BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahan Ajar Adapun bagian-bagian dari bahan ajar yang harus diketahui yaitu sebagai berikut ini: 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Menurut Widodo & Jasmani (Lestari, 2012:1) bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasanbatasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Menurut Lestari (2013:2) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan (dalam hal ini adalah silabus perkuliahan, silabus mata pelajaran, dan/atau silabus mata diklat tergantung pada jenis pendidikan yang diselenggarakan) dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Menurut National Centre for Competency Based Training (Prastowo, 2011:16) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
15
16
dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011:17). Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang ditentukan. 2.1.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:40) terdapat beberapa kategori untuk jenis-jenis bahan ajar. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut berdasarkan bentuknya adalah . a. Bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa. b. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya kaset, radio, piringan hitam dan compact disk audio. c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.
17
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) contohnya, compact disk interactive. 2.1.3 Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Pembuatan Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:24) disebutkan bahwa fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta didik. 1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain: a. Menghemat waktu pendidik mengajar. b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik. e. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. 2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain: a. Siswa dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain. b. Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki. c. Siswa dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing. d. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. e. Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri.
18
f. Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. Menurut Prastowo (2011:27) adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi siswa. 1. Kegunaan bagi pendidik Ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik diantaranya sebagai berikut: a. Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat. c. Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan. 2. Kegunaan bagi siswa Menurut Prastowo (2011:27) ada tiga kegunaan bahan ajar bagi siswa diantaranya: a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. b. Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik. c. Peserta
didik
mendapatkan
kemudahan
kompetensi yang harus dikuasainya.
dalam
mempelajari
setiap
19
Menurut Prastowo (2011:26) tujuan pembuatan bahan ajar ada empat hal pokok, yaitu: a. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu. b. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik. c. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. 2.1.4 Keunggulan dan Keterbatasan Bahan Ajar Menurut Mulyasa (Lestari, 2012:8) ada beberapa keunggulan dan keterbatasan dari bahan ajar diantaranya sebagai berikut: 1. Berfokus pada kemampuan individual siswa, siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakantindakannya. 2. Adanya kontrol terhadap hasil belajar mengenai penggunaan standar kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa. 3. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaian di dalam bahan ajar siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperoleh. Sedangkan keterbatasan dari penggunaan bahan ajarantara lain: 1. Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu. 2. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen konvensional.
pendidikan
yang
sangat
berbeda
dari
pembelajaran
20
3. Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar pada umumnya cukup mahal berbeda dengan pembelajaran konvensional, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama dalam proses pembelajaran. 2.1.5 Komponen-Komponen Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:28) setidaknya ada enam komponen yang harus diketahui sebagaimana diuraikan dalam penjelasan berikut: 1. Petunjuk belajar Di dalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik mengajarkan materi kepada siswa dan bagaimana pula siswa mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut. 2. Kompetensi yang akan dicapai Menjelaskan tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa. 3. Informasi pendukung Merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan ajar, sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh. 4. Latihan-latihan Komponen ini merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar. 5. Petunjuk kerja atau lembar kerja Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar
21
kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas yang harus dilakukan siswa. 6. Evaluasi Suatu komponen evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran dengan bahan ajar. 2.1.6 Faktor Pengembangan Bahan Ajar Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Menurut Belawati (2007: 2.5) ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu kecermatan isi, cakupan, keterbacaan, bahasa ilustrasi, perwajahan, dan pengemasan. Kualitas bahan ajar yang dikembangkan sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Sementara itu pengembangan bahan ajar yang sistematik dimulai dari proses perancangan, dan pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, mengkompilasi, atau menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada tahap ujicoba bahan ajar. Berikut akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar. 1. Kecermatan isi Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran isi secara keilmuan, keselarasan dan kebenaran isi berdasarkan pada sistem nilai yang berlaku
22
dalam suatu masyarakat. Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran yang berlaku dalam bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Sementara itu, keselarasan isi berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam negara dan masyarakat dilingkungan sekolah. 2. Ketepatan cakupan Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan pada bidang ilmu. Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar saling terkait satu sama lain, dan keduanya sangat menentukan kadar bahan ajar yang akan dikembangkan bagi siswa sesuai dengan jenjang dimana siswa berada. 3. Ketercernaan bahan ajar Ada lima hal yang berhubungan dengan ketercernaan bahan ajar, diantaranya: a. Pemaparan yang logis, artinya bahan ajar dipaparkan mulai dari yang umum sampai pada yang khusus, dari yang mudah sampai pada yang sukar. Dengan demikian siswa dapat dengan mudah mengikuti pemaparan dan dapat segera mengaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya. b. Penyajian informasi yang runtut, artinya bahan ajar disajikan secara sistematis. Keterkaitan antar materi dijelaskan dengan cermat., kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian, contoh dan latihan.
23
c. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, artinya untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman siswa. Karena dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. d. Format yang tertib dan konsisten, bahan ajar perlu memelihara dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat dan dipelajari oleh siswa. e. Penjelasan tentang relvansi dan manfaat bahan ajar. 4. Penggunaan bahasa Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang sangat penting. Penggunaan bahasa meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. 5. Perwajahan Perwajahan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar. Hal ini menyangkut pada penggunaan narasi, bagian kosong (White Space), penggunaan kalimat pada paragraf, sistem penomoran yang konsisten dan variasi jenis dan ukuran huruf yang digunakan. 6. Ilustrasi Penggunaan
ilustrasi
digunakan
untuk
memperjelas
informasi
yang
disampaikan. Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar antara lain daftar tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol dan skema
24
7.
Kelengkapan komponen Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi tambahan yang terintegrasi
dengan bahan ajar utama. 2.2 Lembar Kerja Siswa Pada bagian ini akan dibahas tentang pengertian lembar kerja siswa, fungsi dan tujuan lembar kerja siswa, macam-macam bentuk lembar kerja siswa, komponenkomponen lembar kerja siswa, adapun penjelasannya sebagai berikut: 2.2.1 Pengertian Lembar Kerja Siswa Menurut Diknas (Prastowo, 2011:203) lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Menurut Trianto (2011:222) lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa dalam melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun aspek pembelajaran lain, dalam bentuk panduan eksperimen maupun demonstrasi. Lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
25
diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut (Prastowo, 2011:204). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa dan mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 2.2.2 Fungsi dan Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, berikut empat fungsi LKS menurut Prastowo (2011: 205): 1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik, 2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, 3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta 4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. Menurut Prastowo (2011: 206) paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: 1.
Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan,
2.
