat kedalam empat karakter untuk menarik perhatian siswa. Untuk Flash Card pertama diberi nama Junior, kedua bernama Ninja, lalu ketiga Sherif, dan Flash Card terakhir bernama Polisi. Permainan Flash Card diberikan untuk siswa pada setiap pertemuan kedua disetiap siklusnya. Dalam menggunakan Flash Card siswa diminta untuk mematuhi cara permainannya. Pada pertemuan pertama setelah siswa dibagi kedalam kelompok kecil, setiap kelompok diberikan 4 kali kesempatan Flash Card dan harus menjawab dengan benar setiap Flash Card agar dapat melanjutkan ke Flash Card berikutnya. Setiap Flash Card memiliki tingkat kesukaran semakin tinggi. Kelompok yang mampu bekerja sama dengan baik dan menjawab semua Flash Card dengan benar mendapatkan point. Sedangkan untuk pertemuan kedua didalam permainan setiap kelompok diberi lembar kerja kelompok. Siswa diminta menuliskan angka 1 sampai 9 secara acak atau bebas pada tiap kotak yang ada dilembar kerja kelompok yang sudah dibagikan. Guru membacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di
24
dalam kotak yang nomornya telah disebutkan guru. Kelompok yang dapat membentuk vertikal atau horizontal atau diagonal dari jawaban-jawaban yang benar maka menjadi pemenang dalam permainan dan mendapatkan reward dari guru. Melalui permainan Flash Card suasana kelas tidak membosankan, serta dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran. Pemakaian media pembelajaran juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dengan pembelajaran yang menyenangkan dapat membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. 2.1.3.5 Implementasi Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy Berbantuan Media Flash Card Penerapan Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy berbantuan media Flash Card dapat dilakukan melalui langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal a. Membuka pelajaran dengan berdoa, mengucap salam dan melakukan absensi. b. Melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi yang diajarkan. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Siswa dibentuk kelompok kecil secara heterogen oleh guru, terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih berdasarkan nilai tes sebelumnya. b. Siswa mengerjakan tugas LKS secara individu dalam kelompok. c. Siswa yang telah selesai mengerjakan LKS diberi kesempatan saling mengoreksi jawaban teman dalam kelompok dan membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS. d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil LKS dikelas. e. Siswa bersama guru meluruskan hasil LKS.
25
f. Guru membagikan setiap kelompok Flash Card pada masing-masing siswa. g. Siswa mendengarkan peraturan yang diberikan guru dalam menggunakan media Flash Card. h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang kompak dan menjawab dengan benar semua Flash Card dengan waktu yang cepat. 3. Kegiatan Penutup a. Melakukan refleksi pembelajaran. b. Melakukan evaluasi dengan memberikan soal terkait materi yang dipelajari. c.
Memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk dikerjakan dirumah.
d. Menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucap salam. 2.1.4 Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy Berbantuan Media Flash Card Keefektifan suatu pembelajaran terlihat pada hasil belajar yang diperoleh siswa, termasuk dalam pembelajaran matamatika. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika disebabkan oleh beberapa hal, seperti pemilihan metode pembelajaran yang guru gunakan kurang efektif, siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, serta media pembelajaran yang jarang digunakan oleh guru karna lebih terpaku pada buku paket. Guru hendaknya memfasilitasi siswa dalam suasana belajar yang aktif dan inovatif, dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa tidak akan merasa jenuh. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar matematika dapat membangkitkan antusias siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy berbantuan media Flash Card merupakan pembelajaran secara berkelompok yang memberikan peluang untuk siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa diminta bekerja sama membantu temannya yang kesulitan memahami materi. Pembelajaran akan dipadukan dengan permainan sehingga siswa lebih antusias. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy
26
dipadukan dengan Flash Card ini, digunakan oleh peneliti sebagai media permainan dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat mernarik perhatian siswa, tidak membuat siswa jenuh dan menjadikan siswa lebih antusias. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Sulastri Estiningsih (2013), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan
Bilangan
Bulat
Menggunakan
Model
Team
Assistied
