BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Zaki Baridwan (2000:1) akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan Akuntansi menurut Kieso & Weygandt (2001:2) dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang kegiatan. Sebagai aktivitas jasa, akuntansi memberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, informasi kuantitatif yang membantu di dalam mengambil keputusan mengenai pelepasan dan penggunaan sumber daya di dalam kesatuan bisnis dan juga bukan bisnis. Sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif atau analitis, akuntansi mengidentifikasikan sejumlah besar kejadian dan transaksi yang merupakan ciri dari aktivitas ekonomi. Melalui pengukuran, klasifikasi dan pengikhtisaran, akuntansi menyusutkan data tersebut menjadi pos-pos yang relatif sedikit, sangat penting dan saling berkaitan, bila dirakit dan disusun dengan
tepat, akan
menggambarkan kondisi keuangan, hasil operasi dan arus kas dari suatu kesatuan ekonomi tertentu. Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu perusahaan bisnis atau kesatuan lain kepada beraneka ragam
pihak
yang keputusan dan tindakannya berkaitan dengan
aktivitas tersebut. Dari
berbagai definisi akuntansi tersebut maka dapat dibuat kesimpulan, akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan suatu organisasi dengan cara-cara tertentu yang sistematis serta penafsiran terhadap hasilnya. Dalam SAK (2004:20) diatur hal-hal pokok yang menjadi pedoman dalam perlakuan akuntansi, yaitu 1)
Pengakuan Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laporan laba-rugi. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. a. Pengakuan aktiva Aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya dimasa depan diperoleh perusahaan dan aktiva mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. b. Pengakuan kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Pengakuan Penghasilan Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. d. Pengakuan beban Beban diakui dalam laporan laba-rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. 2)
Pengukuran Dalam SAK (2004;23) disebutkan pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan labarugi. Dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Biaya Historis Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
b. Biaya Kini (current cost) Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang. c. Nilai Realisasi / Penyelesaian Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. d. Nilai Sekarang (present value) Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan kenilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih dimasa depan yang didiskontokan kenilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. 3)
Penyajian Penyajian berbagai unsur laporan keuangan memerlukan proses subklasifikasi, misalnya aktiva dapat diklasifikasikan menurut ukuran likuiditas dan kewajiban diklasifikasikan menurut jatuh temponya dengan tujuan penyajian laporan keuangan yang wajar dan dapat dipercaya oleh pemakai laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan penjelasan perlakuan akuntansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perlakuan akuntansi, yaitu perbuatan yang dikenakan terhadap suatu proses pencatatan, pengidentifikasian, pengklasifikasian serta peringkasan suatu transaksitransaksi yang bersifat finansial yang selanjutnya akan dilaporkan sebagai informasi-informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2.1.2 Asumsi Dasar Akuntansi Menurut SAK (2004;6) asumsi dasar akuntansi : 1) Dasar Akrual Laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan. 2) Kelangsungan Usaha Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
2.1.3 Pengertian Piutang Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan. Penjualan oleh perusahaan dapat dilakukan secara tunai atau secara kredit. Penjualan secara tunai akan mengembalikan kas secara cepat dan kas dapat digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Penjualan kredit akan menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kredit paling sedikit melibatkan dua pihak yaitu kreditur merupakan pihak yang menjual barang atau jasa dan memperoleh piutang, dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan utang. Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain secara kredit. Menurut Al Haryono Jusup ( 2003;52 ) mendefinisikan piutang sebagai hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit. 2.1.4 Klasifikasi Piutang Piutang ada dua jenis yaitu piutang usaha dan piutang wesel. Piutang usaha adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli kepada perusahaan. Piutang usaha umumnya berjangka waktu kurang dari setahun. Oleh karena itu piutang usaha dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar. Piutang usaha dibedakan dari pituang wesel ataupun piutang pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima) dan dari aktiva lain yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari, karena piutang usaha berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama. Selain itu jumlah rupiah yang dimasukkan sebagai piutang usaha harus dapat ditagih dalam jangka waktu normal yang tercermin dalam termin penjualan yang ditetapkan perusahaan.