Menyajikan tugas–tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan,
3.
Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan
26
4.
Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
2.2.3 Macam–Macam Bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) Prastowo (2011: 208) mengatakan bahwa setiap LKS disusun dengan materimateri dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Adapun macam-macam LKS sebagai berikut: 1.
LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep. LKS yang memiliki ciri-ciri mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena
yang bersifat konkret, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati dan menganalisis. Oleh karena itu, kita perlu merumuskan langkahlangkah yang harus dilakukan peserta didik, kemudian kita minta peserta didik untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya. Selanjutnya, kita berikan pertsnyanpertanyaan analisis yang membantu peserta didik untuk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam benak mereka. 2. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Didalam sebuah pembelajaran, setelah peserta didik berhasil menemukan konsep, peserta didik selanjutnya kita telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan membarikan tugas kepada mereka untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.
27
3. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau irisan yang jawabannya ada didalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaranyang terdapat didalam buku. 4. LKS yang berfungsi sebagai penguatan LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas didalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk pengayaan. 5. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum kedalam kumpulan LKS. 2.2.4 Komponen-Komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Prastowo (2011: 208) dilihat dari strukturnya bahan ajar LKS lebih sederhana dari pada modul, namun lebih kompleks dari pada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam komponen utama yang meliputi 1. Judul 2. Petunjuk belajar 3. Kompetensi yang akan dicapai 4. Informasi pendukung 5. Langkah-langkah kerja 6. Penilaian.
28
2.3 Tinjauan Metakognitif 2.3.1 Pengertian Metakognitif Berbicara metakognitif haruslah mengerti tentang metakognisi. Metakognisi terdiri dari awalan ‘meta’ dan kata ‘kognisi’. Meta berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘setelah’, ‘melebihi’, atau ‘di atas’. Jadi metakognisi dapat diartikan sebagai setelah atau diatas kognisi. Metakognisi adalah istilah yang dibuat oleh Flavell pada 1976. Flavell (1976) dalam Desmita (2012: 132) mengartikan metakognitif sebagai “knowing about knowing” atau pengetahuan tentang pengetahuan. Metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum dapat dikatakan sebagai kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri seseorang (Anderson & Krathwol, 2010: 82). Sedangkan menurut Desmita (2012: 132) metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Menurut Borich (1996: 388-389) dalam Yamin (2013: 30) mengartikan metakognisi sebagai strategi untuk melaksanakan dan memonitor, model berpikir yang melibatkan penalaran pebelajar, dan terfokus pada penggunaan penalaran. Sementara Yamin (2013: 36) mengatakan bahwa metakognisi merupakan pemaknaan berpikir yang dapat diaplikasikan sebagai suatu strategi pembelajaran untuk mengkondisikan mahasiswa dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan (menarik kesimpulan), berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Berdasarkan kutipan di atas, metakognisi merupakan berpikir tentang cara berpikir, artinya siswa diminta untuk memikirkan sendiri cara berpikir yang lebih mudah digunakan pada saat memahami suatu materi pembelajaran. Dari hasil berpikir
29
itu sendiri yang akan digunakan dalam memecahkan masalah. Flavel dalam Livingstone (1997) mengemukakan bahwa metakognisi meliputi dua komponen, yaitu: a). Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) b)Pengalaman atau regulasi metakognisi (metacognitive experience or regulation) 2.3.2 Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri (Anderson & Krathwohl, 2010: 82). Flavell(1979) dalam (Anderson & Krathwohl, 2010: 83) menyatakan bahwa metakognisi mencakup pengetahuan tentang strategi, tugas, dan variabel-variabel person. Livingstone (1997) menegaskan bahwa pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Ia membagi pengetahuan metakognitif menjadi tiga kategori: pengetahuan tentang variabelvariabel personal, variabel-variabel tugas, dan variabel-variabel strategi. Dengan demikian pengetahuan metakognisi merujuk pada pengetahuan umum tentang bagaimana seseorang belajar dan memproses informasi, seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajarnya sendiri. Pengetahuan metakognisi dapat juga didefenisikan sebagai pengetahuan yang digunakan untuk mengarahkan proses berpikir kita sendiri. Pengarahan proses berpikir ini dapat dilakukan melalui aktivitas perencanaan (planning), pemonitoran (monitoring) dan pengevaluasian (evaluation).
30
Aktivitas aktivitas ini disebut juga sebagai strategi metakognitif atau keterampilan metakognitif yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 2.3.3 Pengertian Strategi Metakognitif Strategi metakognitif merupakan strategi yang dapat membantu siswa menyadari kesalahan konsep dan memperbaikinya dengan jalan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri (Peirce dan Baker, 2003). Menurut Kaune dalam Yamin (2013: 35) kemampuan metakognisi merupakan kemampuan yang melihat kembali proses berpikir yang dilakukan seseorang. Kegiatan metakognisi terdiri dari planningmonitoring-reflection. Kellough (1994: 266) dalam Yamin (2013:30) menguatkan bahwa strategi metakognitif mengkondisikan pebelajar aktif merencanakan, memonitor, mengevaluasi kemajuan berpikir dan belajar. Menurut
Yamin
(2013:
40)
strategi
metakognitif
adalah
usaha
memaksimalkan kemampuan berpikir, bernalar, dan berwawasan yang bermakna dengan memori yang kita miliki. Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2012: 149) strategi metakognitif berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi metakognitif adalah cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dalam pembelajaran dengan merancang, memantau (memonitor) dan menilai apa yang dipelajarinya (mengevaluasi).
31
2.3.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Metakognitif Tahap–tahap pembelajaran matematika dalam menerapkan konsep terhadap persoalan matematika dengan strategi metakognitif yang harus dilakukan menurut Abdul Muin (2006: 39) sebagai berikut: a. Tahap I (Perencanaan), guru menjelaskan tujuan mengenai topik yang sedang dipelajari, penanaman konsep berlangsung dengan menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru tentang konsep matematika. Kemudian guru membimbing siswa menanamkan keyakinan dan kesadaran dengan bertanya pada siswa saat siswa menjawab setiap pertanyaan dalam bahan ajar atau pertanyaan yang diajukan oleh guru. b. Tahap II (Pemantauan), siswa bekerja mandiri untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan. Guru memberi umpan balik secara individual, berkeliling memandu siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika. Umpan balik yang bersifat metakognitif menuntun siswa untuk memusatkan perhatian pada kesalahankesalahan dan memberikan petunjuk kepada siswa agar siswa dapat mengoreksi sendiri, dapat mengontrol atau memonitor proses berpikirnya serta dapat menyimpan dan menggunakan kembali ide-ide yang telah ditemukan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. c. Tahap III (evaluasi) yang dilakukan oleh guru/siswa. Evaluasi dari guru mengarah pada pemantapan dan aplikasi yang lebih luas sehingga siswa mendapat yang lebih bermakna. Sedangkan evaluasi dari siswa lebih mengarah kepada apa yang telah dipahami dari pembelajaran serta kemungkinan aplikasi masalah yang lebih luas.
