BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Penelitian yang Relevan Berdasarkan hasil penelusuran pada perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo dan Fakultas Sastra dan Budaya ditemukan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Retnomawati “ Kemampuan Peserta Didik dalam Menulis Resensi Cerpen di Kelas XI SMP Negeri Dumoga”. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan peserta didik dalam menulis resensi cerpen berdasarkan langkah-langkah resensi dan bagaimana kemampuan peserta didik dalam menulis unsur-unsur intrinsik cerpen. Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini : (1) kemampuan peserta didik menulis resensi cerpen berdasarkan langkah-langkah mencapai nilai rata- rata 79,45 %; dan (2) kemampuan peserta didik menentukan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen mencapai nilai 71,77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis resensi cerpen sudah menunjukkan kemampuan yang maksimal, meskipun ada sebagian siswa yang belum mampu. Penelitian di atas mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Persamaan antara penelitian Dwi Retnowati dengan penelitian ini yaitu kemampuan menulis resensi sedangkan perbedaanya adalah terdapat pada objeknya. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Retnowati yaitu pada peserta didik
SMP sedangkan
penelitian ini pada peserta didik SMA. Penelitian tersebut lebih dititikberatkan
pada langkah-langkah dan menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen sedangkan dalam penelitian ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip penulisan resensi buku. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nikson Rasyid “Kemampuan Peserta Didik Meresensi Buku Pengetahuan Kelas III/A di SMP Negeri 1 Buntulia Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato”. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut adalah bagaimana kemampuan peserta didik meresensi buku pengetahuan berbahasa dan bersastra Indonesia dan kendala apa yang dihadapi peserta didik meresensi buku pengetahuan berbahasa dan bersastra Indonesia. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik meresensi buku pengetahuan berbahasa dan bersastra Indonesia mencapai nilai rata-rata 71%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis resensi cerpen sudah menunjukkan kemampuan yang maksimal, meskipun ada sebagian siswa yang belum mampu. Berdasarkan penelitian di atas terdapat relevansi dengan penelitiann ini. Persamaan antara penelitian Nikson Rasyid dengan penelitian ini adalah kemampuan menulis resensi sedangkan perbedaanya terdapat pada objek. Penelitian yang dilakukan oleh Nikson Rasyid yaitu pada siswa SMP sedangkan penelitian ini pada siswa SMA. Penelitian tersebut lebih dititikberatkan pada tahap-tahap menulis resensi dan kendala-kendala dalam menulis resensi sedangkan dalam penelitian ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip penulisan resensi itu sendiri.
2.2 Hakikat Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu (Abdillah dan Prasetia 2000: 412). Sedangkan menurut Stephen P. Robins dan Timonty A. Judge ( dalam http://ian43.wordpress.com2010/12/23 /pengertiankemampuan/) Kemampuan atau (ablity) berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan intelektual adalah merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas mental (berpikir, nalar, dan memecahkan masalah). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah penguasaan, kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam melakukan suatu pekerjaan.
2.3 Pengertian Resensi Buku Banyak istilah yang digunakan dalam sebuah majalah maupun surat kabar untuk merujuk pada sebuah resensi. Ada surat kabar yang menyebutkan sebuah resensi dengan ulasan. Ada juga yang menyebutkan resensi buku dengan timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan buku, atau bedah buku. Istilahistilah tersebut bisa dipakai. Keraf (dalam Tukan, 2007:82) menjelaskan bahwa resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Berdasarkan makna kata asalnya, resensi diartikan melihat kembali, menimbang atau menilai. Hal tersebut mengacu pada mengulas sebuah buku.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa resensi merupakan salah satu upaya menghargai tulisan atau karya orang lain dengan cara memberikan komentar secara objektif. Dalam hal ini harus dihindari sejauh mungkin sifat subjektivitas penulis resensi terhadap bahan yang akan diresensi atau rasa senang dan tidak senang terhadap seseorang. Selain itu, penulis resensi harus memiliki wawasan yang cukup tentang bahan yang akan diresensi. Menulis resensi sebagai salah satu upaya memperkenalkan suatu buku kepada orang lain yang belum membaca buku tersebut sehingga setelah membaca resensi, orang tersebut tergerak hatinya untuk membaca karya orang lain. Dengan demikian, tujuan meresensi menjadi meluas, di antaranya sebagai alat promosi suatu karya kepada khalayak yang belum mengetahui karya tersebut. Saat ini, selain resensi buku dikenal juga resensi film, resensi drama, resensi musik atau kaset dan sebagainya. Resensi dimaksudkan untuk memberitahukan kepada khalayak pembaca tentang kehadiran sebuah buku baru dari segi waktu penerbitan maupun temanya. Namun itu tidak berarti buku lama tidak layak untuk diresensi. Buku lama yang isi atau temanya sudah lama kembali menjadi relevan dengan situasi aktual saat ini, juga sangat baik untuk diresensi. Dasar- dasar resensi yang dikemukakan oleh Samsul (dalam Kuncoro 2010: 35-36) yaitu: a) Memahami atau menangkap tujuan (maksud) pengarang dengan karya yang dibuatnya. Berhasil atau tidaknya kita menangkap tujuan penulis akan menentukan bagus atau tidaknya resensi kita.