Piutang wesel lebih formal bila dibandingkan dengan piutang usaha. Debitur (pihak yang harus membayar) dalam piutang wesel membuat suatu janji tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu tertentu di masa akan datang. Jangka waktu wesel bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari. Surat wesel yang dipegang oleh pihak kreditur menjadi tanda bukti adanya piutang wesel. Piutang wesel bisa juga timbul karena transaksi peminjaman uang. Peminjam (debitur) membuat surat janji untuk membayar pinjamannya beberapa waktu dimasa yang akan datang. Kadang-kadang pihak kreditur meminta jaminan berupa kekayaan tertentu atas peminjaman tersebut. Piutang wesel yang berjangka waktu satu tahun atau kurang dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi bila jangka waktunya melebihi satu tahun, maka diperlakukan sebagai piutang jangka panjang. Piutang lain-lain terdiri dari macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang usaha maupun piutang wesel. Dalam kategori ini termasuk di dalamnya piutang kepada karyawan perusahaan, direksi perusahaan, dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan. Pada umumnya piutang semacam ini termasuk piutang jangka panjang, tetapi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun dilaporkan sebagai aktiva lancar. Piutang wesel jangka panjang dan piutang lain-lain biasanya dilaporkan dalam neraca di bawah aktiva lancar, yaitu pada kelompok aktiva tak lancar sebelum aktiva tetap. 2.1.5 Pengakuan Piutang Usaha Piutang usaha dapat diakui pada saat terjadi pemindahaan hak atau serah terima atas barang yang dijual dari perusahaan kepada pembeli atau yang disebut dengan transfer
of title. Piutang usaha diakui berdasarkan nilai tukar dari aktiva yang dijual, antara dua pihak yang bebas yang melakukan transaksi. Nilai tukar ini adalah nilai yang akan dibayar oleh debitur pada saat yang telah ditentukan dan dibuktikan oleh bukti berupa dokumen yang disebut dengan faktur. Piutang usaha atas nilai tukar barang ditentukan adanya potongan tunai dan adanya elemen bunga. Piutang usaha yang timbul karena adanya penjualan kredit oleh perusahaan dan dicatat dalam jurnal sebagai berikut : Piutang usaha
XXX
Penjualan
XXX
( untuk mencatat transaksi penjualan kredit) Kas
XXX Piutang usaha
XXX
( untuk mencatat pembayaran piutang usaha ) 2.1.6 Penilaian Piutang Usaha Piutang usaha harus dicatat dan dilaporkan sebesar nilai kas (neto) yang bisa direalisasi yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat diterima. Jumlah atau nilai kas bersih yang dapat diterima adalah jumlah piutang bruto setelah dikurangi dengan taksiran jumlah (nilai) piutang yang tidak dapat diterima. Oleh karena itu penentuan nilai kas bersih yang diterima memerlukan penaksiran jumlah piutang yang tidak akan dapat diterima.
