BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR KOTA SIBOLGA
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai lokasi dimana penulis melakukan penelitian.dalam pendeskripsian lokasi penelitian yang di lakukan oleh penulis adalah melalui deskripsi etnografi. dimana etnografi merupakan suatu deskripsi mengenai lokasi suatu bangsa di suatu lokasi tertentu,suatu wilayah geografi dan administratif suatu bangsa, lingkungan alam dan demografi serta sejarah asal mula suatu suku bangsa, dalam perkembangan awalnya etnografi merupakan kumpulan catatan orang-orang eropa yang mengadakan ekspolarasi di wilayah/daerah baru di luar wilayahnya. Menyangkut hal ini (Koentjaranigrat 1986:42) menyampaikan: kegiatan etnografi ini sudah lama dilakukan bahkan sebelum antropologi sebagai suatu cabang ilmu itu ada, dan hal ini juga di ungkapkan oleh (Fetterman 1989:11) "etnography is the art and science of describing a group of culture” yang apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut etnografi bukan hanya sekedar ilmu melainkan juga seni tentang pendeskripsian suatu bangsa. Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai budaya dan adat istiadat yang terdapat di masyarakat pesisir sibolga penulis menggunakan 7 unsur yang membentuk suatu kebudayaan dalam masyarakat, menggutip apa yang dituliskan koentjaraningrat dalam (pengantar ilmu antropologi 1979-333) “untuk memperinci mengenai unsur-unsur kebudayaan yang membentuk masyarakat, sebaiknya dipakai daftar unsur-unsur kebudayaan yang universal
14 Universitas Sumatera Utara
yaitu: Bahasa, Teknologi, Mata Pencaharian (Ekonomi), Organisasi Sosial, sistem Pengetahuan, kesenian, dan sistem religi. Sebagaimana telah terlebih dahulu di sampaikan penulis di awal bab II ini, maka yang akan dibahas didalam bab ini adalah mengenai ,Sejarah daerah penelitian, Letak Geografi, Demografis, serta letak lokasi penelitian, begitu pula keadan masyarakat kota Sibolga dan hubunganya dengan budaya dan adat istiadat yang dibahas secara ringkas
2.1 Sejarah Kota Sibolga Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli, teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan di ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di abad ke -16 M, dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera utara dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus. 5, Mengutip apa yang di sampaikan oleh Tengku Luckman Sinar dalam tulisan nya yang bertajuk (lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara 1981) dimana dalam tulisanya tersebut beliau menyampaikan bagaimana kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu telah terjadi interaksi antara masyarakat di pesisir pantai teluk tapian nauli dengan Orang-orang yang tinggal di pedalaman, yang sangat membutuhkan garam ,dan bahan bahan lainya yang hanya dapat bisa di peroleh dari pesisir pantai,mereka melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka peroleh ,dengan garam dan
5
Tengku Luckman sinar , SH lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara, Harian Waspada 23 juni 1981
15 Universitas Sumatera Utara
lain-lain, hal ini sering dilakukan oleh “Parlanja”. 6 makin lama makin banyak orang hilir mudik,dan menetap di pesisir pantai, Berdirinya sibolga berawal dari di bukanya kampung oleh Ompu Datu Hurinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di Simaninggir yang pada saat ini Simaninggir merupakan wilayah yang termasuk keadalam wilayah administratif KabupatenTapanuliTengah. letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat dengan teluk Tapian Nauli. Simaninggir /Tinggir yang dalam bahasa Toba Batak mempunyai arti tajam pendengaran /pemantauan. oleh para parlanja daerah ini sering dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai atau pun Sesudah sekembali dari Daerah pesisir pantai sebelum kembali ke daerahnya . Semenjak Ompu Datu Hurinjom bermukim di Simaninggir, kawasan teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. walaupun demikian Ompu Datu Hurinjom yang memiliki postur tubuh tinggi besar tidak gentar menghadapi keadaan, bahkan memindahkan pemukiman mendekati teluk ,yaitu di Simare-Mare (salah satu daerah di kecamatan sibolga kota) di bawah kaki Dolok Simarbarimbing dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk Tapian Nauli Dikarenakan taktik perang dan taktik wilayah dan untuk menjamin keperluan garam maka sekitar tahun 1700 M cucu Datu Horinjom bernama Raja Luka Hutagalung yang dalam perjalanan sejarahnya kemudian lebih
6
Pengertian parlanja adalah orang yang membawa barang dengan pikulan
16 Universitas Sumatera Utara
dikenal sebagai Tuanku Dorong. membuka perkampungan baru di sekitar aliran sungai Aek Doras (sungai di wilayah kecamatan Sibolga kota ), Ompu Datu Horinjom sebagai pemuka kampung pertama di simaninggir
merupakan
seseorang
yang
dihormati
oleh
kalangan
masyarakatnya di samping memiliki postur tubuh tinggi besar ompu tersebut juga memilki kesaktian/tenaga hal ini juga turun kepada anak dan cucunya yang juga memilki tubuh tinggi besar. Dimana dalam masyarakat Batak adalah Tabu untuk menyebut nama seseorang apalagi orang tersebut lebih tua dan di hormati. sehinnga yang ingin bertemu denganya sering di sampaikan dengan sebutan : beta tu huta ni sibalga’i, yang apabila diartikan sebagai berikut ayo ke tempat/kampung orang yang tinggi besar itu, kata tersebut merupakan awal kata dimana kemudian dalam perjalanan sejarah berikutnya berkembang menjadi Sibolga 7. Periode 1815 pihak Inggris mengadakan perjanjian yang mana perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Tigo Badusanak. dengan Raja Sibogah serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil disekitar teluk Tapain Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan Poncan Gadang (besar) yang saat itu tunduk dibawah kekuasan inggris, pihak inggris menyebut Poncan dengan Fort Tapanooly di karenakan di sanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya.