b) Memiliki tujuan dalam meresensi buku. Tujuan itu berupa mengajak orangorang untuk membaca buku itu, ataupun sebagai kritik dan masukan bagi penulis. c) Harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman pembaca. d) Mempunyai pengetahuan dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolok ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku.
2.3 Tujuan Resensi Buku Tidak ada sebuah tulisan yang tanpa memiliki tujuan, begitu pula dengan menulis resensi buku. Rosidi (2009: 65) menyebutkan beberapa tujuan resensi yang ditinjau dari beberapa sudut kepentingan, misalnya dari kepentingan penerbit, penulis buku, penulis resensi, maupun dari kepentingan pembaca. Dari kepentingan penerbit, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut: a)
Sebagai alat promosi buku-buku yang baru diterbitkan. Dengan adanya resensi penerbit akan merasa terbantu karena buku yang diterbitkan telah diperkenalkan kepad para pembaca. Melalui resensi, pembaca dapat mengetahui adanya buku baru dan mungkin sesuai dengan kebutuhan dirinya.
b) Untuk mendapatkan kebutuhan finansial. Penerbit yang bukunya diresensi akan merasa senang karena buku yang diterbitkan akan segera laku. Dengan demikian, penerbit akan segera menerbitkan kembali buku tersebut pada cetakan berikutnya sehingga penerbit dapat mengeruk keuntungan lebih besar. Dari kepentingan penulis buku, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Sebagai bahan masukan untuk penulis buku selanjutnya karena dengan diresensinya buku yang ditulis akan diketahui kelemahan buku tersebut. b) Untuk mengetahui kualitas buku yang ditulis. c) Untuk menambah pendapatan karena dengan diresensinya buku yang ditulis, penulis buku akan cepat dikenal oleh pembaca. Dilihat dari kepentingan penulis, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut: a)
Untuk menambah wawasan penulis resensi karena dengan menulis resensi, seorang resensator harus membaca buku yang diresensi secara utuh.
b) Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis resensator. c)
Untuk meningkatkan kemampuan penulis resensi dalam memberi penilaian dan penghargaan terhadap isi suatu buku sehingga penilaian itu diketahui para pembaca.
d) Untuk
mendapatkan
keuntungan
finansial
karena
resensator
akan
mendapatkan imbalan dari redaktur surat kabar atau majalah apabila tulisan dimuat. Dilihat dari kepentingan pembaca, resensi buku memiliki tujuan sebagai berikut ini. a)
Untuk mendapatkan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b) Untuk memberi pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari pembaca atau tidak.
c)
Untuk mengetahui identitas buku yang patut dibaca, mulai dari judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit serta tebal buku.
d) Untuk mendapat bimbingan dari penulis resensi tentang buku yang pantas dibaca. e)
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul pada sebuah buku. Berdasarkan tujuan-tujuan di atas diharapkan dapat memperjelas
pengertian resensi dan dapat memberikan gambaran bagaimana seharusnya menulis resensi. Hal lain yang dapat diingat adalah publikasi karya tersebut. Tulisan resensi itu biasanya dimuat di surat kabar, majalah mingguan, majalah sekolah, tabloid, koran sekolah dan majalah dinding agar diketahui oleh para pembaca.
