42
BAB II FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA SENGKETA PERTANAHAN DI KABUPATEN DELI SERDANG
A. Sengketa Pertanahan Sebagai Gejala Sosial Penyebab utama dari adanya sengketa dapat ditelusuri dari akar-akar ekonomi, politik sengketa di bidang pertanahan dilihat sebagai suatu masalah ekonomi politik dan oleh karena itu upaya-upaya penyelesaiannyapun haruslah mempertimbangkan pada faktor-faktor ekonomi politik51. Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan/keberatan dari orang/Badan Hukum yang berisi keberatan dan tuntutan terhadap suatu keputusan tata usaha negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dimana keputusan pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu.52 Meningkatnya berbagai masalah pertanahan di berbagai daerah saat ini, dapat diamati dari berbagai isi pemberitaan media massa baik surat kabar maupun elektronik yang hampir setiap hari memuat berita tentang sengketa di bidang pertanahan. Dari berbagai permasalahan yang terjadi seputar masalah sengketa pertanahan di masyarakat tersebut, hanya sebahagian kecil saja yang memperoleh penyelesaian secara tuntas selebihnya penyelesaian yang dilakukan hanya bersifat politis bahkan
51
Hadi Mulyo, Mempertimbangkan APR,Kajian Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Elsam, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, 1997. 52 Ali Achmad Chomzah, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2003, hlm. 29.
29
Universitas Sumatera Utara
43
dengan penyelesaian sifatnya sementara saja, sehingga tetap menjadi atau menyimpan masalah53. Pada saat masalah sengketa pertanahan muncul ke permukaan, hukum dituding tidak dapat melindungi hak-hak atas tanah rakyat, dimana seharusnya hukum berpihak kepada golongan ekonomi lemah, sebagaimana dijanjikan dalam Pasal 11 UUPA. Oleh karena itu janji hukum agraria untuk melindungi hak atas tanah rakyat dirasakan jauh dari kenyataan, hanya dapat terwujud dalam impian sebagai penyelesaian masalah sengketa pertanahan di masyarakat yang hanya dalam cita-cita semata. Akhirnya rakyat yang terus mengharapkan penyelesaian yang adil dalam kenyataan yang didambakannya menjadi putus asa untuk memperoleh penyelesaian hukum. Masyarakat menilai penyelesaian sengketa pertanahan selalu berpihak kepada kelompok tertentu yang tak pantas untuk dilindungi. Sedangkan pihak yang tak pantas memperoleh perlindungan hukum tersebut tak pernah iba melihat nasib rakyat yang tertindas hak atas tanahnya dan pada akhirnya rakyat kehilangan kesabaran, dan melakukan tindakan yang berada di luar jalur hukum. Kenyataan ini membuat masyarakat pesimis terhadap penyelesaian sengketa pertanahan yang mereka hadapi secara hukum sehingga akhirnya melahirkan tindakan yang berada di luar jalur hukum yang menimbulkan konflik berkepanjangan di masyarakat. Dampak sosial konflik adalah terjadinya kerenggangan sosial diantara warga masyarakat, termasuk hambatan bagi terciptanya kerjasama diantara warga masyarakat. Dalam hal kontrak terjadi antar instansi pemerintah, hal ini menghambat terjadinya koordinasi kinerja
53
Muhammad Yamin, Abdul Rahim Lubis, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hlm. 192.
Universitas Sumatera Utara
44
publik yang baik. Dapat juga terjadi penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkenaan pelaksanaan tata ruang. Penyelesaian terhadap kasus-kasus terkait sengketa perdata pada umumnya ditempuh melalui jalur pengadilan dengan dampak sebagaimana diuraikan di atas. Kasus-kasus berkenaan dengan pelanggaran peraturan landreform menunjukkan perlunya peningkatan penegakan hukum di bidang landreform sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
yang
melandasinya.
Terhadap
kasus-kasus
penggarapan rakyat atas tanah-tanah perkebunan, tampaknya penyelesaian yang lebih efektif adalah melalui jalur non pengadilan yang pada umumnya ditempuh melalui cara-cara perlindungan yang dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga yang netral atau tidak memihak. B. Jenis-jenis Sengketa Pertanahan di Kabupaten Deli Serdang Jenis-jenis sengketa pertanahan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian besar yaitu.54 1. Tanah warisan 2. Pelepasan hak dan ganti rugi 3. Jual beli 4. Penguasaan (penyerobotan) tanah 5. Batas-batas tanah 6. Ganti kerugian 7. Pengosongan tanah 1. Tanah warisan 54
Wawancara dengan Muhammad Irsan, Staff Bidang Sengketa Perkara, Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang pada tanggal 25 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
45
Sengketa tanah warisan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang pokok permasalahan yang disengketakan adalah tentang pemegang hak, tentang pemindahan hak yang dikuasai oleh pihak ketiga, terhadap jual beli tanah warisan yang belum dibagi kepada ahli waris. Pada sengketa ini yang dipersoalkan adalah tentang Penerbitan sertifikat ke atas nama seluruh ahli waris dimana tanah tersebut belum dibagi kepada masing-masing ahli waris (masih dalam boedel waris) namun telah diterbitkan sertifikat hak milik atas nama salah seorang ahli waris. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku karena harus diterbitkan juga ke atas nama ahli waris yang lain, terkecuali ahli waris tersebut telah melepaskan hak kewarisannya atau menyetujui tanah tersebut diatas namakan kepada salah satu ahli waris saja. Pada sengketa ini, ahli waris bersengketa dengan pihak ketiga mengenai hak kepemilikan atas tanah warisan tersebut. Contoh sengketa tanah warisan adalah tanah dengan Sertifikat No. 51/Patumbak Kampung atas nama B yang diterbitkan sekitar bulan Oktober 1988, dimana kepemilikan atas hak tanah tersebut adalah milik para ahli waris yaitu C, D, E dan F. Penerbitan
Sertifikat
No.