2.1.7 Kerugian Piutang (Piutang Tak Tertagih) Penjualan kredit disamping mendatangkan keuntungan, juga bisa membawa kerugian bagi perusahaan. Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik bagi calon pembeli sehingga volume penjualan akan meningkat yang berarti menaikkan pendapatan perusahaan. Di lain pihak penjualan secara kredit seringkali mendatangkan kerugian, yaitu apabila debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi dikenal dengan berbagai nama, seperti kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih, dan biaya piutang ragu-ragu. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tak tertagih dicatat dengan mendebet rekening Kerugian Piutang. Kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan risiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Ditinjau dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat. Kerugian piutang yang terlalu rendah memberi petunjuk bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaliknya kerugian piutang yang terlalu tinggi dapat diartikan bahwa kebijakan perusahaan terlalu longgar. 2.1.8 Metode Pencatatan Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu 1)
Metode cadangan Metode cadangan digunakan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi cukup besar jumlahnya. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah
a. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan. b. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima, dicatat dengan mendebet rekening Kerugian Piutang dan mengkredit rekening Cadangan Kerugian Piutang. c. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkredit rekening Piutang Dagang pada saat suatu piutang dihapus dari pembukuan. Pencatatan taksiran kerugian piutang adalah Kerugian Piutang
XXX
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Pencatatan Penghapusan Piutang Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Piutang Usaha
XXX
Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapus Piutang Usaha
XXX
Cadangan Kerugian Piutang ( untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus)
XXX
Kas
XXX Piutang Usaha
XXX
( untuk mencatat penerimaan kas ) Dasar yang digunakan dalam metode cadangan yaitu persentase dari penjualan dan persentase dari piutang. Persentase dari penjualan, menetapkan suatu hubungan persentase antara jumlah penjualan kredit dengan taksiran kerugian yang mungkin diderita karena adanya piutang tak tertagih. Dasar yang digunakan bisa berupa total penjualan kredit atau penjualan kredit bersih pada tahun berjalan. Persentase dari piutang, menetapkan suatu hubungan persentase anatara jumlah piutang dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih. Untuk menganalisis hal tersebut digunakan suatu daftar yang disebut daftar umur piutang. Dalam daftar ini debitur (konsumen) dikelompokkan berdasarkan masa lewat waktu, yaitu jangka waktu sejak piutang tersebut seharusnya diterima hingga tanggal pembuatan daftar umur piutang. Analisis ini disebut analisis umur piutang. Setelah daftar dibuat, maka taksiran kerugian piutang dapat ditentukan dengan cara menerapkan persentase yang didasarkan pada pengalaman pada masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang. 2) Metode Penghapusan Langsung Dengan metode penghapusan langsung maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Apabilan suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih, maka kerugian akibat piutang tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening Kerugian Piutang dan rekening Piutang Usaha dikredit.
2.1.9 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan menganalisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasilnya dapat diketahui oleh perusahaan dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut ( Munawir,1995:2). Menurut Baridwan (2000;17) laporan keuangan adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. 2.1.10 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna lapoaran dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya. (PSAK No. 1). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut , suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : aktiva, kewjaiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian dan arus kas.
2.1.11 Pemakai Laporan Keuangan Pihak-pihak
yang
berkepentingan
terhadap
posisi
keuangan
maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah : 1) Pemilik Perusahaan Pemilik perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan untuk menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaan dan kesuksesan manager dinilai dari laba yang diperoleh perusahaan. Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai di masa akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima. 2) Manager atau Pemimpin Perusahaan Posisi keuangan perusahaan yang lalu dapat dijadikan pedoman dalam menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. Bagi manajemen laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggung-jawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan. 3) Investor Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan karena untuk mengetahui prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan untuk mengetahui jaminan investasi dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.
4) Pemerintah Pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan, disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. 5) Karyawan Laporan keuangan sangat penting bagi karyawan untuk memperoleh tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih baik. Dengan melihat laporan keuangan dan hasil-hasil operasinya maka karyawan dapat menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan sehubungan dengan kelangsungan kerjanya. 6) Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 7) Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlidungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.12 Unsur Laporan Keuangan Dalam SAK (2004;12) laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah : 1)
Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan. Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif.
2)
Kewajiban Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. 3)
Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
2.1.13 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Dalam SAK (2004; 7) karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang memuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1) Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar 2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. 3) Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan, infromasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan. 4) Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.1.14 Komponen Laporan Keuangan Koperasi Menurut SAK (2004:27.12) komponen laporan keuangan koperasi terdiri dari : 1) Neraca Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu.
