12
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
2.1
Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia Di Indonesia produksi mobil dimulai pada akhir 1920-an, yaitu ketika
General Motors (GM) mendirikan pabrik perakitan truk dan bus di dekat Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan membawa nama NV General Motors Java Handel Mij, General Motors memulai usahanya sesaat sebelum produksi massal pada 1930-an. Selama 10 tahun pertama masa produksinya, perusahaan GM merakit 47 ribu mobil, yang sebagian besar Chevrolet dan truk General Motors (Gaikindo, 2016). Upaya pengembangan sektor industri menjadi bagian penting dari nasionalisme ekonomi Indonesia sejak 1949. Salah satu proyek pertama yang dilaksanakan ialah pembangunan pabrik perakitan kendaraan niaga, NV Indonesia Service Company (ISC). Gelombang nasionalisme ekonomi itu menjadi isyarat General Motors untuk menghentikan operasinya di Indonesia pada tahun 1954. Menjelang akhir 1950an, bekas pabrik General Motors diberi nama baru Gaya Motors dan telah dibeli Bank Industri Negara. Pada dekade selanjutnya, sejumlah pengusaha nasional memperoleh proteksi dari pemerintah untuk mengalihkan usaha dari mengimpor ke merakit mobil, yang akhirnya menjadi prakarsa negara yang gagal untuk memproduksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
mobil secara lengkap. Kendati demikian, pada pertengahan 1960-an, upaya industrialisasi berakhir ketika pemerintah orde baru yang merestrukturisasi kelas bisnis guna menarik investasi asing. Selanjutnya industri otomotif memasuki periode pertumbuhan yang eksplosif. Bahkan pada pertengahan dasawarsa 1970, semua unit kendaraan yang selama ini diimpor bisa dirakit secara lokal sehingga menjadikan Indonesia sebagai penghasil mobil peringkat pertama di Asia Tenggara dan peringkat ke-17 di dunia (Gaikindo, 2016). Pada
tahun
1960-1995
Kementerian
Perindustrian
Perdagangan
mengeluarkan peraturan bersama tentang impor kendaraan bermotor, baik dalam keadaan utuh (completely-built up, CBU) ataupun terurai (completely-knocked down, CKD), serta tentang industri perakitan dan keagenan. Pada saat itu mulai bermunculan industri perakitan serta industri-industri pendukung, seperti suku cadang, pengecetan, baterai (aki). Industri lokal sudah sanggup memproduksi jigs dan fixtures, serta melakukan proses pengecatan, las, trimming, dan metal finishing (Gaikindo, 2016). Selanjutnya tahun 1996 – 2015 pemerintah memutuskan mempercepat “Program Intensif” dan menggulirkan “Program Mobil Nasional”. Intinya, bahwa untuk mendapatkan potongan atau bahkan pembebasan bea impor, perusahaan otomotif mesti memiliki kandungan lokal 20% di tahun pertama produksi, 40% di tahun kedua, dan 60% di tahun ketiga.Pembebasan pajak barang mewah untuk mobil dengan kandungan lokal sedikitnya 60% mendorong industri untuk melakukan investasi pabrik baru, seperti pabrik mesin dan casting, dengan hasil berupa produk setengah jadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.2
Lingkup dan Bidang Usaha dalam Industri Otomotif dan Komponen Industri otomotif
ialah industri yang merancang, mengembangkan,
memproduksi, memasarkan, dan menjual kendaraan. Menurut Gaikindo (2016) Sistem bisnis industri otomotif secara umum dibagi menjadi 6 (enam) bagian yaitu: 1.