51/Patumbak
Kampung
atas
nama
B
tersebut
dipermasalahkan oleh ahli waris yang lain yaitu C, D, E dan F. 2. Pelepasan hak dan ganti rugi Pada sengketa tanah dengan jenis pelepasan hak dengan ganti rugi dan sengketa jual beli, jenis sengketa yang dipermasalahkan adalah tentang pengalihan haknya yang dialihkan kepada pihak pembeli sebelum dilakukan pembagian kepada ahli waris. Pelepasan hak dan ganti rugi lainnya mempersoalkan terhindarnya surat
Universitas Sumatera Utara
46
pelepasan hak dan ganti rugi tersebut cacat hukum dan tidak terpenuhinya uang pembayaran ganti rugi pada peralihan hak tersebut atau harga pelepasan hak dan ganti rugi tidak sesuai dengan harga pasaran tanah di daerah tersebut. Pada sengketa mengenai tidak adanya kesesuaian atas harga ganti rugi atas tanah tersebut, biasanya melibatkan kelompok masyarakat dengan badan hukum baik swasta maupun pemerintah. Pada sengketa pelepasan hak dan ganti rugi dengan pokok permasalahan kesesuaian harga ganti rugi para pihak tidak mengindahkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengenai pelepasan hak dan ganti rugi atas tanah untuk kepentingan umum. Pada sengketa jenis pelepasan hak dan ganti rugi ini, masyarakat pemilik tanah sering dirugikan dalam hal harga ganti rugi sehingga terjadi perlawanan oleh masyarakat tersebut terhadap badan hukum baik swasta maupun pemerintah. 3. Jual beli Untuk jenis sengketa jual beli yang dipermasalahkan adalah tentang pengalihan haknya kepada pihak ketiga, kemudian mempersoalkan tentang ganti rugi tentang batas-batas tanah yang diperjualbelikan. Pengertian batas-batas tanah yang diperjual belikan disini adalah bahwa pada saat terjadinya jual beli, batas-batas tanah yang diperjualbelikan tersebut kurang jelas, sehingga pada saat telah terjadi jual beli pihak ketiga merasa keberatan karena menganggap tanah yang telah diperjual belikan tersebut melampaui batas-batas hak kepemilikannya. Sengketa jual beli ini juga ada yang mempermasalahkan tentang penguasaan (penyerobotan) hak dengan cara mendirikan tonggak - tonggak di atas tanah yang telah dijual kepada pembeli. Jenis sengketa jual beli yang paling unik adalah mempersoalkan tentang penerbitan
Universitas Sumatera Utara
47
sertifikat mempermasalahkan tentang tumpang tindih hak dan mempersoalkan tentang perjanjian dalam pengikatan jual beli. 4. Penguasaan (penyerobotan) tanah Jenis sengketa lainnya yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang adalah sengketa penyerobotan tanah. Jenis sengketa ini memperkirakan tentang pengalihan haknya, penyerobotan haknya dengan cara mendirikan bangunan di atas tanah milik orang lain.
Selain
itu
memperkarakan
tentang penerbitan
sertifikat
juga
memperkarakan tentang perjanjiannya. 5. Batas-batas tanah Jenis sengketa tanah lainnya yang juga cukup banyak terjadi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sengketa mengenai batas-batas tanah. Sengketa jenis ini mempermasalahkan tentang penyerobotan batas-batas tanah ini ada yang mendirikan bangunan di atas batas-batas tanah yang menjadi hak milik orang lain. Sengketa batas tanah juga mempersoalkan tentang penerbitan sertifikat dari batas-batas tanah. Selain itu juga mempersoalkan tentang ganti rugi terhadap batas-batas tanah yang disebabkan dari jual beli.55 6. Ganti kerugian Sengketa tanah lainnya yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang adalah sengketa mengenai ganti rugi atas tanah. Pada jenis sengketa ini yang menjadi masalah adalah mengenai ganti kerugian yang tidak sesuai dengan perjanjian, ganti
55
Wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution, Staff Bidang Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang Pada Tanggal 23 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
48
kerugian terhadap batas-batas tanah yang kabur, terhadap batas-batas tanah yang cacat hukum pada pelaksanaannya karena tidak terpenuhinya uang pembayaran. 7. Pengosongan tanah Jenis sengketa pengosongan tanah ini merupakan suatu keputusan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap yang akan dieksekusi oleh aparat yang berwenang dalam pengosongan tanah tersebut. Sengketa yang terjadi pada umumnya adalah pemilik tanah yang akan dikosongkan tetap bertahan menduduki tanah tersebut meskipun ia telah kalah dalam putusan pengadilan dalam hal kepemilikan atas tanah tersebut. Aparat yang berwenang dalam melakukan pengosongan tanah pada umumnya terpaksa melakukan upaya paksa untuk mengeluarkan pihak yang tidak berwenang menduduki tanah tersebut. Sengketa atas pengosongan tanah tersebut sering terjadi diakibatkan oleh kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat dalam menerima keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dari beberapa jenis sengketa yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sengketa perkara yang paling dominan terjadi di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Adapun jenis sengketa perkara yang dominan terjadi pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 adalah seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 1. Sengketa Perkara Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 No
Perkara Perdata, PTUN
Penggugat
Tergugat
1
38/G/2000/PTUN-MDN
Muchtar bin Yahya dkk 113 orang