2.5 Unsur-Unsur Resensi Buku Dalam meresensi sebuah buku, persensi harus mengetahui unsur-unsur resensi. Samad (dalam Tukan, 2007: 82-83) menjelaskan unsur-unsur yang membangun resensi sebagai berikut: a. Membuat Judul Resensi Judul resensi dibuat semenarik mungkin dan yang lebih penting judul tersebut selaras dengan keseluruhan isi resensi. b. Menyusun Data Buku Data buku disusun sebagai berikut: 1) Judul buku 2) Pengarang
3) Penerbit 4) Tahun terbit 5) Tebal buku 6) Harga buku c. Membuat pembukaan Pembukaan dapat berisi hal-hal sebagai berikut: 1) Memperkenalkan siapa dan bagaimana pengarangnya, karya-karyanya, prestasinya, pendidikan atau karirnya. 2) Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang. 3) Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun pengarang orang lain. 4) Memaparkan keunikan buku. 5) Merumuskan tema buku. 6) Mengungkapkan kritik terhadap buku. 7) Mengungkapkan kesan terhadap buku. 8) Memperkenalkan penerbit. d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Tubuh atau isi resensi meliputi: 1) Isi buku secara singkat dan kronologis (sinopsis). 2) Ulasan buku secara singkat disertai kutipan secukupnya. 3) Keunggulan dan kelemahan buku. 4) Perumusan kerangka buku. 5) Tinjauan bahasa yang digunakan
6) Adanya kesalahan cetak. e. Penutup Resensi Buku Bagian penutup dapat berisi untuk siapa sebaiknya buku tersebut dan mengapa.
2.6 Prinsip-Prinsip Penulisan Resensi Prinsip-prinsip penulisan resensi hampir sama dengan unsur-unsur resensi yang telah dikemukakan di atas. Prinsip-prinsip penulisan resensi merupakan halhal yang harus diperhatikan dalam meresensi sebuah buku. Menurut Rosidi (2009: 61) prinsip-prinsip penulisan resensi yaitu : (1) judul resensi, (2) identitas buku yang diresensi, (3) sampul buku yang diresensi, (4) pengantar, (5) isi buku, (6) keunggulan dan kelemahan buku, dan (7) penutup yang berisi arahan kepada pembaca.
2.6.1 Judul Resensi Judul resensi tentunya berbeda dengan judul buku yang diresensi. Misalnya; Judul buku “Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan” apabila diresensi, resensinya dapat berbunyi “Bahasa, Media Massa, dan Kekuasaan”. Judul resensi diperlukan sebagai nama (tanda) yang menunjukkan wajah resensi itu sendiri. Untuk itu, judul resensi hendaknya: (1) provokatif (menarik), (2) tidak terlalu panjang
(usahakan
tidak
berupa kalimat), dan (3) sesuai dengan isi resensi.
Judul resnsi berarti wajah resensi itu sendiri yang pertama dibaca oleh pembaca (Samad, 1997:9). Oleh karena itu, judul hendaknya menarik perhatian dan mencerminkan isi resensi. Judul resensi yang menarik dapat merangsang keinginan orang lain untuk membaca buku yang diresensi. Judul resensi yang baik
dapat membuat orang lain penasaran karena ada beberapa kata dalam judul yang perlu mendapatkan penjelasan. Penggunaan kata tragedi akan lebih menarik dibanding dengan kata musibah. Begitu juga judul resensi Psikologi Anak ala Lindgren mungkin lebih menarik dibanding dengan judul Psikologi Anak. Hal itu disebabkan oleh adanya penggunaan kata Lindgren. Penggunaan kata tersebut dapat membuat keingintahuan pembaca terhadap maksud judul tersebut. Padahal, setelah
resensi
dibaca, yang dimaksud Lindgren adalah penulis buku tersebut.
Judul juga jangan sampai terlalu panjang, apalagi sampai dalam bentuk kalimat kompleks. Judul resensi cukup berupa klausa ataupun frasa saja. Dengan berupa klausa ataupun frasa, pembaca akan tergelitik untuk mengetahui isi resensi yang sebenarnya. Misalnya; judul resensi “Saya Ingin Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” terkesan terlalu panjang. Judul ini dapat diperbaiki menjadi “Penuntun Aplikasi CSR” yang terasa singkat dan lebih dapat menggelitik untuk membaca resensi secara utuh. Meskipun judul resensi telah provokatif dan tidak terlalu panjang, resensator juga perlu bertanya-tanya dalam hati apakah judul resensi yang dipilih sudah sesuai dengan isi resensi. Judul resensi yang tidak sesuai dengan isi tentunya dapat membuat pembaca merasa bingung dan merasa tertipu. Hal ini perlu dihindari oleh resenator.