32
Membuat rekapitulasi yang dilakukan oleh siswa sendiri dari apa yang telah dilakukan di kelas dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. NCREL (1995) dalam Yamin (2013:34) megemukakan tiga elemen dasar dari metakognisi secara khusus dalam mengahadapi tugas, yaitu: 1) Developing a plan of action - mengembangkan rencana tindakan 2) Maintaining/monitoring the plan - memonitor rencana tindakan 3) Evaluating the plan - mengevaluasi rencana tindakan Lebih jauh NCREL memberikan petunjuk dalam melaksanakan ketiga komponen metakognisi tersebut sebagai berikut: Sebelum: Ketika kamu mengembangkan rencana tindakan, tanyakan dirimu: a. Pengetahuan awal apa yang membantu dalam tugas ini? b. Petunjuk apa yang dapat digunakan dalam berpikir? c. Apa yang pertama akan saya lakukan? d. Mengapa saya membaca (bagian) pilihan ini? e. Berapa lama saya mengerjakan tugas ini secara lengkap? Selama: Ketika kamu mengatur/memonitor rencana tindakan, tanyakan dirimu: a. Bagaimana saya melakukannya? b. Apakah saya berada pada jalur yang benar? c. Bagaimana saya meneruskannya? d. Informasi apa yang penting diingat? e. Akankah saya pindah pada petunjuk lain? f. Akankah saya mengatur langkah-langkah bergantung pada kesulitan? g. Apa yang perlu dilakukan jika saya tidak mengerti?
33
Sesudah: Ketika kamu mengevaluasi rencana tindakan, tanyakan dirimu: Seberapa baik saya melakukannya? a. Apakah saya memerlukan pemikiran khusus yang lebih banyak atau yang lebih sedikit dari yang saya perkirakan? b. Apakah saya dapat mengerjakan dengan cara yang berbeda? c. Bagaimana saya dapat mengaplikasikan cara berpikir ini pada proiblem yang lain? c. Apakah saya perlu kembali pada tugas itu untuk mengisi “kekosongan” pada ingatan saya? Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa komponen strategi metakognisi terdiri dari tiga elemen , yakni : 1) Merencanakan Tindakan (Planning) Perencanaan dalam strategi metakognisi meliputi merencanakan aktivitas belajar, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memilih prosedur atau strategi yang sesuai, mengurutkan operasi atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam penyelidikan. 2) Memonitor tindakan (Monitoring) Memonitor adalah kesadaran yang terus menerus untuk melihat proses berpikir dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri untuk suatu tugas. Kegiatan yang dilakukan yaitu memonitor setiap langkah yang dilakukan, melakukan perhitungan dengan teliti, memeriksa atau mengecek setiap jawaban yang dihasilkan dari penyelidikan.
34
3) Mengevaluasi tindakan (Evaluating) Evaluasi berkaitan dengan refleksi diri, tugas dan konteks seperti penilaian kognitif atau kinerja. Evaluasi meliputi membuat kesimpulan tentang proses, hasil belajar, dan belajar, menilai pencapaian tujuan, mengevaluasi prosedur yang digunakan, dan mengidentifikasi sumber-sumber kesalahan dari penyelidikan. 2.4 Tinjauan Pendekatan Saintifik Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) pengertian pendekatan adalah (1) proses, perbuatan, cara mendakati (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode-metode untuk
mencapai pengetian tentang masalah pengamatan. Menurut Hosnan (2014:34) implementasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, menganalisis, atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan.
35
2.4.1 Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa d. Dapat mengembangkan karakter siswa. 1. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarakan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pebelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: a. Untuk mningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
36
f. Untuk mengembangkan karakter siswa 2. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai beikut: a. Pembelajaran berpusat pada siswa. b. Pembelajaran membentuk student self concept. c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme. d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengkomodasi konsep, hukum dan prinsip. e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa. f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksikan siswa dalam struktur kognitifnya. Hasil belajar menggunakan pendekatan ini melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapatdilihat, seperti tabel berikut:
37
Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran melalui Pendekatan Saintifik Kegiatan Aktivitas Belajar Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak, (tanpa dan (observing) dengan alat) Menanya Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat (questioning) hipotesis, diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan) Pengumpulan data Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, (experimenting) menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, ekperimen), mengumapulkan data Mengasosiasi Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan (associating) hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data, dimulai dari unstructured-uni structure-complicated structure Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasia dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.
2.4.2
Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses
pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksankan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) meliputi: 1) Mengamati (Observasing) Kegiatan
pertama
pada
pendekatan
ilmiah
adalah
pada
langkah
mengamati/observasing. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstektual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Aktivitas belajar siswa ada;ah mengamati, melihat, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat) 2) Menanya (Questioning) Langkah kedua pada pendekatan ilmiah/scientific approach adalah questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi
38
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Aktivitas siswa adalah mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis, diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan) 3) Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau osbjek yang lebih teliti, atau bahkan dengan melakukan eksperimen. Aktivitas belajar siswa adalah menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen) mengumpulkan data. 4) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Assocoating) Langkah
berikutnya
(menalar/mengolah
pada
informasi).
scientific Istilah
approach
“menalar”
adalah
dalam
associating
kerangka
proses
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Aktivitas belajar siswa adalah menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data. 5) Membentuk Jejaring (Networking) Langkah kelima pada scientific approach adalah networking (membentuk jejaring). Model networking adalah model pembelajarana berupa kerja sama antara siwa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan
39
dnegan mata pelajaran yang disukainya atau diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Aktivitas belajar siswa menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya. 2.5 Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Strategi Metakognitif dan Pendekatan Saintifik Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini menggunakan langkahlangkah dalam penelitian dan pengembangan ADDIE yaitu Analisys (Tahap Analisis);
Design
(Tahap
Desain);
Development
(Tahap
Pengembangan);
Implementation (Tahap Pelaksanaan); Evaluation (Tahap Evaluasi). Dengan dikembangkannya LKS yang berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis diharapkan dapat dihasilkan LKS yang dapat membantu kemudahan belajar siswa dalam mempelajari matematika dan terampil dalam menerapkannya dalam kegiatan dan pemecahan masalah sehari-hari. Berikut akan dipaparkan spesifikasi dari Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik: 1. Judul Judul LKS yang akan dibuat lebih spesifik dari LKS yang telah ada. Pada tahap merancang judul dilihat berdasarkan kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai, materi pokok, dan didasarkan oleh suatu pendekatan yang digunakan.