- Camat LP - Kakantah Deli Serdang - Mirah LT.IV Intervensi
2
78/G/2002/PTUN-MDN
Dr. H. Agusman Sutan Basya
3
46/G/2004/PTUN-MDN
Yusni
4
5
6
7
18/G/2005/PTUN-MDN
15/G/2005/PTUN-MDN
49/G.TUN/2005/PTUNMDN
04/G.TUN/2005/PTUNMDN
H. Thamrin Maharaja
Budi Suyalino
Tarunijan dkk
Berthe Samosir
Tipologi Perkara Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
Objek gugatan/lokasi Sertifikat Hak Milik No. 213/Desa Petapakan
- Kakantah Deli Serdang - M. Yasin Srg
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No.730/ LP. Pekan
A. Kakantah Deli Serdang PT. Pancing Busines Center
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HGB No. 1782/Medan Estate
- Kakantah Deli Serdang - Ahmat Jinat
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HGB No. 498/Helvetia
- Makekata Rosana Purba
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No. 146 Mulio Regio
- Kakantah Deli Serdang - PTPN II
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HGB No/110/ Sampali
- PT. Anugrah Sawindo - Kakantah Deli Serdang - PTPN II
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HGU No.115/ Bandar Klippa
Pokok Gugatan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 213/Desa Petapakan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 730/LP. Pekan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 1782/M.Es tate Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 498/Helvet ia Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 146/Desa Muliorejo Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 110/Desa Sampali Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 115/Banda
Putusan
Keterangan
a. PN/P-Tuan b. PT/PTTun c. Kasasi
Kasasi
a.Gugatan ditolak b.Banding ditolak
DK
a. Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding ditolak c.Kasasi
ditolak
a.Gugatan dikabulkan b.Banding dikabulkan
a.Gugatan dikabulkan
b.Banding dikabulkan
c.Kasasi ditolak d.DK ditolak a.Gugatan dikabulkan
Kasasi
b.Banding dikabulkan
a.Gugatan ditolak b Banding ditolak
Universitas Sumatera Utara
Kasasi
50
No
Perkara Perdata, PTUN
Penggugat
Tergugat
8
24/G.TUN/2005/PTUNMDN
Ir. Edward Pratogi Rangondian Tampubolon
- Kakantah Deli Serdang - MG Kok Sin
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No.1486/ Desa Sampali
- Kakantah Deli Serdang - Mukti Daulay
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No.1/ Desa Namorambe Julu
- Kakantah Deli Serdang - Tapi Suhandari Lubis
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No.1/ Desa Namorambe Julu
- PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa penguasaan dan kepemilikan/ tuntutan pengembalian tanah garapan masyarakat.
Desa Saentis Kec. Percut Sei Tuan
Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah
HM No. 286/ HM No. 288 dan HM No. 289/Desa Deli Tua Kec. Namorambe
Sengketa prosedur
Sertifikat HM No. 76/ Patumbak
9
10
11
12
13
33/G.TUN/2006/PTUNMDN
34/G.TUN/2006/PTUNMDN
05/G.TUN/2008/PTUNMDN
08/G.TUN/2008/PTUNMDN
26/G.TUN/2008/PTUNMDN
Rante Kilat Sinulingga dkk
Nimban Ginting dkk
Daniel Saragih
Telista Sinulingga dkk
Tengku Mira Laura
- Amir Simatupang
Tipologi Perkara
Objek gugatan/lokasi
Pokok Gugatan r Lippa Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1486/ Desa Sampali Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1/Desa Namoram be Julu Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1/Desa Namoram be Julu Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 112/Saenti s cacat hukum - Fiktif negatif tergugat tidak menjawab surat penggugat No. B. 29/BHAPHIPSI/200 7 tgl. 29-92007. Menyataka n cacat hukum sertifikat HM No. 286, No. 288 dan No. 239/ Delitua Penggugat memohon
Putusan
a.Gugatan diterima
Keterangan
DK
b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak
a. Gugatan ditolak b.Banding dikabulkan
c.Kasasi dikabulkan
a. Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding dikabulkan c.Kasasi ditolak
a. Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding ditolak c.Kasasi
ditolak
a. Gugatan tidak dapat diterima
Kasasi
b.Banding ditolak c.Kasasi
ditolak
a.Gugatan diterima seluruh
Universitas Sumatera Utara
Kasasi
51
No
Perkara Perdata, PTUN
Penggugat
Tergugat - Kakantah Kab. Deli Serdang
14
15
16
17
18
19
76/2008/PTUN-MDN
82/G/2008/PTUN-MDN
07/G/2009/PTUN-MDN
12/G/2009/PTUN-MDN
17/G/2009/PTUN-MDN
26/Pdt.G/2005/PN-LP
Rudy Mulyadi
Drs. Maramonang Siregar
T. haris Sabri Sinar, SE
Harun Aminah
Tio Siong Tjiok
Ibnu Hafas
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Arifin bin Arjuna
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Drs. Herbin Hutabarat
Kakantah Kab. Deli Serdang
Kakantah Kab. Deli Serdang
Kakantah Kab. Deli Serdang
-AHui - Jasa -T. Bukit -Tan Andoyono -Camat Tj. Beringin -Kades Tj. Beringan -Kakantah Kab. Deli Serdang
Tipologi Perkara penguasaan hak dan pendaftaran tanah
Objek gugatan/lokasi Kampung
- Sengketa prosedur - Kakantah No. 500.3354/ 9/2008 tgl. 99-2008 Sengketa prosedur
Tanah seluas 10.586 m2 terletak di Desa Lalang Kec. Sunggal
Sengketa prosedur
Sengketa prosedur
Sengketa prosedur
Sengketa penguasaan dan pemilikan
Sertifikat HM No. 1055/ Marindal I
Ex sertifikat HM No. 60/rusemuk dipecah menjadi sertifikat HM No. 122/regemuk s/d HM No. 135/Rugemuk.