Individualization Kolaborasi Dengan Media Keping Warna Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Sewurejo Tahun Pelajaran 2012/2013”. Peningkatan keaktifan belajar tersebut dapat dilihat dari aspek: (1) Siswa bekerja sama dalam kelompok dari 5 siswa atau 17% sebelum tindakan, meningkat menjadi 26 siswa atau 87% setelah tindakan; (2) Siswa menghargai pendapat teman dari 12 siswa atau 40% sebelum tindakan, meningkat menjadi 26 siswa atau 87% setelah tindakan; (3) Siswa berani mengungkapkan pendapat atau jawaban di muka kelas dari 5 siswa atau 17 sebelum tindakan, meningkat menjadi 25 siswa atau 83% setelah tindakan; (4) Siswa menjawab pertanyaan atau jawaban dari guru dengan mengacungkan jari terlebih dahulu dari 12 siswa atau 40% sebelum tindakan, meningkat menjadi 25 siswa atau 83% setelah tindakan. Persamaan dari penelitian ini adalah mata pelajaran matematika, model pembelajaran yang digunakan, serat berbantuan media. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel y, kelas dan bentuk media yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan media keping warna. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Sri Munarsih (2012) mahasiswa FKIP universitas Satya Wacana Salatiga dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TAI (Team Assisted Individualization) bagi Siswa Kelas IV SDN Sembung 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.” Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sembung 01 Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012 sejumlah 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa
27
perempuan. Pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik tes, observasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes formatif yang mengalami peningkatan. Tingkat ketuntasan pada kondisi awal adalah 40%, siklus I 70% dan pada siklus II tingkat ketuntasan menjadi 100%. Persamaan dari penelitian ini adalah mata pelajaran matematika, model pembelajaran TAI yang digunakan, serta variabel y yang diteliti. Sedangkan perbedaannya terdapat pada kelas yang digunakan dan berbantuan media. Penelitian yang dilakukan Sri Munarsih menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Akbar Kurniawati Sabah (2013) mahasiswa FKIP universitas Satya Wacana Salatiga dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.” menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar sebagian besar siswa pada mata pelajaran matematika belum mencapai nilai KKM = 65. Pada Pra Siklus sebesar 25%, pada Siklus I sebesar 41,67%, dan pada Siklus II sebesar 83,33%. Persamaan dari penelitian ini adalah mata pelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan, sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel y, kelas dan media yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan dua variabel y yaitu motivasi beajar dan hasil belajar, namun tidak menggunakan bantuan media. 2.3 Kerangka Berpikir Faktor penyebab kegagalan dalam proses pembelajaran matematika pada kelas III SD Gedong 03 Banyubiru adalah penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sangat kurang, guru masih mendominasi proses pembelajaran akibatnya
siswa
cenderung
bersifat
pasif
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, dan kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pelajaran menyebabkan hasil belajar siswa masih banyak yang dibawah KKM. Maka dari
28
itu sudah selayaknya seorang guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik untuk siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih dapat menyerap materi pembelajaran yang diajarkan. Menyikapi hal ini, peneliti menilai perlu diterapkan metode pembelajaran kooperatif melalui Team Assisted Individualy. Diharapkan juga siswa berani berinteraksi dan bekerja sama dalam memecahkan masalah hitungan. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru. Guru perlu menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualy. Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy dengan hasil belajar siswa dapat di gambarkan sebagai berikut: Kondisi awal
Tindakan Model Team Assisted Individualy + Media Flash Card
Kondisi akhir
Pembelajaran masih konvensional
Menggunakan model Team Assisted Individualy: 1. Siswa dibagi dalam kelompok 2. Melakukan kegiatan kooperatif 3. Evaluasi 4. Penghargaan
Hasil belajar siswa meningkat (80%) ≥ KKM
Siswa kurang berhasil KKM < 65
Siklus I hasil belajar siswa meningkat tetapi belum tuntas
Siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan tuntas
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika KD 5.1: Menghitung Luas dan Keliling Persegi dan Persegi Panjang dengan model TAI
29
Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tangung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen (Slavin, 2005: 189). 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai
berikut: Pembelajaran dengan
menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy berbantuan media Flash Card dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.