7
Lebih dalam dan detil lihat tulisan Drs. Raja Ja’far Hutagalung, “Sibolga Nama Legendaris Seorang Pejuang,” dalam Buku Hari Jadi Sibolga,” Pemko Sibolga (1998:111)
17 Universitas Sumatera Utara
Menurut tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset seorang pembesar belanda EB.Kielstra: dalam periode 1833-1838 di Sibolga penuh berdiam penduduk segala bangsa terutama orang batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat pemerintahan asisten Residensi Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras, Sibolga menjadi ramai,meskipun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk asal batak yang sudah beragama islam sudah menjadi “Pesisir”dengan adat sendiri yang sfesifik. Dimasa Sibolga dibagun, istana raja yang berada di tepi sungai Aek doras dan perkampungan di sekelilingnya di pindahkan ke daerah baru di Sibolga ilir, dan sebagai pemangku adat berdasarkan data dan silsilah rajaraja/kepala kuria di Sibolga adalah sebagai berikut:
1. Raja Luka Hutagalaung gelar Tuanku Dorong pembuka kampung pertama di sekitar sungai aek Doras yang kemudian berkembang menjadi kuria sibogah 2. Sutan Manukar 3. Raja Ombun 4. Sipalenta 5. Sultan Parhimpunan 6. Muhamad Sahib (merupakan kepala kuria terakhir,karena setelah zaman kemerdekaan istilah raja /kepala kuria sudah tidak ada lagi) 8
8
“ hari jadi sibolga , pemko sibolga ,1998. 13:111
18 Universitas Sumatera Utara
Periode selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernement”(Propinsi) dan Tapanuli menjadi salah satu “Resident”nya, dimana dengan Beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 7 desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi ibukota Residen Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Afdelinghoof (kepala daerah).
Tabel 1. Afdeling Dibawah Karisidenan Sibolga N0
NAMA
1
Afdeling.Singkil
2
Afdeling.Barus
3
Afdeling Mandailing
4
Afdeling Natal
5
Afdeling Angkola
6
Afdeling Nias
7
Afdeling Sibolga
Wilayah yang termasuk distrik afdeling. Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Kolang, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau–pulau kecil di depan teluk Tapian Nauli, yang mana setiap distrik di kepalai oleh seorang Districhoof (Demang). Selanjutnya di tahun1871 Belanda menghapuskan sitem pemerintahan Raja-Raja /Kepala Kuria dan diganti oleh Demang tetapi sebagian masyarakat masih mengangap Raja/Kepala kuria sebagai pemangku adat yang sah, pada tahun 1898 hampir semua daerah di Sibolga ditelan
19 Universitas Sumatera Utara
amukan api akibat dari perlawanan masyarakat terhadap Belanda, dan pada tahun1906 ibukota residen Tapanuli dipindahkan ke Padang Sidempuan. Pada masa pemerintahan militer Jepang, Sibolga di pimpin oleh seorang Sityotyo (baca :Sicoco) yang memegang pimpinan kota, sebagai kelanjutan dari kepala distrik yang masih dijabat oleh bekas Districhoofd (Demang) pada masa pendudukan belanda yaitu: Z.A. Sutan Kumala Pontas. Periode berikutnya tahun 1947 , A.M Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.I(Negara Republik Indonesia)tanggal 29 november 1946 nomor 999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 mei 1946 no.103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh seorang Walikota yang dirangkapkan kepada Bupati Tapanuli Tengah 9. Terhitung tanggal 24 november 1956 sejak berlakunya undang –undang darurat nomor 8tahun 1956 ,yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, dimana dalam pasal 1 undang–undang darurat no.8 tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : Medan, Pematang Siantar, Sibolga dan Kutaraja, menurut undang-undang darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29 november 1946 no.999.