Sertifikat HGB No. 3157 / Medan Estate
Sertifikat HGU No. 103 / Paya Bakung
HGB No. 18 / Tj. Beringin
Pokok Gugatan kan hak hukumtana h yang dimohonk an telah terbit sertifikat HM No. 74 Pembatala n sertifikat HM No. 126/ Lalang
Menyataka n cacat hukum penerbitan SHM No. 1055/ Marindal I Menyataka n batal dan cacat hukum penerbitan SHM No. 122 / Rugemuk s/d 135/Ruge muk Menyataka n cacat hukum penerbitan sertifikat HGB No. 3157/ Medan Estate Menyataka n tidak sah penerbitan SHGU No. 103 / Paya Bakung Menyataka n Sertifikat HGB No. 18 / Tj. Beringin tidak mempunya i kekuatan hukum
Putusan
Keterangan
nya b.Banding dikabul kan
c.Kasasi ditolak
a. Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding dikabul kan
a.Gugatan dikabul kan
Kasasi
b.Banding dikabul kan
a.Gugatan dikabul kan
Kasasi
b.Banding ditolak
a.Gugatan dikabul kan
Kasasi
b.Banding dikabul kan
a.Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding ditolak
a.Gugatan dikabul kan
b.Banding ditolak
c.Kasasi ditolak
Universitas Sumatera Utara
Kasasi
52
No 20
21
Perkara Perdata, PTUN 17/Pdt.G/2003/PN-LP
38/Pdt.G/2003/PN-LP
Penggugat Saromi, dkk
Sari, dkk
Tergugat - PTPN II - Gubernur KDH Tk. I Sumut - Kakanwil BPN Prop. SU - Bupati Deli Serdang - Kakantah Kab. Deli Serdang PT. Sri
Tipologi Perkara Sengketa penguasaan dan pemilikan
Objek gugatan/lokasi HGU No. 1 / Bandar Kalipa
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
HGU No. 2/ Kotarih
Sengketa penguasaan dan kepemilikan (tanah ulayat)
HGU No. 111/ Helvetia
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
HGU No. 1/ Sei Tuan
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Pokok Gugatan Menyataka n Sertifikat HGB No. 1 / Bandar Kalifa tidak mempunya i kekuatan hukum
Putusan \a.Gugatan ditolak
a. Gugatan ditolak
Menyataka n HGU No. 111/ Helvetia tidak mempunya i kekuatan hukum Menyataka n sertifikat HGU No. 1/ Sei Tuan cacat hukum
a. Gugatan ditolak
Ganti rugi pengadaan tanah kanal di Desa Marindal 1 Kec. Patumbak
Ganti rugi pengadaan tanah kanal Desa Marindal I
a. Gugatan ditolak
HGU No. 110/ Sampali
Menyataka n sertifikat HGU No. 110/ Sampali cacat
a. Gugatan ditolak
Agung
Kasasi
b.Banding ditolak
Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 2 Hotari
Rahayu
Keterangan
Kasasi
b.Banding ditolak
- Kakantah Deli Serdang 22
79/Pdt.G/2003/PN-LP
BKMAD
- PTPN II - Bulati Deli Serdang
23
82/Pdt.G/2003/PN-LP
Sabran dkk (281 org)
- Kakantah Puskopa d A dan II BB
24
25
34/Pdt.G/2004/PN-LP
44/Pdt.G/2004/PN-LP
AM. Situmeang, SH
BKMAD
- PT. Poly Kartika Sejahtera - Kakantah Deli Serdang - Pimpro pengendalian Banjir Medan sekitarnya - Bupati Deli Serdang selaku panitia - Kakantah - Bupati Deli Serdang - Kakantah
Kasasi
b.Banding ditolak
a. Gugatan ditolak
Kasasi
b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak
Kasasi
b.Banding ditolak
b.Banding ditolak
Universitas Sumatera Utara
Kasasi
53
No
26
Perkara Perdata, PTUN
74/Pdt.G/2004/PN-LP
Penggugat
Susila Efrata Bukit, dkk
Tergugat
-
Ester
Engkeli ni
Tipologi Perkara Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Objek gugatan/lokasi HGU No. 412/ Ujung Labuhan
Br.