40
2. Petunjuk Belajar Petunjuk belajar ini disajikan untuk mempermudah siswa menggunakan LKS dalam proses pembelajaran. Dalam LKS ini petunjuk belajarnya terbagi menjadi petunjuk belajar bagi guru dan siswa. 3. Kompetensi yang akan di capai Pada kompetensi yang akan dicapai ini berisikan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi yang mencakup keseluruhan materi serta pengalaman belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. 4. Informasi pendukung Informasi pendukung berisi tentang peta kosep yang mana di sana ditulis materi yang berkaitan satu sama lain sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. 5. Langkah kerja Langkah kerja ini dibuat per sub materi, yang mana tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap sub materinya menggunakan tahapan strategi metakognitif dan pendekatan saintifik. Penulis menggabungkan elemen-elemen yang ada pada strategi metakognitif dengan elemen-elemen yang ada pada pendekatan saintifik. Perancangan LKS ini akan dibuat semaksimal mungkin sesuai dengan langkah dari strategi metakognitif. Strategi metakognitif mengkondisikan pebelajar aktif merencanakan, memonitor, mengevaluasi kemajuan berpikir dan belajar. Langkahlangkah strategi pembelajaran metakognitif ini akan digunakan untuk mempermudah siswa memecahkan masalah matematika.
41
Sementara Pendekatan saintifik terdiri dari lima tahapan yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) pengumpulan data, (4) mengasosiasi dan (5) mengkomunikasikan. Pada LKS yang akan dirancang tersebut akan dimunculkan setiap tahapan tersebut secara sistematis guna untuk mengaktifkan siswa dan membantu siswa untuk dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan bermakna. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka gabungan strategi metakognitif dan pendekatan saintifik adalah: 1. Merencanakan Tindakan (Planning) Pada tahap ini siswa merencanakan aktivitas belajar, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memilih prosedur atau strategi yang sesuai, mengurutkan operasi atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam penyelidikan. Dari tahap merencanakan tindakan (planning) akan digabungkan dengan langkah mengamati dan menanya pada pendekatan saintifik. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Mengamati Saat berlangsungnya proses merencanakan tindakan maka akan terlaksana langkah mengamati. Dengan kata lain pada tahap ini peserta didik merencanakan tindakan melalui kegiatan mengamati dengan melakukan kegiatan; melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
42
b.Menanya Selain terlaksananya kegiatan mengamati, pada tahap merencanakan tindakan juga akan terlaksana langkah menanya. Pada tahap ini, awalnya guru akan mengajukan pertanyaan pancingan kepada peserta didik yang sifatnya memacu siswa untuk menalar. Dilanjutkan oleh peserta didik mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Oleh karena itu penulis menggabungkan kedua tahapan tersebut. 2. Memonitor Pelaksanaan (Monitoring) Aktivitas memonitor pelaksanaan meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca, dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas ini membantu mahasiswa dalam memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal. Dari tahap memonitor Pelaksanaan (Monitoring) akan digabungkan dengan langkah mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan menanya pada pendekatan saintifik. Berikut penjelasannya. a. Mengumpulkan Informasi Pada tahap monitoring peserta didik melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Pengumpulan informasi bertujuan untuk untuk melihat proses berpikir sebelum siswa mengolah informasi.
43
b. Mengolah Informasi atau Mengasosiasikan Pada tahap ini peserta didik menyelesaikan permasalahan yang diberikan, memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. c. Menanya Dimana pada tahap ini peserta didik membuat dan mengemukakan pertanyaanpertanyaan pada diri sendiri, membuat pengujian diri yang tujuannya memantau hasil pengolahan informasinya. 3. Mengevaluasi Tindakan (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan refleksi diri, tugas dan konteks seperti penilaian kognitif atau kinerja. Evaluasi meliputi membuat kesimpulan tentang proses, hasil belajar, dan belajar, menilai pencapaian tujuan, mengevaluasi prosedur yang digunakan, dan mengidentifikasi sumber-sumber kesalahan dari penyelidikan. Pada tahap evaluasi, siswa akan diberikan latihan mandiri untuk mengetahui penguasaan dan pemahamannya terhadap materi. Selain itu, siswa akan diminta untuk mengisi jurnal belajar sebagai bentuk penilaian dirinya selama mengikuti proses pembelajaran. Dari tahap evaluasi pada strategi metakognitif akan digabungkan
44
dengan langkah mengkomunikasikan dan menanya pada pendekatan saintifik. Berikut penjelasannya. a. Mengkomunikasikan Pada
kegiatan
mengkomunikasikan
peserta
didik
menyampaikan
hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 6. Penilaian Berisikan uji kompetensi yang mana semua materi digabung secara utuh untuk melihat secara keseluruhan apakah siswa selama proses pembelajaran sebelumya telah mencapai kompetensi yang diharapkan. 2.6 Skenario Pembelajaran Skenario Pembelajaran yang penulis terapkan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.2: Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran menggunakan LKS berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik Fase
(1) Orientasi
Pendahuluan
Waktu
Kegiatan guru (2)
Kegiatan siswa (3)
• Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut • Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin
• Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing • Mendengarkan guru memeriksa kehadiran siswa • Mengkontruksi pemikiran
• Pada tahap ini guru memusatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang akan di pelajari dengan memberikan ilustrasi terkait materi yaitu contoh sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dalam kehidupan sehari-hari sembari menuliskan judul materi yang akan dipelajari dipapan tulis.