9
Lebih dalam dan detil lihat tulisan Prof. M.Solly Lubis. SH ‘Sibolga dan sekeping sejarahnya’ , dalam buku hari jadi sibolga , pemko sibolga , 1998 .16:111
20 Universitas Sumatera Utara
Setelah keluarnya surat keputusan menteri dalam negeri tanggal 14 desember 1957 no.u.p15/2/1 diangkatlah D.E Sutan Radja Bungaran menjadi walikota Sibolga,dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah
Tabel 2 Kepala Daerah di Kota Sibolga Sejak Era Proklamasi hingga sekarang N 0 1
NAMA
PERIODE
A.M .Djalaluddin
06-11-1947 s/d 10-12-1947
2
M. Sorimuda
11-12-1947 s/d 11-08-1952
3
Ibnu Saadan
12-08-1952 s/d 10-02-1954
4
R. Djundjungan Lubis
11-02-1954 s/d 31-12-1957
5
D.E.Sutan Radja Bungaran
01-01-1958 s/d 31-08-1959
6
H.A. Murad Tandjung
01-09-1959 s/d 04-03-1965
7
Syariful Alamsyah
05-03-1965 s/d 24-11-1965
8
Firman Simanjuntak
24-11-1965 s/d 18-06-1974
9
Pandapotan Nasution,SH
19-06-1974 s/d 19-06-1979
10
Khairuddin Siregar,SH
19-06-1979 s/d 19-06-1984
11
Baharuddin Lubis.SH
19-06-1984 s/d 19-06-1989
12
Drs.Ali Amran Lubis,SH
19-06-1989 s/d 18-06-1994
13
Drs.Zainuddin Siregar
18-06-1994 s/d 19-06-1999
14
Drs.Sahat.P. Panggabean
19-06-1999 s/d 28-08-2010
15
Drs. H .M. Syarfi Hutauruk
28-08-2010 s/d sekarang
21 Universitas Sumatera Utara
2.2. Letak Geografis dan Demografi Kota Sibolga 2.2.1. Letak Geografis Kota Sibolga Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya, Kotamadya Sibolga merupakan salah satu Daerah Tingkat II yang berada dalam wilayah daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Utara, mempunyai wilayah seluas 1077,00 Ha yang terdiri dari 889,16 Ha (82,5%) daratan, 187,84 Ha (17,44%)daratan kepulauan dan 2.171,6 luas lautan.Beberapa pulau pulau yang tersebar disekitar teluk tapian nauli yang termasuk kedalam wilayah administratif kota sibolga adalah pulau Poncan Gadang,pulau Poncan Ketek ,Pulau Sarudik,dan pulau Panjang
Sumber : http//sumut.bps.go.id/sibolga
Gambar 1.Peta Kota Sibolga
22 Universitas Sumatera Utara
Secara geografis kota sibolga teletak antara 10 44’ LU (Lintang Utara) dan 980 47’ BT (Bujur Timur) dengan batas-batas wilayah adalah sebelah Timur, Selatan dan Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebelah Barat dengan Teluk Tapian Nauli. wilayah administratif Kota sibolga terdiri dari 4 kecamatan dan 17 kelurahan,banyak lingkungan kecamatan dan kelurahan di kota sibolga sebagi berikut Tabel 3 Wilayah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Sibolga No
Kecamatan
1
Sibolga utara
2
3
4
Kelurahan
Banyak lingkungan 4
Sibolga ilir Angin nauli
5
Huta tonga-tonga
4
Huta barangan
3
Simare - mare
4
Kota baringin
4
Pasar baru
4
Pasar belakang
4
Pancuran gerobak
4
Aek habil
4
Aek manis
4
Aek parombunan
4
Aek muara pinang
4
Pancuran dewa
4
Pancuran bambu
4
Pancuran pinang
4
Pancuran kerambi
4
Sibolga kota
Sibolga selatan
Sibolga sambas
23 Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Demografi Kota Sibolga Jumlah penduduk kota Sibolga menurut catatan biro pusat statistik kota sibolga yang di keluarkan oleh Kantor BPS Sibolga untuk laporan tahun 2010 dengan data laporan tahun 2009, terlihat bahwa jumlah penduduk Sibolga adalah 96.341 jiwa dengan luas wilayah daerah 10,77 Km2.dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,99 pertahun 10. Tabel 4 Jumlah penduduk kota Sibolga Sensus penduduk (population census) Kota
tahun 1990
tahun 2000
tahun 2006
tahun 2007
tahun 2008
tahun 2009
Sibolga
71.895
82.310
91.941
93.207
94.614
96.341
Sumber: bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
Umumnya di kota Sibolga sendiri terdiri dari berbagai etnik selain dari etnik Batak yang sudah ataupun belum memakai Adat Sumando dari puak Toba,Mandailing,Angkola dan lainya. masih ada beberapa etnik lain yang sejak lama mendiami kota Sibolga diantara nya etnik Nias, Minang, Aceh, Bugis, Melayu, serta etnis China dan Jawa ,pemerintah kota Sibolga sendiri pada saat ini memiliki motto/semboyan : Negeri Berbilang Kaum
10
sumber bps sibolga home page :http//sumut.bps.go.id/sibolga
24 Universitas Sumatera Utara
2.3. Letak Lokasi Penelitian Kelurahan Aek Habil merupakan Kelurahan dimana bapak Kadirun bertempat tinggal tepatnya di jalan.Midin Hutagalung, lingkungan II, Kecamatan Sibolga Selatan, kelurahan Aek Habil, Kota Sibolga, letak kecamatan sibolga selatan terletak pada 010 00 LU (Lintang Utara), 980Bujur timur dengan luas wilayah 313,85 Ha,kecamatan sibolga selatan pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Sambas, sebelah selatan dengan teluk tapian nauli, kesebelah barat Kecamatan Sibolga Kota, kesebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.Kecamatan Sibolga Selatan pada saat ini dipimpin oleh Camat Sahat Simatupang,SE Tabel 5 Gambaran umum lokasi/wilayah penelitian kecamatan sibolga selatan
N0
Kecamatan
Kelurahan
Luas(Ha) wilayah kelurahan
Jumlah lingkungan
Kecamatan sibolga selatan
Aek habil
61,39
4
Aek manis
123,49
4
Aek muara pinang
39,20
4
Aek parombunan
89,80
4
1
Topografi wilayah
Wilayah pantai dengan topografi datar Wilayah pantai dengan topografi datar Wilayah pantai dengan topografi datar Bukan pantai dengan topografi berbukit
Sumber: bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
25 Universitas Sumatera Utara
2.4 Identitas Kultural Etnik Pesisir Etnik Pesisir Sibolga dan Tapanuli Tengah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaanya sebagai suatu etnik bermula di daerah pesisir pantai bagian barat pulau Sumatera tepat nya di propinsi Sumatera Utara, dimana kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang panjang sebagai suatu etnik tersendiri yaitu “etnik Pesisir”. Dalam hal ini yang dimaksud memilki sejarah yang panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan dan terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja , melainkan telah melalui beberapa situasi dan kejadian tertentu seperti : kelahiran, kematian,
penjajahan (colonisasi) ,
perang, kejadian bencana alam dan perpindahan penduduk, salah satunya adalah terjadinya peperangan antara Aceh dengan kelompok masyrakat Batak 1523 sehingga banyak penduduk yang berpindah untuk membuka pemukiman baru di wilayah barat 11 dan adanya perang Monjo (Bonjol) tahun 1700 12
orang batak dari silindung, berangsur angsur menyebar ke arah
pantai barat sumatera utara, salah satunya yang melakukan perpindahan kewilayah pesisir pantai barat adalah keturunan dari marga Hutagalung yang kemudian membuka perkampungan di sekitar aliran sungai Aek Doras, dalam perkembanganya kemudian masyarakat dari silindung tersebut berkembang dan membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur yang di pimpin oleh seorang kepala Kuria/Raja, bersama-sama kelompok masyarakat
11
Batak dulu dan sekarang W. Simanjuntak ,1961:14 Lebih dalam dan detil lihat tulisan U. T Sipahutar ‘Perhitungan Jadinya Kota Sibolga’ , dalam buku hari jadi sibolga , pemko sibolga , 1998. 10: 111
12
.