Industri Pemegang Merek (Pemegang Lisensi atau Prinsipal), yang melakukan desain (perancangan) dimulai dari: product planning, styling, prototyping, homologation, desain teknis (engineering design) dan hal – hal lain yang berhubungan dengan perancangan sebuah kendaraan dari mulai tidak ada menjadi ada dalam bentuk prototype yang kemudian melakukan uji coba (riset) terhadap prototype tersebut dengan berbagai macam standarisasi pengujian - pengujian yang berlaku dan kemudian melakukan perbaikan - perbaikan terhadap prototype tersebut sampai kemudian prototype tersebut dianggap layak untuk diproduksi . Setelah prototype sudah diuji dan dilakukan perbaikan - perbaikan lalu prinsipal kemudian merancang industri untuk membuat kendaraan prototype tersebut dalam jumlah banyak. Proses perancangan industri ini bukanlah hal sederhana karena selain merancang industri perakitan mulai dari lini produksi sampai ke proses manufaktur komponen - komponen yang diperlukan, selain juga melakukan standarisasi teknis produk dan komponennya, juga merancang Supply Chain Management (rantai manajemen pembekal/ suplier/ vendor) untuk menjamin kualitas produk dan standarisasi dari hasil produksi dalam jumlah banyak (mass product).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.
Industri Perakitan atau sering disebut Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) yang melaksanakan produksi kendaraan sesuai dengan arahan teknis dari pemegang merek. Untuk melaksanakan perakitan bisa dilakukan oleh pemegang merek itu sendiri, atau bekerjasama dengan investor lain untuk memproduksi kendaraan rancangan dari pemegang merek. Industri perakitan hanya melaksanakan standarisasi teknis yang diberikan oleh pemegang merek, adapun untuk pengembangan teknis perancangan dilaksanakan oleh pemegang merek.
3.
Industri Karoseri adalah industri yang melakukan perubahan dari bodi kendaraan yang diproduksi oleh industri perakitan untuk melayani kebutuhan pasar tertentu seperti mobil bok, bis, truk dan lain - lain. Industri karoseri menggunakan platform yang dirancang oleh pemegang merek dengan mengacu pada spesifikasi teknis kendaraan yang ditentukan oleh pemegang merek.
4.
Industri Modifikator adalah industri yang melakukan perubahan modifikasi kendaraan mulai dari bodi, mesin, dan bagian - bagian lain sesuai dengan kebutuhan atau keinginan sang modifikator atau pasar dengan menggunakan platform dari pemegang merek.
5.
Industri Perbengkelan/ After Sales adalah industri jasa yang melakukan perbaikan dan perawatan dari kendaraan.
6.
Industri
Komponen, adalah
industri
yang
melakukan
pembuatan/
manufaktur untuk komponen - komponen otomotif sesuai dengan standarisasi teknis dari pemegang merek. Komponen yang dibuat bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dibagi dalam 2 kategori yaitu: komponen OEM (komponen yang digunakan untuk industri perakitan) dan Komponen After Market (komponen yang digunakan untuk perbaikan).
2.3
Sumber Daya Keuangan dalam Industri Otomotif dan Komponen Investasi otomotif di Indonesia tahun 2015 diperkirakan tumbuh 10-12%
menjadi US$ 4,3 miliar lebih atau sekitar Rp. 50 triliun dibanding tahun lalu US$ 3,9 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 4,1 miliar merupakan penanaman modal asing (PMA), sedangkan sisanya penanaman modal dalam negeri (PMDN). Arus investasi bakal mengalir ke subsektor komponen, seiring agenda prinsipal meningkatkan kandungan lokal dan memproduksi mobil model baru. Tahun ini, sekitar 100 perusahaan komponen baru bakal dibangun di Indonesia. Rata-rata investasi yang dikucurkan satu perusahaan mencapai US$ 20 juta, sehingga totalnya mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 23,2 triliun (kurs Rp 11.600 per dolar AS). Di subsektor perakitan, beberapa prinsipal mobil tertarik masuk Indonesia. Salah satunya adalah Volkswagen AG. Perusahaan mobil nomor tiga dunia yang berbasis di Jerman itu berencana membangun pabrik di Cikampek, Jawa Barat dengan investasi sekitar 200 juta euro.