(4) 10 menit
45
(1) Apersepsi
Motivasi
Pemberian acuan
Merencanakan Tindakan (Planning)
Memonitor Pelaksanaan (Monitoring)
(2) (3) • Mengingatkan kembali materi • Mengkontruksi pemikiran sebelumnya yang berkaitan dengan materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear • Pada tahap ini sebagai apersepsi • Siswa mendengarkan untuk mendorong rasa ingin tahu penjelasan guru dan dan berpikir kritis, siswa di ajak menyebutkan permasalahan memikirkan permasalahan nyata nyata yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan sistem sistem persamaan dan persamaan dan pertidaksamaan pertidaksamaan linear linear • Pada tahap ini guru memberikan • Siswa mendengarkan gambaran tentang pentingnya penjelasan guru dengan mempelajari materi sistem seksama, termotivasi untuk persamaan dan pertidaksamaan mengikuti pembelajaran, linear ini karena akan sangat dan mengetahui manfaat bermanfaat untuk materi dari materi yang dipelajari. selanjutnya dan dalam kehidupan sehari-hari. • Menyampaikan tujuan • Siswa mendengarkan pembelajaran pada pertemuan penjelasan guru yang berlangsung • Memberitahukan materi pelajaran • Siswa mendengarkan yang akan dibahas penjelasan guru • Guru membagikan LKS kepada • Siswa menerima LKS yang siswa dibagikan Kegiatan inti 1. Mengamati Kegiatan guru Kegiatan siswa • Guru meminta siswa untuk • Siswa mempersiapkan alat menyiapkan alat dan bahan yang dan bahan dibutuhkan • Guru membangun pemikiran siswa • Siswa memahami dan melalui mengajak siswa untuk memperhatikan langkah mengamati dan memperhatikan kerja melalui pengamatan langkah kerja yang terdapat pada yang diperintahkan oleh LKS yang telah diberikan. guru. 2.Menanya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru menginspirasi siswa dengan Siswa menanyakan apa yang berbagai pertanyaan yang mereka tidak ketahui mengenai berhubungan dengan materi materi kepada guru sistem persamaan dan pertidaksamaan linear 3.Mengumpulkan Informasi Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru meminta siswa untuk Siswa mengikuti instruksi guru mengumpulkan informasi melalui dan melengkapi informasi yang kemampuan metakognisinya yang dibutuhkan pada LKS. dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku
(4)
10 menit
10 menit
10 menit
46
(1)
Mengevaluasi Tindakan (Evaluation)
Umpan balik
(2) (3) teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. 4.Mengolah Informasi Guru meminta siswa untuk Siswa mengikuti instruksi guru menyelesaikan permasalahan dan memikirkan isian titik-titik yang disajikan dan mengisi titik- yang ada pada LKS. titik yang ada pada LKS Menanya Guru memberi kesempatan Siswa bertanya pada guru jika ada kepada siswa yang ingin bertanya yang perlu di tanyakan. 5. Membentuk jejaring / menyimpulkan/mengkomunikasikan • Guru meminta siswa menarik • Siswa mengikuti instruksi guru kesimpulan dari kegiatan menulis kesimpulan dari mengolah informasi dan kegiatan mengolah informasi mengumpulkan informasi yang dan mengumpulkan informasi dilakukan. yang dilakukan. • Guru meminta siswa • Salah satu siswa mengerjakan menuliskan hasil mengolah isntruksi dari guru informasi dan membacakan kesimpulannya. • Guru mengecek hasil kerja • Siswa memberikan tepuk siswa dan memberikan tangan penghargaan kepada siswa yang mempresentasikan hasil kerjanya Menanya Guru memberi kesempatan Siswa bertanya pada guru jika kepada siswa yang ingin ada yang perlu di tanyakan. bertanya Penutup • Guru melibatkan siswa untuk • Siswa berusaha untuk membuat kesimpulan dari menyimpulkan hasil dari pelajaran pelajaran • Guru memberikan umpan • Siswa memberikan tepuk tangan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran misalnya dengan memberikan hadiah kepada siswa yang berani tampil menunjukkan hasil kerjanya • Guru memberikan tugas atau • Siswa mengikuti instruksi guru pekerjaan rumah yang akan dan membalas salam guru dibahas pada pertemuan berikutnya, menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya dirumah dan terakhir memberi salam penutup.
(4)
15 menit
15 menit
10 menit
47
2.7 Karakteristik Materi Sistem persamaan linear dan pertidaksamaan linear banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai suatu persoalan yang penyelesaiannya membutuhkan konsep ini. Contohnya, harga 5 piring dan 6 gelas di sebuah toko adalah Rp 135.000,00. Adapun harga 6 piring dan 8 gelas adalah Rp 160.000,00. Jika seseorang membeli 6 pring dan 6 gelas, berapakah besarnya uang yang harus ia bayar. Persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunkan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Sistem persamaan linear dan pertidaksamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu pengetahuan. Menurut Noormandiri (2006:137) dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemui masalah-masalah praktis yang memiliki data berpola linear atau mendekati linear. Orang-orang yang ingin menganalisis kumpulan data dari suatu percobaan atau survei dapat melakukannya dengan cara menggambarkan data yang telah diperoleh pada bidang cartesius (bentuk grafik), menemukan rumus atau persamaan dari data yang telah diperoleh (bentuk-bentuk aljabar). Dibidang ilmu ukur, diperlukan untuk mencari titik potong dua garis dalam satu bidang. Dibidang ekonomi digunakan untuk menggambar kurva permintaan dan penawaran, mencari nilai harga suatu barang, menentukan jumlah barang. Dan banyak lagi persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep persamaan dan pertidaksamaan linear ini. Sistem persamaan linear dan pertidaksamaan linear merupakan bagian dari aljabar dasar yang mencatat sifat-sifat operasi bilangan riil, menggunakan simbol
48
sebagai “pengganti” untuk menandakan konstanta dan variabel, dan mempelajari aturan tentang ungkapan dan persamaan matematis yang melibatkan simbol-simbol tersebut. Materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear merupakan materi SMA kelas X Kurikulum 2013 yang mempelajari tentang; (1) Menemukan Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, (2) Menemukan Konsep Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, (3) Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua dan Tiga Variabel, (4) Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel. Materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear banyak kaitannya dengan materi terdahulu yang pernah dipelajari. Oleh karena itu, dalam mempelajari materi ini siswa harus mengingat kembali materi yang telah ia pelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi ini. Adapun materi-materi yang berkaitan dengan materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear yaitu; materi PLSV di kelas VII SMP, materi SPLDV, fungsi, dan persamaan garis lurus di kelas VIII SMP, serta materi persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X. 2.8 Uraian Materi Sistem Persamaan Linear dan Pertidaksmaan Linear Sistem persamaan linear adalah himpunan beberapa persamaan linear yang saling terkait, dengan koefisien-koefisien persamaan adalah bilangan real. 2.8.1 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah suatu sistem persamaan linear yang memiliki dua variabel. Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua varibel adalah:
49
₁ + ₁ = ₁………………………………………….(Persamaan-1) ₂ + ₂ = ₂………………………………………….(Persamaan-2)
a1 , a 2 , b1 , b2 , c1 , c2 ∈ R ; ₁ dan ₁ tidak keduanya 0 ; ₂ dan ₂ tidak keduanya 0 , : variabel real ₁, ₂: koefisien variabel ₁, ₂: koefisien variabel ₁, ₂: konstanta persamaan 2.8.2 Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) Sistem persamaan linear tiga variabel adalah suatu sistem persamaan linear dengan tiga variabel. ₁ + ₁ + ₁ = ₁………………………………..(Persamaan-1) ₂ + ₂ + ₂ = ₂………………………………..(Persamaan-2) ₃ + ₃ + ₃ = ₃………………………………. (Persamaan-3) x, y, z adalah variabel
a1 , a2 , a3 , b1 , b2 , b3 , c1 , c2 , c3 , d1 , d 2 , d 3 ∈ R ; ₁, ₁, dan ₁ tidak ketiganya 0; ₂, ₂, dan ₂ tidak ketiganya 0; ₃, ₃, dan ₃ tidak ketiganya 0. ₁, ₂, ₃: koefisien variabel ₁, ₂, ₃: koefisien variabel ₁ , ₂, ₃: koefisien variabel ₁, ₂, ₃: konstanta persamaan
50
Sebuah SPLTV dengan semua konstanta sama dengan nol disebut SPLTV homogen. Bila salah satu konstantanya tidak nol, maka SPLTV tersebut tidak homogen. SPLTV yang homogen memiliki dua kemungkinan, yaitu memiliki penyelesaian yang trivial atau memiliki banyak penyelesaian nontrivial selain satu penyelesaian trivial. 2.8.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear a. Menentukan Himpunan Penyelesaian Sistem Persamaan linear Dua Variabel
Cara menyelesaikannya dengan : 1. Metode Eliminasi Eliminasi yaitu menghilangkan salah satu variabel (peubah) sehingga menjadi satu persamaan dengan satu peubah. Cara menghilangkannya bisa dikurangi atau ditambah dengan mengalikan terlebih dahulu kedua persamaan tersebut dengan suatu bilangan sehingga terdapat koefisien suatu peubah yang sama atau berlawanan tanda dari kedua persamaan di atas. Jika salah satu peubah sudah diketahui penyelesaiannya, maka untuk menentukan penyelesaian peubah yang lain dengan mengganti nilai peubah itu ke salah satu persamaan di atas sehingga persamaan tersebut dapat diselesaikan. Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari SPL berikut dengan menggunakan eliminasi!
51
x− y =2 3 x − 7 y = −2 Penyelesaian:
x− y =2
x3
3x − 3 y = 6
3 x − 7 y = −2
x1
3 x − 7 y = −2
4y = 8 y =2 x− y =2
x7
7 x − 7 y = 14
3 x − 7 y = −2
x1
3 x − 7 y = −2
4x = 16 x= 4 Jadi HP:{( 4 ,2 )}.
Tidak semua sistem persamaan
a1 x + b1 y = c1 mempunyai penyelesaian. Untuk itu a2 x + b2 y = c2
perlu diketahui aturannya sebelum kita menyelesaikannya. Aturan 1: Jika
a1 b1 c1 maka dikatakan kedua persamaan bergantungan. = = a2 b2 c2
Penyelesaiannya tak terhingga banyaknya. Secara geometri berupa dua garis yang berimpit.
Aturan 2: Jika
a1 b1 c1 = ≠ a2 b2 c2
maka dikatakan kedua persamaan bertentangan
(berlawanan). Penyelesaiannya tidak ada. Secara geometri berupa dua garis yang sejajar.
52
Aturan 3: Jika
a1 b1 maka kedua persamaan dikatakan bebas. Penyelesaiannya ≠ a2 b2
tunggal, yaitu sepasang ( x , y ) . Secara geometri berupa dua garis yang berpotongan. 2. Metode Substitusi Substitusi berarti mengganti. Untuk menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dengan metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti salah satu variabel dengan bentuk yang memuat variabel lainnya, yaitu mengganti x dengan bentuk yang memuat y atau mengganti y dengan bentuk yang memuat x. Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan cara substitusi adalah sebagai berikut: 1) Ambil salah satu persamaan, kemudian nyatakan salah satu variabel dalam variabel yang lain. 2) Substitusikan hasil pada langkah 1) ke persamaan lainnya sehingga di dapat persamaan linear salah satu variabel. Dengan menyelesaikan persamaan ini akan diperoleh nilai salah satu variabel. 3) Substitusikan hasil pada langkah 2) ke hasil 1) sehingga diperoleh nilai salah satu variabel. Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari SPL berikut
53
x− y =2 3 x − 7 y = −2
Dari persamaan (1) y = x – 2 disubstitusikan ke persamaan (2) diperoleh 3x – 7(x – 2) = -2 3x – 7x + 14 = -2 -4x = -16 x=4 Untuk x = 4 disubstitusikan ke persamaan (1) 4–y=2 y =4–2 y =2 Sehingga himpunan penyelesaian sistem persamaan linear
–
= 2 dan 3x -
7 = -2 adalah {( 4, 2 )}. 3. Metode Campuran Eliminasi dan Substitusi Dalam penggunaan perhitungan, metode eliminasi dan substitusi dapat digunakan secara bersama-sama. Biasanya, satu variabel diperoleh dengan metode eliminasi, kemudian variabel yang lainnya diperoleh melalui substitusi. Penggunaan kedua metode tersebut menghasilkan metode baru yang dikenal sebagai metode gabungan. Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari SPL berikut x− y =2 3 x − 7 y = −2
54
x− y =2
x3
3x − 3 y = 6
3 x − 7 y = −2
x1
3 x − 7 y = −2
4y = 8 y =2 y = 2 disubstitusikan ke persamaan (1) x–2=2 x
= 4
Sehingga himpunan penyelesaian sistem persamaan linear
–
= 2 dan
3x - 7 = -2 adalah {( 4, 2 )}. 4.Metode Grafik Grafik untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis lurus. SPLDV terdiri atas dua buah persamaan dua variabel, berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan grafik ditunjukkan oleh titik potong antara dua grafik dalam sistem persamaan linear dua variabel Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode grafik adalah sebagai berikut : Tentukan titik potong garis dengan sumbu x, syaratnya y = 0 Tentukan titik potong garis dengan sumbu y, syaratnya x = 0 Contoh: x + y = 2 ....……………………………………………........ (Persamaan-1) 4x + 2y = 7 ...……………………………………………......(Persamaan-2)
55
Menentukan titik-titik potong terhadap sumbu koordinat untuk Persamaan-1. =2
+ 0 2
2 0
Diperoleh titik-titik potong kurva x + y = 2 terhadap sumbu koordinat, yaitu titik (0, 2) dan (2, 0). Menentukan titik-titik potong terhadap sumbu koordinat untuk Persamaan-2. 4 +2 =7 0 7 2
0
7 4
Diperoleh titik-titik potong kurva 4x + 2y = 7 terhadap sumbu koordinat, yaitu titik (0,
) dan (
, 0).