26 Universitas Sumatera Utara
yang terdapat di sekitar pulau-pulau kecil di sekitar Teluk tapian nauli dimana di beberapa pulau tersebut telah terdapat juga beberapa kelompok masyarakat yang dipimpin oleh seorang yang secara berturut-turut dipimpin oleh datuk Muhamad Syarif (datuk hitam), sutan Bahano, Muhamad Akhir, Datuk Usman dan Datuk Haji, beberapa nama tersebut merupakan nama pemimipin penduduk di salah satu pulau di teluk tapaian nauli yaitu Poncan yang kemudian kelompok masyarakat dari Poncan tersebut berpindah lagi dari pulau tersebut kedaratan dan membaur dengan masyarakat yang ada di daratan. Hal ini sesuai dengan apa yang dituturkan oleh Alm.Raja Parpahe kepada putranya Drs.Syarif Hutagalung yang mana Alm. Raja Parpahe ini merupakan kepala kampung Aek Habil pada Tahun 1924 yang diangkat oleh Raja sibolga. 13 Lambat laun keadaan daerah tersebut terus berkembang disamping beberapa kelompok masyarakat dari beberapa kepulauan di sekitar teluk tapian nauli tersebut, terdapat juga beberapa kelompok masyarakat dari luar daerah yang berbaur didaerah tersebut, seperti kelompok masyarakat dari etnik Mandailing, etnik Angkola, dan Minang. Dalam perkembangannya beberapa kelompok masyasrakat tersebut kemudian menyesuaikan kebudayaan masing yang memiliki persamaan maupun perbedaan yang telah dibandingkan dalam menentukan pembentukan etnik dan pemeliharaan batas-batasnya kesamaan-kesamaan yang ada pada dua atau lebih kelompok masyarakat tersebut kemudian atas kesepakatan bersama disatukan yang kemudian menjadi etnik.
Lebih dalam dan detil lihat tulisan Drs.Syarif Hutagalung. ‘Sibolga dan kondisi Perkembanganya dalam Beberapa Masa pemerintahan, pemko sibolga , 1998. 91: 111 13
27 Universitas Sumatera Utara
Hingga sekarang bukti terjadinya proses tersebut dapat di lihat dari ciri yang
dimilki
individu
(manusia)
Etnik
pesisir
dimana
individu
masyarakatnya sebagian besar masih menggunakan marga baik itu marga Toba, ataupun Mandailing, dalam kenyataanya memang marga tersebut bukanlah suatu hal mutlak sebagai suatu ketentuan di dalam adat sumando pesisir, seperti halnya pada masyarakat Batak pada umumnya. Tetapi dalam hal ini apabila di tinjau lebih jauh marga- marga yang terdapat dalam etnik pesisir tersebut tidaklah disengaja atau dibuat-buat melainkan marga tersebut memilki makna panjang yang menandakan adanya suatu proses historis (seajarah) dan sebagai suatu ciri yang khusus yang menjadikanya berbeda secara individu maupun secara kelompok dengan beberapa individu kelompok masyarakat pesisir di pulau Sumatera ini pada umumnya. Setiap anggota kelompok etnik tertentu yang melakukan migrasi, sering terjadi keadaan dimana mereka tercerabut dari akar budaya etniknya karena mengadopsi nilai-nilai baru. Akan tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai anggota etnik yang sama dengan orangtuanya (keturunan dan pertalian darah) dan juga tetap diakui oleh kelompok etniknya. Menyangkut hal ini Dalam etnik pesisir sendiri terdapat beberapa kelompok masyarakat etnik Minang maupun etnik Batak yang telah tergabung di dalam satu ikatan etnik sumando pesisir yang berdasarkan Islam, tidaklah mutlak secara keseluruhan status yang dimilikinya akan di hilangkan atau digugurkan baik itu Marga maupun Hubunganya Terhadap kelompok masyarakat awalnya, melainkan status tersebut tetap ada dan diakui bersama baik dari kelompok masyarakat awalnya maupun oleh kelompok masyarakat pesisir, Sebagai
28 Universitas Sumatera Utara
suatu hal yang tidak bisa di pungkiri dan menjadi Fakta bahwa individu tersebut sebelum menjalin ikatan dengan Adat Sumando Pesisir merupakan individu yang memilki identitas kultur sendiri, setiap etnik di luar kelompok etnik pesisir tidak akan menjadi etnik pesisir bila tidak menjalin suatu ikatan hubungan dengan etnik Pesisir yang disahkan melalui adat sumando. Begitu juga kelompok masyarakat awalnya yang juga tidak dapat memungkiri bahwasanya berdasarkan identitas maupun status individunya tersebut merupakan satu kesatuan denganya dalam hal garis keturunannya tetapi dalam ruang lingkup adat dan budaya yang berbeda (telah menjadi urang sumando), Dari Bentuk kesenian dan bahasa yang di gunakan masyarakat pesisir Sibolga juga memilki kemiripan dengan bentuk kesenian dan bahasa yang di gunakan beberapa kelompok masyarakat, seperti bahasa pesisir memilki kemiripan dengan bahasa yang digunakan etnik Minang, dan Batak, seperti dalam hal untuk menyatakan suatu bentuk dalam Bahasa pesisir Sibolga menggunakan kata-kata berikut ini seperti kata Kepeng Untuk menyatakan Uang, kata ini memilki persamaan dengan kata Hepeq/Hepeng di dalam Bahasa Batak. dan kata lainya yang sering digunakan adalah kata Gadang untuk menyatakan Besar dan kata Ketek untuk menyatakan Kecil, kata ini juga digunakan oleh masyarakat Minang untuk menyatakan Ruang atau bentuk, sedangkan bentuk keseniannya seperti bentuk tari dan alat musiknya memilki kemiripan dengan etnik Minang dan Mandailing, dan dari beberapa kemiripan bentuk bahasa maupun kesenian tersebut bukanlah suatu hal mutlak untuk mengasosiasikan etnik pesisir sebagai satu kesatuan dengan