Bukit
27
28
29
30
89/Pdt.G/2004/PN-LP
90/Pdt.G/2004/PN-LP
91/Pdt.G/2004/PN-LP
89/Pdt.G/2007/PN-LP
Drs. Tengku Azan Khan Zuriat/ sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli
Drs. Tengku Azan Khan Zuriat/ sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli
Drs. Tengku Azan Khan Zuriat/ sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli
Datuk Ahmad Neil
- Johan Ginting - Kades Ujung Labuhan / Camat Namoramb e - PT. Bank Sumut - Nuriljini Ilyas, SH PPAT Kab. Deli Serdang - PTPN II - Bupati Deli
Pokok Gugatan hukum Menyataka n batal demi hukum HM No. 412/ Ujung Labuhan
Deli Serdang - Kakantah Deli Serdang - PTPN II - Bupati Deli Serdang - Kakantah Deli Serdang - Tengku Khairul Amar dkk - Kakantah Kab. Deli Serdang
a.Gugatan dikabul kan
HGU No. 111/ Helvetia, seluas 183,56 Ha Desa Manunggal
Menyataka n sertifikat HGU No. 111/ Helvetia
a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima
Sengketa penguasaan dan kepemilikan (tanah ulayat masyarakat Deli)
HGU No. 111/ Helvetia, seluas 183,56 Ha Desa Manunggal
Menyataka n sertifikat HGU No. 111/ Helvetia
a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima
Sengketa penguasaan dan kepemilikan/ perjanjian kuasa waris
HM No. 245 s/d No. 252/ dan 222, No. 244 dan 187 / Desa Kelambir V
Menyataka n para tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum
a. Gugatan ditolak
Sengketa penguasaan dan kepemilikan (sengketa tanah ulayat)
Kasasi
c.Kasasi ditolak
a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima
HGU No. 111/ Helvetia
Keterangan
b.Banding ditolak
Menyataka n sertifikat HGU No. 111/ Helvetia
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Serdang - Kakantah Deli Serdang - PTPN II - Bupati
Putusan
Kasasi
b.Banding diterima
Kasasi
b.Banding diterima
Kasasi
b.Banding diterima
b.Banding dikabul kan
Universitas Sumatera Utara
Kasasi
54
No
Perkara Perdata, PTUN
Penggugat
Tergugat
Tipologi Perkara Sengketa penguasaan dan kepemilikan tanah garapan
Objek gugatan/lokasi Desa Klumpang Kampung/ Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak
31
94/Pdt.G/2007/PN-LP
Usman Sayang, dkk
- Menteri Pekerjaan Umum RI - PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang
32
11/Pdt.G/2008/PN-LP
Aja Sakila
- Tengku Khair Amar - Tony Wijaya - Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa penguasaan penetapan dan pendaftaran hak (kuasa waris)
HM No. 176/Klambir lima, HM No. 177/Klambir Lima
33
12/Pdt.G/2008/PN-LP
Ridwan Amir Nst
- PTPN II - Ahli waris Saniman - Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa penguasaan penetapan hak dan pendaftaran hak
Desa Bandar Klipa Kecamatan Percut Sei Tuan
34
19/Pdt.G/2008/PN-LP
H. Isnanto dkk
- Amirudin dkk - PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang
Sertifikat Ex HGU No.1/Bangun Sari/Sertifikat HGU No. 9/ Bangun Sari a/n PTPN II.
35
35/Pdt.G/2008/PN-LP
Sutikno Wongso
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Sukamto Wongso dkk
Sengketa penguasaan kepemilikan dan penetapan hak dan pendaftaran hak kepemilikan tanah, objek tanah perkebunan Sengketa penguasaan dan kepemilikan
36
49/Pdt.G/RLW/2008/ PN-LP
Ny. Ramini dkk
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Hj. Nursiah dkk
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
HM No. 183/ Punden Rejo
HM No. 704/ Purwodadi
Pokok Gugatan Menyataka n sertifikat HGU No. 1/ Klumpang tidak sah karena cacat hukum Menyataka n penggugat sah sebagai pemilik HM No. 176 dan HM No. 177/ Desa Klambir Lima Menyataka n penggugat adalah satusatunya pemegang hak yang sah selaku pembeli yang beritikad baik Menyataka n penggugat adalah yang sah dari tanah objek gugatan.
Pengembal ian aset perusahaa n dan tanah sertifikat HM No. 704/ Purwodadi Pencabut penetapan No. 09/Eks/20 08/99/ dtg/2004/P N-LP
Putusan
Keterangan
a. Gugatan ditolak
Banding
a. Gugatan ditolak
Banding
a.Gugatan dikabul kan
Banding
a.Gugatan dikabul kan
Banding
a.Gugatan dikabul kan
Banding
a.Menolak perlawanan dari para perlawanan
Banding
Universitas Sumatera Utara
55
No 37
38
Perkara Perdata, PTUN 51/Pdt.G/2008/PN-LP
112/Pdt.G/2008/PN-LP
Penggugat Suprapto
Rohani Simanungkalit
Tergugat - Kakantah Kab. Deli Serdang - Hj. Nursiah dkk - Kakantah Kab. Deli Serdang
Tipologi Perkara Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Objek gugatan/lokasi HM No. 156/ Puji Mulyo HM No. 70/ Puji Mulyo
Pokok Gugatan Perjanjian hutang piutang wanprestas i
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Tanah seluas + 90 m2 terletak di Kel. Kenanga Baru Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang
Peralihan hak atas rumah KPR over kredit
Tanah seluas + 3.912,60 m2 terletak di Desa Bandar Kalipa Kec Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Sertifikat HM No. 184/ Purwodadi
-
- Hj. Nursiah dkk 39
94/Pdt.G/2008/PN-LP
Sri Hastuti
Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa penguasaan dan kepemilikan
40
117/Pdt.G/2008/PN-LP
Wibowo
Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa kepemilikan
41
29/Pdt.G/2009/PN-LP
Togal disebut juga T. Simatupang
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Bank BTN
Sengketa kepemilikan
Rumah yang terletak di Perumnas Mandala Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan
42
14/Pdt.G/2009/PN-LP
Nurmansyah Sembiring
Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa kepemilikan
Sertifikat HM No. 24/ Pertumbukan
43
40/Pdt.G/2009/PN-LP
Tugas Tarigan/ Muhajirin
Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa kepemilikan
HGU No. 2/ Namo Mbein
44
51/Pdt.G/2009/PN-LP
Tiramsa Sinaga
- Kakantah Kab. Deli Serdang
Sengketa penguasaan dan
Rumah yang terletak di Perumnas Mandala
Putusan a. Gugatan tidak dapat diterima
Keterangan Kasasi
b. Banding ditolak
a.Gugatan dikabul kan
-
a.Gugatan ditolak
Banding
Menghadir i para tergugat mengemba likan sertifikat HM No. 184/ Purwodadi kepada penggugat Menyataka n sah dan berkekuata n hukum peralihan over kredit atas satu pintu rumah di Perumnas Mandala Menyataka n batal dan tidak berkakuata n hukum penerbitan sertifikat HM No. 24/pertum bukan. Menyatak an sertifikat HGB No. 2/Namo Mblein tidak sah/cacat hukum
Surat kuasa
Banding
a.Gugatan dikabul kan
Banding
a.Gugatan ditolak
Banding
a. Gugatanditolak
Banding
Permasala han kredit kepemilika
a.Gugatan dikabul kan
Banding
Universitas Sumatera Utara
56
No
Perkara Perdata, PTUN
Penggugat
Tergugat - Bank BTN
45
53/Pdt.G/2009/PN-LP
Delvi Situmorang
- Kakantah Kab. Deli Serdang - Bank BTN
46
81/Pdt.G/2009/PN-LP
PT. Jui Shin Indonesia
Kakantah Kab. Deli Serdang turut terlawan dua
Tipologi Perkara kepemilikan (penyelesaian ) peralihan over kredit KPR BTN yang telah lunas Sengketa penguasaan dan kepemilikan (penyelesaian ) peralihan over kredit KPR BTN yang telah lunas Sengketa penguasaan dan kepemilikan
Objek gugatan/lokasi Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan
Pokok Gugatan n rumah
Rumah yang terletak di Perumnas Mandala Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan
Permasala han kredit kepemilika n rumah
HGB No. 307, 357, 397, 449, 590, 591/Saentis.