Menarik garis lurus dari titik (0, 2) ke titik (2, 0) dan dari titik (0,
Gambar 2.1 Grafik Persamaan Linear
) ke titik ( , 0).
56
Berdasarkan gambar grafik x + y = 2 dan 4x + 2y = 7, kedua garis lurus tersebut berpotongan pada sebuah titik, yaitu titik (
, ).
Sehingga himpunan penyelesaian sistem persamaan linear x + y = 2 dan 4x + 2y = 7 adalah {(
, )}.
Ada tiga kemungkinan gambar grafik yang dihasilkan dari SPLDV, ketiga himpunan penyelesaian tersebut memperlihatkan himpunan penyelesaian yang berbeda. 1. Untuk dua buah garis lurus yang saling berpotongan , mempunyai himpunan penyelesaian berupa solusi tunggal 2. Dua buah garis berimpit, itu berarti setiap titik yang ada pada kedua garis merupakan himpunan penyelesaian SPLDV. SPLDV seperti itu dikatakan mempunyain solusi tak berhingga. 3. Kedua garis sejajar, sehingga tidak mempunyai satupun titik potong. SPLDV seperti itu dikatakan tidak memiliki solusi/penyelesaian. 5. Metode Determinan (Aturan Cramers) Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dengan menggunakan metode determinan caranya sebagai berikut : c1
b1
a1 x + b1 y = c1 xb2 D c b cb −c b ⇒x= 1 2 2 1 = 2 2 = x a1 b1 a2 x + b2 y = c2 xb1 a1b2 − a2b1 D a2 b2
57
a1 c1 Dy a1 x + b1 y = c1 xa2 a c2 a c − a2c1 ⇒y= 1 2 = 2 = a1 b1 a2 x + b2 y = c2 xa1 a1b2 − a2b1 D a2 b2
x=
Jadi :
Dx
dan y =
D
a1 a2
Dimana D =
Dy
syarat D ≠ 0
D
b1 = a1b2 − a2b1 b2
Dx =
c1 c2
b1 = c1b2 − c2b1 b2
Dy =
a1 a2
c1 = a1c 2 − a 2 c1 c2
Contoh : Tentukan HP dari
4x + 5 y = 6 dengan menggunakan metode 3 x − 4 y == 11
determinan. Jawab
: | | = 4 ∙ −4 − 3 ∙ 5 = −31 | ₓ| = 6 ∙ (- 4) – 11 ∙ 5 = - 79 | x=
y=
| = 4 ∙ 11 – 3 ∙ 6 = 26 ₓ
#
= =
Jadi HP:{(
! "
!
! "
$
"
=
= −
,−
$
)}
$
58
b. Menentukan Himpunan Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel 1. Metode Eliminasi Cara menyelesaikan sistem persamaan linear tiga peubah dengan eliminasi yaitu dengan mengeliminasi (menghilangkan) salah satu peubah sehingga yang tadinya 3 persamaan dengan 2 peubah menjadi 2 persamaan dengan 2 peubah. Lalu diselesaikan dengan cara menyelesaikan sistem persaman linear 2 peubah. Untuk menentukan nilai peubah yang terakhir, dengan mengganti dua peubah yang sudah diketahui dari salah satu persamaan.
x + 2 y − 3z = 8 Contoh 1: Tentukan HP dari 4 x − y + 2 z = 0 dengan menggunakan metode 3x + 3 y − 4 z = 13 eliminasi. Jawab: Eliminasi z dari : %& #! '( ) % , % – #& '( + %
,→
%& #!$'( $ %! #&$'(+ 14x + y = 16
……………………………(1)
Eliminasi z dari : %!#& '( + % , %& #! '( + %
,→
)%! #& '(+ %& #! '(+ 11x + y = 0
…………………………..(2)
Dari (1) dan (2) akan didapat nilai x dan y, yaitu : %( $ %& # (+ 3x = 16
x=
$
59
% ( $ % , %( + %
,→
. %& . %&
#( #(
$ +
-3 y = 176 y=− Untuk menentukan nilai z, maka x =
$
$
dan y = −
$
disubstitusi ke
x + 2y – 3z = 8. Maka, x + 2y – 3z = 8. $
+ 2 0−
$
+0
! .
$
1−3 =8
1−3 =8
16 - 352 – 9z = 24
-9z = 24-16 + 352 -9z = 360 z = - 40
Jadi HP:{(
$
, 0−
$
1 , -40) )}
2. Metode Substitusi Menyelesaikan sistem persamaan linear 3 peubah dengan menggunakan metode substitusi yaitu dengan mengganti salah satu peubah dari dua persamaan dengan peubah dari persamaan lainnya sehingga yang tadinya 3 persamaan dengan 3 peubah menjadi 2 persamaan dengan 2 peubah. Lalu selesaikan seperti menyelesaikan sistem persamaan linear dengan 2 peubah. Untuk menentukan nilai peubah yang ketiga, substitusikan 2 nilai peubah yang sudah diketahui ke salah satu persamaan yang ada.
60
x + 2 y − 3z = 8 Contoh 1: Tentukan HP dari 4 x − y + 2 z = 0 dengan menggunakan metode 3x + 3 y − 4 z = 13 substitusi ! Jawab: x + 2y – 3z = 8 ⇔ x = − 2 y + 3 z + 8 Substitusi x = -2y + 3z + 8 ke persamaan (2) dan (3), maka : a. 4x- y + 2z = 0 4(-2y + 3z + 8) – y + 2z = 0 -8y + 12z + 32 – y + 2z = 0 -9y + 14z + 32 = 0
………………………(4)
b. 3x + 3y – 4z = 13 3(-2y + 3z + 8) + 3y – 4z = 13 -6y + 9z + 24 + 3y – 4z = 13 -3y + 5z + 11 = 0 5z = 3y – 11 z=. −
……………………….(5)
.
Dari (4) dan (5) selesaikan dengan substitusi : -9y + 14z + 32 = 0 - 9y + 14( - 9y +
.