2.6.2 Identitas Buku Bagian kedua dalam sebuah resensi buku adalah identitas buku. Identitas buku yang perlu dicantumkan dalam sebuah resensi meliputi: judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, kota penerbitan, ukuran buku (bila perlu), dan
jumlah halaman buku yang diresensi. Data ini akan memberikan gambaran yang jelas pada pembaca resensi yang tertarik untuk memiliki dan membaca buku tersebut. Hal yang tidak perlu dicantumkan dalam identitas buku adalah harga buku. Hal itu disebabkan oleh harga buku pada setiap toko buku tentunya berbeda-beda. Bagaimana dengan penulisan judul dan pengarang buku dalam resensi? Apabila buku yang diresensi berupa buku terjemahan, perlu juga menuliskan judul aslinya. Begitu juga dengan pengarangnya, pengarang asli buku terjemahan juga perlu dituliskan. Apabila dalam buku tersebut
ada editor atau
penyuntingannya, hal itu juga perlu dituliskan dalam identitas buku sehingga informasi tentang buku itu lengkap dan dapat diketahui oleh pembaca resensi.
2.6.3 Sampul Buku Sampul buku merupakan bagian dari identitas buku yang perlu disampaikan kepada pembaca resensi. Sampul buku pada resensi dapat di-scan agar tampak lebih menarik dan lebih mirip dengan sampul aslinya. Dengan menampilkan sampul buku diharapkan dapat mempermudah calon pembeli untuk mendapatkan buku yang dicari.
2.6.4 Pembuka Resensi Sebelum masuk pada substansi buku yang diresensi, perlu memberikan pembuka yang berfungsi untuk mempersiapkan para pembaca terhadap apa yang akan dibaca dalam resensi. Kegiatan awal yang membutuhkan keterampilan khusus pada diri resensator adalah menguraikan atau memaparkan sebuah
pembuka resensi yang menarik. Menariknya sebuah pembuka dalam sebuah resensi diharapkan dapat membangkitkan semangat seseorang utuk membaca resensi secara utuh. Untuk itu, seorang resensator harus benar-benar terampil dalam menuliskan sebuah pembuka resensi. Lead atau pembuka dalam meresensi buku dapat dimulai dengan memaparkan serba sedikit tentang pengarang buku, seperti namanya atau boleh juga disebutkan nama prestasi terutama yang berkaitan dengan topik buku itu. Perkenalan pengarang cukup singkat karena yang lebih penting adalah masalah yang dibahas dalam buku itu. Menuliskan sebuah pembuka dalam sebuah resensi bak mengucapkan kata cinta pertama kali kepada kekasih. Akan tetapi, apabila sudah terucap, selanjutnya akan lancar-lancar saja. Begitu juga dengan menuliskan sebuah pembuka resensi. Mulailah dengan apa dengan apa yang ingin diungkapkan, misalnya memaparkan tentang tentang pengarang buku, seperti: nama lengkap, asal, prestasi, kekhasan, buku-buku yang pernah ditulis, pendidikan, dan asal pengarang. Contoh : Siapa yang tidak mengenal sosok Amir Hamzah. Seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru yang banyak menelorkan puisi-puisi cinta dan religi. Sosok sastrawan yang sangat cinta dengan tanah airnya sehingga puisi-puisinya tak jarang dihiasi dengan kata-kata daerah asalnya. Penyair yang sangat produktif dengan berbagai karya puisinya, misalnya Padamu Jua, Ibuku Dahulu, dan Karena Kasihmu.
Pembuka resensi dapat pula diisi dengan keunikan buku yang diresensi dari segi bentuk dan ukuran buku, tema, kemewahan cetakan, atau jenis kertas yang digunakan. Selain itu, resensator dalam pembuka resensi dapat pula mengungkapkan kesan pertama yang muncul setelah melihat buku yang akan diresensi, uraian tentang penerbit buku, memulai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan tema buku, menampilkan sebuah dialog dengan pembaca, atau membandingkan buku yang diresensi dengan buku yang sejenis. Yang jelas, usahakan muncul kemenarikan pada diri pembaca resensi di awal-awal membaca resensi sehingga mau berlama-lama untuk menyelami isi resensi secara utuh.
2.6.5 Isi Buku Setelah berhasil menuliskan pembuka resensi yang menarik, resensator perlu mengungkapkan sinopsis isi buku yang diresensi. Kegiatan ini membutuhkan tenaga ekstra pada diri resensator karena harus membaca buku yang diresensi sampai tuntas. Tidak cukup dengan membaca saja, resensator hendaknya perlu memahami isi buku tersebut. Bagian resensi yang memaparkan isi buku ini berisi pokok-pokok isi buku secara garis besar sehingga pembaca dapat memahami isinya dengan cepat. Dalam mengungkapkan isi pokok buku yang diresensi, seorang resensator dapat melakukan dengan cara menuliskan isi pokok secara berurutan sesuai dengan urutan uraian dalam buku yang diresensi. Apabila ini dilakukan, resensator dapat menampilkan halaman buku yang berisi pokok tersebut. Sebaiknya, apabila resensator tidak memperhatikan urutan dalam mengungkapkan isi pokok buku yang diresensi, resensator tidak perlu mencantumkan halaman.
2.6.6 Penilaian Penilaian tentang keunggulan dan kelemahan buku yang diresensi perlu ada dalam sebuah resensi. Disinilah yang membedakan resensi dengan bentuk tulisan lain, misalnya apresiasi. Dalam resensi selalu dipaparkan pemberian penilaian secara objektif tentang bahasa yang digunakan, kelancaran penjelasan, pembatasan bab, kelengkapan isi, kualitas pencetakan dan sebagainya. Paparan tentang keunggulan buku perlu mendapatkan penekanan lebih dibanding dengan kelemahan buku. Hal itu disebabkan oleh tujuan utama dari sebuah resnsi adalah sebagai alat promosi. Apabila seorang resensator lebih banyak mengungkapkan kelemahan buku justru akan merugikan penerbit dan penulis buku tersebut. Seorang resensator dapat menilai keunggulan buku dari segi penggunaan bahasa maupun kelancaran penjelasan melalui kegiatan membandingkan dengan buku yang sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang yang sama atau dengan pengarang yang berbeda. Misalnya dengan kalimat: buku ini tampaknya lebih dapat diterima oleh pembaca karena selalu memberikan contoh-contoh konkret tentang berbagai bentuk tulisan. Hal itu tidak ditemukan pada bukubuku lain yang sejenis.
2.6.7 Akhir Resensi Selain sebagai alat promosi, tujuan resensi adalah untuk mengarahkan pembaca terhadap buku yang perlu dibaca. Untuk itu, di akhir resensi seorang resensator hendaknya dapat menunjukkan sasaran buku ini, apakah untuk orang tua, anak-anak, para remaja, untuk ahli gizi, untuk para pendidik, atau untuk
umum. Hal itu perlu diungkapkan secara eksplisit. Resensator hendaknya juga mampu memaparkan tentang alasan sasaran tersebut. Dengan alasan yang kuat diharapkan dapat menggelitik pembaca dari kalangan tertentu untuk membeli buku yang diresensi. Hanya saja, dalam sebuah resensi, dapat pula resensator mengakhiri dengan ajakan sekaligus pesan pengarang terhadap organisasi/instansi yang dibahas dalam resensi. Resensator dapat pula mengakhiri resensinya dengan sebuah kesimpulan. Pendek kata, akhir sebuah resensi memang pada umumnya berisi sasaran pembaca, tetapi dapat juga dengan yang lain.
2.5 Langkah-Langkah Menulis Resensi Sebelum melakukan resensi terhadap suatu buku resensator harus memperhatikan langkah-langkah dalam menulis resensi. Menurut Samad (1997: 6) ada 6 langkah dalam menulis resensi yaitu: a.
Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi. 1) Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi buku. 2) Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan dimana diterbitkan buku itu, tebal (jumlah bab dan halaman) ormat hinga harga. 3) Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan , reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis hingga mengapa ia sampai menulis buku itu. 4) Buku itu termasuk buku golongan yang mana: ekonomi, teknik, politik, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa an sastra.
b.
Membaca buku yang diresensi secara komprehensif, cermat dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara cepat dan akurat.
c.
Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
d.
Memuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi.
e.
Menentukan sikap dan menilai hal-hal beriut: 1) Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya dan bagaimana dinamikanya. 2) Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian datanya dan bagaimana kreaktifitas pemikirannya. 3) Bahasa ; bagaimana EYD yang diterapkan, bagaimana kalimat dan penggunaan katanya, terutama untuk buku ilmiah. 4) Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).
f.
Mengoreksi dan merefisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.