29 Universitas Sumatera Utara
beberapa etnik tersebut, melainkan hal ini merupakan suatu bentuk dari proses yang terjadi dan berkembang di dalam kebudayaan masyarakat tersebut. Seperti halnya yang disampaikan oleh (Goodenough, 1997) “Antara satu etnik dengan etnik lainnya juga kadang terdapat kemiripan bahasa. Kesamaan bahasa itu dimungkinkan karena etnik-etnik tersebut memiliki kesamaan sejarah yang sama, yang mewariskan tradisi yang mirip dan juga bahasa yang mirip pula”. Dan hal ini juga disinggung oleh Koentjaraningrat dalam (pengantar ilmu antropologi 1979:264) kesadaran dan identitas dalam “kesatuan kebudayaan” seringkali (tetapi tidak selalu) dikaitkan oleh kesatuan atau kemiripan bahasa. Beberapa Model dan cara yang digunakan untuk mengelompokkan perilaku dan budaya tertentu kemudian diasosiasikan dengan etnik tertentu sudah tidak dapat lagi dipergunakan Sekarang ini, dimana dalam dalam kenyataan setiap etnik adalah sangat berbeda satu dengan lainya Contoh yang paling jelas adalah pembentukan identitas etnik Dayak. Dimana oleh Belanda kata Dayak digunakan untuk menyebut seluruh penduduk asli pulau Kalimantan. Padahal sesungguhnya etnik Dayak terdiri dari banyak sub etnik ( yang sebenarnya sebagai etnik sendiri sangat berbeda satu sama lain, seperti Benuaq dan Ngaju). Istilah Dayak sendiri tidak dipergunakan sebagai identitas mereka. Mereka menyebut diri sebagai orang Benuaq jika itu etnis Benuaq (Trisnadi, 1996).
30 Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini penulis berkesimpulan Etnik pesisir yang terdapat di pesisir barat Sumatera Utara ini dalam proses terbentuknya sebagai suatu etnik tidak terlepas dari proses Asimilasi 14 dengan beberapa kelompok masyarakat di luar letak geografisnya 15,seperti etnik Batak Toba, etnik Minang, dan Etnik Mandailing yang dalam perkembanganya kemudian menjadi suatu etnik yang tersendiri yang berbeda secara budaya dan Adat dengan beberepa kelompok etnik masyarakat disekitarnya. Mengenai
hal
tersebut
diatas
Koentjaraningrat
menyampaikan
“kesatuan kebudayaan“ bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainya, melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan itu sendiri seperti contoh kebudayaan sunda
itu suatu kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan
kebudayan Jawa, atau Banten ,dan Bali, bukan karena ada peneliti-peneliti luar yang telah menentukan kebudayaan sunda itu tersendiri, tetapi karena orang-orang Sunda sendiri sadar bahwa di antara mereka ada keseragaman mengenai kebudayaan mereka ,yaitu kebudayaan sunda yang memepunyai kepribadian dan identitas khusus, berbeda dengan kebudayaan tetangganya itu. 16
14
Asimilasi atau assimilation adalah suatu proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongangolongan tadi masing–masing berubah sifat khas nya sehingga lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru (budaya campuran) 15 Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya 16
Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi 1979:264
31 Universitas Sumatera Utara
2.5. Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Sibolga Sebagaimana di ketahui bahwa adat adalah serangkaian tata kelaziman atau kebiasaan setiap perilaku seseorang dalam kehidupan bersama ,adat dan kebiasaan yang hidup di masyarakat pesisir dari zaman kezaman adalah adat dan kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang /orang –orang tua terdahulu di mana adat-istiadat tersebut sering ditunjukkan melalui tata krama hubungan keluarga ,dalam perkawinan, seni, musik, tari, sastra, dan pantun. Adat istiadat tersebut di lahirkan sedemikian rupa yang telah lebih dahulu disepakati bersama kebenaranya, diciptakan demi untuk mengatur kepentingan bersama, Tuanku dorong sebagai raja sibolga, mengatur keberadaan adat di daerahnya, yang pada tahun 1815 dalam perjanjian tigo badusanak, didalam nya terkandung sistem mufakat dan musyawarah antara negeri pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga dengan sandaran adat yang berlaku .dilanjutkan dengan