Menyataka n perlawana n adalah pemilik yang sah atau tanah sesuai HGB No. 307, 357, 397, 449, 590, 591/Saenti s.
Putusan
a.Gugatan dikabul kan
-
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
Banding
Banding
57
C. Faktor-Faktor Dominan Timbulnya Sengketa Pertanahan di Kabupaten Deli Serdang Terjadinya sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang disebabkan oleh faktor-faktor yang merupakan penyebab utama timbulnya sengketa pertanahan tersebut. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
timbulnya
sengketa
pertanahan
di Kabupaten Deli Serdang tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis sengketa yang terjadi. Pada jenis sengketa pengalihan hak yang merupakan jenis sengketa yang paling banyak terjadi di Kabupaten Deli Serdang disebabkan oleh faktor beragamnya jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari berbagai jenis etnis suku bangsa, kurangnya pengetahuan hukum sebagian besar masyarakat khususnya peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan mental intelektual dan penyuluhan hukum kepada masyarakat
di Kabupaten Deli Serdang khususnya dibidang peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang pertanahan. Pada jenis sengketa pengalihan hak yang timbul dari tindakan hukum jual beli dan pelepasan hak dengan ganti rugi, faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya sengketa adalah adanya unsur penipuan dari pihak pembeli, wanprestasi (ingkar janji), yaitu dalam hal pembayaran harga tanah yang belum lunas dilakukan oleh pembeli. Pembayaran harga tanah yang belum lunas tersebut dijanjikan oleh pihak pembeli dalam waktu beberapa minggu kemudian setelah penandatanganan akta jual beli dilaksanakan. Pada kenyataannya pihak pembeli melakukan wanprestasi
Universitas Sumatera Utara
58
(ingkar janji) dalam hal pelunasan sisa pembayaran harga tanah tersebut dan tidak memiliki itikad baik dalam melunasi sisa pembayaran harga tanah tersebut. Pihak pembeli juga melakukan pengalihan hak tanah tersebut kepada pihak ketiga meskipun harga tanah tersebut belum dibayar lunas oleh pembeli. Disinilah terjadi unsur penipuan dari pihak pembeli terhadap penjual tanah tersebut yaitu dengan sengaja dan beritikad buruk tidak melunasi sisa pembayaran tanah tersebut. Namun melakukan tindakan hukum terhadap tanah yang telah dibelinya tersebut. Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya sengketa pengalihan hak ini adalah tertundanya surat pengalihan hak tersebut, akibat dari proses yang dilakukan oleh pejabat instansi pemerintah. Pada jenis sengketa penyerobotan tanah faktor penyebab yang menonjol dalam menimbulkan sengketa tersebut adalah karena adanya unsur melawan hukum dan penyimpangan prilaku hukum dari pihak penyerobot. Selain itu karena adanya kesempatan dan peluang bagi penyerobot yang ditimbulkan dari lamanya tanah ditinggalkan. Jenis sengketa ini juga disebabkan faktor pengosongan tanah yang juga disebabkan oleh unsur ingin menyerobot tanah milik orang lain. Sengketa timbul disebabkan karena faktor itikad tidak baik (buruk) dari pihak tergugat sebagai pihak pembeli yang tercermati dari adanya unsur ingin menguasai tanah milik orang lain. Jenis sengketa pelepasan hak tanah faktor-faktor yang menyebabkannya adalah tidak adanya memuat : 1) letak dan batas-batas tanah yang dimohonkannya, 2) dalam berita cara pemeriksaan dilapangan oleh pegawai tergugat tidak ada memuat letak dan batas-batas tanah, nama pejabat dan beserta stempelnya oleh pejabat
Universitas Sumatera Utara
59
berwenang yang mengetahui, 3) dalam surat keterangan Kepala Desa Patumbak Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No. 592/60/Prona/DPK/IX/1987 tidak ada memuat letak dan batas-batas tanah, nama pejabat dan beserta stempelnya oleh pejabat berwenang yang mengetahui. Khusus pada sengketa penerbitan sertifikat faktor penyebab yang lebih dominan adalah tumpang tindih hak, tidak konsisten dan tidak konsekwen dari pejabat instansi pemerintah dalam menerapkan peraturan yang ada dan juga disebabkan oleh karena tumpang tindihnya peraturan dimana Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah masih tumpang tindih pemberlakuannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, selain itu ketentuan hukum adat tanah yang masih memberlakukan peralihan hak atas tanah tanpa melalui PPAT. Jenis sengketa penyerobotan hak atas tanah faktor penyebabnya adalah batasbatas tanah yang diperjual belikan oleh pihak yang bersengketa, kabur atau tidak jelas. Kemudian faktor penyebab lainnya adalah karena tidak terpenuhinya uang pembayaran atas jual beli tanah tersebut. Selain itu juga mempermasalahkan tentang uang ganti kerugian yang telah diperjanjikan, dalam hal ini adanya unsur ingkar janji (wanprestasi) dari pihak pembeli mengenai sengketa tanah dibidang penguasaan hak. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat yang antara lain meliputi :