−
.
− .
.
.
) + 32= 0
) + 32 = 0
-45y + 210y – 154 + 32 = 0 165y -122 = 0 165 y = 122
y=
$.
……………………………..
(6)
61
Substitusi (6) ke (5), diperoleh:
z= z= z=
.
−
.
.
$.
−
$$
-
) .
.
$$! ) .
z=
) .
z=−
"
) .
Maka y =
$.
Substitusi y =
x=0
!
x=0)
$.
.
−
.
−
1+
) .
1+
) .
+
"
) .
"
dan z = −
$.
$.
.
dan z = −
1+ 3 −
x = -2 0
x=
.
"
) .
"
) .
"
) .
) .
ke x = -2y + 3z + 8
+8 +8
+
$$++ ) .
)) $ ) .
Jadi HP:{(
)) $ ) .
,
$.
,−
"
) .
)}
3. Metode Determinan Cara menyelesaikan sistem persamaan linear
3 peubah dengan meggunakan
metode determinan sama seperti yang dua peubah, yaitu :
x=
Dx D
,y =
Dy D
dan z =
Dz D
62
Bedanya hanya cara menentukan nilai determinannya. Untuk menentukan nilai determinan matriks 3 x 3 yaitu dengan diagram SARRUS. Caranya : 1. Salin kolom ke-1 dan kolom ke-2 lalu tempatkan di kolom ke-4 dan ke-5 2. Jumlahkan perkalian bilangan-bilangan pada diagonal ke bawah, lalu kurangkan dengan perkalian bilangan-bilangan pada diagonal ke atas.
1 4 7 Contoh 1: Tentukan determinan A atau A jika A = 2 5 8 3 6 9 Jawab: 1 4 71 4
A = 2 5 8 2 5 = (1 ⋅ 5 ⋅ 9) + (4 ⋅ 8 ⋅ 3) + (7 ⋅ 2 ⋅ 6) − (4 ⋅ 2 ⋅ 9) − (1 ⋅ 8 ⋅ 6) − (7 ⋅ 5 ⋅ 3) 3 6 93 6 = 45 + 96 + 84 – 72 – 48 - 105 =0
x + 2 y − 3z = 8 Contoh 2: Tentukan HP dari 4 x − y + 2 z = 0 dengan menggunakan metode 3x + 3 y − 4 z = 13 determinan.
Jawab
1 2 −31 2 : D = 4 − 1 2 4 − 1 = ( 1∙ −1 ∙ −4 + 2 ∙ 2 ∙ 3 + −3 ∙ 4 ∙ 3 − 2 ∙ 4 ∙ 3 3 −43 3 −4 − 1 ∙ 2 ∙ 3 − −3 ∙ −1 ∙ 3 = 4 + 12 – 36 + 32 – 6 – 9 = -3
63
2 −3 Dx = − 1 2
8 2 −3 0 − 1 2 = 2∙ 2 ∙ 13 + −3 ∙ 0 ∙ 3 + 8 ∙ −1 ∙ −4 − − 4 13 3 − 4
3
−3 ∙ −1 ∙ 13 − 2 ∙ 0 ∙ −4 − 8 ∙ 2 ∙ 3 = 52 + 0 + 32- 39 – 0 – 48 = -3
1 −3 81 −3 D y = 4 2 0 4 2 = 1∙ 2 ∙ 3 + −3 ∙ 0 ∙ 3 + 8 ∙ 4 ∙ −4 − −3 ∙ 4 ∙ 3 − 4 33 −4 3 − 1 ∙ 0 ∙ −4 − 8 ∙ 2 ∙ 3 = 6 + 0 – 128 + 36 – 0 – 48 = -134
1 2 81 2 Dz = 4 − 1 0 4 − 1 = 1∙ −1 ∙ 3 + 2 ∙ 0 ∙ 3 + 8 ∙ 4 ∙ 3 − 2 ∙ 4 ∙ 3 − 1 ∙ 3 3 33 3 0 ∙ 3 − 8 ∙ −1 ∙ 3 = -3 + 0 + 96 – 24 – 0 + 24 = 93 x=
y=
z=
Dx D
Dy D Dz D
=
=
=
! ! !
!
"
!
Jadi HP:{(1,
=1
= = -31 , -31)}
64
2.8.4. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel Sistem pertidaksamaan linear adalah himpunan pertidaksamaan linear yang saling terkait dengan koefisien variabelnya bilangan - bilangan real. Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah suatu sistem pertidaksamaan linear yang memuat dua variabel dengan koefisien bilangan real. Penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua peubah adalah himpunan semua pasangan titik (x,y) yang memenuhi system pertidaksamaan linear tersebut. Daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear adalah daerah tempat kedudukan titik-titik yang memenuhi sistem
pertidaksamaan linear tersebut.
2.9 Tinjauan Keefektifan LKS Keefektifan LKS dapat dilihat pada kriteria keefektifan menurut Nieven. Menurut Nieven dalam Yamasari (2010:2) suatu LKS dikatakan efektif jika memenuhi indikator rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar siswa yang diperoleh mencapai kriteria ketuntasan minimum dan adanya respon positif siswa yang ditunjukkan melalui angket yang diberikan. 2.9.1 Tinjauan Hasil Belajar Menurut Susanto (2012:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K.Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
65
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Kemudian menurut Sudjana (2009:14), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sudjana (2009:3) mendefinisikan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan setelah berakhirnya penyajian materi yang disebut post-test. Tujuan dari post-test adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah disajikan pada suatu periode tertentu. Tes jika ditinjau dari bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non objektif) dan tes hasil belajar bentuk objektif. Disebut tes objektif karena siapapun yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk objektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. Karena itulah tes objektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes bentuk objektif. Tes diberikan pada saat setelah ujicoba akhir produk. 2.9.2 Tinjauan Tentang Persepsi Persepsi menurut Walgito (2010:100) merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan disekitarnya. Persepsi menurut Davidof (Walgito, 2010:100) merupakan
66
proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
proses
pengamatan
yang
dilakukan
oleh
individu
dalam
mengorganisasikan dan menafsirkan objek (rangsangan atau stimulus) yang telah diperoleh dan diterima melalui pancainderanya kemudian diproses ke dalam otak, selanjutnya diinterpretasikan oleh masing-masing individu. Objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan LKS berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pokok bahasan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Proses tersebut berawal dari pengamatan secara langsung yang diadakan oleh setiap individu, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya kemudian dikeluarkan berupa tindakan sesuai dengan apa yang diamati.