penetapan adat pusaka negeri, bahkan di akui oleh
Belanda 1851, oleh residen tapanuli W.G.Conperus (Sarbainy Daulay1998, l:4:111), Menurut (Radjoki Nainggolan 1991:27) Yang termasuk Adat Sumando Pesisir Sibolga adalah, Adat Perkawinan., adat Turun Karai yaitu selepas umur 40 hari anak di cukurkan rambutnya, sekaligus menabalkan nama dan mengayun anak dengan nyanyian lahek-lahek
17
yang bernafaskan islam,
Upacara Sunek rasul (khitanan), Kanduri (upacara memasuki rumah baru) dan upacara adat Mangurei Lawik atau lebih di kenal dengan upacara jamu laut
Lahek-lahek sejenis nyanyian yang sering di nyanyikan orang tua di pesisir ketika menidurkan anak nya di dalam buaian berisi nasehat dan petuah .(wawancara dengan bapak kurnia pasaribu salah seorang nelayan dan pemain sikambang di sibolga sambas 20-01-2011)
17
32 Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Adat Sumando Etnik Pesisir secara keseluruhan baik di kota Sibolga maupun di kabupaten Tapanuli Tengah ini memiliki kebudayaan tersendiri yang berdasar kepada adat sumando Pesisir. Konsep adat sumando ini adalah berdasar kepada adat bersendikan syarak. Artinya adat yang berlaku dalam masyarakat Pesisir adalah berdasarkan agama Islam. Menurut penjelasan Radjoki Nainggolan (wawancara Oktober 2010)
2.5.2. Struktur Kekerabatan Dalam struktur kekerabatan masyarakat pesisir sibolga memiliki sistem kekerabatan adat Sumando yang mana bagi masyarakat pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga, sumando merupakan ikatan batin yang sangat kuat baik itu dalam hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang mana keputusan mengenai masalah adat dan keluarga dikatakan tidak sah tanpa melibatkan semua musyawarah anggota keluarga baik dari keluarga pihak laki-laki, maupun pihak perempuan yang telah bersatu dengan adat Sumando pesisir dan di sahkan berdasarkan agama Islam , dan didalam adat sumando pesisrir garis keturunan ditarik dari pihak laki-laki (patrilinear) dimana dalam hal ini pihak Ayah di masyarakat pesisir adalah orang yang pertama mengambil keputusan dalam suatu rumah tangga dan apabila dalam keluarga tersebut lahir anggota keluarga baru dalam hal ini anak, maka si anak akan memakai gelar / marga yang di milki si Ayah
.
33 Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Bahasa Bahasa pesisir merupakan bahasa yang di pakai masyarakat pesisir Sibolga dalam berinteraksi antara sesamanya, bahasa pesisir merupakan percampuran bahasa dari daerah lain di luar daerah pesisir Sibolga, seperti bahasa, Minang, dan Batak walaupun bahasa pesisir mempunyai persamaan kalimat dengan daerah lain, namun fungsi dan penempatan nya sangat berbeda menurut artinya misalnya perkataan ‘kau’ kata ini hanya digunakan sebagai kata panggilan bagi orang yang berkelamin perempuan dan tidak berlaku untuk laki-laki, dan kata ‘ang’ khusus dipakai untuk panggilan kepada laki-laki, sedangkan kata Ambo dalam bahasa pesisir Sibolga dipakai sebagai kata yang menyatakan Saya atau Aku, dan kata Munak untuk menyatakan Orang kedua dan Orang ketiga tunggal, Selanjutnya dalam Bahasa pesisir Sibolga sendiri terdapat beberapa kosa kata yang digunakan untuk menyatakan waktu seperti, seperti kata Nanti atau Besok di dalam Bahasa pesisir Sibolga kata Tersebut di nyatakan melalui kata Be’ko sebagai kata yang menyatakan Nanti dan kata Barisuk untuk menyatakan Besok, kata Kapatang dalam bahasa pesisir kata ini digunakan untuk menyatakan maksud Kemarin dan kata Sabanta yang memilki arti Sebentar. Sedangkan untuk menyatakan suatu bentuk dalam Bahasa pesisir Sibolga menggunakan kata-kata berikut ini seperti kata
Kepeng Untuk
menyatakan Uang, kata ini memilki persamaan dengan kata Hepeq / Hepe’nk di dalam Bahasa Batak. dan kata lainya yang sering digunakan adalah kata Gadang untuk menyatakan Besar dan kata Ketek untuk menyatakan Kecil
34 Universitas Sumatera Utara
dimana dalam hal ini kata Gadang dan Ketek ini juga digunakan oleh masyarakat Minang untuk menyatakan Ruang atau bentuk Selanjutnya dalam bahasa pesisir Sibolga terdapata beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan Parange 18 seperti kata Jahek dan Songe untuk menyatakan sifat yang jahat dan Songe = rupa yang Buruk, kata Rancak untuk menyatakan Rupa yang Cantik. Dalam keberadaanya bahasa pesisir ini lebih dominan di pakai oleh masyarakat Sibolga yang berdomisili di daerah Sibolga bagian selatan, bagian utara dan Sibolga sambas dimana di daerah tersebut masyarakatnya mayoritas adalah masyarakat nelayan yang dalam bersosialisasi nya sehari-hari selalu menggunakan bahasa pesisir ini.
2.5.4. Sistem Religi Selain dari keberagaman etnis, kota sibolga juga memiliki keberagaman agama yang di anut masyarakatnya, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro pusat statistik kota Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam yang mencapai 47.763 jiwa atau sekitar 58,46 persen dari total penduduk Sibolga.dan agama Kristen Protestan sekitar 26.436 jiwa atau sekitar 32,36 persen, berikutnya agama Kristen Katolik sekitar 4.259 jiwa atau sekitar 5,21 persen, Budha 3000 jiwa, Hindu 115 jiwa dan penganut agama Kepercayaan sekitar 0,1 persen 19. Sekitar tahun 1858 masyarakat Kuria Siboga masih menganut kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan orang–orang yang tinggal di pulau-pulau sekitar teluk tapian nauli sudah Beragama Islam, yang 18 19
Dalam bahasa sibolga kata Parange memilki arti kata sebagai Sifat sumber bps sibolga http//sumut.bps.go.id.sibolga
35 Universitas Sumatera Utara
masuk melalui pantai Barus orang-orang yang tinggal di kepulauan sekitar teluk tapian nauli menyebut orang–orang yang tinggal di Kuria Sibolga dengan sebutan “orang topi” (orang-orang daratan yang masih
perbegu)
setelah tahun 1860 orang orang yang ada di kuria sibolga mulai memeluk Agama Islam dan mengikat perkawinan dengan keluarga Datuk Pasar (Datuk yang mengepalai pulau–pulau kecil di sekitar teluk Tapian Nauli) dan mulai mempergunakan adat Sumando 20 .
2.5.5. Kesenian Kesenian Sikambang merupakan salah satu kesenian yang berkembang di masyarakat Pesisir Pantai Barat Sibolga.kesenian Sikambang yang di mainkan oleh anak Alek 21 pada umumnya di tampilkan dalam upacaraupacara adat di masyarakat pesisir sibolga salah satu upacara adat yang sering di jadikan sarana pertunjukan kesenian sikambang adalah upacara pernikahan. Dimana dalam sikambang itu sendiri dalam setiap penyajianya selalu di iringi Nyanyian dan beberapa Tarian tradisional masyarakat Pesisir dalam hal ini Tarian dan Nyanyian yang diirngi dengan beberapa instrumen alat musik itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dari penggabungan tersebut menjadikan kesenian sikambang ini menjadi kesenian utama masyarakat Pesisir Sibolga di samping kesenian lainya yang memiliki bentuk dan ciri tersendiri yang juga menjadi warna kesenian masyarakat Pesisir Sibolga seperti kesenian, Talibun dan Pantun 20
H.T.Luckman Sinar,SH. Drs.Syaiful A.Tanjung,.MM, Marwansyah,S.Pd. 2010 :58 ;mengenal adat dan budaya pesisir ,tapanuli tengah –sibolga. 21 Alek merupakan sebutan untuk pemain musik dan penari sikambang di dalam acara adat pernikahan (wawancara dengan Bapak kadirun)
36
Universitas Sumatera Utara
2.5.5.1.Tari Dalam masyarakat pesisir sibolga terdapat ragam bentuk dan jenis tari yang berbeda dalam penampilanya yang biasa dipertunjukkan dalam acaraacara adat di masyarakat pesisir sibolga seperti acara adat pernikahan dan acara adat lainya yang menampilkan kesenian sikambang ,berikut merupakan tari-tarian yang ada pada masyarakat pesisir sibolga: 1. Tari Adok atau Tari Kain yang diiringi dengan Lagu Adok 2. Tari Anak yang diiringi dengan Lagu Sikambang 3. Tari Pahlawan tari yang diiringi dengan Lagu Simati Dibunuh . 4. Tari Salendang,diiringi dengan Lagu Duo tari ini dimainkan oleh sepasang pria dan wanita yang bekisah tentang puntri yang cantik dari mursala yang merupakan cerita legenda yang berkembang di masyarakat pesisir tapanuli tengah-sibolga. 5. Tari Kipas tari ini diiringi dengan Lagu Perak-Perak 6. Tari Payung atau tari Lagu Pulo Pinang.dimana dalam tari ini para penari menggunakan payung 7. Tari saputangan yang diirngi dengan Lagu Kapri 8. Tari Pedang yang diiringi lagu Sikambang Botan dan 22 Tari dampeng tari yang biasa diadakan di dalam upacara adat pernikahan di lakukan di rumah mempelai wanita setelah kedatangan pihak mempelai pria. Tari dampeng ini merupakan satu bentuk tari yang mendapat pengaruh dari beberapa jeni tari dari luar daerah kebudayaan masyarakat pesisir sibolga dimana di daerah lain’ tari tersebut juga memiliki sebutan dan 22
Radjoki Nainggolan ‘Kebudayaan Suku Pesisir di Pantai Barat Sumatera Utara. 1991:27
37 Universitas Sumatera Utara