Universitas Sumatera Utara
60
a. Ingin menguasai tanah orang lain atau penyerobotan yang merupakan penyimpangan perilaku hukum dari masyarakat di Kabupaten Deli Serdang. b. Melakukan wanprestasi atau ingkar janji. c. Melakukan penipuan terhadap jual beli atas tanah baik dari segi administratif kelengkapan maupun dari segi batas-batas tanah. 2. Kurangnya pengetahuan hukum masyarakat antara lain meliputi : a. Tidak teliti (ceroboh) dalam melakukan pembelian atas tanah b. Tidak mengindahkan adanya dokumentasi atas tanah secara umum dan juga dokumentasi bebas silang sengketa pada saat pembelian atas tanah. c. Menelantarkan atau meninggalkan tanah yang dimilikinya sehingga mengakibatkan terjadinya penyerobotan atas tanah tersebut. Terbatasnya pengetahuan teknis serta terjadinya kekeliruan dalam menerapkan peraturan dan kebijaksanaan yang ada dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain yaitu : 1) Pihak instansi kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang / tidak menjalankan peraturan perundang-undangan dengan ketentuan yang ada dalam hal : a. Penerbitan surat sertifikat hak milik yang tidak sesuai dengan surat pelepasan hak atas tanah dengan ganti rugi. b. Terlambat menerbitkan surat sertifikat hak milik 2) Pihak yang bersengketa mengalami kelemahan dalam pengetahuan teknis dan pemahaman hukum dalam bidang pertanahan.
Universitas Sumatera Utara
61
Terbatasnya pengetahuan teknis dalam hukum pertanahan serta terjadinya kekeliruan dalam menerapkan kebijaksanaan yang ada adalah merupakan salah satu faktor penyebab yang paling dominan dalam kajian jenis sengketa pertanahan yang ditemukan di Kabupaten Deli Serdang. Dari tiap-tiap jenis sengketa yang diteliti untuk dianalisis yang mewakili faktor ini, rata-rata ditemukan dalam setiap jenis sengketa juga ditemukan beragam faktor penyebab yang menimbulkan sengketa tersebut. Di samping itu peraturan dan kebijaksanaan yang ada di bidang pertanahan sering salah ditafsirkan oleh para pihak yang bersengketa dalam penerapannya di lapangan, sehingga sengketa tidak dapat dihindari. Penyelesaian dengan jalan musyawarah telah dicoba dan dilakukan, namun pihak yang bersengketa tidak berhasil diajak untuk berdamai karena tidak merasa puas dengan hasil yang dimufakatkan dalam perdamaian tersebut, sehingga sengketa tersebut menjadi berlarut-larut dan harus diselesaikan melalui jalur pengadilan (litigasi). Mengenai terjadinya sengketa di bidang pertanahan yang disebabkan oleh faktor penyimpangan prilaku hukum dari pihak yang bersengketa dapat diuraikan penjelasannya yaitu bahwa perilaku yang menyimpang adalah suatu tingkah laku yang tunduk kepada kontrol sosial. Kontrol sosial yang dimaksudkan disini adalah kontrol sosial yang mendefinisikan apa yang dimaksud dengan yang menyimpang. Semakin banyak kontrol sosial kemana tingkah laku itu harus tunduk, semakin
Universitas Sumatera Utara
62
banyak menyimpang tingkah laku itu56. Dalam pengertian penyimpangan prilaku hukum tersebut di atas keseriusan dari prilaku yang menyimpang itu dibatasi oleh kuantitas kontrol sosial yang juga mendefinisikan kadar dari prilaku yang menyimpang itu. Gaya kontrol sosial bahkan mendefinisikan gaya dari prilaku yang menyimpang apakah itu suatu kejahatan yang harus dihukum, suatu hutang yang harus dibayar, suatu keadaan yang membutuhkan perlakuan atau suatu perebutan kekuasaan kepemilikan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan singkat, prilaku yang menyimpang adalah suatu segi dari kontrol sosial. Sedangkan hukum adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang tiap-tiap orang atau masyarakat wajib mentaatinya, dan bagi pihak yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi. Penyimpangan prilaku hukum dalam kasus ini ada dua jenis penyebabnya yaitu : 57 a. Faktor adanya pihak yang tidak mematuhi kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum yang sedang berjalan. b. Faktor meningkatnya jumlah penduduk yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ekonomi.