Produsen sepeda motor yang telah eksis di Indonesia juga gencar berekspansi. PT Astra Honda Motor (AHM) misalnya berniat meningkatkan kapasitas produksi motor sport. Sebelumnya, Kawasaki Heavy Industries Ltd meresmikan pabrik baru di Cibitung, Jawa Barat. Nilai investasi pabrik berkapasitas 140 ribu unit per tahun ini mencapai US$ 102 juta. Dalam beberapa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
tahun terakhir otomotif menjadi salah satu sektor yang paling banyak menarik investasi. Pemicunya adalah potensi pasar otomotif Indonesia yang masih sangat besar, didorong peningkatan jumlah kelas menengah. Program mobil murah ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) yang digagas pemerintah juga sukses menyerap tambahan investasi prinsipal otomotif dan perusahaan komponen (Kemenperin, 2016).
2.4
Tantangan Bisnis Perusahaan Otomotif dan Komponen Naiknya kelas menengah Indonesia membuat permintaan terhadap barang-
barang termasuk otomotif terkerek. Permintaan kendaraan roda empat tumbuh lebih pesat. Ini terlihat dari pertumbuhan pada 2010 yang hanya 764 ribu unit kemudian naik jadi 1,208 juta unit pada 2014. Bila dirata-rata kenaikannya mencapai 20 persen per tahun. Berbagai kalangan memperkirakan Indonesia akan menjadi pasar terbesar otomotif di kawasan ASEAN dan sekaligus berpeluang menjadi pemain utama yang kini masih dipegang oleh Thailand. Sejalan dengan prospek tersebut, setidaknya dalam tiga tahun terakhir sejumlah prinsipal telah meningkatkan investasinya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Secara keseluruhan total produksi kendaraan bermotor sudah mencapai 1,2 juta unit per tahun. Industri otomotif telah dimasukan dalam salah satu industri prioritas dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang mulai berlaku pada akhir tahun 2015. Untuk memperkuat posisi daya saing dan sekaligus meningkatkan peran strategis dalam perekonomian nasional, salah satu tantangan terbesar industri otomotif adalah meningkatkan penggunaan komponen lokal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Selain mengurangi ketergantungan terhadap impor, pengembangan industri komponen akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Tantangan untuk mengembangkan industri komponen di Indonesia memang cukup berat, antara lain untuk mencapai skala ekonomis. Pasalnya, saat ini total produksi mobil di Indonesia baru mencapai 1,2 juta unit, sementara negara lain seperti Thailand sudah mencapai 2,5 juta unit. Oleh karena itu, perlu upaya ekstra keras dari pelaku industri yang didukung dari berbagai pihak, termasuk dari pemerintah untuk menghasikan sinergi yang lebih kuat. Selain kerjasama dengan investor dari luar, kerjasama yang kuat antara pelaku industri komponen dengan produsen mobil atau auto maker perlu lebih didorong. Perlu dukungan iklim yang kondusif dari kebijakan pemerintah untuk mendorong kemitraan antara pelaku industri otomotif dengan pelaku industri komponen (Liputan6, 2015).
2.5
Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis Perusahaan Otomotif dan Komponen Meski ada hambatan pembatasan uang muka kredit, industri otomotif
domestik tetap saja tumbuh tahun ini. Alhasil, kebutuhan akan komponen otomotif pun dipastikan membengkak. Melihat potensi bisnis ini, pemain onderdil otomotif mulai mengambil ancang-ancang. Para investor asing ini mulai menggandeng perusahaan komponen otomotif domestik. Pasalnya, mitra lokal ini sudah mengetahui peta pasar komponen otomotif di pasar domestik. Bagi perusahaan lokal, kerjasama dengan investor asing juga punya nilai bisnis yang penting. Pasalnya, pertumbuhan pasar onderdil otomotif yang tetap tumbuh dinilai sangat menguntungkan bila dibarengi dengan pertumbuhan anorganik misalnya PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM).
http://digilib.mercubuana.ac.id/