tata cara yang sama dalam bentuk sarana yang di pakai untuk pertunjukannya dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa catatan yang di tulis oleh beberapa penulis yang menulis tentang dampeng tersebut, Mengenai dampeng tersebut di dalam (musike international journal of ethnomusicological studie 2006:89 ) Keith Howard menjelaskan: “the male or female standing galombang (male 'wave'dance) and related dampeng dance with hand clapping (in tapak tuan and others areas of coatsal western and southern aceh)” yang apabila diterjemahkan kebahasa indonesia adalah sebagai berikut : pria atau wanita berdiri (si pria menari bergelombang )dan digabungkan dengan tari dampeng mengunakan tepukan tangan (hal ini terdapat di daerah tapak tuan dan semua area di sekitar pesisir barat dan aceh selatan) Sedangkan Rainer carle didalam (Cultures and societies of North Sumatra1987) menjelaskan pada era pra-islam (sebelum islam) dampeng dengan tarinya randai merupakan kesenian utama
didalam upacara adat
pernikahan .dimana tari randai di tampilkan di luar rumah mempelai wanita ketika menyambut kedatangan mempelai pria yang menggunakan tarian dampeng. Dalam kamus Belanda (toorn1981) Juga dijelaskan mengenai dampeng dimana dampeng merupakan salah satu kesenian yang digambarkan sebagai tarian bela diri yang didalam catatan tersebut menyebut dampeang (dampeng) merupakan tarian bela diri yang dilakukan melingkar disertai dengan bertepuk tangan dan menariknya nama tersebut digunakan secara bergantian
23
23
Asian theatre journal:ATJ., Volume 1996:13
38 Universitas Sumatera Utara
2.5.5.2.Musik Musik pada masyarakat pesisir Sibolga secara umum adalah sikambang dimana sikambang tersebut merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan musik, yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari kelompok masyarakat laut /nelayan di mana dari beberapa informasi yang penulis dapat melalui catatan/buku yang penulis baca dan informan yang penulis temui dan wawancarai mengenai keberadaan musik sikambang.dalam hal ini awal munculnya sikambang secara vocal berawal dari berlayar nya seorang pelaut yang melantunkan syair syair pantun dengan memukul-mukul papan perahunya sebagai alat musiknya dan disini mulai di kenal dengan sikambang secara vocal dan selanjutnya dikembangkan oleh masyarakat nelayan yang sudah mengenal nyanyian sikambang secara vocal dengan membuat alat musik sebagai pengiring nyanyian sikambang tersebut sehingga dalam perkembangan selanjutnya sikambang menjadi salah satu kesenian di masyarakat pesisir Sibolga. Dalam Sejarah awal sikambang T.Luckman Sinar dan kawan–kawan
24
menggambarkan sikambang berawal dari nama seorang pemuda. yang merupakan nahkoda dari putri Runduk berlayar dari lobu tua ke pulau Mursala (Tapanuli Tengah). dalam pelayarannya pemuda tersebut selalu melantunkan syair-syair sambil memuku–mukul papan didinding perahunya berikut merupakan syair yang dilantunkan pemuda tersebut “pulo banamo haram dewa tampek malape layang-layang biar diancam samo sewa jangan diputus kasih sayang” yang selanjutnya dikenal sebagai sikambang yang T.Luckman Sinar, Drs.Syaiful A.Tanjung,.MM, Marwansyah,S.Pd. 2010:244 mengenal adat dan budaya Pesisir Tapanuli Tengah-Sibolga 2010. 24
39 Universitas Sumatera Utara
dinyanyikan secara vocal. Sedangkan menurut penuturan dari Bapak Kadirun yang penulis wawancarai mengenai sejarah sikambang
menuturkan
sikambang adalah salah satu kesenian yang ada di sibolga pada awal keberadaanya di pesisir pantai sibolga berawal dari seorang nelayan pencari ikan yang bernama kambangmanik (dalam hal ini manik bukanlah marga melainkan namanya) yang basurampu (berlayar) dari muko-muko
yang
sekarang merupakan salah satu daerah di bengkulu ke Jago-Jago Hingga sampai ke Barus. Dikarenakan suatu hal Sikambangmanik tersebut kembali pulang ke Jago-Jago, dalam perjalannnya dari Barus ke daerah Jago-Jago. Sikambangmanik melantunkan nyanyian berupa syair-pantun yang ia dendangkan sambil mendayung dan memukul-mukul sampanya ”pulo bakka nasi satungkuk saung katigo pulo palipek kain saung paca panjarek putus abis Labuan ka nalain o kamba’nge “ Dimana menurut Bapak Kadirun pantun tersebutlah yang didendangkan oleh sikambangmanik sehinnga oleh dikarenakan demikian maka kesenian tersebut dinamakan sikambang (Wawancara dengan Bapak Kadirun Desember 2010). Dalam sikambang sendiri lagu yang menjadi lagu pokok adalah lagu seperti berikut, Lagu Duo, Lagu Pulo Pinang, lagu Perak-Perak, Lagu Adok, Lagu Simati di Bunuh Lagu Sikambang Botan dan Lagu Kapri atau yang lebih dikenal dengan (Sikambang Lawik).Lagu Sikambang Lawik ini merupakan repertoar yang paling tua di dalam sikambang yang pada awal keberadaanya merupakan salah satu syair yang biasa di nyanyikan oleh
40 Universitas Sumatera Utara
seorang dukun untuk mengendalikan angin agar tidak terjadi badai
saat
berada di tengah lautan 25.
25
Salwa El-Shawan Castelo-Branco 1997:255, “Portugal e o mundo International Council for Traditional Music”
41 Universitas Sumatera Utara