2) Perhitungan Hasil Usaha Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. 3) Laporan Arus Kas Menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu. 4) Laporan Promosi Ekonomi Anggota Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur, yaitu : a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama. b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama. c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU. Manfaat tersebut mancakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian SHU tahun berjalan. 5) Catatan Atas Laporan Keuangan Menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat :
a. Perlakuan akuntansi antara lain mengenai pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota, kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang dan dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non anggota. b. Pengungkapan informasi lain antara lain : kegiatan atau pelayanan utama koperasi, aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya, ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi, pengklasifikasian piutang dan hutang, aktiva yang dioperasikan dan aktiva yang diperoleh secara
hibah,
pembagian
SHU
dan
penggunaan
cadangan,
dan
penyelenggaraan rapat anggota. 2.1.15 Pengertian dan Pentingnya Persediaan Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laba-rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dalam laporan rugi laba, persediaan memegang peranan sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode. Manajemen persediaan yang efektif seringkali merupakan kunci keberhasilan operasi perusahaan. Manajemen berusaha untuk mempertahankan kuantitas dan jenis persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen, tapi di sisi lain manajemen juga harus menghindarkan biaya penyimpanan persediaan yang terlalu tinggi sebagai akibat penentuan persediaan yang tinggi. Manajemen harus berusaha berusaha untuk menjaga keseimbangan persediaan agar tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Persediaan yang terlalu tinggi akan menyebabkan biaya penyimpanan dan
pemeliharaan persediaan akan melambung sebaliknya persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan kekecewaan konsumen. Menurut SAK (2004;14.1) pengertian pesediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. 2.1.16 Pengukuran Persediaan dan Pengakuan Sebagai Beban Menurut SAK (2004;14.9) persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Biaya persediaan harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method) atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). Jika barang dalam perusahaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode dimana pendapatan atas penjualan tersebut diakui. Setiap penurunan persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persedian harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih,
harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. 2.1.17 Pengungkapan Persediaan Persediaan dalam laporan keuangan harus mengungkapan : 1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai. 2) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan. 3) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih. 4) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama suatu periode. 5) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai yang diturunkan. 6) Nilai tercatat perusahaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. 2.1.18 Sistem Pencatatan Persediaan 1) Sistem persediaan perpetual Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan barangnya. Jadi akuntansi persediaan akan selalu menunjukkan nilai persediaan pada setiap saat. Sistem perpetual juga memberikan tingkat pengendalian terhadap persediaan yang lebih akurat, karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu mencerminkan keadaan persediaan saat ini.
2) Sistem persediaan periodik Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimilikinya. Akibatnya, pada akhir periode, perusahaan melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persediaan di akhir periode. Angka inilah yang akan masuk ke dalam neraca. Sistem periodik disebut juga sistem fisik, karena sistem ini tergantung pada hasil perhitungan persediaan secara fisik pada setiap akhir periode. 2.1.19 Metode Harga Perolehan Persediaan Dasar utama akuntansi persediaan adalah harga perolehan. Harga perolehan meliputi
semua
pengeluaran
yang
diperlukan
untuk
mendapat
barang
dan
menempatkannya dalam kondisi yang siap untuk dijual. Harga perolehan persediaan bisa dipandang sebagai kumpulan harga perolehan yang terdiri dari dua elemen, yaitu harga perolehan persediaan awal dan harga perolehan barang yang dibeli selama periode yang bersangkutan. Jumlah kedua elemen ini sama dengan harga perolehan (harga pokok) barang yang tersedia untuk dijual. Pengalokasian harga perolehan akan berpengaruh terhadap neraca (persediaan akhir), maupun laporan rugi-laba (harga pokok penjualan). Secara umum bahwa tujuan utama akuntansi persediaan adalah agar penentuan laba bersih dapat dilakukan dengan tepat. Ini berarti bahwa tujuannya adalah untuk mencapai penandingan yang tepat antara biaya dengan pendapatan penjualan.
Menurut Al Haryono (2003;106) dalam akuntansi digunakan metode penentuan harga perolehan yang didasarkan pada aliran anggapan (bukan aliran fisik yang sesungguhnya), yaitu : 1)
First-in, first-out (FIFO) Metode FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dahulu dibeli, akan dijual lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang lebih dulu dibeli, dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu juga. Pada metode FIFO, persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari pembelian paling akhir dan bergerak mundur sampai semua unit dalam persediaan mendapat harga perolehan.