56
Ediwarman, Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-kasus Pertanahan di Sumatera Utara, 2001, Disertai, hlm. 182. 57 Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-masalah Sosial, Citra Aditya Bakti Bandung, 1989, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
63
D. Pelanggaran Hukum Karena Adanya Kesempatan dan Peluang Penyimpangan prilaku hukum yang disebabkan oleh faktor hukum itu sendiri dapat diuraikan yaitu semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya, sebaliknya semakin buruk suatu peraturan hukum akan semakin sulit penegakannya. Bagaimana peraturan hukum yang baik terhadap kepemilikan tanah ? Dalam hal ini tentunya peraturan di bidang kepemilikan tanah tersebut dapat ditegakkan kepada semua unsur masyarakat. Secara umum peraturan yang baik itu yaitu peraturan yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Peraturan hukum secara yuridis ini menurut Hans Kelsen apabila peraturan hukum tersebut penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berhubungan dengan teori “stufenbau” dari Hans Kelsen. Dalam hal ini perlu diperhatikan apa yang dimaksud dengan berlakunya kaedah hukum, oleh karena efektivitas merupakan fakta58. Stufenbau teori ini sesuai dengan tata tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan-peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, dimana dinyatakan setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya.59 Teori Stufenbau dari Hans Kelsen tersebut memiliki keterkaitan yang erat sekali dengan kepastian hukum (rechtzekerheid) terhadap setiap peraturan yang berlaku atas tanah. Peraturan yang berlaku atas tanah 58
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah-kaedah Hukum, Alumni Bandung, 1978, hlm. 114. 59 Mohammad Kusnadi dan Hormaily Ibrahim, Hukum dan Tata Negara Indonesia, Fakultas Hukum UI, Jakarta, hlm. 50, jo. Ridwan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 205.
Universitas Sumatera Utara
64
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang berada di atasnya sesuai dengan hirarki peraturan tersebut. Sehingga peraturan mengenai tanah yang menjadi peraturan pelaksana merupakan peraturan yang menguatkan dari peraturan yang berada di atasnya sehingga menimbulkan suatu kepastian hukum terhadap pengaturan dibidang pertanahan. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah diterbitkan untuk penerbitan hukum agraria (Hukum pertanahan), karena di dalam peraturan ini telah dilengkapi dan disempurnakan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang bertujuan untuk kepastian dan ketertiban hukum. Pengertian pendaftaran dan peralihan hak atas tanah harus disesuaikan dengan hukum adat yang berlaku dengan cara yang paling sederhana dan dapat dipahami oleh rakyat yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 pada pelaksanaannya di lapangan ditafsirkan keliru dan berbenturan dengan ketentuan yang dijelaskan di dalam Pasal 37 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bahwa peralihan hak atas tanah hanya dapat didaftarkan jika dapat dibuktikan dengan akta PPAT yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perbuatan peralihan hak atas tanah yang dimaksud yaitu harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi yang memenuhi syarat sebagai saksi PPAT wajib membacakan dan menjelaskan isi dan maksud dari akta PPAT tersebut (Pasal 38 ayat (1) PP No. 24 tahun 1997).
Universitas Sumatera Utara
65
Selain itu Pasal 2 Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah menjelaskan tentang kewenangan membuat akta otentik dalam hal mutasi, pemberian hak dan pemberian kuasa dengan hak tanggungan adalah wewenang PPAT sebagai pejabat umum yang berwewenang membuat akta otentik. Dimaksud dengan akta otentik disini apabila ada masalah pada akta PPAT, maka Pengadilan tidak perlu memeriksa kebenaran isi dari akta tanah tersebut, ataupun tanggal ditandatanganinya dan demikian pula keabsahan dari tanda tangan dari pihak-pihak, asal saja tidak dapat dibuktikan adanya pemalsuan, penipuan, maupun lain-lain kemungkinan akta tanah tersebut dapat dinyatakan batal ataupun harus dibatalkan. Dihubungkan dengan pendapat pakar hukum Hans Kelsen dalam “Stufenbau” teori ketidak efektifnya peraturan ini pada pelaksanaannya dikaitkan dengan kasus tentang instruksi bagi para Pejabat Pembuat Akta Tanah dan juga kewenangan dan keontetikan dari akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, dikarenakan tumpang tindih hak atas kepemilikan tanah dan tumpang tindih peraturan yang dijalankan. Peraturan yang lebih rendah (lama) masih diberlakukan. Namun kaedah hukum yang tegas dapat diterapkan oleh Majelis Hakim dengan memenangkan perkara kepada pihak yang menerapkan ketentuan yang lebih tinggi. Dalam perkara ini terbukti bahwa pendapat Hans Kelsen sering dipakai oleh majelis hakim dalam pandangan juridis hukum. Selanjutnya W. Zevenbergen menyatakan bahwa suatu peraturan hukum mempunyai kekuatan berlaku juridis jika peraturan hukum tersebut terbentuk menurut
Universitas Sumatera Utara
66
cara yang telah ditetapkan.60 Misalnya UUPA Nomor 5 Tahun 1960 terbentuk oleh presiden dengan persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 5 ayat (1). Kemudian suatu peraturan hukum berlaku secara sosiologis bilamana peraturan tersebut diakui atau diterima oleh masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukan/diberlakukan, demikian menurut “Anerkennungs theorie”, “The recognition theory”. Teori ini bertolak belakang dengan Muchttheorie, Power theory yang menyatakan bahwa peraturan hukum mempunyai kelakuan sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh masyarakat.61 Teori yang disebutkan di atas lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia. Suatu hukum berlaku secara filosofis apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum (rechts idee) sebagai nilai positif yang tertinggi. Di Indonesia cita-cita hukum positif tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan khusus yang menyangkut peralihan hak dan kepemilikan hak belum ada undang-undang sendiri, namun pengaturannya terlalu banyak sehingga pada pelaksanaannya sering ditafsirkan yang keliru. Substansi Badan Pertanahan Nasional maupun Substansi Pemerintah (Camat dan Kepala Desa) dalam pelaksanaan teknis tidak terkoordinasi sehingga timbul banyak Surat Kepemilikan dalam satu data fisik dan satu data yuridis dalam satu bidang tanah dan yang menyangkut hubungan hukum dalam bidang tanah tersebut. Dengan kejadian seperti ini timbul sengketa pertanahan.
60 61
Purnadi Purba Caraka dan Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 114. Ibid, hlm. 117.
Universitas Sumatera Utara