2)
Last-in, First-out (LIFO) Metode LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan dijual atau dikeluarkan lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Pada metode ini, persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari barang-barang yang dibeli paling awal dan kemudian bergerak maju, sampai semua unit yang ada dalam persediaan mendapatkan harga perolehan.
3) Metode Rata-Rata Bergerak Metode rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual adalah homogen. Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang.
2.1.20 Analisis Kinerja Keuangan Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dipergunakan untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan pada saat ini. Kekeuatan perusahaan harus dipahami jika hendak dimanfaatkan dengan tepat dan kelemahan perusahaan harus dikenali jika hendak dilakukan tindakan perbaikan. Selain itu analisis kinerja keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan. 2.1.21 Rasio - Rasio Keuangan Rasio-rasio yang menggambarkan efisiensi usaha pada koperasi adalah : 1) Tingkat perputaran modal usaha Tingkat perputaran modal usaha digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu. 2) Profit Margin Profit margin adalah perbandingan antara net operating income (NOI) dengan net sales (NS) dalam persen. Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan. 3) Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas ekonomis menggambarkan perusahaan dengan modal usaha yang dimiliki menghasilkan laba usaha sebelum pajak (SHU sebelum pajak). Rentabilitas ekonomis mengukur efisiensi penggunaan modal usaha yang dimiliki koperasi.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi dari penelitian ini, sebagai perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil topik yang hampir sama yang berkaitan dengan piutang usaha dan persediaan adalah: No
Nama
Judul
Teknik Analisis
Kesimpulan
1
Ni Kd Perlakuan Kualitatif Sandiasih Akuntansi dan Piutang Usaha Kuantitatif dan Persediaan serta Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan PT. Dasico Panca Rena
Perlakuan akuntansi piutang usaha dan persediaan PT. Dasico Panca Rena belum sesuai dengan SAK karena belum mampu menggambarkan nilai bersih dari piutang usaha yang benar-benar dapat direalisasikan dan tidak mengakui biaya persediaan sebagai penambah harga pokok penjualan dan penurunan nilai persediaan sebagai kerugian pada periode yang bersamgkutan sehingga diperlukan penyesuaianpenyesuaian yaitu terjadinya penurunan saldo aktiva dan pasiva sebesar Rp. 18.860.420,-.
2
Kadek Sri Perlakuan Kualitatif Aryati R Akuntansi dan Piutang Usaha Kuantitatif dan Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan PT. Tarumaslalita Denpasar
Perlakuan akuntansi piutang usaha PT. Tarumaslalita Denpasar tidak sesuai dengan SAK dan setelah dilakukan penyesuaian dengan SAK maka diperoleh adanya perbedaan jumlah piutang yang disajikan dalam neraca. Kemudian perbedaan tersebut mempengaruhi laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh manajemen perusahaan yaitu terjadinya penurunan jumlah piutang yang disajikan dalam
neraca dan laba bersih sebelum pajak masing-masing sebesar Rp. 17.571.530,50.
3
I Nym Pengukuran Kualitatif Darmayasa Nilai dan Persediaan Kuantitatif dan Penyajiannya pada Laporan Keuangan PT. Anugrah Denpasar
Pengukuran dan penyajian persediaan PT. Anugrah Denpasar tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, karena selama ini PT. Anugrah Denpasar mencatat nilai persediaan sebesar harga belinya tanpa memasukkan biaya-biaya yang dikeluarkan Agar pengukuran dan penyajian persediaan PT. Anugrah Denpasar sesuai dengan standar akuntansi keuangan maka diperlukan penyesuaian yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai persediaan akhir yang disajikan dalam neraca sebesar Rp.. 1.145.997,00.
Adapun yang menyamakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu samasama menggunakan variabel piutang usaha dan persediaan dalam penelitiannya. Sedangkan yang membedakannya adalah pada lokasi yang berbeda dimana jenis perusahaan yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya.